Anda di halaman 1dari 36

DISKUSI KASUS

Luka Bakar (Burn Injury)

Disusun Oleh
Ratu Suzanna Oswarie (10310331)
Alamsyah Santosa ( 1508320028 )
Rina Andriani ( 1508320025 )
Annisa Habni ( 1508320026 )
Yati Sriati ( 1508320035 )

Pembimbing :
dr. Muharramsyah Rambe, Sp. B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Haji Medan
2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan Diskusi Kasus yang berjudul Luka Bara
(Burn Injury) dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Haji Medan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
dr.Muharramsyah Rambe, Sp.B atas segala bimbingan dan arahan sehingga
paper ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan dan kelengkapan dikemudian hari agar bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, 05 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
STATUS PASIEN..............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................9
1.1 Latar Belakang.................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................11
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lapisan Kulit ..............................................11
2.2 Definisi Luka Bakar.........................................................................16
2.3 Etiologi Luka bakar..........................................................................16
2.4 Klasifikasi Luka Bakar.....................................................................17
2.5 Patofisiologi Luka bakar .................................................................22
2.6 Penatalaksanaan Luka Bakar............................................................23
2.7 Komplikasi dan PrognosisLuka Bakar.............................................31
2.8 Pencegahan Awal Luka Bakar..........................................................32
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................35
LAMPIRAN

STATUS PASIEN
Nama

: Bintang Arshakhaf

Usia

: 1 th 9 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Alamat

: Laut Dendang Jl. Purnawira

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Pekerjaan

: (-)

Nomor Rekam Medic : 24.23.54

ANAMNESA
Keluhan Utama

: Lengan Bawah kiri melepuh (luka bakar).

Telaah

: Pasien datang ke Igd di antar kedua orang tuanya dengan


keluhan lengan bawah kiri melepuh (luka bakar). Hal ini
dialami pasien sejak 3 hari. Luka diakibatkan karena
tersiram air panas

Riwayat penyakit terdahulu : (-)


Riwayat penggunaan obat

: Tidak mengkonsumsi obat-obatan

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

Status Present
Keadaan Umum

: Pasien tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis
4

Vital Sign
Tensi

: 120/70

HR

: 95 x/i

RR

: 22x/i

Temp

:38C

Status Generalisata
Kepala

: Normocepali

Mata

:Konjungtiva Anemis (-/-),

Sclera Ikhterik

(-/-), pupil Isokor

,Reflek cahaya (+)


Hidung

:Pendarahan tidak ada , pernafasan cuping hidug (-),selang NGT


terpasang

Telinga

: Dalam batas normal

Mulut

: Bibir sianosis (-) bibir kering (+)

Leher

: Kgb tidak teraba

Thorax
Inspeksi

: Simetris Kiri = kanan , tidak ada bagian dada tertinggal

Palpasi

: Strem Fremitus kiri = kanan

Perkusi

: Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara pernafasan vesicular (+) ronkhi (-),wheezing (-)

Thorax
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Dalam batas normal

Auskultasi

: Bunyi Jantung I/II (+) normal, murmur (-) , gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Soepel

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi

: Nyeri tekan (-)

Perkusi

: Tympani

Ekstremitas
Superior

: Kanan= Akral Hangat , Oedem (-)


Kiri

= Akral Hangat, Oedem (+), eritema (+), jaringan nekrotik


(+)

Inferior

: Kanan= Akral Hangat , Oedem (-)


Kiri

= Akral Hangat , Oedem (-)

Resume
Pasien datang ke Igd di antar kedua orang tuanya dengan keluhan lengan bawah
kiri melepuh (luka bakar). Hal ini dialami pasien sejak 3
hari. Luka diakibatkan karena tersiram air panas

Riwayat penyakit terdahulu : (-)


Dianosis Banding
1. Scalded burn grade II

3. Chemical Burn

2. Scalded burn grade I

Diagnosis Sementara
Scalded burn grade II (Luas 10%)
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 500mg/12jam => Skin Test
Inj. Ketorolac amp /12jam
Puasakan untuk persiapan operasi
Planning
-

Observasi
Rencana tindakan operasi

Prognosis
-

Quo ad vitam
Quo ad functionam

: ad Bonam
: ad Bonam

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Hitung eritosit
Hitung Leukosit
Hitung trombosit

11,2
39,7
5,5
12.500
279,000

g/dl
%
106/L L
/l
/ L

13 18
40 54
4,5 6,5
4.000 11.000
150.000

450.000

Indeks Eritrosit
MCV
90,4
MCH
31,9
MCHC
33,3
Hitung
Jenis
Leukosit
Eosinofil
Basofil
N.stab
N.seg
Limfosit

1
0
0
77
22

fL
Pg
%

80 96
27 31
30 34

%
%
%
%
%

13
01
26
53 75
20 45
7

Monosit

48

Foto Thorax
Kesan : Tidak ada kelainan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh

yang katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaannya, kehidupan

sosialnya, keterbatasan

yang

ditimbulkan

dan perihal

keuangan

yang

dikeluarkan untuk pengobatannya.


Aspek

medikolegal

menuntut

seorang

dokter

untuk

melakukan

pemeriksaan terhadap seseorang yang mengalami luka bakar baik yang masih
hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada banyak kejadian dimana
luka bakar terjadi pada korban kekerasan, dimana diperlukan keahlian khusus
untuk membedakan apakah luka bakar terjadi saat korban masih hidup
(antemortem)

ataukah

saat

korban sudah meninggal (postmortem) untuk

menutupi penyebab kematian yang sebenarnya.


Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas
masih merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan jangka
panjang. Anak-anak dan orang tua beresiko untuk mengalami luka bakar
yang lebih dalam karena lapisan kulit dermis mereka lebih tipis.
Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat
perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika. Luka bakar disebabkan
oleh api atau oleh penyebab lain, misalnya pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia serta radiasi. Penyebab luka bakar diRSCM 56% api,
40% air mendidih, 3% listrik dan 1% bahan kimia
Melihat besarnya dampak

yang ditimbulkan oleh luka bakar,

angka

insiden, dan angka mortalitas akibat trauma jenis ini, maka diperlukan suatu
literatur khusus untuk mengupas sekilas mengenai luka bakar dan konsepnya
secara umum. Tinjauan pustaka ini dibuat untuk membantu mengenalkan para
praktisi medis terhadap luka bakar, efeknya terhadap berbagai sistem organ,

klasifikasi derajat luka bakar menurut luas permukaan, penyebab kematian


utama pada luka bakar, serta bagaimana cara membedakan luka antemortem
dan postmortem pada korban melalui pengamatan klinis yang singkat, jelas, dan
mudah dimengerti.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi dan Fisiologi Lapisan Kulit


Terbagi 3 lapisan yaitu:

10

1) Epidermis
Terbagi atas 4 lapisan:
a. Lapisan basal / stratum germinativum
Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.Tersusun
sebagai tiang pagar atau palisade. Lapisan terbawah dari epidermis. Terdapat
melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit
dari sinar matahari.
b. Lapisan Malpighi/ stratum spinosum.
Lapisan epidermis yang paling tebal. Terdiri dari sel polygonal . Sel sel
mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c. Lapisan Granular / s. granulosum.
Terdiri dari butir butir granul keratohialinyang basofilik.
d. lapsan tanduk / korneum.
Terdiri dari 20 25 lapis sel tanduk tanpa inti. Setiap kulit yang mati
banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk
barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsur utam yang mengeraskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis
terdapat 2 sel yaitu :
Sel merkel.

11

Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam


pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.
Sel langerhans.
Berperan dalam respon respon antigen kutaneus. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara
epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers
prints.
2) Dermis ( korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang
terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi
kolagen dan Retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, dan akar
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. Lapisan dermis terletak tepat di
bawah epidermis. Terdiri dari jaringan luas yang saling berhubungan, terbentuk
kolagen dan elastin. Elastin menjadikan kulit elastis dan kenyal. Sementara
kolagen berfungsi mengencangkan kulit. Komposisi dari jaringan yang
berhubungan menjadikan kulit elastis dan kenyal.
Pada perbatasan antara epidermis dan dermis terdapat jaringan saraf yang
berfungsi merasakan sentuhan, sakit, dan perubahan suhu. Pada lapisan dermis
terdapat pula beberapa struktur yang berbeda seperti rambut, sebaceous, dan
kelenjar

keringat.

Temasuk

jaringan

pembuluh

darah

yang

berfungsi

mengantarkan utrisi dan membatasi kandungan-kandungan yang terbuang


percuma. Pembuluh darah juga mengatur suhu tubuh, pada saat lingkungan

12

menjadi dingin, pembuluh darah bereaksi, sirkulasinya berkurang, dan kullit


berubah pucat. Sementara krltika lingkungan hamgat, dan kulit berubah pucat.
Sementara ketika lingkungan hangat, pembuluh berekspansi, kulit menjadi merah,
dan kehangatan pun terasa. Dermis merupakan tempat persediaan air untuk kulit;
menciptakan proteoglycans yang dapat menhidrasinya. Terdapat 70% air pada
tubuh manusia, dan kulit mengandung seperempat darinya. Karenanya sangat
penting untuk meminnum cukup air setiap hari (1,5-2 liter) untuk mencegah
dehidrasi pada tubuh kulit.
3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / subcutis
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan
setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas, sebagai bantalan terhadap trauma, dan tempat
penumpukan energi. Jaringan hypodermis terdiri dari jaringan lepas namun
berhubungan dan mengandung sel lemak.Inilah yang menjadi energi dari kulit.
Subcutikular lemak beraksi pada insulator panas dan memberi perlindungan
terhadap tekanan dan guncangan. Jumlah dari sel lemak yag tebal, bervariasi pada
beberapa bagian tubuh yang berbeda. Jumlah sel lemak dapat berupa faktor
turunan, namun diet juga menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Jaringan
hypodermis juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh.
Struktur dari kulit juga dibentuk dalam jaringan hypodermis. Subticius
yang berbentuk bukit dan lembah menampilkan karakteristik kulit, dengan garis
halus dan rongga-rongga yang tampak sebagai selulit pada pinggul, bokong, dll.

13

4.Rambut
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari
falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
a. rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b. Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut

melindungi kulit dari pengaruh buruk: Alis mata melindungi mata dari

keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)


menyaring udara serta berfungsi sebagai pengatur suhu,
pendorong penguapan keringat dan indera peraba yang sensitive.
Rambut terdiri dari akar ( sel tanpa keratin) dan batang (terdiri sel keratin).

Bagian dermis yang masuk dalam kandung rambut disebut papil.


Terdapat 2 fase :
1. fase pertumbuhan (Anagen)
Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti
kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel
rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.
2. Fase Istirahat( Telogen)
Berlangsung + 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 100 lembar
rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma, stress,
piloereksi dsb. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin, pertumbuhan
rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hormon seks( rambut wajah, janggut,
kumis, dada, punggung, di kontrol oleh hormon Androgen).Kuantitas dan kualitas

14

distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan


rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita).
6. Kuku
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki terdapat lempeng
keatin yang keras dan transparan tumbuh dari akar yang disebut kutikula.
Berfungsi mengangkat benda benda kecil. Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm / hari.
Pembaruan total kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18
bulan.
7. Kelenjar- kelenjar pada kulit
1. Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus
lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat
Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a.kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu
tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik. Pengeluaran
keringat tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap stress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan bermuara pada folikel
rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar dan
berkurang pada siklus haid. Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh

15

seperti susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada
telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut kelenjar
seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).

2.2

Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas),

akibat sengatan listrik,

akibat bahan-bahan kimia,

serta sengatan

matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).

2.3

Etiologi Luka Bakar

2.4

Terbakar Api
Tersiram air panas atau rebusan
Besi panas, gelas kaca atau benda panas lainnya
Tersengat listrik
Radiasi dari X-Ray atau radiasi pada pengobatan kanker
Sinar matahari atau ultraviolet dari lampu
Cairan kimia yang bersifat asam kuat, basa kuat serta gas beracun

Klasifikasi Luka Bakar


Kulit merupakan barrier yang kuat untuk transfer energi ke lapisan di

bawahnya. Area luka di again kulit terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona koagulasi,
zona stasis dan zonahiperemia
Gambar 2.1 Zona lapisan

16

A.

Zona koagulasi
Jaringan ini rusak irreversibel saat terjadi trauma luka bakar.

B.

Zona stasis
Area yang mengelilingi zona nekrotik terjadi gangguan perfusi dengan

derajat sedang. Pada zonastasis terjadi kerusakan vaskular dan kebocoran


pembuluh darah.
C.

Zona hiperemia
Karakter dari zona ini adalah vasodilatasi akibat inflamasi.

Fase Luka Bakar


1. Fase Akut/syok. Penderita akan mengalami ancaman gangguan airway

(jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).


2. Fase Sub-akut, berlangsung setelah fase syok teratasi. Terjadi kerusakan

ataukehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang


terjadi menyebabkan prosesinflamasi disertai eksudasi protein plasma dan
infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.
3. Fase Lanjut, terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi.

Masalah yang timbuladalah jaringan parut, kontraktur dan deformitas


akibat kerapuhan jaringan atau organstrukturil.
17

Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total


(Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :
1. Kepala dan leher

: 9%

2. Ekstremitas atas kanan

: 9%

3. Ekstremitas atas kiri

: 9%

4. Ekstremitas bawah kanan

: 18%,

5. Ekstremitas bawah kiri

: 18%

6. Badan bagian depan

: 18%

7. Badan bagian belakang

: 18%

8. Genitalia

:1%

= 100%

Gambar 2.2 Kartu Penilaian Luka Bakar menurut Nelson, 1992

18

Gambar 2.3 Penentuan Luas Luka Bakar (Total Body Surface Area/TBSA)

Beratnya luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena
dan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat.
19

Disebut ringan jika terdapat luka bakar derajat I seluas <15% atau derajat
II seluas <2%.
Luka bakar sedang adalah luka bakar derajat I seluas 10-15% atau
derajat II seluas 5-10%.
Luka bakar berat merupakan luka bakar derajat II seluas >20% atau
derajat

III

seluas

>10%

atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat

kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (>1000V)


atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan
nafas
Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka
bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV.
Pada luka bakar derajat 1 (superficial burn), kerusakan hanya terjadi
di permukaan kulit. Kulit akan tampak kemerahan, tidak ada bulla, sedikit
oedem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenai sebagian dari
ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis.
Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat. Pada luka bakar
derajat 3 (full thickness burn), kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan
ada nekrosis. Lesi tampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa, dan akan
menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh.
Luka bakar derajat 4 disebut charring injury. Pada luka bakar ini kulit
tampak hitam seperti arang karena terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruh
kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang akan gosong.

20

Gambar 2.4 Tingkatan Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman

2.5

Patofisiologi Luka Bakar


Gambar 2.5 Patofisiologi Luka Bakar

21

EFEK LUKA BAKAR


Pada luka bakar <20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
dapat mengatasinya. Luka bakar >20% dapat menimbulkan syok hipovolemik
dengan gejala yang khas. Luka bakar termal pada ruang tertutup dapat
menyebabkan trauma inhalasi dengan penemuan berupa sputum berwana gelap
akibat jelaga, luka bakar pada wajah, alis dan bulu hidung yang terbakar,
edema orofaring, perubahan suara seperti serak, perubahan kesadaran, dan
stridor.

Pada

luka

bakar

terjadi

peningkatan

katabolisme sehingga

keseimbangan protein menjadi negatif. Oleh karena itu, penderita menjadi


sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Terjadi hiperpireksia
persisten, takikardi, hiperventilasi, dan hiperglikemi.
Pada luka bakar yang berat, respons imun mengalami penurunan dan dapat
terjadi bakterimia, syok septik serta kematian. Pada luka bakar dapat pula
ditemukan ileus paralitik. Stres atau beban faal dapat mengakibatkan tukak
di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala sama seperti tukak peptik
yang disebut dengan tukak Curling dan dapat menyebabkan hematemesis atau
melena. Gagal ginjal dapat terjadi karena hipoperfusi ginjal, hemoglobinuria,
myoglobinuria atau sepsi. Penurunan volume urin mengakibatkan pertanda awal
gagal ginjal akut yang diikuti dengan peningkatan serum kreatinin dan urea.
2.6

Penatalaksanaan
a. RESUSITASI CAIRAN

22

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang
adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka
bakar. Adanya

luka

bakar

diberikan

cairan

resusitasi

karena

adanya

akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi
juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini
adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan
disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah
untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan
edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah
luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam
setelah

terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai

1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :
24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar
o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam
pertama

23

jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam


jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Cara lain adalah cara Evans :
l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik
kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang

akibat penguapan) Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam


8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari

kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Cara lain yang banyak
dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter yaitu :
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Hari pertama terutama

diberikan
24

elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan
setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan
luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc =
4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua. Kebutuhan
kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25
kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan
cairan Pemantauan urin output tiap jam Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
Kecukupan sirkulasi perifer Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi Hematokrit,
kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa
b. PENGGANTIAN DARAH
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai
tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang
bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang
mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma
predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi
relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah
merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan
darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar
dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan
c. PERAWATAN LUKA BAKAR

25

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan


dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan
ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera
sembuh

rasa

sakit

yang minimal.Setelah

luka

dibersihkan

dan

di

debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:


pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel
dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus
benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit. Pilihan penutupan luka sesuai
dengan derajat luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan
pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,

pertamatama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan


perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft
(pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis
(opsite, biobrane, transcyte, integra)

26

Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )
d. NUTRISI
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang
berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami
keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat
kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa
bebas lemak.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit
ginjal dan lain-lain.
Luas dan derajat luka bakar
Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

27

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal


adalah dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan
indirek kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor
seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya
infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor
stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. Yang sering di
rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula
HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan
untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan
menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan

kebutuhan

kalori

pada

penderita

luka

bakar

perlu

perhatian khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan


luka yang lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi
lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya
pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi,
dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.
e. EARLY EXICISION AND GRAFTING (E&G)

28

Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian


luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7
hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari
luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah
yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki
resiko yang lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan
masive akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan
penutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan
terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit,
memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi seperti
sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian membandingkan
teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan
dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila
dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada muka, tangan dan kaki. Pada luka
bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan donor kulit.
Untuk

itu

telah

dikembangkan

metode

baru

yaitu

dengan

kultur

keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien
sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup
lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan sering
timbul luka parut. Metode ini juga sangat mahal
f. ESCHAROTOMY

29

Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas

dapat

menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema


saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat
menyebabkan gangguan vaskuler pada jarijari tangan dan kaki. Tanda dini
iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada
ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau
abdomen

dapat

menyebabkan

gangguan

respirasi,

dan

hal

ini

dapat

dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka


keropeng sampai penjepitan bebas
g. ANTIMIKROBA
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan
kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka.
Bila jumlah kuman sudah mencapai 10 5 organisme jaringan, kuman tersebut
dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi
ke

pembuluh

darah

dan mengakibatkan

infeksi

sistemik

yang

dapat

menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau


sistemik.
2.7

Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar


Komplikasi yang terjadi pada kasus luka bakar dapat mengarahkan

penderita kepada kematian. Ada berbagai macam penyebab kematian pada


luka bakar, antara lain syok neurogenik, hipovolemik, asfiksia, dan sepsis.

30

Kematian karena luka bakar dapat di bagi menjadi 2 yaitu kematian cepat
dan kematian lambat. Kematian cepat adalah kematian yang dilihat menurut
waktunya dalam beberapa menit sampai berapa jam dari kecelakaan yang dapat
terjadi dari syok neurogenik (nyeri yang sangat parah), luka akibat panas
(menyebabkan terjadinya hipovolemia, shock dan kegagalan ginjal akut), luka
pada pernafasan, dsb.
Kematian lambat terjadi sebagai hasil beberapa kemungkinan komplikasi,
antara lain kehilangan cairan berkelanjutan sehingga terjadi shock yang
tertunda atau gagal ginjal, kegagalan respirasi yang terjadi sebagai akibat dari
komplikasi kerusakan epithelium pernapasan dan acute respiratory distress
syndrome

(ARDS),

sepsis

yang terjadi terutama karena pneumonia, serta

kematian karena emboli paru sebagai akibat imobilisasi yang lama.

2.8

Pencegahan Awal Luka Bakar


a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh,
misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar
untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat
efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera
menjadi oedem

31

c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar


dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di

jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api


dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan

lebih dangkal dan diperkecil.


d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan

langsung pada luka bakar apapun.


e. Evaluasi awal
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada

luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway


Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada

komponen spesifik luka bakar pada survey sekunderSaat menilai


airway perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya

32

ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong.


Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara,
perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi
lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask
face atau endotracheal tube.Luka bakar biasanya berhubungan dengan
luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda
motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi

pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma


intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar,
perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali
untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk
membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air

mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial


thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh
lapisan kulit (full thickness)

BAB 3
KESIMPULAN

33

Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh


yang katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaannya, kehidupan
sosialnya, keterbatasan

yang

ditimbulkan

dan perihal

keuangan

yang

dikeluarkan untuk pengobatannya.


Beratnya luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena
dan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Sedangkan
berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakar
dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV.
Penangan pada pasien dengan luka bakar meliputi: Observasi keadaan
umum (ABC), resusitasi cairan tubuh yang paten, penanganan luka bakar yang
baik, pemberian nutrisi yang cukup, serta perawatan luka pasca-pengobatan untuk
menghindari infeksi dan meminimalisir bekas luka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, A. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1997.

34

2. Bhullar DS, Aggarwal KK. Medicolegal Diagnosis And Pattern Of


Injuries With Sharp Weapons. JIAFM. 2007; 29(4): 112-114
3. Saraf S, Parihar S. Burns Management: A Compendium. Journal of
Clinical and Diagnostic Research 2007; 5: 426-436.
4. Idris, A.M. Luka Bakar dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
pertama, Jakarta : PT Binarupa Aksara;1997.
5. Sjamsuhidajat, R., de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC;
2004.
6. Deirdre, C., Elsayed, S., Reid, O., Winston, B., Lindsay, R. Burn Wound
Infection. Clin Microbiol Rev. 2006; 19(2): 403434.
7. Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E. Fire and Thermal Injuries, in: Di Maio,
V.J.M. & Dana, S.E.(eds) Hand Book of Forensic Pathology. USA: Landes
Bioscience; 1998.
8. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC;
2002.
9. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Stab Wounds: Incised
Wounds: Chop Wounds: Wounds Produced By Foreign Bodies: Biting,
Scratching And Gouging, Legal Medicine Pathology And Toxicology.
Appleton Century Crofts, New York: Humana Press Inc; 2007. pp: 335379.
10. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC; 2007.
11. Singh VP, Sharma B.R., Harish D, Vij K, A Critical Analysis of Stab
Wound On The Chest, A Case Report. JIAFM. 2007; 29 (4).
12. Moenajat, Yefta. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003
13. Abu Bakar, I, 2003. Luka Bakar, Identifikasi dan Terapinya. (diakses
tanggal

30

April

2011).

Diunduh

dari

http://www.kompas.com/kompascetak/0305/02/ilpeng/289872.htm.

35

14. Puteri AM, Sukasah CL. Presentasi Kasus: Luka Bakar. Jakarta :
Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2009.
15. Riasa, I. N. P. Memahami Luka Bakar. (diakses tanggal 29 April 2011).
Diunduh

dari

http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0306/14/ilpeng/368438.htm.
16. James A.B. Medical Science of Burning, First Edition. Australia :
Melbourne University Press; 1990.
17. Purwadianto, Kristal-kristal Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FK UI;
1991.
18. Vij K. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology: Principles and
Practices. New Delhi: Elsevier; 2008.

36

Anda mungkin juga menyukai