Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA

PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH 2
DEPOK
1)

Ismudiati2)Dr. Paidi, M.Si3)Maryati, M.Si


+6285743558657
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Ismudiati_115@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar
sains peserta didik melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada
pembelajaran IPA kelas VII A di SMP Muhammadiyah 2 Depok. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 25 peserta didik kelas VII A SMP
Muhammadiyah 2 Depok tahun ajaran 2012/2013. Setiap siklusnya melalui tahap-tahap yang
disampaikan Kemmis & Mc Taggart sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Kemampuan berpikir kritis diukur menggunakan soal
pretest-posttest dan lembar observasi. Motivasi belajar sains yang diukur menggunakan angket.
Keterlaksanaan proses pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing diamati
menggunakan lembar observasi. Pada siklus I, pengelolaan kelas, penjelasan langkah-langkah
kegiatan inkuiri, serta penyampaian klarifikasi, kurang terlaksana dengan baik. Pada siklus I
diketahui kemampuan berpikir kritis awal sebesar 53% dan kemampuan berpikir kritis akhir 72%
serta melalui observasi terdapat 40% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat
tinggi. Pada siklus I 64% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi.
Pembelajaran pada siklus II menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan
memperbaiki tahapan yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I. Pada siklus II diketahui
kemampuan berpikir kritis awal sebesar 55% dan kemampuan berpikir kritis akhir 82% serta
melalui observasi terdapat 92% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi.
Pada siklus II 80% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar
Abstract
This research aims to improve critical thinking skills and motivation on learning in science
through guided inquiry of class VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. This research was a
classroom action research. Subjects in this study were 25 students of class VII A SMP
Muhammadiyah 2 Depok on period 2012/2013. This implementation used an action research
model of Kemmis and Mc Taggart which includes 3 stages: (1) planning, (2) the actions and
observations, (3) reflection. Critical thinking skills were measured using a pretest-posttest and
observation sheets. Motivation to learn science using a questionnaire that measured motivation.
Learning through guided inquiry was observed using observation and recording sheet. At first
cycle, classroom management, explanation of steps guided inquiry, and delivery of clarification
findings learners, not performing well. In the first cycle known early critical thinking skills by
53% and critical thinking skills through the end of 72% and 40% of student contained
observations have critical thinking skills was very high. Science learning motivation was very

high in the first cycle of 64% of student. Learning on the second cycle using guided inquiry
implemented after repair phases that have not done well in first cycle. In the second cycle known
early critical thinking skills by 55% and critical thinking skills through the end of the 82% and
92% of student contained observations have critical thinking skills was very high. Science
learning motivation was very high on the second cycle by 80% of student.

PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) tahun 2012 diperoleh permasalahan yang ditemukan kaitannya pada proses
pembelajaran IPA di kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok yaitu kemampuan berpikir
kritis peserta didik masih rendah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran IPA belum secara
optimal menggunakan pendekatan yang sesuai. Peserta didik cenderung mencatat dan mendengar
yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran lebih banyak menekankan pada pemahaman konsep
yang berupa transfer informasi yang monoton oleh guru. Partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran diarahkan oleh guru dalam bentuk tanya jawab dan latihan soal. Jawaban yang
diutarakan oleh peserta didik masih sama dengan buku, bahkan jawaban yang disampaikan
dengan membaca buku. Permasalahan lainnya yang ditemukan yaitu peserta didik memiliki
motivasi yang rendah dalam belajar sains. Hal ini dapat teramati dengan indikator ketika proses
pembelajaran peserta didik kurang berani dan ragu menanyakan atau mengajukan pendapat. Pada
saat pembelajaran berlangsung terdapat peserta didik yang bermalas-malasan dan mengobrol
dengan teman sebelahnya.
Berdasarkan fakta yang ditemukan pada proeses pembelajaran IPA di kelas VII A SMP
Muhammadiyah 2 Depok menunjukkan bahwa redahnya kemampuan berpikir kritis dan
rendahnya motivasi belajar sains peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas
pembelajaran, salah satu alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut dengan
mengadakan tindakan kelas melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry).
Chiappetta dan Collette (1994: 86) menyatakan pembelajaran inkuiri menekankan pada
pembelajaran aktif, dimana dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical
thinking skills) untuk membantu pemecahan masalah dan mengembangkan konsep seputar
permasalahan IPA. Menurut Nana Sudjana (2011: 155), tujuan utama pembelajaran inkuiri yaitu
mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah
secara ilmiah. Melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) dalam

pembelajaran IPA secara terpadu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
motivasi belajar peserta didik kelas VII A di SMP Muhammadiyah 2 Depok.

KAJIAN TEORI
Sund dan Trowbrige (1973: 67-70) menjelaskan inkuiri terbimbing merupakan
pembelajaran inkuiri dengan diberikan arahan atau struktur yang cukup dalam proses
pembelajarannya. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sund dan Trowbrige (1973: 62-78) menjelaskan
bahwa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan atau menjadi
lebih baik dalam tugas kognitif termasuk kemampuan berpikir kritis peserta didik. Zawadzaki
(2010: 66-74) menyebutkan bahwa proses inkuiri terdiri dari mengidentifikasi dan
menyelesaikan kontradiksi, menggeneralisasi, menyimpulkan, pose, dan memcahkan masalah.
Menurut Chiappetta dan Collette (1994: 86), pembelajaran inkuiri menekankan pada
pembelajaran aktif, dimana dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical
thinking skills) untuk membantu pemecahan masalah dan mengembangkan konsep seputar
permasalahan IPA.
Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Kauchak dalam Dede Rosyada (2004: 170-171) menjelaskan kemampuan critical
thinking adalah kemampuan peserta didik dalam menghimpun berbagai informasi yang
kemudian membuat kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Menurut Facione
(2011: 5) kemampuan berpikir kritis adalah ilmu-ilmu yang digunakan dalam proses
mendapatkan pengetahuan, termasuk inti cara yang kritis meliputi menafsirkan (interpretation),
menganalisis (analysis), mengevaluasi (evaluation), menyimpulkan (inference), menjelaskan
(explanation), dan peraturan sendiri (self-regulation).
Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan juga dapat meningkatkan motivasi
belajar sains peserta didik. Suchman (Moh Amien, 1987: 129 - 130) mengemukakan bahwa
motivasi peserta didik berpengaruh terhadap pembelajaran inkuiri. Kekuatan motivasi yaitu
keinginan untuk menyelesaikan pemecahan masalah, hasyrat ingin tahu, dan kemampuan
meramal, mengontrol atau menerangkan. Keller (Setijadi, 1999: 187-189) menggambarkan
empat kategori motivasi dalam model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, dan
Satisfaction).

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif berupa Classroom Action
Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini yaitu 25 peserta
didik kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada
pembelajaran IPA, maka penelitian ini didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan motivasi belajar sains melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry)
pada pembelajaran IPA. Desan PTK mengacu pada model yang disampaikan oleh Kemmis & Mc
Taggart setiap siklusnya melalui tahap-tahap yang sebagai berikut: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan
pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry), lembar observasi dan soal tes untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis, dan angket untuk mengetahui motivasi belajar sains.

HASIL DAN PEMBAHASAN


kelas yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry)
pada pembelajaran IPA di kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. Siklus I dilakukan pada
hari 04 Maret 2013 untuk pertemuan pertama dan hari selasa tanggal 05 Maret 2013 untuk
pertemuan kedua dengan topik ciri-ciri air tercemar. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan
menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing yang diawali orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menguji hipotesis, serta
diakhiri dengan merumuskan kesimpulan. Berdasarkan pengamatan dan penilaian menggunakan
lembar observasi dan perekaman, pada pembelajaran siklus I yang dilakukan terlaksana 80%
yang termasuk dalam kategori baik. Dari implementasi tindakan siklus I, dilakukan pengamatan
dampak implementasi tindakan pada kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains
peserta didik. Berikut tabulasi data pengamatan dampak implementasi tindakan siklus I.
Tabel 1. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Djemari Mardapi, 2008: 123)
No
1.
2.
3.
4.

Rentang skor
X 21
21 X 17,5
17,5 X 14
X < 14

Interprestasi
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah

Frekuensi
10
13
2
0
25

Persentase (%)
40
52
8
0
100

Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kritis Awal dan Akhir (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)
No.
1.
2.

Keterangan
Nilai awal
Nilai akhir

Rata-rata
5,3
7,2

Persentase nilai berpikir kritis (%)


53
72

Interpretasi
Kurang sekali
Cukup

Tabel 14. Tingkat Motivasi Belajar Sains Peserta Didik (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rentang Nilai Persentase (%)


86 100
76 85
60 75
55 59
54
Jumlah

Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali

Frekuensi
16
9
0
0
0
25

Persentase (%)
64
36
0
0
0
100

Proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing belum tercapai


secara optimal sehingga kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains peserta didik
belum mencapai indikator yang ditetapkan. Pada siklus I dalam keterlaksanaan pembelajaran
oleh guru, tahap orientasi dan melakukan eksperimen kurang terlaksana dengan baik.
Berdasarkan hal ini, guru memperbaikinya dalam penerapan di siklus II. Guru lebih detail dalam
menyampaikan informasi tujuan yang akan dicapai, pentingnya topik yang akan dipelajari. Guru
lebih jelas dan tegas dalam mengarahkan peserta didik untuk merumuskan masalah. Peserta didik
dibimbing untuk melakukan kegiatan inkuiri. Pada siklus I, keterlaksanaan pembelajaran yang
kurang baik oleh peserta didik yaitu tahap orientasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data
dan menguji hipotesis. Peserta didik kurang berusaha dalam mengidentifikasi dan merumuskan
masalah. Peserta didik kurang teliti dalam mengumpulkan data. Peserta didik kurang dalam
mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi serta pengetahuan untuk memecahkan
masalah dan memperoleh pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut, guru berupaya memperbaiki di
siklus II dengan memberi arahan dan bimbingan yang sesuai. Berdasarkan kekurangan yang
terjadi pada siklus I maka diperlukan tindakan lebih lanjut pada siklus berikutnya untuk
memperbaiki segala kekurangan yang muncul pada siklus I.
Siklus II dilakukan pada hari Senin, 01 April 2013 untuk pertemuan pertama dan hari
Selasa 02 April 2013 untuk pertemuan kedua dengan topik penjernihan air. Pembelajaran IPA
yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing dengan yang diawali
orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan
data dan menguji hipotesis, serta pembelajaran diakhiri dengan merumuskan kesimpulan.

Berdasarkan refleksi siklus I, maka didapatkan rekomendasi untuk penyempurnaan dan


dilakukan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan dan penilaian menggunakan lembar
observasi dan perekaman, pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing
terlaksana 100% yang termasuk kategori sangat baik. Berikut dampak implementasi tindakan
pada kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains disajikan dalam tabulasi data.
Tabel 4. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Djemari Mardapi, 2008: 123)
No.
1.
2.
3.
4.

Rentang skor
X 21
21 X 17,5
17,5 X 14
X < 14
Jumlah

Interpretasi
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah

Siklus I
Persentase (%)
40
52
8
0
25

f
10
13
2
0

Siklus II
Persentase (%)
92
8
0
0
100

f
23
2
0
0

Tabel 5. Kemampuan Berpikir Kritis awal dan Akhir (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)
No.
1.
2.
3.

Nilai Awal

Keterangan
Rata-rata
Ketercapaian
Kemampuan
Berpikir Kritis (%)
Interpretasi

Siklus I
5,3
53

Siklus II
5,5
55

Nilai Akhir
Siklus I
Siklus II
7,2
8,2
72
82

Kurang sekali

Kurang

Cukup

Baik

Tabel 6. Tingkat Motivasi Belajar Sains Peserta Didik (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rentang Nilai
Persentase (%)
86 100
76 85
60 75
55 59
54
Jumlah

Inter
Pretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali

f
16
9
0
0
0
25

Siklus I
Presentase (%)
64
36
0
0
0
100

f
20
4
1
0
0
25

Siklus II
Presentase (%)
80
16
4
0
0
100

Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi kekurangan sehingga di akhir pelaksanaan


siklus tindakan masih terdapat 4% masih memiliki motivasi dalam kategori cukup: guru kurang
membimbing dan menjelaskan dengan detail tentang cara pengisian angket motivasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar peserta didik kelas VII
A di SMP Muhammadiyah 2 Depok pada siklus II dapat terlaksana 100% dengan kategori
sangat baik sesuai sintaks yang ada dengan lebih melakukan perbaikan pada tahapan
pembelajarannya dan meningkatkan pengelolaan kelas.
2. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui 2 siklus pembelajaran. Kemampuan berpikir
kritis akhir pada siklus II meningkat sebesar 82% dan melalui observasi diketahui terdapat
92% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi.
3. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan
motivasi belajar sains peserta didik melalui 2 siklus pembelajaran. Motivasi belajar sains
peserta didik dengan kategori sangat baik pada siklus I sebesar 64% meningkat pada siklus II
sebesar 80%.

DAFTAR PUSTAKA
Chiappetta, Eugene L. dan Alfred T. Collette. (1994). Science Instruction in the Middle and
Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.
Facione, Peter A. (2011). Critical Thinking: What it is and Why it Counts. Milbrae, CA:
Measured Reasons and The California Academic Press.
Masnur Muslich. (2011). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Moh. Amien MA. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud.
Nana Sudjana. (2011). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Setijadi. (1999). Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sund dan Trowbrige. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School Second
Edition. USA: Charles E. Merrill Publishing Company A Bell and Howel Company.
Zawadzki. (2010). Is process-oriented guided-inquiry learning (POGIL) suitable as a teaching
method in Thailands higher education? Asian Journal on Education and Learning.
Thailand. As. J. Education.Vol. 1(2), 66-74. Diakses pada tanggal 09 Juni 2013 dari
http://www.ajel.info/.

Anda mungkin juga menyukai