Anda di halaman 1dari 29

SGD MODUL 7 LBM 5

LBM 5
Kelainan Adneksa Kulit
STEP 1

Flushing

: Kemerahan sementara yang ada di muka dan leher.

Komedo
: sumbatan sebum (hasil dari k. Minyak) yang berwarana hitam/
putih akibat proses keratonisasi.

Teleangiktaksis

: pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.

Kelenjar pilosebasea
folikel rambut.

: kelenjar minyak yang mebentuk kesatuan dengan

Adneksa
: turunan kulit yang berupa kelenjar kulit (sudorifera, sebasea)
kuku dan rambut.
Jerawat batu
mengeras.

: meradang yang hebat. Benjolan yang isinya lemak yang

STEP 2
1.

Apa diagnosis dari skenario ?

2. Kenapa jerawat disertai flushing, papul, edema, pustul , Teleangiktasis pada


central wajah ?
3.

Etiologi dari skenario?

4.

Macam-Macam kelainan Adneksa kulit ? dan manifestasi klinis ?

5.

Kenapa acne vulgaris menjadi DD ?

6.

Patogenesis dari skenario ?

7.

Apa yang dikmaksud dg kelainan Adneksa kulit ? yang seperti apa ?

8.

Klasifikasi Acne vulgaris ?

9.

Apa isi dari jerawat dan komedo ?

10.

Penatalaksanaan dari skenario ?

11.

Epidemologi dari skenario ?

12.

Macam-macam jerawat ?

13.

Histopatologi dari diagnosis ?

14.

Adab menghadapi penderita penyakit kulit ?

15.

Komplikasi dan prognosis dari skenario ?

STEP 3
1.

Faal kulit ?

Absorbsi

Pembentukan vit. D

Sekresi

Proteksi/ Pelindung. Pertahanan non spesifik

Pengatur suhu tubuh

2.

Anatomi Kulit ?

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada
garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora,
Derrickson, 2009)
2.1.2. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah
lapisan
kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum
lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut
eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki
(Djuanda,
2003).
Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini
terdiri
atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak
ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng
bentuknya. Di
antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang
terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara selsel
spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung
banyak glikogen (Djuanda, 2003).
Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade).
Lapisan
ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami
mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu selsel
yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,
dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk
melanin
atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma
basofilik
dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2.1.3. Lapisan Dermis


Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis
yang
jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan
fibrosa
padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian
bawahnya
yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut
penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas
cairan
kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula
fibroblast,
membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda
bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin
stabil.
Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang,
berbentuk
amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).
2.1.4. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar,
dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini
membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
yang

fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai


cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan
getah
bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di
abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis
sangat
sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis,
di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan
pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003). 2.1.5. Adneksa
Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit.
Ada 2
macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di
dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak
lebih
dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral
dan
bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan
terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan
emosional
(Djuanda, 2003).
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola

mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada
manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa,
biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).
Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak
berlumen
dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit
biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen
akar
rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen,
pada
anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).
Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku
yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas
dasar
jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling
ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar
dengan
Universitas Sumatera Utarakecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi
kuku agak mencekung
membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal
disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut
hiponikium
(Djuanda, 2003).
Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang
berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan
rambut

halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal
yaitu
rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan
terdapat
pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat
bulu
mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang
pertumbuhannya
dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut
rambut
velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung
beberapa
bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut
terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen
20,80% (Djuanda, 2003).
Terapi dermatologi djuanda 2003

3.

Histologi Kulit ?

Kulit tebal

Kulit tipis

Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,


yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium

Epidermis berasal dari ectoderm dan


dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut
hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.

Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu
perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction).
Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva,
preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah
luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.

Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka
selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan
tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera
(kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.

Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur alur halus
yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya
tonjolan tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.

Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya


jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut
jaringan pengikat di bawah kulit.

Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit
tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu
bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai
lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata rata
tebal kulit adalah 1-2 mm.

Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi


menjadi :

-Kulit Tebal
-Kulit Tipis

Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit
tebal belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.

KULIT TEBAL

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki
folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan
crista cutis yang dipisahkan oleh alur alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian
dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla
corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius
glandula sudorifera untuk menembus epidermis

Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem :

1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel selnya akan mengalami


keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosit untuk sintesa melanin.

Disamping sel sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu
sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.

Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum
germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel sel.
Sel sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk
silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir butir pigmen.

2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau
stratum germinativum karena sel selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel
sel dari stratum basale akan mendorong sel sel di atasnya dan berubah
menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel sel yang berbentuk
polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan tonjolan seperti duri duri. Semula tonjolan tonjolan
tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat
tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk
sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam
berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung
butir butir.
Butir butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir
butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir butir
keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak
selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir butir keratin makin bertambah disertai inti sel
pecah atau larut sama sekali, sehingga sel sel pada stratum granulosum sudah
dalam keadaan mati.

4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan
stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun
sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga
merupakan hasil dari keratohialin.

5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas
banyak sekali lapisan sel sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau
keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri duri pada stratum spinosum
sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang
kadang disebut sebagai stratum disjunctivum

Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk
papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada jaringan
pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut
kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan
permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula
sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir butir pigmen.

Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula


sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

KULIT TIPIS

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang
merupakan kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat
beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis


Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam
dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai
mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.
Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal
dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan
yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi

Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas
dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi

sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril


didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.

Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di


sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang
dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan
mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum
corneum.

Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam


bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5
mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin
dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah
hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang
terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki
desmosom.

Sistem pigmentasi atau melanosit

Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :


a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.

Hanya melanin yang dibentuk di kulit.


Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang
dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis
dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar
di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel
Malphigi.
Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada
genital,mulut,dan sebagainya.
Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh
melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.

Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan
melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.
Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.
Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar
ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor
pada dermis.

Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum


dari epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang
yang mampu mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T,
yang berperan dalam perangsangan sel limfosit T.

Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom
biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di
daerah dekat anyaman pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai
penerima rangsang sensoris.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis


Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
Adanya papila corii
Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal
epidermis.

Apendiks Kulit

Glandula Sudorifera

bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal
terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria
dan ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis.

Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen.


Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabangcabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk
membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis
dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat
yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula
mammae dan glandula areolaris Montogomery

Glandula Sebacea

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan
berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit.
Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel
rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat
glandula sebacea tanpa folikel rambut.

Rambut

Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel


epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut
pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat
dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh
hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah
invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya
mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus
rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler
yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak
papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang
akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari
akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok
padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke
tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar
menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari
dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy
membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut
dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan
tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian
yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang
terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat
butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi
keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang
terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi
dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung
akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan
dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.

Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang
rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin,
ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga
menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga
menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut
disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel
medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan
memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan
yang dibahas bagi epidermis.

Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs
distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan
terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan

mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai
keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed.
Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur kuku adalah akar kuku(radix
unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum
basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal
kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat
penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.

Macammacam Keratin

Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin
lunak dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga
terdapat di permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada
epidermis yang dimulai dari stratum granulosum dengan butir-butir
keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum lucidum dan
selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan. Sedangkan keratin
keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras dapat diikuti
terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit demi
sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin
keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan
mengandung lebih banyak sulfur.

Regenerasi Kulit

Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis
dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin
muda, semakin bagus regenerasinya.

Atlas Histologi Di Fiore


4.

Apa diagnosis dari skenario ?


Rossasea

5. Kenapa jerawat disertai flushing, papul, edema, pustul , Teleangiktasis pada


central wajah ?
Karena pancaran sinar UV dari matahari di central wajah kerusakan PD
kulit eritema dan teleangiaktaksis

Dari makanan (misal : alkohol)

Imunologis dan humoral

6.

Etiologi dari skenario?

Sinar UV merusak PD kulit

Panas

Makanan, Psikis, Obat-obatan

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut


Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004)
faktorfaktor
yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang
menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat
pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne,
dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.
2. Faktor ras.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan
dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan
dengan orang Jepang.
3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau
keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor
fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 6070% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum

menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.


4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori
dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah
parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan
makanan berlemak.
Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam:
Tjokronegoro,
7.

Macam-Macam kelainan Adneksa kulit ? dan manifestasi klinis ?

Sudorifera (k. Keringat)

Anhidrosis (aktivitas produksi keringat hilang sebagian)

Miliary (biang keringat)

Kelainan berdasarkan k. Sudorifera ( ekrin- Hyperhidrosis, Anhidrosis;


apokrin- broom hidrosis, hidradenetis supurativa, keringat bau)

K. Sebassea (acne, rossasea, dermatitis perioral- etio, pato, dd)

Kuku (paronikia/cantengan, trauma)

Rambut (alopesia areata, alopesia androgenik, eflufium telogen)

8.

Kenapa acne vulgaris menjadi DD ?

Karena sama-sama kelainan di k sebasea, gejalanya & klinis hampir sama

Rossasea : tdk ada komedo

Acne vulgaris : ada komedo (keadaan normal)

DIAGNOSIS
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai
massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya
kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik
berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa
sebum dalam folikel. Pada kista, radang telah menghilang diganti dengan
jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah,
jaringan mati dan keratin yang lepas.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada


etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi
yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat
pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas
(free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan
digunakan cara untuk menurunkannya.()

DIAGNOSIS BANDING
1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya
kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin, trimetadion,
ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya
komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi
di semua usia.
2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi,
tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat
kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.
3. Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik didaerah muka dengan
gejala eritema, pustul, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi
kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.
4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis
polimorfi eritema, papul, pustul, disekitar mulut yang terasa gatal.
5. Folikulitis, merupakan radang folikel rambut dengan gejala klinis berupa
papul atau pustul yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya
multipel.()
eprints.undip.ac.id/23157/1/BAB_1%262.pdf
9.

Patogenesis dari skenario ?

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi patogenesis pertumbuhan


jerawat, faktor utama adalah faktor genetik (Goulden et al, 1999). Jika kedua
orang
tua mengalami masalah jerawat, 3 dari 4 anak akan mengalami masalah
jerawat. Jika
satu dari orang tua mempunyai jerawat, maka 1 dari 4 anak akan mempunyai
jerawat.
Universitas Sumatera UtaraWalaupun demikian, tidak semua keluarga akan
mengalami pola yang sama, jerawat

boleh melompat generasi. Yang diwariskan adalah kecenderungan untuk


hiperproliferasi folikel epidermal dengan sumbatan folikel. Faktor memperburuk
yang lain termasuk sebum yang berlebihan, terdapat aktivitas dari
Propionibacteri
acnes dan peradangan.
Penahanan hiperkeratosis adalah proses pertama pembentukan jerawat
(Norris, Cunliffe, 1988). Sebab utama terjadinya hiperproliferasi masih tidak
dikenal
pasti. Buat masa sekarang terdapat 3 hipotesa yang menerangkan kenapa
folikel
epithelium menghasilkan sel dengan cepat pada penderita jerawat.
Pertama, peningkatan hormon androgen sebagai pencetus awal (Thiboutot
et
al, 1999). Komedo adalah lesi yang disebabkan oleh tersumbatnya folikel yang
mula
terlihat pada zona-T setelah peningkatan aktifitas kelenjar adrenal sewaktu
pubertas.
Lebih-lebih lagi, tingkat komedo pada anak perempuan prepubertal saling
berkaitan
dengan tingkat sirkulasi adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate
(DHEA-S)
(Lucky et al, 1997). Tambahan pula, reseptor hormon androgen terdapat dalam
kelenjar sebasea. Individu dengan gangguan reseptor androgen tidak akan
mengalami
masalah pertumbuhan jerawat (Holland et al, 1998).
Produksi sebum yang berlebihan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
jerawat. Hormon androgen mempromosikan produksi dan lepasan sebum (Pochi,
Strauss, 1988). Berbagai lagi hormon lain yang juga berfungsi untuk produksi
dan
lepasan sebum seperti growth hormones dan insulinlike growth factor.
Faktor ketiga adalah Propionibacterium acne yang bersifat anaerob. P acne
menyebabkan peradangan dengan menghasilkan proinflamatory mediators
yang

berdifusi melalui dinding folikel. P acne mengaktifasikan toll-like receptor 2 di


monosit dan neutrofil (Kim et al, 2002), yang menghasilkan sitokin seperti IL-12,
IL8, dan TNF.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter%20II.pdf

10.

Apa yang dikmaksud dg kelainan Adneksa kulit ? yang seperti apa ?

Pada apokrin : keringat yang baunya menyengat dan kuning (karena ada
bakteri gr negatife (stapilococcus) dan kelainan dari aprokrin sendiri dari keringat
yang dihasilkan, jika terlalu banyak bisa menimbulkan sumbatan).

11.

Klasifikasi Acne ?

Acne Vulgaris : peradang menahun folikel sebasea pada masa remaja yang
bisa sembuh sendiri, karena faktor cuaca.
Acne Venenata : Peradang folikel sebasea yang disebabkan oleh
penggunaaan kosmetik

Acne Komedorial : karena agent fisik dan varietasnya, contoh. Sinar UV.

Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan
atas tiga bagian yaitu:
(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,
pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.
(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne
kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.
(3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones

dan akne radiasi.


Textbook of pediactic - kligman
12.

Apa isi dari jerawat dan komedo ?

Komedo : sumbatan sebum, sperti lemak

Black hat : sudah bercampur dg melanosit mudah di cabut

White hat : blm bercampur dg melanosit sulit di cabut

Jerawat : komedo, sumbatan k. Sebasea.

Komedo adalah penyumbatan kulit yang terjadi karena penumpukan sel kulit
mati dan sebum pada muara kelenjar minyak. Jika tidak segera ditangani,
komedo bisa meradang dan menjadi jerawat membandel. Akibatnya, kulit wajah
bisa hilang kemulusannya. Daerah T, yaitu sekitar dahi, hidung, pipi bagian
dalam, dan dagu, merupakan wilayah favorit disinggahi komedo.
Penanganan komedo bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih lunak dan
penyumbatan belum terlalu dalam. Tapi, jika komedo sudah terlalu lama
mengendap di pori-pori dan mengeras hingga sulit dikeluarkan, perlu perawatan
wajah dengan penanganan khusus. Sebelum menentukan jenis perawatan yang
cocok, lebih baik berkonsultasi dulu kepada ahlinya.
http://www.femina.co.id/archive/main/fashion_beauty/fashion_beauty_detail.asp?
id=206&cid=2&views=1869

13.

Penatalaksanaan dari skenario ?

Topikal : tetrasiklin, imedazol, kortikosteroid kekuatan rendah. Misalnya.


Cream hidrokortison 1 % , sulfur, antibiotik topikal erytromisin, anti
peradangan mempercepat sembuhan, mencegah acne.

Sistemik: tetrasiklin diminum.

Lainnya

Jika sistemik belum bisa dilakukan bedah kulit

: SPF 15

2.1.6. Pengobatan Akne Vulgaris


Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal,
obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.
a) Pengobatan topikal.
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,

menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal


terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal
yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti
peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk
menghambat pertumbuhan jasad renik.
b) Pengobatan sistemik.
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad
renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum,
dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri
atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen
dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea;
vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti
anti inflamasi non steroid.
c) Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang
sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).
2.1.7. Pencegahan Akne Vulgaris
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai
berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet
rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk
membersihkan permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat,
cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika
secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,
pedas, rokok, dan sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab

penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta


prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang
dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).
Terapi Dermatologi Wasitaatmadja

Terapi pada remaja tergantung pada 3 faktor utama yaitu : tipe lesi, keparahan
lesi akne vulgaris yang ada dan pengaruh psikologis akibat penyakit tersebut.
Pemilihan terapi topical tergantung tipe lesi yang dominant. Tetapi untuk komedo
eterdiri dari : azelaic acid atau retinoid seperti all-trans-retinoic acid, 13-cisretinoic- acid dan adapalene. Terapi yang efektif untuk lesi inflamasi adalah nonantibiotik-antimikroba seperti : azelaic acid dan benzoil peroxide (yang
konsentrasinya bervarisi dari 2,5 10%) atau antibiotic topical. Antibiotik topical
tersebut bisa digunakan tunggal, misalnya clindamicyn, eritromicyn, tetracycline
atau merupakan kombinasi dengan benzoil peroxide atau dengan zinc acetate.
Terapi topical bisa digunakan sampai akne membaik dan bisa digunakan untuk
beberapa tahun. Digunakan tunggal pada akne ringan atau sebagai terapi
pemelihara ketika terapi oral dihentikan.
Semua terapi topical, terutama retinoid akan menyebabkan suatu dermatitis
iritan primer, berupa eritema dan pengelupasan kulit dilokasi yang diolesi.
Seringkali pemilihan terapi yang akan diberikan pada pasien berdasarkan
pengalaman pribadi dan atau berdasarkan respon pasein terhadap terapi
terdahulu.
Cunliffe menyarankan sebaiknya dokter memberikan terapi dengan
menggunakan bahan yang telah dikenal betul dan hanya menggunakan terapi
alternatif bila pasien tak memberikan respon. Berdasarkan pengalamannya,
pilihan terapi untuk komedo adalah topical retinoid dan bahan anti-inflamasi
yang paling poten adalah benzoil peroxide 5%, topical klindamisin dn topical
eritromisin yang digunakan tunggal atau kombinasi dengan benzoil peroxide
atau zinc aceteta.
Keparahan akne yang diderita remaja akan menentukan jenis terapi apa yang
akan dipakai. Pasien dengan akne vulgaris yang ringan sebaiknya diterapi topical
saja, sedang pasien dengan akne vulgaris sedang atau parah, atau akne vulgaris
ringan yang disertai dengan problem psikis dengan atau tanpa skar sebaiknya
dikombinasi antara terapi topical dan oral. Pilihan obat pertama adalah
oksitetrasikin 500 mg 2 kali perhari, tapi tidak untuk anak dibawah usia 10
tahun. Eritromisin 500 mg 2 kali perhari merupakan alternatif, atau doksisiklin
100 mg perhari. Terapi antibiotic baris kedua adalah minosiklin 100 mg perhari
dan timetropin 400-600 mg perhari.
Tipe lain terapi yang bisa digunakan untuk remaja adalah terapi hormonal.
Prednisolin dalam dosis 5 mg perhari akan mensupresi adrenal androgen. Pil

kontrasepsi dalam bentuk Dianette (35 ugethinyloestradiol dan 2 mg


antiandrogencyoroternone asetat) bisa digunakan untuk pasien remaja wanita
dengan problem menstrual. Terapi oral akne vulgaris baris ketiga adalah
isotretinoin oral.
Pemeriksaan ulang dan terapi tambahan seharusnya dilakukan setidaknya tiap 3
bulan, khususnya bila terjadi efek samping atau akne menjadi semakin buruk.
Terapi oral dengan antibiotik bisa digunakan selama 6 bulan, dan bisa digunakan
dalam waktu yang lebih lama yaitu lebih dari 48 bulan. Lama terapi ini jika
dibutuhkan aman meski pada kelompok usia anak.
Efek samping antibiotik oral yang bisa terjadi berupa : gangguan GIT seperti
mual, kolik abnominal dan diare. Candidiasis vagina yang sering terjadi pada
dewasa, tidak biasa terjadi pada anak.
Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas
Indonesia; 1997.
14.

Epidemologi dari skenario ?

Pada usia 30-40 th

Wanita >> pria

Ras kaukassoid >> negro

Di barat sering terjadi di sos-ekonomi rendah

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa
remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi
pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi
yang
pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang.
Diketahui
pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne
vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering
terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro
Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam:
Tjokronegoro

15.

Histopatologi dari diagnosis ?

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik


berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa sebum
di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang di ganti dengan jaringan
ikat pembatas massa cair sebum
yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIS
Pemeriksaan histopatologis pada akne ini tidak spesifik, yaitu berupa sebukan sel
radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel.
Blackhead merupakan suatu follicular infundibula yang mengalami dilatasi
karena dibuntu oleh sejumlah orthokeratoticlapisan sel tanduk dan tersusun
padat. Dalam komedo, selain penambahan sel tanduk juga dijumpai adanya
sebum dan bakteri normal flora (Propionbacterium acnes dan Staphylococcus
epidermis), yeast (Pityrosporum ovale Idan pityrosporum orbiclare), dan kadang
mites (Demodex folliculorum).
Whitehead merupakan suatu kista infundibular yang sangat kecil, berisi sel
tanduk, sebum dan mikroorganisme normal flora. Dinding kista mengandung
epithelium follicular infundibula. Pada pemotongan histologis, bila dilkukan
secara serial terhadap seluruh bagian kista, infundibula, ostium tersebut baru
bisa terlihat.
Pustul merupakan kkumpulan neutrofil yang terisi penuh pada folikel infundibula.
Neutrofil juga terdapat di dinding infundibula yang terkena, juga pada
perifollicular dermis. Pada suatu infiltrate perivascular mixed-sel superficial
dijumpai adanya limfosit, histiosit dan neutrofil.
Papul pustular akne merupakan akibat dari pecahnya komedo di dermis atau
dari perluasan interfollicular pustule itu sendiri. Komponen papular erdiri dari
infundibula yang mengalami dilatasi oleh sejumlah peningkatan sel tanduk dan
oleh sel infiltrate peradangan di dermis, sedang komponen pustular merupakan
hasil dari penumpukan neutrofil dalam infundibula.
Nodul akne vulgaris merupakan suatu akibat dari pecahnya kista follicular. Isi
kista tersebut : sel tanduk, sebum, bakteri, yeast dan mites yang masuk dermis.
Jadi diagnosis akne vulgaris tidak dibuat dari hasil pemeriksaan histopatologis
tapi dugaan terhadap diagnosis akne vulgaris bisa dibuat dari hasil pemeriksaan
histopatologis tersebut.
Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam : Djuanda
A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : FKUI ; 1999. h. 231-41.
16.

DD Acne Vulgaris ?

Sama-sama kelainan k. Minyak tapi gejala klinisnya beda

Rosassea

Dermatitis perioral

Dermatitis seboroik

Acne venenata

Kondisi yang dianggap sebagai banding dari akne vulgaris adalah sebagaai
berikut :
1. Rosasea ( dulu : akne rossea), merupakan penyakit peradangan kronik
dengan gejala teleangiektasis, eritema fasial yang peristen dan infalmasi papul,
kadang kadang disertai hipertrofi kelenjar sebase. Rosasea dianggap sebagai
akibat dari penggunaan topical glokokortikoid jenis poten. Tidak dijumpai
komedo kecuali bila kombinasi dengan akne vulgaris.
2. Nevus komedo, yang bisa terjadi bersamaan dengan akne, merupakan suatu
tanda lahir yang bisa teresusun mirip denganblackhead biasanya unilateral.
3. Miliaria juga tampak seperti akne neonatal meski lesinya hanya sementara,
hilang kurang dari 48 jam.
4. flat-wart yang terjadi diwajah kadang dibingungkan dengan akne, bentuknya
papul, flat-topped dengan warna kulit yang sedikit gelap,
5. Angiofibron kadang dibingungkan dengan akne vulgaris. Tampa eritematus,
papul yang lunak pada lipatan nasolabial pada dagu dan pipi. Onset lesi biasanya
saat usia 7 atau 8 tahun. Tidak hanya komedo merupakan hal penting untuk
mendiagnosis.
6. Molluscum contagiosum dengan inspeksi yang lebih teliti tampak adanya
sentral umbilikasi pada puncak papul yang sifatnya khas untuk penyakit ini.
7. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis
eritema polimorfis, papul, pustule di sekitar mulut yang terasa gatal.
8. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi
monomorfis, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat
presileksi ditempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.
9. Erupsi akneiforms yang disebabkan oleh obat, misalnya kortikosteroid, INH,
barbiturate, bromide, yodida, difenil hidnatoin, trimetadion, ACTH dan lainnya.
Klinis berupa erupsi papulopustular mendadak tanpa adanya komedo pada
hamper seluruh bgian tubuh.
Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam : Djuanda
A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : FKUI ; 1999. h. 231-41.

17.

Adab menghadapi penderita penyakit kulit ? (baik menular ataupun tidak)

Menghindari kontak secara langsung dan juga menjaga perasaan ~


sewajarnya
18.

Komplikasi dan prognosis dari skenario ?

Prognosis
Persistemi berlangsung-langsung bertambah berat namun ada remisi secara
spontan

Perbesaran hidung (karena edema yang berat) rinofima

19. Etiopatogenesis, dd, gambaran klinis, dan penatalaksanaan dematitis


perioral ?

Ada papula di sekitar mulut

STEP 4

Anda mungkin juga menyukai