Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Gangguan psikologis berdasarkan definisi PPDGJ-III merupakan suatu gangguan pada diri
seseorang yang memiliki gambaran seperti onset munculnya gejala bervariasi selama masa bayi
atau kanak, adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat
dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat serta berlangsung secara terus menerus
tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa.
Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuospasial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas ialah hendayanya berkurang secara progresif
dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa
dewasa). Biasanya riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini
mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal. Sebagian besar
kondisi ini terdapat beberapa kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan (PPDGJIII).
Dalam PPDGJ-III gangguan perkembangan psikologis dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
F80. Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
F81. Gangguan perkembangan belajar khas
F82. Gangguan perkembangan motoric
F83. Gangguan perkembangan khas campuran
F84. Gangguan perkembangan pervasive
F88. Gangguan perkembangan psikologis lainnya
F89. Gangguan perkembangan psikologis ytt.
ETIOLOGI
Penyebab spesifik gangguan bahasa ekspresif masih belum diketahui secara pasti.
Adanya kerusakan otak yang samar serta keterlambatan pematangan perkembangan otak
didalilkan sebagai penyebab yang mendasari. Beberapa penelitian menyebutkan adanya factor
genetic juga memainkan peran dalam gangguan perkembangan berbahasa seseorang.
Dalam gangguan belajar etiologi masih belum dapat diidentifikasi. Akan tetapi dari
beberapa hasil penelitian adanya factor genetic, lingkungan dan factor perkembangan dapat

berperan dalam perkembangan gangguan belajar. Studi menunjukkan 35-40% anak dengan
gangguan membaca memiliki derajat tertentu hendaya membaca. Beberapa penelitian saat ini
mengesankan bahwa pemahaman fonologis terkait dengan kromosom 6 serta kemampuan
identifikas kata terkait dengan kromosom 15.
Faktor psikososial, keluarga, imunologis, perinatal, neuroanatomis serta biologis dapat
mempengaruhi perkembangan pervasive seorang anak. Beberapa anak dengan austik dapat
sangat sensitive dengan perubahan kecil dalam lingkuagan kelurga maupun sekitarnya. Beberapa
studi juga menunjukkan bahwa volume otak akan meningkat pada anak dengan gangguan
pervasive, meskipun beberapa anak yang memiliki austik dengan retardasi mental yang berat
memiliki kepala yang lebih kecil. Peningkatan volume otak disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
meningkatya neurogenesis, menurunnya kematian neuron dan meningkatnya produksi jaringan
otak non-neuronal seperti sel glia atau pembuluh darah. Pada anak dengan autistic juga
didapatkan peningkatan asam homovanilat didalam cairan serebrospinal. Adanya factor perinatal
juga berperan terhadap perkembangan gangguan anak autistik terutama pada kasus adanya
perdarahan kehamilan ibu setelah trisemester pertama.
Penyebab gangguan koordinasi gangguan koordinasi motoric masih belum diketahui.
Factor resiko yang turut berperan mencakup prematuritas, hipoksia, malnutrisi perinatal dan
berat bayi lahir rendah. Masalah gangguan motoric sering ditemukan pada anak dengan
hiperaktivitas dan gangguan belajar.
Sehingga dapat disimpulakan, penyebab gangguan perkembangan psikologis pada
seseorang disebabkan oleh banyak factor. Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat
keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya dan ada bukti faktor genetik memainkan
peran penting dalam etiologi pada banyak kasus. Faktor lingkungan sering mempengaruhi fungsi
perkembangan yang terganggu tetapi pada sebagian besar kasus tidak merupakan pengaruh
penting. Walaupun secara umum terdapat keserasian konsep gangguan pada bagian ini, tetapi
etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan tetap terdapat ketidakpastian mengenai
batasan dan subdivisi dari gangguan perkembangan ini.

EPIDEMIOLOGI

Studi prevalensi di Amerika menemukan bahwa sekitar 4% anak usia sekolah mengalami
gangguan membaca. Anak laki-laki tiga hingga empat kali lebih banyak dibandingkan dengan
anak perempuan. Anak dengan gangguan membaca memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami masalah perhatian, gangguan perilaku yang menggangu dan gangguan depresif pada
anak yang lebih tua. Sekitar 25% anak dengan gangguan membaca juga memiliki ADHD.
Beberapa penelitian saat ini mendapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak
laki-laki dibandingkan perempuan terhadap gangguan membaca.
Prevalensi gangguan motoric diperkirakan sekitar 5% pada anak usia sekolah. Rasio lakilaki terhadap perempuan didapatkan 4:1. Sedangkan prevalensi anak gangguan berbahasa dan
berbicara didapatkan 3-5% pada anak usia sekolah. Menurut DSM IV, gangguan ini sebesar 15%
pada anak berusia 3 tahun.
Gangguan autistic kira-kira sebesar 5% kasus per 10.000 anak. Onset ditemukan paling
tinggi pada anak sebelum usia 3 tahun, meskipun beberapa kasus gangguan ini tidak dikenali
hingga anak berusia tua. Gangguan autistic sering ditemukan pada laki-laki.

1. American Psychiatric Association. 1994. American Psychiatric Association: Diagnostic


and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Washington, DC: American
Psychiatric Association.
2. Lingam R, Jongmans MJ, Ellis M, et al. 2012. Mental health difficulties in children
with

developmental

coordination

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22451706
Ppdgj
Kaplan

disorder. Pediatrics.

Available

at:

Anda mungkin juga menyukai