Anda di halaman 1dari 46

Tugas Perkembangan Peserta Didik

AIK I DAN III


DOSEN: AINUN JARIAH, S. Ag, M. Ag

Oleh
SAHRIAH
K. 10540 9089 13

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PPKHB)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
I. AKIDAH ISLAM
A. Pengabdian Aqidah Islamiyah
Pengertian aqidah secara bahasa (etimologi) dalam bahasa Arab berasal
dari dari kata aqada, yaqidu, aqidatan. Kata tersebut mengikuti wazan failatan
yang berarti al-habl, al-bai, al-ahd (tali, jual beli, dan perjanjian) Adapun
pengertian secara terminologi (istilah) adalah:
1.

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhaniy menyatakan aqidah adalah iman. Iman


merupakan pembenaran (keyakinan) yang bersifat pasti (tashdiqu al-jaaziim)
yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil.

2.

Mahmud Syaltouth menyatakan bahwa aqidah merupakan cara pandang


keyakinan yang harus diyakini terlebih dahulu sebelum segala perkara yang

lainnya dengan suatu keyakinan yang tidak diliputi keraguan dan tidak
dipengaruhi oleh kesamaran yang menyerupainya
3.

Muhammad Husein Abdullah menyatakan aqidah adalah pemikiran yang


menyeluruh tentang alam, manusia, kehidupan, serta hubungan semuanya
dengan sebelum kehidupan (Sang Pencipta) dan setelah kehidupan (Hari
Kiamat), serta tentang hubungan semuanya dengan sebelum dan setelah
kehidupan (syariat dan hisab)
Dengan demikian, maka segala bentuk keyakinan yang tidak berasal dari

jalan yang menghasilkan kepastian atau datang melalui jalan yang pasti tetapi
masih mengandung persangkaan (dzan) di dalam keterangannya sehingga
menimbulkan perselisihan para ulama, maka hal seperti itu tergolong pada
keyakinan yang tidak wajib oleh agama untuk meyakininya. Hal ini merupakan
garis pemisah atau pembatas yang tegas antara orang-orang yang beriman dengan
yang tidak beriman.
Berdasarkan uraian di atas, Fathi Salim dalam kitab Al-Istidlal Bi AzZanni Fi Al-Aqidah menyatakan bahwa aqidah Islam atau iman agar
pembenarannya bersifat pasti harus menunjukkan keyakinan (Al Ilmu). Sebab
yang disebut dengan Ilmu adalah itiqad atau keyakinan yang pasti sesuai dengan
kenyataan, sedangkan dzann merupakan itiqad (keyakinan) yang kuat tetapi
berdasarkan persangkaan sehingga bermuara pada keyakinan atau bisa sampai
pada keraguan (syak).
Sebutan aqidah Islamiyah ditunjukkan pada iman kepada Allah SWT,
para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiamat, dan kepada
qadla dan qadar, baik buruknya berasal dari Allah SWT. Namun demikian bukan

berarti selain hal ini tidak ada lagi perkara yang wajib diimani, tetapi enam
perkara tersebut merupakan kerangka aqidah Islam. Masih banyak terdapat
perkara yang lain yang termasuk pada bagian aqidah, yaitu iman kepada Al-Maut
(ajal), rezeki, tawakkal kepada Allah SWT, iman dengan pertolongan Allah SWT,
iman terhadap sifat-sifat Allah SWT, iman terhadap kemashuman para nabi dan
Rasul, mujizat Al-Qur'an, dan lain-lain. Begitu pula keimanan terhadap adanya
surga dan neraka, yaumul hisab (hari perhitungan), iman terhadap keberadaan jin,
setan dan berbagai perkara gaib lainnya berbentuk kisah-kisah yang tercantum
dalam Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW yang mutawatir.
Dari hal di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa pembahasan
aqidah menyangkut hal-hal pokok semata dalam urusan ushuluddin, sedangkan
perkara yang termasuk aktivitas dan perbuatan manusia termasuk bagian dalam
syariat Islam dan fiqh Islam.
Al-Qur'an memberikan sebutan aqidah dengan menggunakan istilah
iman. Syaikh Mahmud Syaltouth menyatakan bahwa pengertian aqidah sama
dengan iman. Kalau Aqidah mempunyai arti mempercayai sejumlah perkara yang
diyakini kebenarannya, yaitu perkara yang bertalian dengan aspek Ilahiyah
(Ketuhanan), Al Nubuwwah (kenabian), Al Ruhaaniyat (keruhanian), dan Al
samiyyat (berita tentang akhirat), sedangkan iman mempunyai rukun-rukunnya
yang enam (Arkanul Iman) yang juga harus yakin tentang kebenarannya. Dengan
demikian inti pengertian keduanya adalah sama. Adapun perbedaan keduanya
hanya terletak pada istilah dan sebutan. Aqidah merupakan istilah yang digunakan
para ulama ushuluddin sedangkan Al-Qur'an menyebutnya dengan menggunakan
kata iman.

B. Beberapa Istilah Lain Tentang Aqidah


Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hamper semakna dengan
istilah aqidah, yaitu iman dan tauhid dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu
Ushuluddi, ilmu kalam dan fikih akbar.
1.

Iman, mencakup semua permasalahan itiqadiyah dan membenarkan didalam hati,


sesuatu yang diyakini oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan.

2.

Tauhid, artinya mengesakan (menegsakan Allah- tauhidullah). Ajaran tauhid


adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh karena itu aqidah dan iman
diidentikan jugadengan istilah tauhid.

3.

Ushuluddin, artinya pokok-pokok agama yang mencakup rukun iman, rukun islam
dan apa-apa yang telah disepakati oleh para imam.

4.

Ilmu kalam,artinya berbicara atau pembicaraan. Dapat dikatakan ilmu kalam


karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir
masalah-masalah aqidah tentang beberpa hal. Misalnya tentang al-quran
apakah khaliq atau bukan, hadist atau qidam. Tentang takdir, apakah manusia
punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar kafir atau tidak.
Pembicaraan atau perdebatan luas seperti itu terjadi setelah cara berpikir
rasional dan filsafati mempengaruhi para pemikirdan ulama islam.

5.

Fikih Akbar, munculnya pemahaman ini bahwa tafqquh fiddin yang diperintahkan
Allah SWT, dalam surah At-taubah ayat 122.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi
seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain
2. Nubuwat

Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain
sebagainya.
3. Ruhaniyat

Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam


metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam'iyyat

Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.
D. Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Quran dan As-Sunah, artinya apa aja
yang yang disampaikan oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau
diamalkan. Akal pikiran tidaklah jadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan akal tidak
mampu juga menjangkau suatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu tetapi
akal hanya perlu membuktikan jujur atau bisakah kejujuran si pembawa berita
tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja.

Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya


berfungsi untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua sumber
tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan
oleh Al-Quran dan Al-Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh semua
kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas.
Informasi mengenai pencipta alam ini dan seisinya adalah dalil Allah
yang hanya bisa diketahui melalui Al-Quran dan Al-Sunnah. Manusia dengan
akalnya semata tidak dapat mengetahui siapa yang meciptakan alam. Akal
manusia hanya dapat memikirkan keteraturan dan keseimbangan.
E. Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Seorang yang
mamiliki aqidah yang kuat, pasti akan melakukan ibadah dengan tertib, memiliki
akhlak yang mulia dan bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan
diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. peranan yang sangat
besar dalam hidupnya antara lain:
1. Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna
kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya
dengan Tuhan.
2. Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam
pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Zat yang Maha Besar
3. Iman memberikan daya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik sesama
manusia tanpa pamrih.
4. Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam
pengawasan Allah semata.

5. Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).


6. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
7. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidah yang
kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia, dan bermuamalat dengan baik.
8. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka
ibadah kita tersebut tidak akan diterima.

II. Iman Kepada Allah SWT


Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud
dengan ; amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan
pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman
yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya
adalah makna dan hukum keduanya.
Iman lebih umum dari pada Islam dari maknanya; karena ia mengandung
Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman kecuali
apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya;
karena ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), bukan semuanya.
Maka, setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiapmuslim adalah mukmin.
Rukun iman yang pertama adalah Iman Kepada Allah SWT. Maka dalam
makalah ini yang akan kami sampaikan adalah pengertian Iman kepada Allah dan
cara beriman kepada Allah SWT.
A. Wujud Allah SWT
Allah tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Tidak ada seorang pun yang
dapat melihat-Nya dengan matanya. Tidak juga Nabi Musa dan tidak juga gunung
dan alam semesta. Ketika Allah menampakkan diri kepada gunung, maka gunung
itu hancur berkeping-keping. Firman Allah: ketika Musa datang untuk (munajat
dengan) Ku pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
keadanya,Ya Tuhanku, nampakkanlah Diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihatMu. Tuhan berfirman,Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tetapi lihatlah
gunung itu. Jika gunung itu tetap di tempatnya, maka kamu dapat melihatKu.
Tatkala Tuhan nampak kepada gunung itu, maka gunung itu hancur dan Musa

jatuh pingsan. Setelah Musa sadar kembali dia berkata,Maha suci Engkau dan
aku orang yang pertama beriman. QS. Al-Araf 143.
Allah bukan cahaya dan bukan energi. Cahaya dan energi hanyalah
sebuah makhluq ciptaannya. Melihat secara fisika, hanyalah sebuah proses otak
manusia menerima pesan dari syaraf mata bahwa ada bayangan/berkas cahaya
masuk ke dalam lensa mata dan ditampung pada retina. Oleh syaraf mata, pesan
ini diteruskan ke otak dan diterjemahkan segagai sebuah objek yang dilihat. Allah
bukan materi dan bukan energi dan bukan sesuatu yang masuk ke dalam lensa
mata dan diproyeksikan pada retina. Maha suci Allah dari sifat-sifat lemah seperti
itu. Bahkan wujud Allah itu tidak bisa dibayangkan wujud-Nya karena akal dan
kemampuan manusia tidak akan sampai untuk memahaminya. Dan satu-satunya
cara kita mengenal Allah adalah informasi resmi yang datang dari Allah sendiri
berupa kitab suci dan hadits Nabi. Tentu saja kita harus mengambil semua
informasi tentang Allah itu tanpa ada satu ayatpun yang kita tolak. Dan satu
diantara ayat Al-quran itu berisi informasi bahwa di surga nanti manusia yang
beriman akan dapat melihat Allah. Wajah orang-orang beriman pada hari itu
berseri-seri. Mereka melihat Tuhan-Nya QS. Al-Qiyamah: 22-23. Sabda
Rasulullah SAW: Kalian akan melihat Tuhanmu sebagaimana kamu milhat bulan
ini HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmizy dan lain-lain.
Namun meilhat Allah ini baru akan terjadi nanti setelah hari akhir dan
hanya akan dapat dilakukan oleh orang-orang beriman. Sedangkan di dunia ini, di
alam yang masih terbatas pada materi dan energi, hal itu tidak mungkin terjadi.

B. Tauhidullah
Tauhid merupakan akumulasi dari kesadaran akan fakta bahwa alam
semesta berada berkat suatu kekuatan dan rencana maha tinggi, dan bahwa
sistem alam semesta ini berjalan atas suatu kehendak yang arif dan maha bijak
Konsep Tauhid ini ingin mengatakan bahwa alam semesta berasal dari Allah
dan akan kembali pada Allah.
Islam

meletakan

konse

Tauhidullah

sebagai

prinsip

yang

komprehensif dan integral, memandang segala kenyataan alam dan perjalanan


kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang integral, memandang segala
kenyataan alam dan perjalanan kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang
integral Tauhidullah juga harus diartikan menempatkan dan memperlakukan
Allah sebagai satu-satunya sentral dalam pencitaan, pertimbangan dan
tindakan. Menemapatkan Allah sebagai satu-satunya sentral tidak berarti
bahwa manusia harus mereduksi kemanusiaan islam adalah sebuah humanisme
yakni agama yang mementingkan manusia sebagai suatu kepentingan utama.
Humanisme islam adalah humanisme teosentris yakni yang merujukan prinsip
dan nilai-nilainya pada Tuhan.
Misi utama Tauhidullah adalah membebaskan manusia dari segala
belenggu, dominasi atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan
kemanusiawian manusia. Belenggu, dominasi dan kendali tersebut bisa berupa
kepercayaan, khurafat, nafsu, thagut, syetan, aliran atau ideologi ideologi
yang secara prensipal bertentangan dengan tuntunan ilahiyah. Tauhidullah
mengakumulasikan konsep manusia utuh dan hanya ditemukan dalam

kebersamaannya dengan yang maha mutlak. Karena itu manusia bertauhid atau
manusia utuh tidak akan kesepian.
Macam-macam Tauhidullah disini digali dari surat Al-Fatihah. Tidakk
diragukan lagi bahwa Al-Quran merupakan wacana global menyangkut segala
hal mengandung multi dimensi makna.
a. Tauhidul Rubudiyah
b. Tauhidul Asma Was-sifat
c. Tauhidul Ibadah
d. Tauhidul Istianah
C. Makna Laa Ilaha Illallah (Al AsmaWassifat)
Tidak ada Tuhan selain Allah merupakan makna kalimat laa ilaaha
illallah yang populer di kalangan kaum muslimin. Dalam hal ini, kata ilah
diartikan dengan kata Tuhan. Namun perlu diketahui bahwa kata Tuhan
dalam bahasa Indonesia memiliki dua makna.
Pertama, kata Tuhan yang identik dengan pencipta, pengatur,
penguasa alam semesta, pemberi rizki, yang menghidupkan, yang mematikan,
dan yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan madharat.
Kedua, kata Tuhan yang berarti sesembahan. Yaitu sesuatu yang
menjadi tujuan segala jenis aktivitas ibadah. Karena terdapat dua makna untuk
kata Tuhan, maka kalimat Tidak ada Tuhan selain Allah juga memiliki dua
pengertian. Pengertian pertama, Tidak ada pencipta, pemberi rizki, dan
pengatur alam semesta selain Allah. Pengertian kedua, Tidak ada
sesembahan selain Allah. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya kita
akan meninjau apakah memaknai kalimat laa ilaaha illallah dengan kedua

pengertian tersebut sudah benar serta berdasarkan dalil-dalil dari Al Quran dan
As-Sunnah.
Bukti pertama,
Kaum musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
pun mengakui bahwa Allah Taala adalah satu-satunya Dzat Yang
Menciptakan, Memberi rizki, dan Mengatur alam semesta. Hal ini dapat kita
ketahui dari dalil berikut ini.
Allah Taala berfirman
Yang artinya, Katakanlah, Siapakah yang memberi rizki kepadamu
dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala
urusan? Maka mereka akan menjawab,Allah (QS. Yunus [10]: 31).
Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa kaum musyrikin pada zaman
dahulu (mengetahui dan) meyakini sifat-sifat rububiyyah Allah, yaitu bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Menciptakan, Dzat Yang Memberi rizki, dan
Dzat Yang Mengatur urusan alam semesta.
Namun, keyakinan seperti itu ternyata belum cukup untuk
memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang bertauhid.
Sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun tetap memerangi
mereka, menghalalkan darah dan harta mereka meskipun mereka memiliki
keyakinan seperti itu.
Oleh karena itu, apabila kalimat laa ilaaha illallah diartikan dengan
Tidak ada pencipta selain Allah, Tidak ada pemberi rizki selain Allah, atau

Tidak ada pengatur alam semesta selain Allah, maka apa yang membedakan
antara orang-orang musyrik dan orang-orang Islam?!
Jika orang-orang musyrik itu masuk Islam dengan dituntut
mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah dengan makna seperti itu, lantas apa
yang membedakan mereka ketika masih musyrik dan ketika sudah masuk
Islam.
Bukankah ketika mereka masih musyrik juga sudah mengakui bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Menciptakan, Dzat Yang Memberi rizki, dan
Dzat Yang Mengatur urusan alam semesta?!
Bukti kedua,
Konsekuensi dari makna tersebut berarti kaum musyrik pada zaman
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bukanlah orang musyrik. Demikian
pula, segala jenis perbuatan mereka yang menujukan ibadah kepada selain
Allah Taala berarti bukan syirik.
Hal ini karena konsekuensi dari makna tersebut adalah seseorang tetap
disebut sebagai seorang muslim meskipun dia berdoa meminta kepada para
wali yang sudah mati, atau berdoa kepada Allah melalui perantaraan (tawassul)
orang-orang shalih yang sudah meninggal, atau menyembelih untuk jin
penunggu jembatan, selama mereka memiliki keyakinan bahwa Allah-lah satusatunya Dzat Yang Menciptakan, Memberi rizki, dan Mengatur alam semesta.
Maka sungguh, ini adalah kekeliruan yang sangat fatal. Karena
ternyata makna tersebut akan membuka berbagai macam pintu kesyirikan di
tengah-tengah kaum muslimin.

III.

Kitab-kitab Allah SWT

A. Pengertian Kitab-kitab Allah SWT


Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah swt. yang disampaikan kepada
para rasul untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman
hidup. Ada pengertian kitab yang lain yaitu, Kitab Allah adalah catatan-catatan
yang difirmankan olehAllah kepada para nabi dan rasul. Kata kitab berasal
dari bahasa arab (kataba-yaktubu-kitabatan-kitaban) yang artinya tulisan, arti
kitab secara istilah adalah tulisan wahyu pada lembaran-lembaran yang
terkumpul menjadi satu bentuk buku.
B. Kitab-kitab Allah sebelum Al Quran
1. Pertama Kitab Taurat:
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani.
Kitab Taurat atau Torah dalam bahasa Ibrani adalah lima kitab pertama
Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Taurat dalam bahasa Yunani
disebut Pentateukh.
Nama-nama Latin berasal dari Septuaginta. Kelima buku pertama ini
dianggap penting karena kelima buku ini memuat peraturan-peraturan yang
dipercayai ditulis oleh Musa.
Menurut tradisi kitab Taurat ditulis oleh nabi Musa, sedang
kematiannya yang tercatat pada Kitab Ulangan pasal 34 dituliskan oleh
penerusnya, Yosua.Contoh serupa adalah kitab Yeremia, yang pada akhirnya
di kitab tersebut dituliskan "sampai di sinilah perkataan-perkataan Yeremia"
(Yeremia 51:64) namun kitab tersebut masih dilanjutkan (kebanyakan berisi
sejarah dan kejadian yang terjadi setelah perkataan Yeremia berakhir).

Kata Taurat sendiri sebenarnya berarti pengajaran oleh Allah. Kata ini
diterapkan kepada Kesepuluh Hukum (Dasa Titah), kemudian pada segala
hukum dan peraturan dari Tuhan.
Orang Samaria mengakui kelima kitab Taurat ini sebagai kitab suci
mereka, namun mereka menolak kitab-kitab lainnya yang terdapat di dalam
Perjanjian Lama.
2. Kedua Kitab Zabur:
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS yang berbahasa Qibti.
Zabur (bahasa Arab: )disamakan oleh sebagian ulama dengan Mazmur,
yang menurut Islam, adalah salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum
Al-Qur'an (selain Taurat dan Injil). Istilah zabur adalah persamaan dengan
istilah Ibrani zimra, bermaksud "lagu, musik." Ia, bersama dengan zamir
("lagu") dan mizmor ("mazmur" atau psalm), merupakan derivasi zamar,
artinya "nyanyi, nyannyikan pujian, buatkan musik."
Umat Muslim percaya bahwa zabur adalah kitab suci yang diturunkan
Allah kepada kaum Bani Israil melalui utusannya yang bernama Nabi Daud
Zabur menurut hadits : Satu hadits dari sahih Bukhari, mengatakan:
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda, "Pembacaan Zabur
dimudahkan

bagi

Daud.

Dia

sering

mengarahkan

agar

binatang

tunggangannya diletakkan pelana, dan mampu menghabiskan bacaan Zabur


sebelum pelana siap diletakkan. Dan dia tidak akan makan tetapi hasil dari
kerjanya sendiri."
3. Ketiga, Kitab Injil:

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani. Injil


(Yunani: /euangelion - "kabar baik" atau "berita baik" atau
"berita suka cita") adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat
kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab tersebut adalah:
Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Kata injil sendiri
berasal dari bahasa Arab
Injil biasanya mengandung arti:
(1) Pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah di dalam Yesus dari
Nazaret atau berita yang disampaikan oleh Yesus dari Nazaret. Inilah
asal-usul penggunaan kata "Injil" menurut Perjanjian Baru (lihat Surat
Roma 1:1 atau Markus 1:1).
(2) Dalam pengertian yang lebih populer, kata ini merujuk kepada keempat
Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) dan kadang-kadang
juga karya-karya lainnya yang non-kanonik (mis. Injil Tomas), yang
menyampaikan kisah kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.
(3) Sejumlah sarjana modern menggunakan istilah "Injil" untuk menunjuk
kepada sebuah genre hipotetis dari sastra Kristen perdana (bdk. Peter
Stuhlmacher, ed., Das Evangelium und die Evangelien, Tbingen 1983,
juga dalam bahasa Inggris: The Gospel and the Gospels).
Kata "injil" dipergunakan oleh Paulus sebelum kitab-kitab Injil dari
kanon Perjanjian Baru ditulis, ketika ia mengingatkan orang-orang Kristen
di Korintus "kepada Injil yang aku beritakan kepadamu" (1 Korintus 15:1).
Melalui berita itu, Paul menegaskan, mereka diselamatkan, dan ia

menggambarkannya di dalam pengertian yang paling sederhana, sambil


menekankan penampakan Kristus setelah kebangkitan (15:3-8).
Kitab suci injil yang saat ini dijadikan kitab suci oleh kaum nasrani /
kristen katolik & protestan sangat berbeda dengan injil yang diwahyukan
kepada nabi Isa AS semasa hidupnya untuk kaumnya. Oleh sebab itu datang
Alqur'an untuk menjadi penyempurna seluruh kitab suci yang pernah ada
C. Al Quran sebagai kitab Allah yang terakhir
Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa
Arab. Al-Quran adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran,
dalam bahasa Arab )adalah kitab suci agama Islam. Al-Qur'an merupakan
puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusiauntuk
pegangan dan mengatur hidup dan kehidupan manusia dan membacanya
bernilai ibadah.
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Quran berasal dari
bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Kata Al-Quran adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang
artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat
Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah:
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena
itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya.
(75:17-75:18)

Perbedaan terbesar antara Kitab Taurat, Zabur dan Injil dengan AlQuran adalah, Al-Quran dalam kemurnian isinya dijaga oleh Allah swt.
sehingga banyak orang yang hafal Al-Quran dan Al-Quran tidak dapat
dimusnahkan atau di ganti isinya, karena Al-Quran adalah kitab terakhir
petunjuk bagi manusia, hingga akhir zaman.
Beberapa alasan yang sangat mendasar dan rasional yang menjadikan
Al-Quran sebagai pedoman hidup adalah:
1. Al-Quran bersifat wahyu.
(QS. An-Najm, 53:3)

dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran)

menurut kemauan hawa nafsunya. (QS. An-Najm, 53:4) Ucapannya itu


tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
2. Al-Quran bersifat hak
(QS. Al-Maidah, 5:48 ) Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian (Maksudnya: Al
Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya) terhadap kitab-kitab yang lain
itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu (Maksudnya: umat Nabi Muhammad
s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.) , Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-

Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada


Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu,
3. Al-Quran bersifat universal
Ajaran Al-Quran dapat diterima oleh seluruh umat manusia yang berpikir
rasional.
4. Al-Quran bersifat fitrah
Al-Quran suci dari wujud dan isinya, sehingga setiap yang menyentuh AlQur;an harus berwudhu terlebih dahulu.
D. Hikmah Iman Kepada Allah SWT
Ada beberapa pelajaran/hikmah yang dapat kita petik dari keimanan
kepada Allah melalui pemahaman terhadapt Asmaul Husna. Hikmah-hikmah
tersebut antara lain:
1.

Keimanan kepada Allah harus ditunjukkan dengan melaksanakan perintahperintah-Nya. Bukan hanya sebuah pengakuan palsu dengan lisan.

2.

Allah memiliki Asmaul Husna dan kita diperintah untuk berdoa dengannya, maka
pelajarilah 99 Asmaul Husna Allah dan berdoalah dengannya.

3.

Mendorong kepada kita agar dapat mewujudkan sifat-sifat mulia Allah dalam
perilaku kita sehari-hari.

4.

Allah maha mulia (al-Kariim), maka jadilah khalifah Allah yang memiliki
keluhuran budi.

5.

Allah maha memberi keamanan (al-Mumiin), maka jadilah khalifah Allah yang
dapat memberikan keamanan untuk mahkluk lain.

6.

Allah maha menolong (al-Wakiil), maka hiduplah dengan optimis karena Allah
akan menolong khalifahNya yang mengalami masalah dalam tugasnya.

7.

Allah maha kuat/kokoh (al-Matiin), maka jadilah khalifah Allah yang teguh
pendirian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran.

8.

Allah maha mengumpulkan (al-Jamii), maka bersiaplah untuk berkumpul di


padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan amanah Allah kepada
kita sebagai khalifah di muka bumi ini. Dan jadilah katalisator yang dapat
mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat untuk terbentuknya satu
kesatuan sistem kehidupan yang harmonis.

9.

Allah maha adil (al-Adl), jadilah khalifah yang yakin bahwa Allah maha tahu apa
yang kita butuhkan, sehingga kita menjadi manusia yang siap mendapat
ujian syukur ataupun ujian sabar dari Allah.

10. Allah maha akhir (al-Akhir), jadilah khalifah yang siap bertanggungjawab
terhadap apa yang kita lakukan dalam rangka menjalani tugas sebagai
khalifah ini.

IV.

Nabi dan Rasul

A. Pengertian Nabi dan Rasul


NABI Adalah: Manusia yg di pilih oleh ALLAH SWT untuk
menerima WAHYU.
RASUL Adalah: Manusia yg di pilih oleh ALLAH SWT untuk
menyampaikan/menyebarkan WAHYU ke Manusia, setelah ada NABI.
NABI otomatis menjadi RASUL, RASUL belum tentu NABI.
PERBEDAAN NABI DAN RASUL Adalah: NABI menerima Wahyu,
sedangkan RASUL tidak menerima WAHYU.
PERSAMAANNYA

Adalah:

Tugasnya

sama-sama

menyampaikan/menyebarkan WAHYU ALLAH SWT.


B. Nama-nama Nabi dan Rasul
Dalam agama islam terdapat 25 nabi yang wajib diketahui dengan
Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat
spanjang masa, yaitu :
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.

11. Yusuf AS.


12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.
Dalam Islam terdapat 4 orang rosul yang wajib kita ketahui, yaitu antara lain :
1. Musa AS. (Kitab Suci Taurat)
2. Daud AS. (Kitab Suci Zabur)
3. Isa AS. (Kitab Suci Injil)
4. Muhammad SAW. (Kitab Suci Al-Qur'an)
C. Sifat-sifat Nabi dan Rasul
Para Nabi dan Rasul memiliki 4 sifat Wajib dan 4 sifat Mustahil, serta 1 sifat
Jaiz:

1.

Shiddiq (benar), mustahil ia Kizib (dusta). Ertinya, Nabi dan Rasul bersifat
benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatannya, yakni sesuai dengan
ajaran Allah SWT. Dan Kami menganugerahkan kepada mereka
sebahagian rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik
lagi mulia.(QS.19/Maryam:50).

2. Amanah (dapat dipercaya), mustahil Khianat (curang). Ertinya, para Nabi


dan Rasul itu bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah SWT, serta
memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia
sesuai dengan kehendak-Nya. Mustahil mereka menyelewengkan atau
berbuat curang atas ajaran Allah SWT.
3. Fathonah (pandai/cerdas), mustahil Jahlun (bodoh). Ertinya, para Nabi dan
Rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan, dan perbuatannya atas
dasar kecerdasannya. Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi
oleh orang lain.
4. Tabliq (Menyampaikan wahyu kepada umatnya), mustahil Kitman
(menyembunyikan wahyu). Artinya, para Nabi dan Rasul itu pasti
menyampaikan seluruh ajaran Allah SWT sekalipun mengakibatkan jiwanya
terancam. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab
dan orang-orang yang ummi (buta huruf), Sudahkah kamu masuk Islam ?.
Jika mereka telah masuk Islam, niscaya mereka mendapat petunjuk,
dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan (ayatayat Allah). Dan Allah maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS.3/Ali
Imrom: 20). Satu sifat Jaiz para Nabi dan Rasul, yaitu Arodhul Basyariyah,

ertinya mereka juga memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia pada umumnya,


seperti ; makan, minum, tidur, sakit dan lain-lain sebagainya."
D. Tugas dan Mukjizat Para Rasul
Adapun tugas-tugas yang Allah berikan kepada para Rasul antara lain
sebagai berikut:
1. Menegakkan Kalimat tauhid (kalimat : Laa ilaaha illallaah)
2. Menyeru manusia untuk menyembah hanya kepada Allah.
3. Membawa Rahmat
4. Memberikan petunjuk kejalan yang benar.
5. Memberi peringatan kepada manusia
6. Memberi suri teladan yang baik.
Adapun mukjizat yang Allah berikan kepada para Rasul antara lain
sebagai berikut:
1.

Mukjizat Nabi Adam: Nabi Adam diyakini sebagai manusia pertama yang
menginjakkan kaki di bumi. Sebagai pasangan Nabi Adam adalah Hawa
yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Mukjizat Nabi Ayub: Nabi Ayub dikenal seorang yang kaya raya dan sangat
dermawan. Namun kesejahteraan ini tidak membuatnya sombong, ini yang
mendorong iblis untuk menggodanya.
Allah pun menentang iblis sekiranya dia dapat meruntuhkan iman Nabi
Ayub. Ujian itu pun tiba, seluruh harta kekayaan yang dimiliki Nabi Ayub
habis terbakar, setelah itu Nabi Ayub terserang penyakit kulit hingga 80
tahun lamanya.

Namun dia dan istrinya yang setia, Rahmah, tetap bertawakal kapada Allah
SWT. Sampai akhirnya Allah berfirman agar Nabi Ayub menapakkan
kakinya ditanah. kemudian dari tanah tersebut keluar air yang dapat
menyembuhkan penyakit yang dideritanya selama 80 tahun.
2. Mukjizat Nabi Daud: Figur Nabi Daud memuncak saat dia berhasil
membunuh jalut, pemimpin kaum pemberontak palestina. Nabi Daud
kemudian menjadi seorang raja dan berlaku sangat adil.
Di masa kerajaan Nabi Daud tumbuh kuat dan masyarakat menjadi makmur.
Suatu saat Nabi Daud melarang para nelayan untuk tidak melaut di hari
sabtu, namun peringatan tersebut dilanggar, sehingga terjadi bencana gempa
yang menewaskan seluruh penduduk.
3. Mukjizat Nabi Dzulkifli: Sejarah menyebutkan bahwa Nabi Dzulkifli adalah
putra Nabi Ayub. Dikisahkan pula bahwa dia mewarisi sifat sabar ayahnya.
Suatu saat beliau ditunjuk menjadi seorang raja setelah dapat memenuhi
persyaratan yang diminta.
Yaitu calon pengganti haruslah seorang yang sanggup berpuasa di siang
hari, beribadah di malam hari, dan bukan seorang yang pemarah.
4. Mukjizat Nabi Harun: Nabi Harun disebut sebagai partner Nabi Musa. Dia
adalah sosok yang cakap berdakwah, pandai berdiplomasi, dan penuh
perhatian. Nabi Harun selalu mendampingi Nabi Musa dalam berdakwah,
hingga suatu saat Nabi Musa memutuskan untuk beruzlah dan menitipkan
pembinaan umatnya kepada Nabi Harun. Nabi Harun juga sempat berjuang
untuk memberantas penyembahan berhala yang dipimpin oleh Samiri, salah
seorang tukang sihir kerajaan Fir'aun.

5. Mukjizat Nabi Hud: Nabi Hud tergolong dalam kaum Ad yang terhormat.
kehidupan mereka serba maju dan berkecukupan, namun sayangnya mereka
selalu berfoya-foya dan tenggelam dalam kehidupan fana.
6. Nabi Hud mengingatkan mereka untuk bersyukur dan selalu memohon
kepada Allah SWT, namu mereka menolak. Akhirnya murka Allah datang
dengan menurunkan azab berupa badai gurun selama 7 hari 7 malam. Kaum
yang mendengarkan himbauan Nabi Hud selamat dengan berpindah ke kota
Hadramaut.
7. Mukjizat Nabi Ibrahim: Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapak para Nabi. Dia
dihormati oleh pemeluk 3 agama, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Nabi
Ibrahim lah yang membangun Ka'bah di kota Mekkah.
Keyakinannya yang kuat terhadap Islam dimulai dari pencariannya akan
Tuhan, dia sangat tidak menerima orang-orang disekitarnya yang
menyembah berhala, sampai akhirnya dia dibakar hidup-hidup, namun Allah
SWT menurunkan mukjizatnya dengan menyelamatkan Nabi Ibrahim dari
kobaran api.
8. Mukjizat Nabi Idris: Nabi Idris diyakini Nabi pertama yang menulis dengan
pena, Masyarakat terdahulu mempercayai pula bahwa ia dibawa ke surga
tanpa mengalami kematian. Peristiwa itu terjadi ketika beliau berusia 82
tahun.
9. Mukjizat Nabi Ilyas: Nabi Ilyas tinggal di lembah sungai Yordan dimana
penduduknya menyembah berhala, Nabi Ilyas menyuruh kepada mereka
semua untuk meninggalkan berhala, namun mereka tidak mengindahkannya.
Bahkan menantang agar Tuhan yang disembah Nabi Ilyas menurunkan

bencana, dan akhirnya kekeringan melanda daerah tersebut. Setelah


beberapa tahun, Nabi Ilyas dapat meyakinkan kaum tersebut untuk
menyembah Allah SWT.
10. Mukjizat Nabi Ilyasa: Nabi Ilyasa merupakan kerabat dekat Nabi Ilyas.
Setelah Nabi Ilyas meninggal, beliau melanjutkan perjuangan Nabi Ilyas
untuk menghalau penyembahan berhala yang kembali merebak di lembah
sungai Yordan.
Namun kaum tersebut tidak mau mendengarkan sehingga terjadi bencana
kekeringan kembali melanda mereka.
11. Mukjizat Nabi Isa: Nabi Isa adalah putra dari Bunda Maryam yang
dilahirkan tanpa memiliki suami, Hal ini menimbulkan kontroversi dan
hujatan bertubi-tubi kepada Maryam.
Secara ajaib Nabi Isa yang saat itu masih bayi tiba-tiba berbicara dan
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa penciptaan dirinya
diawalai dari kedatangan malaikat jibril kepada ibunya.
Nabi Isa juga memperlihatkan banyak mukjizat lainnya ketika ia tumbuh
dewasa, diantaranya membentuk seekor burung hidup dari sebuah tanah liat,
menghidupkan orang mati, menyembuhkan kebutaan dan mendatangkan
makanan yang semula tidak ada dan menjadi ada.
Penyelamatan Nabi Isa dari penyaliban juga merupakan salah satu bentuk
mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT.
12. Mukjizat Nabi Ishaq: Nabi Ishaq banyak menemani bapaknya yaitu Nabi
Ibrahim dalam berdakwah menyebarkan ajaran Islam.

13. Mukjizat Nabi Ismail: Nabi Ismail dan keluarganya merupakan orang-orang
yang terdahulu melaksanakan Haji. Suatu saat Nabi Ismail haus dan ibunya
bolak-balik dari bukit Safa-Marwah untuk mencari air, hingga akhirnya
keluar sebuah mata air zamzam.
Dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, Nabi Ismail digoda oleh
Syaitan agar membatalakan niatnya. Namun Nabi Ismail tidak goyah dan
melempar syaitan tersebut dengan batu. yang saat ini menjadi ritula ibadah
haji, yaitu lempar jumrah.
Seperti yang kita ketahui, saat akan disembelih jasad Nabi Ismail digantikan
oleh seekor kambing, yang akhirnya menjadi cikal bakal ibadah Idul Adha.
14. Mukjizat Nabi Luth: Perjuangan Nabi Luth adalah menyeru kaum sodom
untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu meninggalkan homoseksual,
kemudian menyembah Allah.
Pada akhirnya Allah SWT berfirman agar Nabi Luth segera meninggalkan
pemukimannya dan kemudian ia menurunkan azab yang pedih kepada kaum
tersebut.
15. Mukjizat Nabi Musa: Kisah pertarungan Nabi Musa dengan Fir'aun
merupakan salah satu kisah yang tersohor. Dikisahkan bahwa Fir'aun merasa
terancam dengan keberadaan Nabi Musa yang menyebarkan ajaran untuk
mengesahkan Allah.
Mereka bertarung dan Nabi Musa memenangkannya dengan bantuan
tongkatnya, kemudian ia dan kaumnya dikejar oleh pengikut Fir'aun. namun
mereka berhasil lolos dengan bantuan tongkat Nabi Musa yang dapat
membelah lautan.

16. Nabi Musa mendapat mukjizat kitab Taurat, yang dikenal dengan perjanjian
lama yang berisi ajaran pokok 10 perintah Allah SWT.
17. Mukjizat Nabi Nuh: Nabi Nuh menyebarkan ajaran untuk menyembah Allah
SWT. namun masyarakat menolak dan menganggapnya gila, Nabi Nuh
kemudian diberikan peringatan oleh Allah bahwa akan terjadi banjir besar
yang akan melanda daerahnya.
Oleh karena itu Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah kapal,
masyarakat sekitar tetap tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan
oleh Nabi Nuh. sehingga mereka akhirnya hanyut dalam banjir tersebut.
18. Mukjizat Nabi Shalih: Yang paling dikenal adalah unta betina yang keluar
dari batu setelah ia memukulkan telapak tangannya. Nabi Shalih meminta
kepada penduduk setempat untuk tidak mengganggu unta tersebut dan
susunya boleh diperah untuk memenuhi kebutuhan penduduk miskin.
Namun kaum yang tidak menyukainya berusaha membunuh unta itu dan
pada akhirnya mereka dijatuhi azab petir dan gempa.
19. Mukjizat Nabi Sulaiman: Salah satu keahlian Nabi Sulaiman yang paling
menonjol adalah kemampuannya berkomunikasi dengan binatang. Dia juga
merupakan raja yang sangat bijaksana, kekuasaannya bahkan mencakup
bangsa jin.
20. Mukjizat Nabi Syuaib: Nabi Syuaib menyebarkan ajaran Islam di daerah
Madyan, namun masyarakat Madyan menolak ajaran tersebut hingga
akhirnya

Allah

menurunkan

menghanguskan mereka.

azab

berupa

petir

dan

kilat

yang

21. Mukjizat Nabi Yahya: Nabi Yahya mengajarkan bahwa kebenaran harus
ditegakkan dengan resiko apapun. Pada riwayatnya dicontohkan saat ia
bersikeras

melarang

pernikahan

antara

seorang

paman

dengan

keponakannya sendiri.
22. Mukjizat Nabi Ya'qub: Nabi Ya'qub adalah kakek moyang para rasul
sebelum masa Nabi Muhammad. Sikap dan cara berpikirnya tentu
berpengaruh kepada para rasul keturunannya, serta kaum Yahudi dan
kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah sebelum era Nabi
Muhammad SAW.
23. Mukjizat Nabi Yunus: Nabi yunus berusaha menyebarkan ajaran Allah,
namun ia tidak mendapat sambutan baik dari masyarakat. Dalam
perjalanannya menjauhi daerah tersebut karena khawatir akan dibunuh,
kapal yang ia tumpangi diguncang topan dan diputuskan bahwa Nabi Yunus
akan dikorbankan untuk ditenggelamkan ke laut demi keselamatan
penumpang lainnya.
Namun mukjizat Allah tiba, Nabi Yunus dimakan oleh seekor ikan yang
kemungkinan adalah ikan paus, dan ditemukan masih hidup didalam perut
ikan paus tersebut.
24. Mukjizat Nabi Yusuf: Nabi Yusuf dikisahkan dalam riwayatnya sebagai
seorang pria yang sangat tampan dan sangat piawai dalam memimpin
negaranya. Sejak kecia dia mendapat mimpi yang tidak biasa dan ketika
besar dia dapat mentakwilkan mimpinya tersebut, sehingga dia sangat
dihormati oleh masyarakat sekitarnya.

25. Mukjizat Nabi Zakaria: Nabi Zakaria dan istrinya, Isya, membaktikan diri
untuk menjaga Baitul Maqdis - Rumah Ibadah peninggalan Nabi Sulaiman
di Yerusalem. Nabi Zakaria dikaruniai keturunan oleh Allah SWT di saat
usianya sudah cukup uzur, yaitu sekitar 100 tahun, anak tersebut adalah
Nabi Yahya.
26. Mukjizat Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW adalah Rasul
terakhir, sekaligus sebagai penutup para Rasul-Rasul sebelumnya. Dia lah
yang menyempurnakan ajaran-ajaran Islam.
E. Rasul-rasul yang Ulul Azmi
Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki
ketabahan yang luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.
F. Muhammad Rasulullah Sebagai Nabi Terakhir
Rosul/Nabi yaitu manusia yang dipilih Tuhan untuk menerima wahyuNya guna di sampaikan kepada umatnya. Di bawah adalah dalil Nabi
Muhammad Nabi dan Rasul terakhir dan tidak ada Nabi sesudahnya. Sehingga,
tidak ada alasan yang membenarkan orang-orang yang mengaku sebagai Nabi
dan Rasul Baru setelah Nabi Muhammad saw, maupun dan argumen kelompok
Ahmadiyah yang menodai agama Islam dengan menyatakan Mirza Ghulam
Ahmad sebagai Nabi. Q.S. Al Ahzab (33) ayat 40:




40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu[1223]., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.

Ayat tersebut menjelaskan hakikatnya Muhammad bin Abdillah bin


Abdil Muthallib dengan tiga ciri:
1. Muhammad bukanlah bapak perseorangan. Bermakna beliau merupakan
bapak dunia, bapak seluruh orang. Bukan bapak bangsa Arab, terlebih
bapaknya orang Timur Tengah.
2. Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah) yang ditugaskan untuk
menyampaikan risalahNya. Hal ini untuk men-counter prasangka di antara
orang Arab (waktu itu) yang menganggap beliau seorang ahli sya'ir, bahkan
lebih buruk memandang beliau sebagai tukang sihir.
3. Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus Allah. Di antara sekian
banyak ayat Al-Qur'an, hanya satu ayat di atas (QS. Al-Ahzab [33] : 40)
yang menjelaskan bahwa Muhammad merupakan Nabi terakhir. Ini
menunjukkan kekhususan Nabi Muhammad SAW, yang tidak ada lagi Nabi
sesudah beliau.
Jika seribu pertanyaan mengalir mempertanyakan; "Kenapa" Allah
menjadikan Muhammad sebagai bapak dunia, "Kenapa" Allah mengutus
Muhammad sebagai Rasul, dan "Kenapa" Allah menjadikan Muhammad
sebagai Nabi terakhir. Tentu pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak akan ada
habisnya. Otak dan pengetahuan manusia terbatas dan tidak akan sampai untuk
memahami segala pertanyaan itu. Cukup mengimani apa yang diwahyukan

Allah. Oleh karenanya, di akhir ayat tersebut Allah menutup dengan, "Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Ahli bahasa memberikan makna terhadap kalimat "khatama" dengan
Al-Istitsaqu wal man'u (Lihat Lisanul 'Arab Bab Kha), artinya memastikan dan
menolak sesuatu. Dengan demikian, Al-Qur'an menyebutkan Muhammad
sebagai "khatamanabiyin", artinya pasti dan tidak ragu bahwa Muhammad
sebagai Nabi terakhir dan menolak orang yang mengaku Nabi di kemudian
hari.
Para mufasir mengartikan khatamanabiyin dengan tiga tafsiran;
Pertama, Khatamanubuwata, artinya Allah telah menutup kenabian. Kedua,
Allah menyempurnakan kenabian dan Rasul sejak awal sampai akhir dan
disempurnakan dengan ditutupnya oleh Muhammad Rasulullah SAW. Ketiga,
Muhammad paling akhir di antara para Nabi Allah yang diutus.
Ibnu Abbas, sahabat sekaligus ahli tafsir terkemuka di zaman Nabi
mengomentari ayat di atas, "Seolah-olah Allah berkehendak dengan
firmanNya, kalaulah Allah tidak menutup nabi-nabi dengan kenabian
Muhammad, seolah Allah berfirman, pasti Aku jadikan seorang Nabi di antara
anaknya. Tapi Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Kenapa tidak
menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai Nabi dan Rasul karena
memang Allah berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir."
Salah satu logika yang digunakan Ibnu Abbas adalah bukti sejarah
yang menunjukkan bahwa tiga putra beliau; dua dari khadijah, pertama, Qasim,
sehingga beliau SAW dipanggil Abul Qasim, lahir sebelum beliau diangkat
menjadi Nabi dan meninggal dalam usia 2 tahun. Kedua, Abdullah yang

dijuluki Ath-Thayyib dan Ath-Thahir karena ia dilahirkan dalam Islam


meninggal dunia setelah lahir beberapa hari. Ketiga, putra dari Mariah Qibtiyah
bernama Ibrahim meninggal dalam usia 16-18 bulan (Al-Wafa, halaman 536537). Kalaulah putra beliau SAW, hidup sampai dewasa, tidak mustahil di
kemudian hari orang akan mendewakan salah satunya dan mengangkatnya
sebagai Nabi. Tapi Allah mentakdirkan tidak menjadikan seorang pun hidup
sampai dewasa.
Ada yang berargumen bahwa Nabi Muhammad hanya Nabi terakhir.
Bukan Rasul terakhir. Namun hadits di bawah menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad bukan hanya Nabi terakhir, tapi juga Rasul terakhir:
Rasulullah SAW menegaskan: "Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai
pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku". (Tirmidhi,
Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas
bin Malik).
G. Hikmah Iman Kepada Nabi Dan Rasul
Pentingnya orang Islam beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. bukan
tanpa alasan. Di samping karena diperintahkan oleh Allah Swt., juga banyak
manfaat dan hikmah yang dapat diambil dari beriman kepada rasul. Terdapat
25 Rasul yang wajib kita ketahui diantara 124.000 nabi yang ada. Di antara
manfaat dan hikmah beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. adalah sebagai
berikut.
1. Makin menyempurnakan imannya.
2. Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
3. Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.

4. Memiliki teladan dalam hidupnya.


Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ahzab/33: 21 yang Artinya : Sungguh,
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.
5. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran/3: 31 yang Artinya : Katakanlah
(Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.
6. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi
kepada-Nya.
Firman Allah Swt. dalam Al-Quran

(Q.S. az-Zariyat/51: 56) yang

Artinya :Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.

V. Pengertian Hari Akhir


A. Proses dan Peristiwa Hari Akhir
Hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan
makhluk hidup di duniayang harus kita percayai kebenaran adanya yang
menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang
kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yangke-lima.
Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh malaikat
isrofil untuk menghancurkan bumi beserta seluruh isinya.Hari kiamat tidak
dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia AllahSWT
yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa
mengetahui kapandatangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan
akan menerima imbalansurga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orangorang kafir dan penjahat akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.
Adapun proses dan peristiwa hari akhir adalah sebagai berikut:
1. Nafkhotan : yakni peniupan 2 kali sangkakala,oleh malaikat israfil.tiupan
pertama,semua makhluk dimatikan oleh Allah SWT,dan yg kedua
dihidupkan kembali Oleh Allah SWT.selisih waktunya 40 puluh (entah
hari ,bulan atau tahun)
2. Baats

hari

dibangkitkannya

manusia

dari

alam

kubur

untuk

mempertanggungjawabkan amal perbuatannya


3. Hasyar : hari dikumpulkan nya manusia dipadang mahsyar untuk
diadili,semua manusia pada saat itu sangat payah,karena matahari di

dekatkan kepada manusia,dan manusia dibanjiri keringat,namun Allah akan


memberi pertolongan kepada 7 golongan,yang sudah dijelaskan di episode
sebelumnya.
4. Syafaat

Udma

pertolongan

oleh

Nabi

Muhammad

SAW,untuk

menyelamatkan orang yg ahli surga,agar segera dimasukan ke tempat penuh


kelezatan,dan diringankan dosanya
5. Hisab : perhitungan amal baik dan buruk pada saat didunia,semua bibir
terkunci,hanya anggota tubuh yg berasaksi
6. Mizan : penimbangan amal dan dosa
7. Ita-ul kitab : pemberian buku catatan amal manusia
8. Haudl (telaga) : setiapa nabi memiliki telaga untuk memberi minum
umatnya,hanya ahli surga saja yg diizinkan
9. Shirotol mustagim : jembatan membentang diatas neraka,permukaan titian
nya sangat tipis dan tajam,dan lebih tipis dari rambut,untuk melewati
jembatan ini,sesuai dengan amal kita, ada yg melewati dengan secepat
kilat,angin,terbang,berlari,dll
10. Surge dan neraka : surga penuh dengan rahmat,sedangkan neraka penuh
dengan siksa,
B. Hikmah Iman Kepada Hari Akhir
Keyakinan kepada hari akhirat akan memberikan beberapa hikmah
kepada orang yang mengimaninya, sebagai berikut :
1. Tidak akan meniru pola hidup orang kafir (yang tidak beriman).
"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir
bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian

tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya." (QS 3:196-197)
Allah SWT telah memperingatkan kita supaya tidak terpedaya dan ikutikutan gaya hidup orang kafir, yang penuh dengan kebebasan (foya-foya,
dugem, mabok, free sex, dll). Itu adalah kesenangan sementara saja, selama
hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung selama-lamanya didalam
neraka jahanam. Naudzubillahi min dzaalik.
2. Selalu beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan.
Orang yang beriman dengan adanya hari akhir yakin dan mengharap akan
bertemu dengan Allah, oleh karena itu dia akan selalu berusaha beramal
sholeh dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sehingga ketika
menemui-Nya dalam keadaan siap.
"... Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." (QS 2:223)
"... Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS 18:110)
3. Selalu berbuat baik dan benar.
Orang yang beriman kepada hari akhir akan selalu berbuat baik dan benar
dalam hidupnya.
"Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat
menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu

tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat


kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong." (QS 2:123)
Mengapa harus baik dan benar? Karena perbuatan baik belum tentu benar,
tetapi perbuatan benar sudah pasti baik. Misalnya, perbuatan menolong
orang adalah baik, tetapi belum tentu benar. Menolong orang dalam rangka
apa? Apakah menolong dalam rangka kebaikan dan takwa, atau dalam
rangka dosa. Menolong orang berbuat dosa atau jahat adalah tidak benar
dan tidak dibenarkan dalam Islam.
"... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya." (QS 5:2)
Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik dan benar, perkataan pun
harus baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berhata
benar atau diam." (HR Bukhari dan Muslim)
4. Mau berjihad dijalan Allah dengan jiwa dan harta.
Berjihad bagi orang yang beriman kepada hari akhir adalah sebuah
kemestian, karena jihad dengan jiwa dan harta merupakan jual beli seorang
mukmin dengan Allah, serta merupakan pembenaran atas keimanannya.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan

siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka


bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar." (QS 9:111)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah,
mereka itulah orang-orang yang benar." (QS 49:15)
5. Tidak bakhil (kikir) dalam berinfaq.
Ketika seseorang beriman kepada hari akhir, ia akan selalu berinfak dijalan
Allah dengan tidak kikir. Karena ia tahu akibat kikir terhadap hartanya itu
dikemudian hari, serta ia tahu pahala yang berlipat ganda yang diterimanya
bila ia berinfak dijalan Allah SWT.
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 3:180)
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan
dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar)

sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang
"mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang." (QS 104:1-9)
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala
di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati." (QS 2:261-262)
6. Memiliki kesabaran dalam kebenaran dan ketika tertimpa musibah.
Ketika keimanan kepada hari akhir tertanam dalam hati, maka orang itu
akan selalu sabar dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun. Meskipun
musibah menimpa dirinya, ia akan tetap sabar bahkan meningkatkan
kesabarannya.
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS 3:200)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-

orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi


wa innaa ilaihi raaji`uun." (QS 2:155-156)
7. Ia tahu bahwa dunia ini hanya sementara, semua akan mati. Penderitaan
didunia hanyalah sementara, segala sesuatu akan disempurnakan diakhirat
nanti, sebagaimana firman Allah SWT:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan

dunia

itu

tidak

memperdayakan." (QS 3:185)

lain

hanyalah

kesenangan

yang

VI.

Qadha dan Qadar

A. Pengertian Qadha dan Qadar


Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan,
perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut
istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman
azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai
dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan
seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran.
Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha)
terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada
sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir
Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang,
maupun akan terjadi.
B. Beberapa Tingkatan Takdir
1. Tingkatan Pertama
Beriman bahwa Allah Taala mengetahui apa yang dikerjakan oleh seluruh
makhluk, dengan ilmu-Nya yang azali dan abadi. Allah telah mengetahui
segala keadaan mereka, yang berupa ketaatan, rezki, maupun ajal. Dia
mengetahui apa yang telah dan akan terjadi, apa yang tidak terjadi bila ia
terjadi, serta bagaimana ia terjadi. Allah Taala berfirman,
Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(Ath-Thalaq: 12)
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ankabut:62)

2. Tingkatan Kedua
Penulisan segala sesuatu oleh Allah di dalam Lauh Mahfuzh, baik yang
kecil maupun yang besar, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi.
Allah Taala berfirman,
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22)
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata.
(Yasin: 12)
3. Tingkatan Ketiga
Kehendak Allah yang berlaku, yang tidak bisa ditolak dan kekuasaan-Nya
yang tidak bisa dihindarkan oleh suatu apapun. Seluruh peristiwa terjadi
dengan kehendak dan kekuasaan Allah. Adapun yang Dia kehendaki,
niscaya terjadi dan apapun yang tidak Dia kehendaki, niscaya tidak terjadi.
Allah berfirman,
Dan kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki oleh
Allah, Rabb semesta alam. (At-Takwir: 29)
4. Tingkatan Keempat
Mencipta adalah wewenang Allah Taala. Dialah Khaliq (pencipta),
sedangkan selain-Nya adalah makhluk yang diciptakan-Nya. Allah Taala
berfirman,
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
(Az-Zumar: 62)

Adakah sesuatu pencipta selain Allah? (Fathir: 3)


Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu yang telah terjadi, bersamaan
dengan itu Dia memerintahkan para hamba untuk mentaati-Nya dan
mentaati Rasul-Nya serta melarang mereka dari kemaksiatan terhadap-Nya.
Dia mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan dan orang-orang yang
berbuat adil serta meridhai orang-orang yang beriman dan beramal shalih.
Dia tidak mencintai orang-orang kafir dan tidak meridhai kaum yang fasik.
Dia tidak memerintahkan perbuatan keji, tidak meridhai kekafiran bagi
hamba-hamba-Nya, dan tidak mencintai kerusakan. Dia Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui.
Ada sebagian ulama yang memadukan keempat tingkatan takdir ini dalam
satu bait syair sebagai berikut:
(Taqdir) adalah ilmu, penulisan dan kehendak Maula kita Begitu juga
penciptaan-Nya, yaitu pengadaan dan pembentukannya
Lebih dalam lagi mengenai takdir, penulis Syarh Aqidah Al-Wasithiyah
menerangkan tentang iman kepada penulisan takdir seperti takdir yang
meliputi seluruh makhluk, penulisan perjanjian (ketika di alam rahim),
penulisan rezki, penulisan penetapan tahunan dan penulisan penetapan
harian. Selain itu juga, menjelaskan secara ringkas sebagian jenis qalam
(pena) alat penulis takdir itu.
C. Manusia dan Takdir
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu tubuh manusia yang bersifat
materi yang berasal dari tanah,sedangkan roh manusia berasal dari subtansi
imateri.Yang dimana allah sebagai subjek dan manusia sebagai objek.

Takdir mengandung arti dari segi bahasa adalah ukuran, ketentuan,


kemampuan, dan kepastian.Seolah kita dikuasai oleh takdir tanpa mampu
mengubahnya dan tanpa ada pilihan sehingga takdir di namai ketentuan Tuhan
Yang Maha Esa.
D. Hikmah Iman Kepada Takdir
1. Dapat mendorong manusia untuk mengadakan penelitian
2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan bersungguhsungguh
3. Mendorong manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Mendorong manusia untuk menanamkan sifat tawakal
5. Mendorong manusia mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup

Anda mungkin juga menyukai