j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau
tendo pada daerah perlekatannnya.
B. Etiologi
1. Trauma
2. Gaya meremuk
3. Gerakan puntir mendadak
4. Kontraksi otot ekstem
5. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
C. Manifestasi klinik
1. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
2. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
D. Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah
ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera,
tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang
E. Komplikasi
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan &
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock
hipovolemi.
b. Emboli lemak
Beberapa jam setelah
Fraktur
(tulang panjang/pelvis, multipel dan terjadi pada usia 20-30 tahun)
globula lemak
stres
aliran darah
katekolamin
bergabung dg trombosit
asam lemak
emboli
mobilisasi
Otak
paru
ginjal
sistemik
- Agitasi
- takikardi
- lemak bebas
- pucat
- bingung
- pireksia
- delirium
- hipoksi
- koma
- takipnea
- PO2 < 60 mm Hg
vena
sehingga
menyebabkan
hilangnya
stabilitas
emulsi
fibrosis
dan
fasia.
Sindrom
kompartment
dapat
berkembang jika adanya tekanan dari luar seperti baluatan yang kuat.
Manifestasi klinik yaitu nyeri iskhemik yang terus menerus yang tidak
dapat dikontrol dengan analgesik, nyeri yang meningkat dengan
turunnya aliran arteri dan nyeri ketika dipalpasi atau dipindahkan,
klien mungkin akan mengalami kelemahan beraktivitas, paresthesia,
rendahnya/absent dari nadi, ekstremitas yang dingin dan pucat.
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan memindahkan penyebab dari
kompresi, jika sindrom kompartment disebabkan dari edema atau
pendarahan maka diperlukan fasciotomy, biasanya insisi dibiarkan
terbuka sampai berkurangnya bengkak, selama 2-3 hari area tersebut
dibungkus dengan longgar sehingga pemindahan kulit terjadi. Sindrom
kompartment juga dapat disebabkan klien yang mengalami luka bakar
yang hebat, injuri, gigitan berbisa atau prosedur revascularisasi.
Fraktur
Edeme/perdarahan
iskemia
nekrosis mioneural
d. Kerusakan arteri
Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang kejang.
Arteries dapat disebabkan ikatan yang terlalu ketat. Indikasi dari
kerusakan arteri antara lain absent / tidak teraturnya nadi, bengkak,
pucat, kehilangan darah terus menerus, nyeri, hematoma, dan paralysis.
Intervensi emergency yaitu pemisahan atau pemindahan pembalut yang
mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi dari bagian yang injuri,
mengurangi fraktur / dislokasi, operasi.
e. Shock
Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial karena fragment
tubuh dapat melaserasi pembuluh darah besar dan menyebabkan
pendarahan, klien yang beresiko tinggi yaitu klien dengan fraktur femur
dan pelvis.
f. Injuri saraf
Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus, manifestasinya
antara lain paresthesia, paralisis, pucat, ekstremitas yang dingin,
meningkatnya nyeri dan perubahan kemampuan untuk menggerakkan
ekstremitas
g. Volkmann Iskhemik kontraktur
Komplikasi ini dapat menyebabkan lumpuhnya tangan atau lengan
bawah akibat fraktur, dimulai dengan timbulnya sindrom kompartment
pada sirkulasi vena dan arteri. Jika tidak hilang, tekanan dapat
menyebabkan iskhemik yang berkepanjangan dan otot secara bertahap
akan digantikan dengan jaringan fibrosis antara tendon dan saraf. Mati
rasa dan paralisis juga sering terjadi.
h. Infeksi
Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena saat
dioperasi. Agen infeksi yang biasanya menimbulkan infeksi yaitu
pseudomonas. Tetanus atau gas gangren dapat meningkatkan resiko
infeksi. Infeksi gas gangren berkembang didalam dan mengkontaminasi
luka, gas gangren disebabkan bakteri anaerobik.
Pengkajian menunjukkan: turunnya Hb secara cepat; naiknya suhu
tubuh; nadi semakin cepat; nyeri; bengkak lokal secara tiba-tiba; dan
pucat.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu membuka luka
lebih lebar untuk membiarkan udara masuk dan mencegah terjadinya
drainase. Insisi multipel juga dapat dilakukan melewati kulit dan fascia,
jahitan dan materi gangren dihilangkan dan luka diirigasi. Jika gangren
tetap berkembang, amputasi mungkin diperlukan
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union
mungkin meningkat
(hemokonsentrasi),
menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
3. Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Kreatinin: trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
H. Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu
menangani fraktur:
1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada temapt kejadian kecelakaan
dan kemudian di rumah sakit.
1. Riwayat kecelakaan
2. Parah tidaknya luka
3. Diskripsi kejadian oleh pasien
4. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
5. krepitus
2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan
traksi atau gips