Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lesi tiroid adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dalam praktek sehari-hari lesi
tiroid yang memiliki gambaran berupa nodul soliter maupun solid terdiri atas
kondisi-kondisi non neoplastik dan neoplasma. Neoplasma sering disebut sebagai
tumor. Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah
berhenti. Neoplasma ada yang bersifat jinak dan ada pula yang ganas. Dikatakan
jinak apabila gambaran mikroskopik dan makroskopiknya dianggap relatif tidak
dapat menyebar. Sedangkan neoplasma ganas (disebut juga kanker) memiliki
sifat yang khas yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat menyebar kebagian
tubuh yang lain.1
Lesi-lesi tiroid yang kemugkinan dapat diidentifikasikan pada sitologi
aspirasi antara lain: goiter (colloid goiter), tiroiditis (akut,subakut/de Quervains,
limfositik/Hashimotos disease, ridels struma/fibrosis thyroiditis), tumor (tumor
folikular, adenoma folikular, karsinoma folikular), Hrthel cell tumor (adenoma
sel Hrthle, karsinoma sel Hrthle ), karsinoma lain (papiler dan varianvariannya, meduler, anaplastik/large dan small-cell type), malignant lymphoma,
tumor malignan yang jarang dan metastasis tumor.2

Nodul tiroid sangat sering ditemukan, dengan incidence rate setiap


tahunnya berkisar antara 4-8%. Pada populasi dunia, diperkirakan terdapat 0,5-10
kasus per 100.000 penduduk menderita benjolan pada kelenjar tiroid. Sembilan
dari sepuluh benjolan ini bersifat jinak. 3 Menurut WHO, karsinoma tiroid jarang
terjadi hanya 1,5% dari keganasan seluruh tubuh. 4 Karsinoma tiroid merupakan
keganasan endokrin yang sering ditemukan, yaitu sekitar 90 % dari seluruh
keganasan

endokrin.

Pada

tahun

2004

American

cancer

Society

memperkirakan 22.500 kasus baru karsinoma tiroid ditemukan di Amerika


Serikat, dengan perbandingan wanita dengan pria 3:1 sekitar 1,7 % dari
seluruh kanker pada wanita adalah karsinoma tiroid, di bandingkan hanya
0,5 % kanker pada pria. 5 Angka insiden kanker tiroid bervariasi diseluruh
dunia, yaitu dari 0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. American Cancer Society
memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di
Amerika Serikat dan sekitar 1.700 diantaranya mengakibatkan kematian.
Angka kematian karsinoma tiroid rendah, hanya 0,21 % dan 0,3 % untuk
pasien pria dan wanita. Pada sebagian kecil pasien. Pada kasus karsinoma
papiler di laporkan lebih dari 90% merupakan keganasan tiroid yang menyerang
anak-anak. Pada 5-10% kasus, dijumpai riwayat terpapar radiasi pengion pada
leher. 1
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari 10 keganasan tersering di
Indonesia.

Pada satu studi rumah sakit, Boedisantoso pada tahun 1993

melaporkan kasus nodul tiroid di RSCM Jakarta sebesar 50,3%. Penelitian yang
dilakukan lubis HML pada tahun 2009 berdasarkan diagnosis biopsi aspirasi
jarum halus dilaporkan kasus karsinoma tiroid primer di kota Medan sebesar 149

kasus. Untuk lesi maupun neoplasma jinak tiroid dikota medan belum ada data
penelitian yang didapatkan.7
Metode diagnostik untuk mengevaluasi neoplasma / nodul tiroid dapat
berupa biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH / FNAB), ultrasonografi, sidik
tiroid, dan

Computed Tomography (CT scan) atau

Magnetic Resonance

Imaging (MRI), serta penentuan status fungsi melalui pemeriksaan kadar


Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon tiroid.8
FNAB merupakan langkah diagnostik awal pengelolaan nodul tiroid,
yakni untuk mengevaluasi goiter dan merupakan pemeriksaan efektif tunggal
untuk diagnosis preoperative nodul tiroid soliter serta prosedur diagnostik pada
nodul tiroid terutama dalam menentukan neoplasma. Dengan

catatan harus

dilakukan oleh operator dan dinilai oleh ahli sitologi yang berpengalaman.
Nilai diagnostiknya bervariasi dimana positive predictive value diagnosis
karsinoma papiler mendekati 100%, sedangkan diagnosis suspicious untuk
neoplasma folikular hanya 5-10%. Angka negative palsu didapatkan kurang dari
1% sehingga pemeriksaan sering dilakukan dan dapat dipercaya. 9,10,11,12,13,14
Pasien dengan nodul tiroid baik jinak maupun yang ganas, tidak
mempunyai keluhan lain, kecuali datang berobat dengan keluhan kosmetik atau
kekhawatiran akan timbulnya keganasan.15 Petanda awal dari carcinoma thyroid
biasanya adalah benjolan yang tidak terasa dileher. Selain itu gambaran
klinis lain yang sering ditemukan berupa nodul tunggal (70-75%), sesak
nafas, perubahan suara, sulit menelan, dan pembesaran kelenjar limfe leher.33
Sebagian besar keganasan pada tiroid tidak memberikan gejala yang
berat, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan dalam

hitungan minggu. Pada pasien dengan nodul tiroid yang besar, kadang
disertai dengan adanya gejala penekanan pada esofagus dan trakea. Nodul
tiroid diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak, ukurannya,
terdapat

tidaknya

nyeri,

permukaan

nodul

rata

atau

berbenjol-benjol,

berjumlah tunggal atau ganda, memiliki batas yang tegas atau tidak, dan
keadaan mobilitas nodul tiroid.22
Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang, Hubungan Gambaran Makroskopis Dengan Hasil Pemeriksaan Biopsi
Aspirasi Jarum Halus Pada Neoplasma Tiroid.
1.2 . Rumusan Masalah
Apakah

ada

hubungan Gambaran

Makroskopis dengan

hasil

pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) Pada Neoplasma Tiroid.

1.3 . Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan

hubungan

Gambaran

Makroskopis dengan

hasil

pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) pada Neoplasma Tiroid.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui hubungan antara ukuran tumor dengan gambaran sitologi lesilesi tiroid.
b. Mengetahui hubungan antara mobilitas tumor dengan gambaran sitologi
lesi-lesi tiroid.
1.4. Hipotesis

Terdapat hubungan gambaran makroskopis dengan hasil pemeriksaan


biopsi aspirasi jarum halus.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini menambah pengetahuan pada peneliti
tentang hubungan gambaran makroskopis dengan hasil pemeriksaan FNAB
pada neoplasma tiroid.
1.5.2. Manfaat di bidang penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan untuk data neoplasma
jinak tiroid dikota medan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi Tiroid Normal


Glandula thyroidea mula-mula berkembang dari penonjolan endodermal
pada garis tengah dasar pharynx, diantara tuberculum impar dan copula.
Kemudian penebalan ini berubah menjadi diverticulum yang disebut ductus

thyroglossus. Perkembangan selanjutnya, ductus ini memanjang dan ujung


distalnya membentuk dua lobus. Ductus berubah menjadi sebuah tali padat dan
bermigrasi kebawah, berjalan dianterior, menembus, atau posterior terhadap os
hyoideum yang sedang berkembang. Pada minggu ketujuh ductus ini akan
mencapai posisi akhirnya didekat larynx dan trachea. Sementara itu, tali padat
yang menghubungkan glandula thyroidea dengan lidah terputus dan menghilang.
Tempat asal ductus thyroglossus pada lidah menetap sebagai celah yang disebut
foramen caecum. Sebagai akibat prolifrasi epithelium, dua lobus pada ujung
terminal ductus thyroglossus akan membesar dan membentuk glandula
thyroidea.16
2.2.

Anatomi Kelenjar Tiroid


Tiroid terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus

yang sempit. Kelenjar ini merupakan organ vaskular yang dibungkus oleh
selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fasciae profundae. Selubung ini
5

melekatkan glandula pada larynx dan trachea. Setiap lobus berbentuk seperti buah
alpukat, dengan apexnya menghadap keatas sampai linea oblique cartilago
thyroideae; basisnya terletak dibawah setinggi cincin trachea keempat dan kelima.
6
Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2,3 dan 4. Sering
terdapat lobus pyramidalis yang menonjol keatas dari isthmus, biasanya ke
sebelah kiri garis tengah. 16
Gambar. 2.1. Anatomi Tiroid Normal

2.3.

Fisiologi Tiroid
Sel-sel sekretorik utama tiroid, yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun

membentuk bola-bola berongga yang masing-masing membentuk satu unit


fungsional yang dinamai folikel. Pada potongan mikroskopik folikel tampak
sebagai cincin sel-sel folikel mengelilingi suatu lumen dibagian dalam yang terisi
oleh koloid, bahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk
hormon tiroid. konstituen utama koloid adalah suatu molekul protein besar yang
dikenal sebagai tiroglobulin(Tg), yang berikatan dengan hormon-hormon tiroid
dalam berbagai stadium sintesis. Sel folikel menghasilkan dua hormon yang
mengandung iodium yang berasal dari asam amino tirosin: tetraiodotironin(T 4
atau tiroksin) dan triiodotironin(T3). Diruang interstisium diantara folikel-folikel
terselip sel C. Tipe sel sekretorik lain yang diberi nama demikian karena
mengeluarkan hormon peptide kalsitonin, yang berperan dalam metabolisme
kalsium serta sama sekali tidak berkaitan dengan dua hormon tiroid utama
lainnya. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik hampir semua sel tubuh.
Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran
energy, terutama dalam bentuk panas.17

Gambar 2.2 Diagram pengaturan sekresi tiroid

2.4.

Histologi Tiroid
Kelenjar tiroid adalah organ endokrin yang unik karena sel-selnya tersusun

menjadi struktur bulat, yaitu folikel (folliculus). Setiap folikel dikelilingi oleh
serat reticular dan suatu anyaman kapiler yang memudahkan hormon tiroid masuk
kedalam aliran darah. Epitel folikel dapat berupa epitel selapis gepeng, kuboid,
atau kolumnar rendah, bergantung pada keadaan aktivitas kelenjar tiroid. saat
kelenjar tidak aktif, koloid berjumlah banyak, folikel berukuran besar, dan sel-sel
yang membatasinya tipis. Bila kelenjar aktif, folikel menjadi kecil, sel-selnya
kuboid atau kolumnar, dan tepi folikel mengalami lekukan yang membentuk
banyak lacuna reabsorpsi kecil. Folikel adalah unit struktural dan fungsional
kelenjar tiroid. sel-sel yang mengelilingi folikel, yaitu sel folikular(thyrocytus T),
juga disebut cellula principalis, menyintesis,melepaskan,menyimpan produknya
diluar sitoplasma, di lumen folikel sebagai substansi gelatinose, yaitu koloid
(colloideum). Koloid terdiri atas tiroglobulin, suatu glikoprotein beriodin yang
merupakan bentuk simpanan hormon tiroid yang tidak aktif.18

Gambar 2.3. Histologi Kelenjar Tiroid Normal

2.5. Definisi
Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu neoplasma,
sesuai definisi willis adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu pertumbuhan tersebut telah
berhenti.4

2.6. Epidemiologi
Nodul Tiroid merupakan kelainan dimana kelenjar tiroid mengalami
pembesaran. Di Amerika Serikat 4-6% orang dewasa memiliki kelenjar tiroid
yang teraba, walaupun demikian hanya satu sampai dua puluh nodul bersifat
ganas, atau setara dengan dua sampai empat per seratus ribu orang per tahun. 19
Prevalensi kanker tiroid semakin meningkat, di tahun 2008 terdapat kira-kira
37.340 dengan angka kematian mencapai 1590.20 Menurut data dari WHO 2004,

10

kanker tiroid dilaporkan 1% dari semua keganasan di negara maju dengan


insidensi setiap tahun diperkirakan 122.000 kasus diseluruh dunia. Yang paling
umum adalah tumor tiroid jinak, dan meskipun kanker relatif jarang, Karsinoma
tiroid merupakan keganasan endokrin yang sering ditemukan, yaitu sekitar
90 % dari seluruh keganasan endokrin. 5 Sebagian besar tumor tiroid berasal
dari sel folikel, tetapi juga dapat berasal dari sel C. Kebanyakan yang berasal dari
sel folikular merupakan keganasan yang berkembang secara perlahan-lahan
dengan 10 year survival lebih dari 90%. Limfoma tiroid dan keganasan-keganasan
non epithelial lain jarang.4
Angka insiden kanker tiroid bervariasi diseluruh dunia, yaitu dari
0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. Angka insidensi relatif rendah dilaporkan di
Denmark, Belanda, dan Slovakia, sementara angka insiden yang relatif tinggi
dilaporkan di Swedia, Prancis, Jepang, dan Amerika Serikat (Los Angeles). Angka
insiden tertinggi dilaporkan dari Hawaii dan Island, menurut studi di Hawaii telah
menunjukan bahwa kanker tiroid paling tinggi di kelompok etnis, khususnya di
kalangan wanita Filipina. Angka insidensi di sebagian negara maju telah
meningkat dari sejak tahun 1970, sementara angka kematian karena neoplasma ini
menurun.4

2.7. Etiologi
Etiologi yang pasti dari tumor ini belum diketahui; yang berperan
khususnya untuk karsinoma dengan diferensiasi baik (papiler dan folikular)
adalah radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis medular adalah faktor

11

genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik
dan medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikular) dengan kemungkinan jenis
folikular dua kali lebih besar. 21
Pada umumnya beranggapan neoplasma tiroid berkaitan dengan banyak
faktor yaitu:
1. Radiasi ionisasi
Hubungan antara paparan radiasi dan kanker tiroid sudah dikemukakan
sejak tahun 1950. Paparan radiasi khususnya terhadap anak dan remaja,
merupakan faktor resiko seumur hidup bagi timbulnya nodul jinak maupun
ganas tiroid.
2. Genetik dan Onkogen
Seperti luas diketahui, sebagian karsinoma medular tiroid bersifat herediter
familial. Timbulnya karsinoma medular tiroid familial berkaitan dengan
mutasi gen RET pada kromosom nomor 10. Lebih dari 95% penderita
karsinoma medular tiroid familial memiliki mutasi titik proto-onkogen RET.
3. Jenis Kelamin dan Hormonal.
Perbedaan jenis kelamin pada karsinoma tiroid relatif besar, hormon wanita
mungkin berperan dalam etiologinya. Ada penelitian menemukan, pada
kelenjar tiroid normal, tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat estrogen
dalam jumlah bervariasi.
4. Faktor Diet.
Defisiensi iodium selama ini dianggap sebagai berkaitan dengan timbulnya
tumor tiroid termasuk karsinoma tiroid. Tapi data epidemiologis
menunjukan, meskipun di daerah pesisir yang kaya iodium, karsinoma tiroid
juga relatif sering terjadi. Dua tipe utama karsinoma tiroid (tipe papilar dan

12

tipe folikular) mungkin secara terpisah berkaitan dengan diet kaya iodium
dan miskin iodium.
5. Lesi jinak tiroid.
Penyakit hyperplasia jinak tiroid, seperti struma nodosa dan adenoma tiroid,
dapat bertransformasi ganas menjadi karsinoma. Transformasi ganas
adenoma berhubungan dengan tipe patologik, adenoma folikular tipe
embrional dan tipe fetal lebih muda menjadi ganas.22

2.8. Jenis-jenis lesi tiroid


2.8.1. Lesi Non Neoplastik
Lesi non neoplastik yang paling sering dijumpai pada kelenjar tiroid adalah:
1. Tiroiditis
Tiroiditis atau radang kelenjar tiroid mencakup sejumlah kelainan pada
tiroid dari radang akut supuratif sampai terjadinya proses kronik. Tiroiditis
akut jarang dijumpai. Berupa lesi berwarna merah, terasa nyeri, dan
demam. Termasuk disini yakni tiroditis granulomatous (subakut de
Quervains),tiroiditis

limfositik(Hashimotos

disease),

dan

Riedels

struma/fibrosis thyroiditis:
a. Tiroiditis subakut/ de Quervain, tiroiditis sedikit membesar dan
lunak pada saat pemeriksaan digital. Pasien sering memberikan
riwayat infeksi pada pernapasan atau sindrom virus.

13

b. Tiroiditis limfositik/Hashimotos disease, Bentuk ini paling sering


dijumpai

pada

praktek

klinis,

dan

yang

paling

sering

mempengaruhi wanita paruh baya dan dianggap penyakit


autoimun.
c. Riedels struma/fibrosis thyroiditis, adalah gangguan sclerosing
inflamasi kelenjar tiroid, kadang-kadang dikaitkan dengan reaksi
jaringan serupa di mediastinum, retroperitonium dan orbita.12
2. Colloid Goiter atau Struma
Ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid; nodular atau difus.
Disebut juga adenomatous goiter, endemic goiter,atau multinodular goiter.
Keadaan ini biasanya disebabkan adanya hyperplasia kelenjar tiroid oleh
karena defisiensi iodine. Keadaan ini dapat mengenai keseluruhan dari
pada kelenjar atau muncul secara fokal dan membentuk nodul yang soliter.
Merupakan lesi yang paling sering ditemukan pada biopsi aspirasi. Selain
efek kosmetik massa yang besar di leher, gondok juga dapat menyebabkan
obstruksi saluran napas,disfagia, dan penekanan pembuluh darah dileher.
2.8.2. Neoplasma Jinak
Suatu tumor dikatakan jinak (benigna) apabila gambaran mikroskopik dan
makroskopiknya dianggap relatif, yang mengisyaratkan bahwa tumor tersebut
akan tetap terlokalisasi. Lesi neoplastik jinak tiroid yang paling sering dijumpai
pada kelenjar tiroid adalah: 22
1. Adenoma Folikular merupakan neoplasma jinak yang berasal dari
epitel folikel. Tumor ini sulit dibedakan dengan karsinoma folikular
pada pemeriksaan

sitologi

biopsi

jarum

halus,

maka

pendiagnosaannya disebut dengan neoplasma folikular. Umumnya pada

14

orang muda berusia 20-30 tahun, wanita lebih banyak, kebanyakan


berupa tumor depan leher yang tumbuh lambat, ketika tumor masih kecil,
tanpa gejala apapun; kadang tumor mendadak membesar dan nyeri,
sering kali disebabkan perdarahan di dalamnya. 22 Adenoma folikuler
merupakan tumor yang berbatas tegas, umumnya soliter,permukaan licin,
tanpa metastasis kelenjar limfe leher, dan berkapsul jaringan ikat fibrous
dengan diferensiasi sel folikel yang menunjukkan gambaran yang
seragam.23
2.8.3. Neoplasma Ganas
Tumor ganas (malignant) sering kali tumbuh dengan pesat, bersifat invasif
(menginfiltrasi jaringan sekitarnya ) dan bermetastasis, bila tidak mendapatkan
terapi yang efektif biasanya membawa kematian.24
1. Karsinoma Papilar adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering
ditemukan (75-85% kasus) yang timbul pada akhir masa kanakkanak atau awal kehidupan dewasa. Merupakan karsinoma tiroid
yang terutama berkaitan dengan riwayat terpapar radiasi pengion.
Tumor ini tumbuh lambat, penyebaran melalui kelenjar limfe dan
mempunyai prognosis yang lebih baik diantara jenis karsinoma
tiroid lainnya. Wanita mengalami kanker papiler 3 kali lebih sering dari
pada laki-laki, dan usia rata-rata pada presentasi adalah 34-40 tahun.
Karsinoma papiler adalah tumor yang tumbuh lambat.25 Sebagai massa
tak nyeri di leher, baik dalam tiroid maupun sebagai metastasis ke
kelenjar getah bening leher.1

15

2. Karsinoma Folikular merupakan bentuk tersering kedua kanker tiroid


10-20 % kasus. Tumor ini biasanya timbul pada usia yang lebih tua
dari pada karsinoma papilar, dengan insiden puncak pada usia
dewasa pertengahan. Insidensi karsinoma folikular meningkat di
daerah dengan defisiensi yodium. Karsinoma folikular terjadi 3 kali
lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Pasien dengan
karsinoma folikular biasanya lebih tua dibandingkan dengan karsinoma
papiler.25 Umumnya ditemukan pada usia 45-50 tahun.22 Neoplasma ini
cenderung bermetastasis jauh melalui aliran darah ke paru, tulang, dan
hati.
3. Karsinoma Medular meliputi sekitar 5 % kasus keganasan tiroid dan
berasal dari sel parafolikuler, atau sel C yang memproduksi
kalsitonin. Karsinoma ini timbul secara sporadik (80%) dan familial
. Karsinoma medular terutama ditemukan pada usia 50-60 tahun
tetapi pernah juga ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan
anak. Penyebarannya terutama melalui kelenjar limfe. 23 Massa tumor
berbatas tegas dan keras pada perabaan, kadang-kadang menimbulkan
efek penekanan seperti disfagia atau suara serak.1
4. Karsinoma Anaplastik merupakan salah satu

keganasan

pada

manusia yang paling agresif dan jarang dijumpai yaitu kurang dari
5%

kasus.

Karsinoma

Anaplastik

ini berkembang

dengan

menginfiltrasi ke jaringan sekitarnya. Tumor ini terutama timbul


pada usia lanjut, terutama di daerah endemic gondok. 1 Karsinoma
tiroid anaplastik mempengaruhi lebih banyak perempuan dibandingkan

16

laki-laki, dengan rasio perempuan-ke-laki-laki dari sekitar 2-3:1.


Sebagian besar kasus muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat
membesar pada leher, disertai dengan adanya kesulitan bernafas dan
menelan, serta suara serak karena infiltrasi ke nervus rekurens.
Pertumbuhannya sangat cepat walaupun diterapi. Metastasis ke tempat
jauh sering terjadi, tetapi umumnya kematian terjadi dalam waktu kurang
dari setahun.5,23
2.9. Gambaran Klinis
2.9.1. Gejala Klinis Pada Lesi Ganas Tiroid
Kecurigaan yang dapat mengarah kepada keganasan adalah apabila:
1.
2.
3.
4.

5.

Nodul bertambah besar mendadak dalam waktu singkat.


Timbulnya gejala desakan, seperti suara serak atau dispnea.
Konsistensi tumor keras, permukaan kasar tidak rata.
Mobilitas tumor terbatas atau terfiksasi, tidak turun naik sesuai gerakan
menelan.
Pembesaran kelenjar limfe leher.25

2.9.2. Gejala Klinis Pada Lesi Jinak Tiroid


Beberapa hal yang mengarahkan diagnosis nodul tiroid jinak, antara lain:
1. Nodul yang disertai rasa nyeri
2. Nodul yang lunak dan mudah digerakan.

2.10.

Diagnosis

2.10.1. Anamnesis
Pada anamnesis awal, kita berusaha mengumpulkan data untuk
menentukan apakah nodul tiroid tersebut toksik atau non toksik. Sebagian besar

17

penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher bagian tengah yang
dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja. Benjolan yang disebabkan
keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang menyertainya misalnya; apakah
ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi dan lingkungan pemukiman.

2.10.2. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik harus menitik beratkan perhatian pada jumlah lesi,
ukuran lesi, bentuk lesi, konsistensi lesi, mobilitas lesi, permukaan licin atau
tidak, ada tidak nyeri tekan lesi, apakah bergerak turun naik sesuai gerakan
menelan, kelenjar limfe leher membesar atau tidak, gerakan pita suara, dll.22
Cara pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid pendekatan anterior:
a. Dokter menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berdiri dengan posisi pemeriksa
berada didepan pasien.
c. Dengan menggunakan ujung jari kedua tangan, cobalah untuk mencari
thyroid isthmus dengan meraba antara kartilago krikoid dan lekukan
suprasternal.
d. Gunakan salah satu tangan untuk meretraksi dengan lembut otot
sternocleidomastoideus, sementara tangan lainnya mempalpasikelenjar
tiroid.
e. Suruh pasien menelan saat anda mempalpasi untuk merasakan gerakan
kelenjar tiroid.

18

Cara pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid pendekatan posterior:


a. Dokter menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berdiri dengan posisi pemeriksa
berada didepan pasien.
c. Dengan menggunakan ujung jari kedua tangan, cobalah untuk mencari
thyroid isthmus dengan meraba antara kartilago krikoid dan lekukan
suprasternal.
d. Gerakan tangan anda ke lateral untuk merasakan bawah otot
sternocleidomastoideus sehingga dapat merasakan keseluruhan kelenjar
tiroid.
e. Suruh pasien menelan saat anda mempalpasi untuk merasakan gerakan
kelenjar tiroid.
2.10.3. Pemeriksaan laboratorium
Fungsi kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
kadar TSH, T4 dan T3. Pada kanker tiroid pada umumnya tidak terjadi gangguan
fungsi tiroid sehingga pada pemeriksaan kadar TSH, T4 dan T3 dalam batas
normal,

hanya saja pada keadaan hipo / hiperfungsi kelenjar tiroid tidak

selamanya menghilangkan kecurigaan akan terjadinya kanker tiroid.

26

Bila

pasien dengan tumor tiroid memiliki kadar kalsitonin serum meninggi, dan
terdapat riwayat keluarga, dapat didiagnosa sebagai karsinoma medular tiroid.22
2.10.4. Pemeriksaan Pencitraan
1. Mencakup USG biasa dan Dopler warna. Menjadi banyak digunakan
sebagai pilihan pertama untuk evaluasi dari sebuah nodul tiroid. 26 Untuk

19

memeriksa ukuran dan jumlah tumor tiroid, dapat menunjukan ada


tidaknya tumor, sifatnya padat atau kistik. Dopler warna dapat mengetahui
situasi aliran darah tumor dan kelenjar limfe, sangat membantu dalam
diagnosis banding lesi jinak atau ganas.22
2. Pemeriksaan CT-Scan Dan MRI
CT-scan dapat digunakan mengukur volume, ukuran kelenjar, serta
kepadatan jaringan. Terkadang diperlukan gambar CT-scan dengan kontras
(yang mengandung yodium) untuk diagnosis dan visualisasi pembuluh
darah (misalnya mendeteksi adanya iskemi serebri, sindrom vena cava
superior karena desakan tiroid retrosternal dsb). Cara ini harus dilakukan
hati-hati sebab mungkin terjadi alergi, atau induksi dan dapat
memperburuk hipertiroidisme. MRI dapat melihat kekambuhan karsinoma
dan membedakan dengan fibrosis , namun tidak dapat membedakan lesi
ganas atau jinak.27
2.10.5. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus / FNAB
Pada prinsipnya FNAB bertujuan untuk memperoleh sampel sel-sel nodul
tiroid yang teraspirasi melalui penusukan jarum ke jaringan nodul tiroid. FNAB
adalah alat diagnostik yang paling penting dalam mengevaluasi nodul tiroid dan
harus intervensi pertama. Teknik ini murah dan mudah dilakukan.25
2.10.6. Komplikasi Pemeriksaan FNAB.
Pemeriksaan FNAB sangat aman. Komplikasi FNAB sedikit dan
umumnya kecil. Komplikasi yang paling umum adalah hematoma kecil,
ecchymosis, dan ketidak nyamanan lokal.

Tusukan

sengaja

trakea,

arteri

karotis, atau vena jugularis biasanya tidak menyebabkan masalah klinis yang
signifikan dan dikelola dengan aplikasi tekanan lokal. 28

20

2.10.7. Tehnik Pemeriksaan FNAB


Pada prinsipnya FNAB bertujuan untuk memperoleh sampel sel-sel nodul
tiroid yang teraspirasi melalui penusukan jarum ke jaringan nodul tiroid. Untuk itu
dibutuhkan jarum steril 23-25G serta sepuit. Pertama kelenjar tiroid harus
dipalpasi secara hati-hati dan nodul diidentifikasi dengan baik dan benar.
Kemudian, pasien ditempatkan pada posisi supinasi dengan leher hiperekstensi,
untuk mempermudah tempatkan bantal pada bawah bahu. Pasien tidak
diperbolehkan menelan, bertanya, dan bergerak selama prosedur. Perlu
diinformasikan juga kepada pasien bahwa prosedur ini tidak memerlukan anestesi
lokal. Setelah mengidentifikasi nodul yang akan diaspirasi, kulit tersebut
dibersihkan dengan alkohol. sepuit 10cc dipasangkan ke syringe holder dan
dipegang dengan tangan kanan. Jari pertama dan kedua tangan kiri menekan dan
memfiksasi nodul, sehingga dapat mempertahankan arah tusukan jarum oleh
tangan lainnya yang dominan. Tangan kanan memegang jarum dan sepuit
tusukkan dengan tenang. Waktu jarum sudah berada dalam nodul, dibuat tarikan
2-3cc pada sepuit agar tercipta tekanan negatif. Jarum ditusukkan 10-15 kali tanpa
mengubah arah, selama 5-10 detik. Pada saat jarum akan dicabut dari nodul,
tekanan negatif dihilangkan kembali. Setelah jarum dicabut dari nodul, jarum
dilepas dari sepuitnya dan sel-sel yang teraspirasi akan masih berada di dalam
lubang jarum. Kemudian isi lubang ditumpahkan keatas gelas objek. Buat 6
sediaan hapus, 3 sediaan hapus difiksasi basah dan dipulas dengan Papanicoulau.
Sediaan lainnya dikeringkan di udara untuk dipulas dengan May Gruenwald

21

Giemsa/DiffQuick. Kemudian setelah dilakukan FNAB daerah tusukan harus


ditekan kira-kira 5 menit.
2.10.8. Klasifikasi Sitologi FNAB.
Klasifikasi Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus dikatakan:

29

1. Jinak
Sel-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk kelompokan atau
mikrofolikuler. Inti sel bulat atau oval dengan kromatin yang dense dan
homogen. Sitoplasma sedikit dan agak eosinofilik, tetapi kadang-kadang
ditemukan sel-sel onkositik. Sejumlah koloid dapat ditemukan.
2. Curiga
Sel-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan folikuler. Inti sel
membesar, bulat atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti
yang menonjol. Sitoplasma eosinofilik, bergranul, karakteristik akan
perubahan sel-sel onkositik. Koloid sedikit atau tidak dijumpai.
3.

Ganas
a. Bentuk papiler sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papiler. Inti
bulat atau oval dengan adanya pseudoinklusi nuklear, nuclear grooves
dan atau bentuk palisada.
b.

Bentuk meduler sel-sel yang hiperselular. Bentuk bervariasi dengan


inti bentuk bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik dengan
gambaran plasmasitoid. Struktur amiloid jarang terlihat.

c. Bentuk anaplastik terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya


multinukleated sel raksasa dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar,

22

bizarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar dan anak inti yang
menonjol. Kadang dijumpai mitosis atipik.
Tabel 2.1. Klasifikasi diagnosis sitology biopsy aspirasi jarum halus.
Kategori
Si-Bajah

Sitologi

THY 1

Bahan tidak cukup (Insufficient material)

THY 2

Jinak (nodular goiter)

THY 3

Curiga suatu tumor/neoplasma


(suspicious of neoplasma (follicular))

THY 4

Curiga keganasan (papilari/meduler/anaplastik)


(suspicious of malignancy
(papillary/medullary/anaplastik))
Positif ganas(definite malignancy) 29

THY 5

2.11.

Gambaran Mikroskopik Sitologi dan Histopatologi Neoplasma Tiroid

2.11.1. Colloid Goiter


Secara sitopatologi, gambaran colloid goiter berupa koloid yang
berlimpah, tebal maupun tipis; sel-sel epithelial folikular kecil atau sedang dalam
lembaran tunggal, kelompok kohesif sel maupun sel tunggal; sitoplasma rapuh,
sejumlah histiosit dan perubahan degeneratif seperti sel darah, debris dan fragmen
stroma hialin.9
Secara histopatologi colloid goiter berupa folikel-folikel yang kaya akan
koloid yang dibatasi oleh epitel pipih inaktif dan area hyperplasia folikular.

23

Gambar 2.4. Colloid Goiter

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.2


2.11.2. Tiroiditis sub akut / de Quervain
Secara sitopatologi dan histopatologi gambaran tiroiditis sub akut / de
Quervain berupa multinucleate giant cell besar dengan banyak inti dan koloid
yang terfagositosis, sel-sel epiteliod, sel-sel folikular yang mengalami degenerasi,
sel- sel inflamatori (makrofag dan limfosit), latar belakang kotor berupa debris
dan koloid.9
Gambar 2.5. Tiroiditis de Quervain

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.2


2.11.3. Tiroiditis limfositik/Hashimotos disease
Secara sitopatologi, sering digambarkan dengan adanya ketidak sesuaian
sel limfosit dan onkosit atau sel Hurthle pada proporsi yang bervariasi.
Secara histopatologi dijumpai adaya gambaran dari sel-sel limfosit
ditandai dengan perbedaan maturasi dari setiap stadium. Gambaran ini sering
disalah artikan sebagai limfoma yang ganas.12

24

Gambar. 2.6. Hashimotos disease

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.2


2.11.4. Adenoma Folikular
Secara sitopatologi dijumpai gambaran selular yang terdiri dari populasi
sel disertai sedikit cairan koloid. Pada sediaan folikular adenoma selalu berisi
sebagian cluster dari folikular sel.
Secara histopatologi, tumor jinak tidak berkapsul terdiri dari sel folikel
tanpa invasi kapsul atau pembuluh darah. Adenoma terdiri dari folikel kecil atau
sedang yang mengandung sejumlah komponen koloid.12
Gambar 2.7. Adenoma Folikular

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.2


2.11.5. Karsinoma papilar
Secara sitopatologi, gambarannya kaya akan sel anastomosis dari fragmen
papilar, struktur atau pada gambaran monolayared umumnya bebas dari cairan

25

koloid. Kemunculan komplek papillary clusters dapat diobservasi dibawah


mikroskop berkekuatan rendah untuk mendiagnosis tumor.
Secara histopatologi adanya tumor yang berisi sel-sel kolumnar dengan
prognosis yang buruk, gambaran ini juga mirip dengan Warthins tumor pada
kelenjar saliva.12
Gambar 2.8. Karsinoma Papilar

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.


2.11.6. Karsinoma folikular
Secara sitopatologi karsinoma folikular memiliki populasi sel-sel yang
banyak dengan sedikit atau tidak dijumpai koloid. Sel-sel tersusun di dalam
kelompokan-kelompokan dan strukturnya berupa folikel. Inti atipik dapat
dijumpai dengan ukuran bervariasi dan hiperkromatik. Dikarakteristikan dengan
dijumpainya nukleolus besar dan menonjol di dalam sel folikular. Hapusan selular
terdiri dari sel syntial, sel yang berlapisan multilayer dengan berbagai ukuran
dengan sel yang menaut dan operlaping yang menandakan sel folliculerm, patters
di persentasikan oleh populasi sel yang uniform, berbeda pada koloid dan nodul
hyperplasianya.
Secara histopatologi, tersusun dari kapsul tumor dan lembaran-lembaran
lapisan yang besar.12

26

Gambar 2.9. Karsinoma Folikular

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.


2.11.7. Karsinoma Medular
Secara sitopatologi, gambaranya berupa sel-sel malignan yang tersebar.
Mengandung sel-sel epithelial besar dengan sitoplasma ireguler yang berlimpah,
sering berbentuk triangular dan besar, hiperkromatik, inti eksentrik disertai
dengan anak inti yang menonjol.
Secara histopatologi, karsinoma medular biasanya memiliki sel besar
berbentuk polygonal dengan anak inti satu atau multiple yang menonjol. 9

Gambar 2.10. Karsinoma Meduler Tiroid

27

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.


2.11.8. karsinoma anaplastik
Secara sitopatologi, gambaranya berupa sel-sel malignan dengan inti bulat
atau oval dan sitoplasma sedikit.
Secara histopatologi, karsinoma ini terdiri dari tipe spindle dan giant cell,
da small cell.
Gambar 2.11. Karsinoma Anaplastik Tiroid

Sumber: Koss Leopold G. Koss 2006.


2.12. Penatalaksanaan
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma
antara lain sebagai berikut:

2.12.1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.

28

Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan
makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid. 30,31,32
2.12.2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50
%. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya.
2.12.3. Pemberian Tiroksin dan Obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu
untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol. 30,31,32
2.13. Prognosis
Prognosis karsinoma tiroid bervariasi, ada yang tumbuh lambat, sangat
sedikit membawa kematian; ada yang tumbuh cepat, angka kematian tinggi.
Faktor yang berpengaruh menonjol terhadap prognosis karsinoma tiroid terutama
mencakup: jenis patologik, stadium dan metastasis jauh. Menurut data dari RS
kanker universitas kedokteran zongshan, pada karsinoma tiroid berdeferensiasi,
angka survival 5 tahun dan 10 tahun, masing-masing adalah 93,6% dan 87,5%.

29

Karsinoma medular dan karsinoma tak berdiferensiasi memiliki survival 5 tahun


masing-masing 68,75% dan 16,81%; survival 5 tahun karsinoma tiroid stadium
1,stadium 11, stadium 111,stadium IV masing-masing adalah 98,98%, 88,92%,
79,50% dan 41,51%. Selain itu usia, jenis kelamin, ukuran lesi dan stadium T
juga berpengaruh pada prognosis karsinoma tiroid.22
2.14. Kerangaka Konsep
Pemeriksaan
Fisik
Pasien dengan
pembesaran
tiroid
Biopsi

Jinak
Ganas

Aspirasi
Jarum Halus

31

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study.

3.2. Definisi Operasional

30

Variabel

Definisi Operasinal

Skala Ukur

Makroskopis

Gambaran yang dapat dilihat Nominal

dengan mata telanjang


Biopsi Aspirasi
Merupakan suatu tindakan Nominal
Jarum Halus

Alat Ukur
Inspeksi
Mikroskop

cepat, noninvasif dan berguna


pada lesi yang dapat diraba

Neoplasma

Massa abnormal jaringan yang Nominal

Inspeksi dan

pertumbuhannya

Mikroskop

dan

tidak

berlebihan

terkoordinasikan

dengan pertumbuhan jaringan


normal serta terus demikian
walaupun

rangsangan

yang

memicu pertumbuhan tersebut


telah berhenti
3.2.1. Variabel Independent
Variabel independent (bebas) adalah variabel yang dipergunakan untuk
memperkirakan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah gambaran makroskopis
pada neoplasma tiroid.

3.2.2. Variabel Dependent


Variable dependent (terikat) / variable yang tidak bebas adalah variable
yang nilainya akan diperkirakan. Variable terikat pada penelitian ini adalah
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus pada neoplasma tiroid.

31

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di praktek Prof.Dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis
Sp.PA(K) di Medan.
3.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan November sampai Desember 2014
yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, penelitian dan penulisan
laporan penelitian.

3.4. Subjek Penelitian


3.4.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua data penderita yang mengalami
pembesaran tiroid. Di salah satu praktek dokter spesialis Patologi Anatomi di
Medan.

3.4.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah penderita pembesaran tiroid yang dilakukan
pemeriksaan palpasi dan biopsi aspirasi jarum halus.

3.5. Jumlah Sampel


Penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan jumlah
penderita, yakni jumlah penderita dengan pembesaran sesuai dengan kriteria

32

inklusi. Untuk mengetahui berapa banyak sampel yang diperlukan, maka


menggunakan rumus Simple Random Sampling yaitu:

n =

Z2PQ
d2

: besar sampel minimum

Z2

: nilai distribusi normal baku pada tertentu. Dalam


penelitian ini tingkat kepercayaan yang dikehendaki
sebesar 95% sehingga nilai adalah 1,96

: harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini


0,5.Q : (1-P)

: tingkat ketepatan (absolut) yang dikehendaki,


dalam penelitian ini diambil 15% sehingga nilai d
adalah 0,19

1,962.0,5.0,5
0,192

0,9604

= 27 30

0,0361

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.6.1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah penderita pembesaran tiroid yang di diagnosa
sebagai neoplasma tiroid.
3.6.2 . Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan penderita pembesaran tiroid yang di diagnosa
sebagai metastasis karsinoma.

33

3.7. Kerangka Operasional


Pasien dengan pembesaran
tiroid.
Ukuran

Anamnesis
dan
Pemeriksaan Fisik

Konsisten
si
Hilangkan

Biopsi Aspirasi
Jarum Halus

Ganas

Jinak

3.8. Cara Kerja


Pengumpulan data diperoleh dari pasien-pasien yang mengalami
pembesaran tiroid yang telah dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
biopsi aspirasi jarum halus di praktek Prof.Dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis
Sp.PA(K) di Medan. Data dikumpulkan dari bulan September sampai Oktober
2014. Setelah itu dieksklusikan data-data yang bukan merupakan subjek
penelitian. Data yang memenuhi kriteria inklusi diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel dan dideskripsikan.

3.9. Metode Analisis Data


3.9.1. Pengolahan Data

34

Pengolahan data hasil penelitian ini diinformasihkan dengan menggunakan


langkah-langkah berikut:
1. Editing: untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data
belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mengamati
langsung kejadian yang ingin diteliti.
2. Coding: data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan computer.
3. Entri: data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam program
kompuer.
4. Cleaning Data: pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam
computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving: penyimpanan data untuk siap dianalisis.
6. Analilis data.
3.10. Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan. Data
yang diperoleh diuji dengan korelasi bivariat. Analisis ini merupakan analisis
korelasi linier sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui ada
atau tidak hubungan antara dua variabel dan juga untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara dua variabel. Apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti
atau tidaknya hubungan itu.

35

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dihasilkan secara analitik dan dianalisis dengan

bantuan program SPSS 16 dengan menguji normalitas data dan dilanjutkan


dengan uji korelasi yang sesuai dengan hasil normalitas data. Jumlah subjek pada
penelitian ini adalah 30 orang.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia.
Usia

Frekuensi (n)

< 40 thn

15

40 thn

15

Persentase (%)
50
50

36

Total

30

100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa nodul tiroid terdapat pada


usia <40 thn yaitu 15 (50%) dari 30 sampe l, sedangkan nodul tiroid terdapat pada
usia 40 thn yaitu 15 (50%) dari 30 sampel.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.


Jenis Kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Laki-laki

23,3

Perempuan

23

76,6

Total

30

100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa nodul tiroid didominasi oleh


jenis kelamin , yaitu sebanyak 23 orang (76,6%) dari 30 sampel. Sementara
jumlah pria yang memiliki nodul tiroid yaitu 7 orang (23,3%) dari 30 sampel.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Ukuran.
Ukuran

Frekuensi (n)

< 4cm

18

4cm

12

Total

Persentase (%)
60
40

30

100

37

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari

hasil pemeriksaan

makroskopis berupa ukuran nodul dikelompokkan menjadi 2, yaitu yang


berdiameter <4 cm dan 4 cm. Hasil pemeriksaan nodul yang berukuran <4cm
berjumlah 18(60%) dari 30 sampel. Sedangkan nodul 4 cm berjumlah 12(40%)
dari 30 sampel.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Mobilitas.
Mobilitas

Frekuensi (n)

Mobile

Persentase (%)

21

Immobile

70

Total

30
30

100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari

hasil pemeriksaan

makroskopis berupa mobilitas dari 30 sampel. nodul mobile berjumlah 21(70%)


sedangkan nodul immobile berjumlah 9 (30%).

Tabel 4.5. Tipe Sitologi Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Tiroid


Berdasarkan Diagnosis FNAB.

No. Diagnosis

1.
2.

Colloid goiter
Papillary carcinoma

Jenis Kelamin
LakiPerempuan

Jumlah

Frekuensi(%)

laki
7
-

(n)
27
3

90
10

20
3

38

3.

Papillary

4.
5.
6.

adenocarcinoma
Follicular carcinoma
Follicular neoplasma
Follicular

23

7.
Total

adenocarcinoma
Follicular adenoma

30

100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa penderita dengan lesi tiroid


terbanyak dijumpai adalah Colloid Goiter ditemukan sebanyak 27 kasus (90%).

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil FNAB.


FNAB

Frekuensi (n)

Jinak

27

Ganas

Total

30

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari

Persentase (%)
90
10
100

hasil pemeriksaan

FNAB jumlah lesi jinak sebanyak 27 (90%), lesi ganas sebanyak 3 (10%) dari 30
sampel.
Hasil uji normalitas

data di dapatkan sebaran data yang normal.

Selanjutnya analisis data di lanjutkan ke uji korelasi Pearson dan didapatkan nilai
p=0,305 (>0,05). Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna.

39

Hasil uji normalitas

data di dapatkan sebaran data yang normal.

Selanjutnya analisis data di lanjutkan ke uji korelasi Pearson dan didapatkan nilai
p=0,173 (>0,05). Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna.
Hasil uji normalitas

data di dapatkan sebaran data yang normal.

Selanjutnya analisis data di lanjutkan ke uji korelasi Pearson dan didapatkan nilai
p=0,154 (>0,05). Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna.
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang dilakukan bahwa
penelitian ini menunjukan nodul tiroid yang paling banyak adalah Colloid goiter
(90%). Pada penelitian ini juga terlihat bahwa nodul tiroid lebih sering mengenai
perempuan dari pada laki-laki. Hal ini sesuai dengan literatur dimana nodul tiroid
yang sering ditemukan umumnya jinak (90% sampai 95%). Kurang dari 5%
bersifat ganas. Dan lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan rasio
perbandingan 3:1 1,2,5,34
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ukuran dengan hasil FNAB,
mobilitas dengan hasil FNAB dari 30 sampel, tidak signifikan hal ini dikarenakan
waktu penelitian yang pendek, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sedikit dan
sebaran sampel yang tidak merata. Pada penelitian ini menunjukan ukuran tumor
yang jinak <4cm, sedangkan ukuran tumor yang ganas 4 cm. Dan pada massa
mobile sangat dominan

didapatkan pada lesi jinak tiroid, sedangkan massa

immobile dijumpai pada lesi ganas tiroid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yohanes Dona, C. U.,(2012) tentang nilai diagnostik karakteristik

40

klinis dibandingkan FNAB dalam mendiagnosa karsinoma tiroid dengan 120


sampel. Dimana peneliti mengungkapkan bahwa keganasan tiroid didapatkan
sebagian besar ukuran diameter tumor 4cm yaitu sebanyak 30 dari 47 sampel,
sedangkan pada yang bukan keganasan didominasi dengan ukuran tumor yang
<4cm , yaitu sebanyak 30 dari 41 sampel. massa solid-terfiksasi sangat dominan
didapatkan pada keganasan tiroid dengan 12 dari 13 sampel, sedangkan pada yang
bukan keganasan dominan didapatkan massa yang kistik-mobile dengan 37 dari
61 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemeriksaan klinis untuk
mendiagnosa dan mengarahkan suatu nodul ganas tiroid adalah baik. 35
Tambah pembahasan lagi mengenai pentingnya masyarakat tahu akan
keganasan tiroid oleh karena penyakit ini sudah banyak ditemukan. Dengan
pemeriksaan ukuran dan konsistensi besar kemungkinan kita dapat mendeteksi
dini insidensi penyakit ini.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada penderita neoplasma tiroid di


praktek Prof.Dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K) di Medan, maka dapat
diambil suatu kesimpulan yaitu:
1. Tidak terdapat hubungan antara ukuran dengan mobilitas (p=0,305).

41

2. Tidak terdapat hubungan antara ukuran dengan hasil pemeriksaan


FNAB (p=0,173)
3. Tidak terdapat hubungan antara mobilitas dengan hasil pemeriksaan
FNAB (p=0,154)

5.2.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut yaitu:
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar lebih memperdalam
cakupan penelitiannya khususnya dalam memperluas variabel yang
akan diteliti, seperti: konsistensi, jumlah, batas nodul tiroid, sehingga
dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan.
2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

Hubungan

Gambaran Makroskopis Dengan Hasil Pemeriksaan Biopsi Aspirasi


Jarum Halus Pada Neoplasma Tiroid, dengan jumlah sampel yang
lebih baik sehingga menghasilkan outcome penelitian yang semakin
baik, karena tingginya nilai diagnostic FNAB dalam mendiagnosa
suatu karsinoma tiroid.

DAFTAR PUSTAKA

42

1. Robbins,L.S., Cotran,S.R., Kumar.V.,Neoplasma. Dalam: Asrorudin,M.,


Hartonno, H., Darmaniah, N., Buku Ajar Patologi Edisi 7. Vol. 1 Jakarta:
EGC. 2007:186-194.
2. Koss Leopold G. TheTthyroid.Parathyroid,and Neck Masses Other Than
Lymph Nodes. Dalam: Koss diagnostic cytology and its histopathologic
bases5th ed Philadelphia. 2006: 1148-1175.
3. Clark DP, Faquin WC. Thyroid Cytopathology. Springer Science Inc., New
York. 2005.
4. Delleis,A, R & Williams,E.D.2004. Thyroid and parathyroid tumours:
Introduction, Dalam: M.D, Delellis.AR., M.D. Lloyd, VR., M.D,Heitz,
UP., M.D, Eng, C., Pathology & Genetics Tumours of Endocrins Organs.
World Health Organization Classification of Tumours. Lyon. 2004.
5. McDougall IR. Thyroid Cancer : Epidemiology and overview. In
McDougall IR (Ed.) : Management of Thyroid Cancer and Related
Nodular Disease Springer Verlag. London Ltd. 2006:1-20.
6. Firat M, Guney E. The Value of Fine Needle Aspiration Biopsy in The
Management of Thyroid Nodules. Turkish Journal of Endocrinology and
Metabolism. 2006.
7. Lubis , L. M. H., 2010. Profil Penderita Karsinoma Tiroid Primer
Berdasarkan Diagnosis Biopsi Aspirasi Jarum Halus Di Laboratorium
Patologi Anatomi Kota Medan Tahun 2009. KTI. Universitas Sumatra
Utara. Diakses tanggal 20 juni 2014. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17648
8. Masjhur JS. Buku Ajar Tiroidologi Klinik. In: R.Djokomoeljanto, editor.
Karsinoma Tiroid. Semarang: PAPDI, PERKENI.2009: 201.
9. Orell RS,Strerett FG,Whitaker Darrel. Fine Needle
Cytology,Fourth Edition,Elsevier. 2005:125-58

Aspiration

43

10. Orell RS,Philips Jeanette.The Thyroid.Fine Needle Biopsy and Cytological


Diagnosis of Thyroid Lesions.Karger. 1997:126-51
11. Rrenshaw AA. Aspiration Cytology,A Pattern Recongnition Approach.
Elsevier Saunders. 2005:331-75.
12. Gullia SP, Chaudhury M, Sitaramam E, Reddy KP. Diagnostic Accuracy
of Fine Needle Aspiration Cytology In The Diagnosis Of Thyroid Lesions.
The Internet Journal of Pathology. 2011:13.
13. Ersoy E, et al: Preoperative Fine-needle Aspiration Cytology Versus
Frozen section In Thyroid Surgery. Endocrine regulations. Vol.33.
2010:41-44.
14. Kocjan G. Fine-needle Aspiration CytologyDiagnostic Principles and
Dilemmas. Springer.london. 2006;215.
15. Subekti I. Pendekatan Pasien Diagnosa dengan Nodul Tiroid dalam
Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2005: 1-16.
16. Snell, S. A., Viscera Leher. Dalam: Hartanto, H., Listiawati, E., Suyono,
JY., Susilawati., Nisa, MT., Prawira, J., Cendika, R,editor. Buku Anatomi
Klinik Edisi 6, Jakarta: EGC. 2006.
17. Sherwood, Lauralee. Dalam: Nella Yesdelita,editor. Fisiologi Manusia
Dari Sel Ke Sistem Edisi.6, Jakarta: EGC. 2011.
18. Eroschenko, Victor P. Dalam: Didiek Dharmawan., Nella Yesdelita. Atlas
Histologi Difiore Edisi 11, Jakarta: EGC. 2010.
19. Hagedus L. The Thyroid Nodule. N Eng J Med. 2004;351:1764-71
20. Smallridge RC, Marlow LA, et al. Anaplastic thyroid cancer: molecular
pathogenesis and emerging therapies.Endocrine-Related

Cancer.

2009;16:17-44.
21. Subekti Imam. Diagnostik Medik Nodul Tiroid. Jakarta: FKUI/RSUPNCM. 2005,8.

44

22. Fujing, C., Qiuli, L. Karsinoma Tiroid. Dalam: Desen,W,editor. Buku Ajar
Onkologi Klinis Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011:287-297.
23. De Vita, Jr, Vincent T,et al. Cancer Principles & Practice of Oncology.
7th ed. Lippincott, Philadelphia. 2005:1502-1510.
24. Tenbo. H. Pengertian Umun Tumor. Dalam: Desen,W. Buku Ajar Onkologi
Klinis

Edisi

II.

Jakarta:

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia.2011:3-26.
25. Arlen D Meyers, MD, MBA. Thyroid Cancer. Diakses tanggal 2 Mei
2014. Available from: http://www.medscape.com/.accesed
26. Mousa U GA, Ozdemir H, Moray G. Medullary Thyroid Carcinoma in a
Patient with Hashimoto's Thyroiditis Diagnosed by Calcitonin washout
from a Thyroid Nodule. Wiley Periodicals. 2011.
27. Djokomoeljanto R, editor. Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Evaluasi Pasien
dengan Kelainan Tiroid Secara Menyeluruh. Semarang: PAPDI,PERKENI.
2009:141-142.
28. Hossein Gharib, Diana Dien.Finne-Needle Aspiration Biopsy of the
Thyroid Gland.6rd ed.USA:Rochester. 2012.
29. Tom W.J. Lennard. Elsevier Saunders, editor. Endocrine Surgery. A
Companion to Specialist Surgical Practice. 3rd ed. Edited by Philadelphia.
2006:43-74.
30. Landenson W Paul M.D. Goiter and Tiroid Nodules. Diakses tanggal 24
februari 2014. Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2012fitarahmaw-1035-04-BAB+I-I.pdf
31. Andrzey Lewinski. The Problem Of Goiter With Particular Consideration
Of Goiter Resulting From Iodine Deficiency. Diakses tanggal 24 februari

45

2014.Available from: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimusgdl-s1-2012-fitarahmaw-1035-04-BAB+I-I.pdf


32. Castro Regina M. Goiter-diagnostic and Treatment Consideration.
Diakses tanggal 25 februari 2014. Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2012fitarahmaw-1035-04-BAB+I-I.pdf
33. Hopkins. J. Thyroid Carcinoma. Diakses tanggal 25 februari 2014.
Available from:
https://www.nccn.org/store/login/login.aspx-2006ReturnURL=http://www.nccn.org/professionals/physician_gls/PDF/thyroi
d.pdf
34. Djokomoeljanto.Penyakit Kelenjar Gondok. In:Tony Suhartono TGDP,K
Heri nugroho, editor.2 ed. Semarang : Badan P enerbit Undip;2011.p. 112,51-60..
35. Yohanes.Nilai Diagnostik Karakteristik Klinis Dibandingkan Dengan
Biopsi Patologi Anatomi Dalam Mendiagnosa Karsinoma Tiroid. Diakses
tanggal 19 januari 2015.
http://eprints.undip.ac.id/37824/1/Yohanes_Dona_G2A008200_Lap._KTI.
pdf

Anda mungkin juga menyukai