I.
PENDAHULUAN
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya
dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti
yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi memiliki
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak
bukti.
Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan
terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk
menjatuhkan hukuman.
Di
Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undangundang dapat dilihat pada pasal-pasal yang tertera pada bab XIV KUHP, yaitu bab
tentang kejahatan terhadap kesusilaan, yang meliputi baik yang persetubuhan didalam
perkawinan maupun persetubuhan diluar perkawinan.
Persetubuhan didalam perkawinan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksud
oleh pasal 288 KUHP, ialah bila seorang suami melakukan persetubuhan dengan
istrinya yang belum mampu kawin dengan mengakibatkan luka-luka, luka berat atau
mengakibatkan kematian.
Pada tindak pidana diatas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi
paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat
menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terjadi tandatanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menetukan apakah terdapat unsur paksaan
pada tindak pidana ini.
KUHP 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
KUHP 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana pernjara paling lama sembilan tahun.
KUHP 294
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak
piaraannya, anak yang dibawah pengawasannya, orang dibawah umur yang
II.
RIWAYAT KASUS
Pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 11.00 WITA telah dilakukan pemeriksaan
terhadap wanita yang berusia 27 tahun atas permintaan keluarga------Hasil pemeriksaan didapatkan:
1. Korban datang dalam keadaan sadar------------------------------------------------2. Keadaan umumnya baik, Tekanan Darah 100/70 mmHg, Tinggi Badan 146
cm, Berat Badan 41 kg, Refleks pupil dan cahaya positif ------------------------3. Korban
mengaku
telah
mengalami:
Perkosaan
pada
tanggal
Pakaian luar
1. Kemeja lengan pendek : keadaan rapih-------------------------------2. Celana Jeans : keadaan rapih------------------------------------------
Pakaian dalam
1. Kaos
dalam
keadaan
rapih--------------------------------------------2. Celana dalam : keadaan rapih-----------------------------------------6. Penampilan korban: baik, rapih, keadaan mental korban: kurang-----------7. Kurang
Kooperatif
dalam
pemeriksaan
------------------------------------------------------8. Jumlah gigi: 27, gigi ke VIII belum tumbuh--------------------------------------9. Air susu atau colostrum: Tidak ada -------------------------------------------------10. Rambut ketiak: Sudah tumbuh -----------------------------------------------------11. Rambut kemaluan: Sudah tumbuh --------------------------------------------------12. Tidak ditemukan luka pada kepala, leher, dada, perut, anggota gerak atas,
anggota gerak bawah, dan pada bagian tubuh lainnya.--------------------------13. Pada rectal Toucher tonus otot spingter anus normal ----------------------------
14. Perinium: utuh --------------------------------------------------------------------------15. Selaput dara : Robek lama arah jam 3, jam 6 dan jam 9 sampai
dasar--------------------------------------------------------------------------------------16. Liang kemaluan : Dapat dilalui 2 jari tanpa sakit--------------------------------III.
KESIMPULAN
1. Pada korban perempuan berusia kurang lebih: 27 tahun -------------------------2. Datang dalam keadaan: sadar---------------------------------------------------------3. Tanda-tanda seks skunder: Sedang berkembang ---------------------------------4. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada seluruh tubuh-----------------5. Selaput dara : Robek lama arah jam 3, jam 6,dan jam 9 sampai
dasar--------------------------------------------------------------------------------------6. Liang kemaluan : Dapat dilalui 2 jari tanpa sakit---------------------------------
IV.
PEMBAHASAN
Pada pasien perempuan yang berumur kurang lebih 27 tahun datang kerumah sakit
dalam keadaan sadar. Ditemukannya tanda seks sekunder yang berkembang serta
tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan pada pasien. Pada selaput dara ditemukan
robek lama arah jam 3, jam 6 dan jam 9 sampai dasar. Liang kemaluan dapat dilalui
2 jari tanpa sakit
Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis kedalam vagina,
penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai
ejakulasi. Adanya robekan pada hymen merupakan pertanda adanya suatu benda
(penis atau benda lain) yang masuk kedalam vagina.
Pada pasien di atas juga tidak ditemukan adanya bercak air mani pada celana dalam
korban dikarenakan korban datang 7 hari setelah kejadian. Dimana apabila pada
persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulet tersebut mangandung
sperma, maka adanya sperma didalam liang vagina merupakan tanda pasti adanya
persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian adanya
persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat
tersebut.
Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi
berbagai faktor, diantaranya:
Komponen yang terdapat didalam ejakulat yang dapat diperiksa adalah enzim asam
fosfatase, kholin dan spermin. Baik enzim asam fosfatase, kholin dan spermin bila
dibandingkan dengan sperma, nilai untuk pembuktian lebih rendah oleh karena ketiga
komponen tersebuttidak spesifik. Walaupun demikian enzim fosfatase masih dapat
diandalkan, oleh karena keadaan enzim fosfatase yang terdapat dalam vagina barasal
dalam wanita itu sendiri, kadarnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan asam
fosfatase yang berasal dari kelenjar prostate.
Dengan demikian apabila dengan kejahatan seksual yang disertai dengan
persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya
pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran forensik tidak mungkin dapat
dilakukan secara pasti. Sebagai konsekuensinya dokter tidak dapat secara pasti pula
menentukan bahwa pada wanita tidak terjadi persetubuhan; maksimal dokter harus
mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya itu tidak ditemukan tandatanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan: pertama, memang tidak ada
persetubuhan dan kedua persetubuhan ada tetapi tanda-tandanya tidak dapat
ditemukan.
Sperma didalam liang vagina masih dapat bergarak dalam waktu 4-5 jam postcoital,
sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam postcoital,
dan bila wanitanya mati masih akan ditemukan sampai 7-8 hari.
Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses
penyembuhan dari selaput dara yang robek, yang pada umumnya penyembuhan
tersebut akan dicapai dalam waktu 7-10 hari postcoital
a) Pemeriksaan adanya kehamilan
Terjadinya kehamilan jelas merupakan tanda adanya persetubuhan, akan tatapi
oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk itu cukup lama, dengan demikian
nilai
bukti
ini
menjadi
kurang
oleh
karena
kemungkinan
yang
hendaknya pemeriksan itu tidak sampai menambah trauma pisikis yang sudah
dideritanya.
Pada tindak pidana kasus pemerkosaan perlu dibuktikan apakah telah terjadi tindak
persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman
kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak,
dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah
terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini.
V.
PENUTUP
REFERENSI
FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Edisi I. Jakarta.
FKUI. 1996. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI.
Jakarta.
Idries, Munim, Abdul, dr. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina
Rupa Aksara. Jakarta.
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/VetR.pdf
http://dediafandi.staff.unri.ac.id/2010/05/06/visum-et-repertum-pada-korbanhidup/
http://thiazone.blogspot.com/2009/12/visum-et-repertum-pendahuluan-visumet.html