Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah lembaga sosial kemanusiaan yang
netral dan mandiri yang didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan
penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana alam maupun bencana
akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar belakang korban yang ditolong.
Tujuannya semata-mata untuk mengurangi penderitaan sesama manusia yang
sesuai dengan kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih parah.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya sering kita melihat seseorang yang
langsung jatuh pingsan atau yang dialami korban dalam hal ini dimasukkan dalam
materi penilaian pada penderita.
Tidak terlepas dari pembahasan penilaian penderita,dalam kehidupan kita
sehari-hari juga dijumpai kasus keracunan, baik itu keracunan karena adanya
unsur sengaja, maupun tanpa adanya unsur kesengajaan. Dalam proposal ini akan
dibahas tentang penilaian penderita dan keracunan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penilaian penderita ?
2. Hal apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan keadaan ?
3. Bagaimana cara melakukan wawancara untuk mencari riwayat penderita
4.
5.
6.
7.

berdasarkan akronim KOMPAK ?


Apa itu keracunan ?
Bagaimana gejala dan tanda pada keracunan ?
Bagaimana penatalaksanaan keracunan secara umum ?
Sebutkan jenis-jenis keracunan

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu penilaian penderita
2. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan keadaan
3. Untuk mengetahui cara melakukan wawancara untuk mencari riwayat
penderita berdasarkan akronim KOMPAK
4. Untuk mengetahui apa itu keracunan
5. Untuk mengetahui gejala dan tanda pada keracunan
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan secara umum
7. Untuk mengetahui jenis-jenis keracunan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan proposal ini untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari adalah :
1. Agar kita dapat mengetahui apa itu penilaian penderita
2. Agar kita dapat mengetahui apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan
keadaan
3. Agar kita dapat mengetahui cara melakukan wawancara untuk mencari
4.
5.
6.
7.

riwayat penderita berdasarkan akronim KOMPAK


Agar kita dapat mengetahui apa itu keracunan
Agar kita dapat mengetahui gejala dan tanda pada keracunan
Agar kita dapat mengetahui penatalaksanaan keracunan secara umum
Agar kita dapat mengetahui jenis-jenis keracunan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Penderita
Pelaku pertolongan pertama harus menilai penderita dan kaadaannya
sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penatalaksanaan penderita dengan
baik. Langkah-langkah penilaian adalah sebagai berikut :
1. Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi
dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa
yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat
membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih
sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi
korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.
a. Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah
tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan
mengajukan pertanyaan pertanyaan seperti dibawah :

Bagaimana kondisi saat itu


Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
Bagaimana mengatasinya

Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong


korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
b. Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan
selanjutnya adalah :

Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang


di sekitar lokasi kejadian.

Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:


Nama Penolong, Nama Organisasi, Permintaan izin untuk

menolong dari penderita / orang.


Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan

mulai melakukan penilaian dini dari penderita.


Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam

nyawa.

Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

Minta bantuan.
2. Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi
keadaan yang mengancam nyawa korban.
a. Langkah-langkah penilaian dini
Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan
apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma Mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis Tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba.

Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang

berkaitan dengan otak penderita


Terdapat 4 tingkat Respons penderita

A : Awas
A= Awas
S : Suara
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
N : Nyeri
S = Suara
T : Tidak respon
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T= Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).


Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke

dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila


jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan
peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan
berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus
mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan
napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut
korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin
menyumbat saluran napas.

Menilai pernapasan (Breathing)


Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan
rasakan, nilai selama 3-5 detik.
Pernapasan yang cukup baik :
i. Dada naik dan turun secara penuh
ii. Bernapas mudah dan lancar
iii. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik :
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii. Terdapat kesulitan bernapas
iii. Cyanosis (warna biru/abu abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan tidak normal
Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada
perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian
tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
Hubungi bantuan
Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan
yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
a.
b.
c.

Penglihatan (Inspection)
Perabaan (Palpation)
Pendengaran (Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara

rinci. Lakukan secara cepa tetapi pastikan tidak ada yang terlewat.

Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. Beberapa hal
yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :
P : Perubahan Bentuk
L : Luka Terbuka
N : Nyeri
B : Bengkak
P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan
a. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan),
bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara
napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:

Kepala
Kulit Kepala dan Tengkorak
Telinga dan Hidung
Pupil Mata
Mulut

Leher
Dada
Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan

kekerasan
Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang
belakang
Lakukan perabaan pada tulang

Abdomen
Periksa rigiditas (kekerasan)
Periksa potensial luka dan infeksi
Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Periksa adanya pembengkakan

Punggung
Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

Pelvis
Alat gerak atas
Alat gerak bawah
b. Pemeriksaan tanda vital
Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah,

teratur atau tidak


Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara

mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.


Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga
kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna
dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :


Bayi : 120 - 150 x/menit
Anak : 80 - 150 x/menit
Dewasa : 60 - 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 - 50 x/ menit
Anak : 15 - 30 x/ menit
Dewasa : 12 - 20 x/ menit

4. Riwayat Penderita

Selain

melakukan

pemeriksaan,

jika

memungkinkan

dilakukan

wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting


jika menemukan korban dengan penyakit. Mengingat wawancara yang
dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan
akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
O= Obat-obatan yang diminum.
M= Makanan/minuman terakhir
P= Penyakit yang diderita
A= Alergi yang dialami
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
5. Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya
lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita
hadapi. Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan
setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15
menit sekali.
6. Pelaporan dan Serah terima
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Umur dan jenis kelamin penderita


Keluhan Utama
Tingkat respon
Keadaan jalan napas
Pernapasan
Sirkulasi
Pemeriksaan Fisik yang penting
KOMPAK yang penting
Penatalaksanaan
Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas


yang mengambil alih korban dari tangan anda.
k. Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan
datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas
kesehatan.
B. Hal yang dilakukan pada Pemeriksaan Keadaan
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1.
2.
3.
4.

Keadaan respon
Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila

waktu memang tersedia.


5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya
Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada
bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum
diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau
masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan,
pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat
di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman
dan nyaman.

10

C. Cara melakukan wawancara untuk mengetahui riwayat penderita


berdasarkan akronim KOMPAK
Untuk menentukan riwayat penderita harus diadakan wawancara baik dengan
penderita keluarga atau saksi mata. Riwayat penyakit ini sangat penting terutama
pada kasus medis.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk
membantu digunakan akronim : KOMPAK
1. K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
2. O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja
diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
3. M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada
penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata
penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
4. P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin
berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya
keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
5. A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin
merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah
mengetahuinya

11

6. K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu
menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
D. Pengertian Keracunan
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu
dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat
menimbulkan kematian.
Keracunan adalah keadaan dimana dalam diri/tubuh penderita terdapat racun
yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai
racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka
bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan
penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung pada
dosis dan cara pemberiannya. Hampir semua racun bekerja segera, dan karena itu
setiap kasus keracunan merupakan keadaan gawat darurat medis, dan harus
mendapat pertolongan segera.
1. Cara terjadinya Keracunan pada manusia
a. Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang
berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering
berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan tersebut
cepat dan langsung mendapat pertolongan.

12

b. Keracunan tidak disengaja


Misalnya:

Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat

kimia tertentu.
Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang
sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu dan

sebagainya.
Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi.
Udara yang tercemar gas beracun.
2. Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
a. Melalui mulut/alat pencernaan
Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah
besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi

keracunan
Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol,

tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa.


Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya.
Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman

keras)
Perhatikan

sekitar

penderita

mungkin

ditemukan

petunjuk

mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus,


sisa makanan, sisa muntahan.
b. Melalui pernapasan
Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam
kendaraan yang tertutup).
Kebocoran gas industri
c. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan
dapat meresap ke dalam kulit tersebut. Keracunan ini dapat juga terjadi
akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian
tubuh lainnya.
d. Melalui suntikan atau gigitan
Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.).
Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita,
tiram dll).

13

Obat suntik
E. Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk
racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan
utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka
yang terganggu adalah pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi
setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat
zat racun tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
1. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
2. Penurunan respon
3. Gangguan pernapasan
4. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
5. Mual, muntah, diare
6. Lemas, lumpuh, kesemutan
7. Pucat atau sianosis
8. Kejang-kejang
9. Gangguan pada kulit
10. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
11. Syok
12. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.

14

F. Penatalaksanaan Keracunan Secara Umum


Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan
binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah
dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan
bersihkan sisa bahan beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan
racun .
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita
muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang
terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya
sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
G. Jenis-jenis Keracunan
1. Gigitan Ular
Bila seseorang penderita luka gigitan ular menunjukkan gejala dan tanda
maka berarti keadaannya serius dan perlu penanganan khusus.Beberapa gejala
dan tanda :
Demam
Mual dan muntah
Pingsan
Lemah
Nadi cepat dan lemah
Kejang
Gangguan pernapasan
Penanganan pada gigitan ular :
Amankan diri penolong dan tempat kejadian
Tenangkan penderita
Lakukan penilaian dini
Rawat luka, bila perlu pasang bidai.

15

Rujuk ke fasilitas kesehatan


2. Keracunan makanan
Keracunan Botulinum:
Keracunan Makanan Laut
Keracunan Jengkol
Keracunan Jamur
Keracunan Singkong
Keracunan Tempe Bongkek
Keracunan Makanan Basi
3. Keracunan zat-zat kimia dan obat-obatan
Keracunan Alkohol
Etil alcohol (wiski berkadar 40%), alcohol pekat (95% dan 75%),

metil alcohol (spritus)Quote


Keracunan Acetosal
Aspirin, Naspro (obat sakit kepala)
Keracunan Sedativa Psikotropika
Obat tidur
Keracunan Senyawa Hidrokarbon
Bensin, minyak tanah, baygon,detergen.
Keracunan Arsenicum
Racun Tikus, Insektisida, Pengawet kayu.
Keracunan Monoksida (CO)2
Sumber gas CO dapat bersala dari gas domestic dan gas
pembuangan mesin, cara kerja CO dalam tubuh yaitu bergabung
dengan hemoglobin dalam darah, akibatnya hemoglobin tidak

dapat mengikat O2
Keracunan H2S
Sifat : tidak berbau dan tidak berwarna, lebih ringan dari CO dan
O2, sumber H2s bersal dari tambang eksplorasi gas alam. Dapat
masuk kedalam organ pernafasan, berat dan ringan keracunan H2S
tergantung dari jumlah H2S yang masuk kedalam tubuh penderita.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penilaian Penderita
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk
mengatasi korbannya. Tahapan pertolongan pertama pada korban kecelakaan
adalah sebagai berikut :

Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat

massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk


membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang
menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

Langkah langkah penilaian pada penderita :


Penilaian Keadaan
Penilaian Dini
Pemeriksaan Fisik
Riwayat Penderita
Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
Serah terima dan pelaporan
2. Keracunan
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat
menimbulkan kematian.
Keracunan adalah keadaan dimana dalam diri/tubuh penderita terdapat
racun yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Gejala dan tanda keracunan umum :

Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan


Penurunan respon
Gangguan pernapasan
Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan

17

Mual, muntah, diare


Lemas, lumpuh, kesemutan
Pucat atau sianosis
Kejang-kejang
Gangguan pada kulit
Bekas suntikan, gigitan, tusukan
Syok

Keracunan di bagi menjadi:


Gigitan ular
Keracunan makanan
Keracunan zat-zat kimia dan obat-obatan
B. Saran
Mohon maaf bila proposal ini mempunyai banyak kekurangan, karena
sesungguhnya kekurangan itu adalah milik penulis dan kelebihan hanya milik
Allah SWT. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sangat membangun dari para pembaca guna perbaikan proposal selanjutnya.
Penulis sangat menghargai dan Insya Allah akan menerima kritikan serta
saran dari para pembaca

18

DAFTAR PUSTAKA
1. KSR-PMIunitikopin.blogspot.co.id/2010/10/keracunan

(Diunduh

pada

tanggal 11 Januari 2017, pukul 21:47 WITA)


2. palmersda.wordpress.com/penilaian-penderita (Di unduh pada tanggal 11
Januari 2017, pukul 22.04 WITA)
3. 2.bp.blogspot.com/logo (Diunduh pada tanggal 12 Januari 2017, pukul
13.23 WITA)
4. dwiwandanisari.blogspot.co.id/2015/04/kedaruratan-medis-dan-keracunan
(Diunduh pada 11 Januari 2017, pukul 22.13 WITA)
5. zulhijah03.blogspot.co.id (Diunduh pada tanggal 11 Januari 2017, pukul
22.16)
6. Wandani Sari, Dwi. 2014. Kedaruratan Medis dan Keracunan, Makassar :
Markas KSR-PMI Unit 114 Unismuh Makassar (Dilihat pada tanggal 6
Januari 2017, pukul 15.20 WITA)
7. Susilo, Julianto dkk, 2008. Pelatihan Dasar KSR Kumpulan Materi.
Jakarta : Markas Pusat Palang Merah Indonesia (Dilihat sebagai pedoman
selama pembuatan materi)

19

RIWAYAT PENULIS

Diah Ridhayanti, lahir di Sulawesi Selatan


tepatnya di Kota Makassar, pada tanggal 10 Mei
1999. Pendidikan formal yang telah ditempuh
adalah di SD NEGERI PARANG TAMBUNG 1
MAKASSAR tamat tahun 2010, masuk di MTs
NEGERI MODEL MAKASSAR tamat tahun 2013,
kemudian melanjutkan pendidikannya di MA
NEGERI 1 MAKASSAR tamat tahun 2016.
Penulis memiliki pengalaman organisasi dan minat dalam Palang Merah
Remaja (PMR) saat duduk dibangku SMA (MA NEGERI 1 MAKASSAR).
Penulis saat ini sedang menjalani pendidikan dan masa perkuliahan di
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR dan juga ikut aktif dalam
organisasi KSR-PMI Unit 114 Unismuh Makassar.

20

DALIL-DALIL
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar diberikannya pertolongan,
antara lain :
a. Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 2 :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa
b. Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 32 :
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya
Adapun dalil yang dapat menjadi dasar tentang keracunan diantaranya :
a. Tutuplah bejana dan tempat minum, sebab sesungguhnya dalam
setahun ada satu malam waktu wabah penyakit diturunkan, bila
wabah itu lewat sedang makan/minum terbuka, maka wabah
tersebut akan masuk kedalamnya. (HR. Ahmad Muslim)

21

PERMOHONAN MATERI PROPOSAL


Kepada Pengurus
KSR-PMI Unit 114 Unismuh Makassar
Di_
Tempat
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap

: DIAH RIDHAYANTI

Nama Lapangan

: FILARIASIS

Angkatan

: XVI (Enam Belas)

Dengan ini mengajukan judul materi proposal yang akan di kuasai dan
diujikan pada fase terakhir, adapun materi yang saya ajukan yaitu :
1. PENILAIAN DAN KERACUNAN
2. PENIILAIAN DAN PEMINDAHAN
3. DAPUR UMUM
Atas terkabulnya permohonan materi ini diucapkan terima kasih.

Makassar, 01 Januari 2017


Calon anggota

DIAH RIDHAYANTI

22

Anda mungkin juga menyukai