Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR CRURIS


A. Definisi fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan
Wim de Jong,1998).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia Anderson Price. Larraine Mc Carty Klilson, 1995).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh
tekanan eksternal yang lebih besar dari setiap oleh tulang (Lynda Juall
Carpenito, 1999).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa
nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan
krepitasi (Doenges,2000).
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi
jika tulang dikena1 stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
(Brunner & Suddart, 2000)
Fraktur dapat dibagi menjadi:
1. Fraktur tertutup (closed), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open, compound), terjadi bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:
a. Derajat I:
1) Luka < 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
3) Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
1) Laserasi > 1 cm

2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas


3) Fraktur kominutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas:
1) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya
ukuran luka
2) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminasi massif
3) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak
Berbagai jenis khusus fraktur:
a. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah
tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi
lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang)

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau
tendo pada daerah perlekatannnya.
B. Etiologi
1. Trauma
2. Gaya meremuk
3. Gerakan puntir mendadak
4. Kontraksi otot ekstem
5. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
C. Manifestasi klinik
1. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
2. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
D. Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah
ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera,
tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang

terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang


kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk
kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrome compartment.
Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi
terjadinya peradangan yang dikarakteristikan dengan terjadinya vasodilatasi,
edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta infiltrasi
dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang
yang fraktur tersebut.

E. Komplikasi
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan &
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock
hipovolemi.
b. Emboli lemak
Beberapa jam setelah
Fraktur
(tulang panjang/pelvis, multipel dan terjadi pada usia 20-30 tahun)

globula lemak

stres

aliran darah

katekolamin

bergabung dg trombosit

asam lemak

emboli

mobilisasi

menyumbat pembuluh darah kecil

Otak

paru

ginjal

sistemik

- Agitasi

- takikardi

- lemak bebas

- pucat

- bingung

- pireksia

- delirium

- hipoksi

- koma

- takipnea
- PO2 < 60 mm Hg

- produksi urin - ptekie

Ada dua teori yang menyatakan bagaimana terjadinya emboli lemak.


Teori pertama menyatakan bahwa lemak dilepaskan dari sumsum
tulang yang mengalami injuri dan dikeluarkan seiring dengan
meningkatnya tekanan intramedular dam memasuki sirkulasi

vena

menuju kapiler pulmonal, beberapa tetesan lemak melewati dasar


kapiler dan masuk ke sirkulasi sistemik dan mengemboli organ lainnya
seperti otak. Teori lain menyatakan bahwa katekolamin dilepaskan
ketika terjadi mobilisasi asam lemak bebas oleh trauma dari jaringan
adipose,

sehingga

menyebabkan

hilangnya

stabilitas

emulsi

chylomicron. Chylomicron membentuk tetesan lemak yang besar pada


paru, dan bisa mengakibatkan perubahan biokimia karena injury.
Jaringan dari paru, otak, hati, ginjal dan kulit yang paling sering
terkena.
c. Sindrom kompartemen
Kompartment terdiri dari otot, tulang, saraf dan pembuluh darah yang
mengalami

fibrosis

dan

fasia.

Sindrom

kompartment

dapat

berkembang jika adanya tekanan dari luar seperti baluatan yang kuat.
Manifestasi klinik yaitu nyeri iskhemik yang terus menerus yang tidak
dapat dikontrol dengan analgesik, nyeri yang meningkat dengan
turunnya aliran arteri dan nyeri ketika dipalpasi atau dipindahkan,
klien mungkin akan mengalami kelemahan beraktivitas, paresthesia,
rendahnya/absent dari nadi, ekstremitas yang dingin dan pucat.
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan memindahkan penyebab dari
kompresi, jika sindrom kompartment disebabkan dari edema atau
pendarahan maka diperlukan fasciotomy, biasanya insisi dibiarkan
terbuka sampai berkurangnya bengkak, selama 2-3 hari area tersebut
dibungkus dengan longgar sehingga pemindahan kulit terjadi. Sindrom
kompartment juga dapat disebabkan klien yang mengalami luka bakar
yang hebat, injuri, gigitan berbisa atau prosedur revascularisasi.

Fraktur

Edeme/perdarahan

membungkus otot terlalu ketat


Gips/balutan yang menjerat

Tekanan meningkat pada satu/lebih kompartemen


Penurunan perfusi jaringan
6-8 jam
kehilangan fungsi permanen

iskemia
nekrosis mioneural
d. Kerusakan arteri
Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang kejang.
Arteries dapat disebabkan ikatan yang terlalu ketat. Indikasi dari
kerusakan arteri antara lain absent / tidak teraturnya nadi, bengkak,
pucat, kehilangan darah terus menerus, nyeri, hematoma, dan paralysis.
Intervensi emergency yaitu pemisahan atau pemindahan pembalut yang
mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi dari bagian yang injuri,
mengurangi fraktur / dislokasi, operasi.
e. Shock
Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial karena fragment
tubuh dapat melaserasi pembuluh darah besar dan menyebabkan

pendarahan, klien yang beresiko tinggi yaitu klien dengan fraktur femur
dan pelvis.
f. Injuri saraf
Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus, manifestasinya
antara lain paresthesia, paralisis, pucat, ekstremitas yang dingin,
meningkatnya nyeri dan perubahan kemampuan untuk menggerakkan
ekstremitas
g. Volkmann Iskhemik kontraktur
Komplikasi ini dapat menyebabkan lumpuhnya tangan atau lengan
bawah akibat fraktur, dimulai dengan timbulnya sindrom kompartment
pada sirkulasi vena dan arteri. Jika tidak hilang, tekanan dapat
menyebabkan iskhemik yang berkepanjangan dan otot secara bertahap
akan digantikan dengan jaringan fibrosis antara tendon dan saraf. Mati
rasa dan paralisis juga sering terjadi.
h. Infeksi
Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena saat
dioperasi. Agen infeksi yang biasanya menimbulkan infeksi yaitu
pseudomonas. Tetanus atau gas gangren dapat meningkatkan resiko
infeksi. Infeksi gas gangren berkembang didalam dan mengkontaminasi
luka, gas gangren disebabkan bakteri anaerobik.
Pengkajian menunjukkan: turunnya Hb secara cepat; naiknya suhu
tubuh; nadi semakin cepat; nyeri; bengkak lokal secara tiba-tiba; dan
pucat.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu membuka luka
lebih lebar untuk membiarkan udara masuk dan mencegah terjadinya
drainase. Insisi multipel juga dapat dilakukan melewati kulit dan fascia,
jahitan dan materi gangren dihilangkan dan luka diirigasi. Jika gangren
tetap berkembang, amputasi mungkin diperlukan
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan


biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses
infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
b. Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis
c. Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan
bentuk)
d. Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang.
F. Tahap Penyembuhan Tulang
1. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang
masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang
berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.
2. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang
akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3. Tahap pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.
Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang
rawan atau jaringan fibrus
4. Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah


tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus
ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu
3-4 bulan
5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Ht:

mungkin meningkat

(hemokonsentrasi),

menurun (perdarahan

bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
3. Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Kreatinin: trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
H. Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu
menangani fraktur:
1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada temapt kejadian kecelakaan
dan kemudian di rumah sakit.
1. Riwayat kecelakaan
2. Parah tidaknya luka
3. Diskripsi kejadian oleh pasien
4. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
5. krepitus
2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan
traksi atau gips

b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui


pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya;
pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
3. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk
mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan
(gips/traksi)
4. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan
dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program
pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
Non-operatif
Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan
beberapa cara yaitu:
1. Perban elastic (teknik Robert Jones)
2. Memasang gips (long leg plaster)
Gips dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai proksimal femur
dengan sendi talokrural dalam posisi netral, sedang posisi lutut dalam
fleksi 15-200 atau gips dipasang dimulai dari pangkal jari kaki sampai di
atas sendi talokrural dengan molding sekitar maleolus. Setelah kering
segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inchi di bawah tuberositas tibia dengan
molding pada permukaan anterior tibia. Gips dilanjutkan sampai ujung
proksimal patella (cara Sarmiento)
3. Traksi skeletal menurut cara Appley. Pasien tidur terlentang pada tibia 1/3
proksimal dipasang Steinmann pin, langsung ditarik dengan beban yang
cukup (> 6 kg). sementara dilakukan traksi, lutut pasien yang cedera dapat
digerakkan.
Operatif
Apabila tejadi dislokasi yang cukup lebar atau permukaan sendi tibia amblas
lebih dari 2 mm, dilakukan reduksi terbuka dan dipasang fiksasi interna
dengan buttress plate dan cancellous screw.

Anda mungkin juga menyukai