Anda di halaman 1dari 26

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. M. Aldi Akbar

Umur

: 10 Tahun

Kelamin

: Laki - laki

Agama

: Islam

Alamat

: Amawang Kiri

Suku Bangsa

: Banjar

Pendidikan

: SD

Tanggal Masuk RS

: Rabu, 19 Maret 2015

Pukul

: 21: 40

IDENTITAS ORANG TUA

Nama lengkap

: Ny. Elly Yanti

Umur

: 38 tahun

Suku Bangsa

: Banjar

Alamat

: Amawang Kiri

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis didapat dari ibu pasien pada hari Rabu, 19 Maret 2015
Keluhan Utama

: Demam

Keluhan Tambahan

: Mual, batuk, sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pada hari Rabu, 19 Maret 2015 pukul 21.40 WIB, orang tua pasien membawa pasien ke
UGD RSUD. Brigjen Hasan Basry dengan keluhan demam hari ke-4. Orang tua pasien sudah
memberi obat penurun demam yaitu paracetamol namun demam tidak turun dengan obat
penurun panas, dapat turun kemudian muncul kembali. Keluhan disertai dengan keluar darah dari
hidung sebanyak 2x. Bintik-bintik pada tangan +. Pasien juga mengalami batuk, mual dan sakit
kepala kurang lebih sehari sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien juga sulit untuk makan maupun
minum.
BAB : cair sebanyak 2x dengan konsistensi cair, air>> ampas. Tidak ada darah maupun lender
BAK : Lancar
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sepsis

Kejang Demam

(-)

Tetanus

(-)

Tuberkulosis (-)

Pneumonia

(-)

ISK

(-)

Asma

(-)

Alergic Rhinitis

(-)

Batuk rejan

(-)

Polio

(-)

Sindrom Nefrotik

(-)

Penyakit Jantung Bawaan (-)

Diare akut

(-)

Diare kronis

(-)

Disentri

(-)

Kolera

(-)

Tifus abdominalis

(-)

DHF

(-)

Cacar air

(-)

Campak

(-)

Operasi

(-)

Kecelakaan

(-)

Lain-lain:

(-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis

Ya

Tidak

Hubungan

Hipertensi
Diabetes
Kejang Demam
Epilepsy

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan
Perawatan antenatal : teratur di Bidan terdekat
Penyakit kehamilan : tidak ada
Kelahiran
Tempat kelahiran
: Amawang Kiri
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan
: Persalinan Normal
Masa gestasi
: cukup bulan (38 minggu)
Keadaan bayi
: Berat badan lahir : 3800 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Nilai APGAR
: Ibu Os tidak tahu (menurut ibu Os saat dilahirkan
Kelainan bawaan

Os langsung menangis, bergerak aktif.


: tidak ada

RIWAYAT PERTUMBUHAN
Umur (Tahun)
0 bulan

Berat Badan (gram/Kg)


3800 gram

10 tahun

32 kg

Kesan: Perkembangan sesuai dengan usia.

RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi

Waktu Pemberian
Bulan
0

BCG
DPT

1
I

2
I

4
II

(Booster)
5

12

18

Tahun
10 12

III
3

Polio (OPV)

Hepatitis B

II

III

II

Campak

IV
III
I

Kesan: Riwayat Imunisasi dasar lengkap.


RIWAYAT MAKANAN
Sejak lahir sampai 3 bulan, pasien memperoleh ASI. Setelah itu diganti dengan susu formula.
Sehari hari pasien tidak sulit makan nasi dan sayur.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu 20 Maret 2015, pukul 11:00 di bangsal perawatan anak
RSUD Brig, Hasan Basry dengan hasil sebagai berikut :
Status Generalis
Keadaan Umum

: OS tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis (GCS : 15)

Tanda Vital

: Suhu = 38,6 oC
HR

= 100 x / menit, regular, isi cukup, teraba kuat angkat

RR

=20 x / menit

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :
Normocephal, tidak dijumpai adanya benjolan, rambut hitam terdistribusi merata, dan tidak
mudah patah dan tidak mudah dicabut.
Mata :
Bentuk bola mata normal, kedudukan bola mata simetris, mata tidak cekung, konjungtiva anemis
(-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm, reflex cahaya (+/+).
Hidung :
Bentuk normal, tidak ada secret.
4

Mulut :
Bentuk normal, mukosa bibir dan mulut tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1-T1 tenang, dan
faring tidak hiperemis.
Telinga :
Bentuk normal, secret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik Aurikuler (-/-)
Leher :
Bentuk normal, KGB servikal tidak teraba membesar
Thorax :
Paru
Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada

retraksi otot otot pernapasan


Palpasi

: stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: Suara napas bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V MCL Sinistra

Perkusi

: Redup

Auskultasi

: BJ I dan II murni, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tidak Tampak kelainan

Palpasi

: Supel, turgor kulit baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri

tekan epigastric (+).


Perkusi

: Timpani pada seluruh kuadran perut

Auskultasi

: Bising Usung (+) normal

Genitalia Eksterna :
Tidak dilakukan
5

Ekstermitas :
Akral hangat, tidak ada sianosis pada ujung jari-jari tangan dan kaki, CRT > 2 detik
Kulit :
Sawo matang, sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor kulit normal, tampak petekie pada kedua
tangan kanan dan kiri

Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS = 15 )
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku Kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)
Brudzinsky IV: (-)
Laseque

: (-)

Kernig

: (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 18 Juni 2014
Jenis Pemeriksaan
Hb
Leukosit
MCV
MCH
MCHC
LYM
GRAN
HCT

Hasil
12,2 g/dL
2,1
72,6 fl
22,8
31,4
1,0
0,7
38,9 vol %

Nilai Normal
11 17,3 g/dL
4,0 10,5 /L
80,0 97, 0 fl
26,5 33,5 pq
31,5 35,0
0,5 5,0
1,2 8,0
35 55 %
6

PLT

*126.000 / uL

140.000 440.000 / uL

RBC

*5.35 juta / Ul

3.8 6,5 juta/uL

Kesan: Hasil lab menunjukan adanya trombositopenia.


RESUME
Telah di periksa seorang anak laki - laki berusia 10 tahun dengan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 32 Kg dengan keluhan demam selama 4 hari
sebelum masuk rumah sakit,tidak turun dengan obat penurun panas, demam naik turun,
ditemukan perdarahan spontan. Disertai batuk kering, tidak berhubungan dengan perubahan
cuaca, mual dan sakit kepala. Terdapat nyeri perut. Dari pemeriksaan fisik tanggal 19 Maret
2015, didapatkan :
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang, lemas

Kesadaran

: Compos Mentis

Frekuensi Nadi

: 180 x / menit

Suhu

: 38,6o C

Frekuensi Nafas

: 20 x / menit

Berat Badan

: 32 Kg

Palpasi abdomen

: Nyeri tekan epigastrium +

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan


Hematokrit:

38,9 vol%

(35-55 vol%)

Leukosit:

2,1x103/ l

(4-10,5x103/l)

Trombosit:

126000/ l

(140-440x 103/ l)

DIAGNOSA KERJA
Dengue Hemoragic Fever Grade II
Dasar diagnosis :
-

Demam tinggi terus menerus

Badan terasa pegal-pegal, nyeri pada persendiaan

Pemeriksaan fisik : petekia (+)


7

Pemeriksaan penunjang
Lab : Trombositopenia (126000 / l)

DIAGNOSIS BANDING

Demam tifod

Idiopathic Trombositopenic Purpura (ITP)

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


-

NS 1
Antidengue IgM dan IgG.

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
3. Banyak minum 1-2 L perhari
4. Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 12 jam
Medikamentosa
1. Koreksi cairan:
maintenance IVFD RL 20 tpm
2. inj. Paracetamol 350 mg/ 8jam
3. inj. Tomit 4 mg
4. inj. Ranitidin 1amp/12jam
8

Edukasi
1.

Lakukan gerakan 3M di rumah.

2.

Keluarga pasien diharapkan melapor pada dinas kesehatan


setempat /puskesmas untuk kemudian dapat dilakukan fogging dan sweeping jentik serta
meningkatkan kewaspadaan terhadap DHF di lingkungan sekitar pasien baik sekolah maupun
rumah

PROGNOSA
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan adalah baik (ad bonam) bila dilakukan penanganan
yang tepat dan cepat. Prognosis untuk kesembuhan adalah baik (ad bonam) yang tampak dari
keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan berkala dari Hb, Ht dan trombosit menunjukkan
perbaikan dan stabil. Prognosis membaiknya faal tubu adalah baik (ad bonam) karena
tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecacatan tubuh.Tetapi dalam hal ini perlu
diperhatikan juga sosial ekonomi, pendidikan,dan perilaku kesehatan penderita.
Walaupun setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit kondisi penderita cukup baik,
dengan sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang dari orang tuanya ditambah lingkungan
rumah dengan sanitasi yang buruk sangat memungkinkan bagi penderita untuk mengalami
infeksi ulangan yang bahkan mungkin lebih berat daripada sekarang.
FOLLOW UP
Selasa, 19 Maret 2015 Rabu, 20 Maret 2015 Kamis, 21 Maret 2015
Pukul 22.50 WITA
Pukul 10.00 WITA
Pukul 09.00 WITA
S = demam (+) ,mual S = demam (+), mual, S:demam(+),batuk(+),mual,
,pusing, dan batuk (+). pusing, batuk (+), sakit sakit perut berkurang. BAB
BAB cair sebanyak 2x, perut (+), BAB cair (-) & BAK lancar
BAK lancer.

BAK lancar.

O = Suhu 38,6 C

O = Suhu 38 C

O = Suhu 37,5 C
HR 88x/menit

HR 100x/menit

HR 84x/menit

RR 22x/menit

RR 20x/menit

RR 24x/ menit

Thorak : dbn

Thoraks : dbn

Thoraks : dbn

Abd : BU (+)
9

Abd : BU (+)

Abd

: BU (+)

Jumat, 22 Maret 2015 Sabtu, 23 Maret 2015


Pukul 11.00
Pukul 09:00
S = demam (-) ,mual S = demam (-), batuk

BLPL

,pusing, dan batuk (+), (+),pusing (-) BAB &


BAB dab BAK lancar

BAK lancar

O = Suhu 36

O = Suhu 36C

HR 80x/menit

HR 84x/menit

RR 24x/menit

RR 24x/ menit

Thoraks : dbn

Thorak : dbn

Abd : BU (+)

Abd

: BU (+)

Pemeriksaan penunjang
Selasa,19Mare

Rabu,20Maret Kamis,21Maret Jumat,22 Maret Sabtu,23Maret

t 2015/ 21:43 2015/

07:48 2015/

07:05 2015/

07.05 2015/

BLPL

06.37

WITA
Hb 12,2

WITA
Hb 11,4

WITA
Hb 11,8

WITA
Hb 12,1

WITA
Hb 11,8

Ht 38,9

Ht 35,9

Ht 37,3

Ht 38,6

Ht 36,7

T 126.000

T 109.000

T 100.000

T 113.000

T 190.000

Wbc 2.1

Wbc 2,1

Wbc 3,4

Wbc 3,7

Wbc 5.6

10

BAB I
Tinjauan Pustaka

Pendahuluan
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan di Indonesia,
dimana seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DHF, sebab
baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk
maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia. Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian cenderung menurun, dimana pada
akhir tahun 60-an/awal tahun 70-an sebesar 41,3% menjadi berkisar antara 3-5% pada saat
sekarang.
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia.
11

Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa Dengue Fever (DF) dan
Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan,
dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.

Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan dewasa yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi, uji turniket (+) dengan atau tampa ruam disertai beberapa atau
semua gejala perdarahan.

Epidemiologi
DBD pertama kali ditemukan di Filipina tahun 1953. Kemudian menyebar ke seluruh negara
tropis dan subtropis. Kini sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) punya risiko terserang virus
dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan wabah demam
dengue dan DBD. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue
Di Indonesia Kasus DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Kasusnya
makin lama makin meningkat dan menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air. Dari 27 propinsi di
Indonesia tahun 1997,

sebanyak 31.789 menderita DBD 705 di antaranya meninggal

dunia.Sedangkan pada tahun 1998, Sebanyak 65.968 orang menderita DBD dengan 1275
berakhir dengan kematian.
Studi epidemiologi di daerah tropis dan subtropik :
- Sebelum tahun 1997 kebanyakan menyerang usia < 15 tahun kini baik dewasa maupun
anak kasusnya seimbang.
- Meningkat pada musim hujan. Suhu dan turunnya hujan dapat mempengaruhi daya
tahan hidup, laju penularan, pola makan dan reproduksi nyamuk
Namun epidemiologi DBD dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi geografis dan
serotipe virusnya.

Etiologi
12

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue ;


-

Virus RNA untai tunggal, ukuran 50 nm

Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus

Termasuk kelompok B Arthropod Borne virus (Arbo viruses)

Terdiri dari 4 serotipe ; Den 1, Den 2, Den 3, Den 4

Infeksi salah satu serotipe menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang


bersangkutan dan kurang terhadap serotipe yang lainnya. Semua serotipe tersebar di
berbagai daerah Indonesia. Serotipe Den 3 paling dominan dan diasumsikan
menimbulkan manifestasi klinik yang berat.

Vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor sekunder


yang kurang efisien adalah nyamuk Ae. albopictus, Ae. polynesiensis,Ae. scutellaris
complex, Ae. finlaya niveus. Vektor sekunder kurang efisien karena hidup dan
berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga relatif jauh kontak dengan
manusia.

Vektor Utama (Ae. aegypti)


Dinamakan Ae. aegypti sebab pertama kali ditemukan di Mesir tahun 1905,kemudian
menyebar di seluruh dunia melalui kapal laut dan udara.
- Hidup optimal pada iklim tropis dan subtropis
- Habitatnya adalah tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah. Suka istirahat pada benda-benda yang tergantung
dalam rumah.
- Tersebar luas di seluruh pelosok tanah air baik kota maupun desa, tidak
dapat hidup pada ketinggian >1000 m di atas permukaan laut.
- Bersifat sangat antropofilik dan hidup dekat dengan manusia.
- Kemampuan jarak terbang 40-100 m dari tempat berkembang biaknya
- Dari telur hingga dewasa perlu waktu 10-12 hari
- Umur nyamuk betina rata-rata 6 minggu
- Hanya nyamuk betina yang mengigit dan menghisap darah.
- Hanya darah manusia yang dipilihnya untuk mematangkan telur
13

Cara penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah manusia yang
sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum panas sampai dengan 5
hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya dan siap
menularkan virus ke manusia yang rentan. Dalam 8-10 hari virus dengue berlipat ganda dalam
epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke kelenjar ludah nyamuk (probosis) (extrinsic
incubation period) dan siap ditularkan ke manusia bila nyamuk betina tersebut menggigitnya.
Dalam tubuh manusia, masa tunas yang diperlukan virus antara 4-6 hari sebelum menimbulkan
penyakit. (Intrinsic Incubation Period).
PATOFOSIOLOGI DBD
PATOGENESIS
Pathogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologi berperan
dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam pathogenesis demam berdarah dengue adalah :
a. Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam netralisasi virus,
sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody. Antibody
terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit dan
magrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL2 dan limfokin, sedang TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL10.
c. Monosit dan magrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibody.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh magrofag.
d. Selain itu aktifasi komplemen imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Halstead pada tahun 1973 menunjukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re-infeksi yang menyebabkan reaksi anamnestik antibody sehingga
menyebabkan konsentrasi komplemen imun yang tinggi.

14

Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain,
menyatakan bahwa infeksi virus dengan menyebabkan aktifasi magrofag yang
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
magrofag. Terjadinya infeksi magrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper
dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma
akan mengaktifasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-a,
IL-1, PAF (Platelet Activating Factor), IL-6, dan histamine yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a, dan C5a
terjadi melalui aktifasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1). Supresi sumsum
tulang, dan 2). Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada awal masa infeksi (< 5hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
megakariosit. Setelah keadaan ini tercapai akan terjadi peningkatan proses hemotopoiesis
termasuk megakariopoesis. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi
trombositopenia justru menunjukkan kenaikan. Hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi
trombopoesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan
disfungsi endotel. Sebagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif
dapat menyebabkan demam berdarah dengue stadium 2 dan 4. Aktivasi koagulasi pada
demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway).
Jalur interinsik juga berperan melalui aktivasi factor Xia namun tidak melalui aktivasi
kontak (kallicrein C1-inhibitor Complex).

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan virulensi
virus itu sendiri.
Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam

ringan tidak spesifik (Undifferentiated

Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom syok Dengue (SSD).
1. Demam Dengue
Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :
- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Muka kemerahan (Flushing Face)
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan, nyeri
otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
- Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan
- Timbul ruam merah halus sampai petekie
15

- Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia


Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada penderita
demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.
2. Demam Berdarah Dengue
Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, di mana pada
DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang dibuktikan dengan adanya
trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO 1997 :
a) Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau
melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)
b) Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris. Efusi pleura
dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

II

perdarahan ialah uji turniket +


Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau

III

perdarahan lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam,
tekanan nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar

IV

mulut, kulit dingin dan lembab, tampak gelisah


Syok berat, nadi tidak dapat diraba tekanan darah tidak dapat
16

diukur

3. Sindrom Syok Dengue


Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke 3 sampai
ke 7).
Gejala yang timbul sesuai dengan keadaan syok :
- Pasien tampak gelisah
- Akral dingin dan pucat, kulit lembab
- Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20 mmHg)
- Nadi cepat dan lemah
- Turgor kulit menurun
- Mata cekung
- Pada bayi ubun-ubun dapat terlihat cekung

17

Laboratorium
1. Laboratorium
- Trombositopenia ( trombosit <100.000/l )
- Hematokrit meningkat >20%
- Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor

XII,

dan anti trombin III


- PT dan PTT memanjang
- asidosis metabolik dan kadar BUN (Basal Urea Nitrogen) meningkat pada syok berat.
- SGOT dan SGPT meningkat ringan
- Serum komplemen menurun

Penatalaksanaaan
18

Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. pasien dianjurkan:
- Tirah baring selama masa demam
- Pemberian antipiretik paracetamol untuk menurunkan panas
- Pemberian cairan dan elektrolit per oral seperti jus buah, sirup, dan susu
di samping air putih
- Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen
saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan
Demam Berdarah Dengue
a) Demam dapat di atasi dengan kompres air dingin antipiretik parasetamol 3x sehari
pemberian cairan per oral, periksa kadar Hematokrit berkala
b) Penggantian volume plasma
Indikasi pemberian cairan intravena :
- Pasien terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi
- Hematokrit semakin meningkat
Jenis cairan (rekomendasi WHO 1997)
1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL)
- Larutan Ringer Asetat
- Larutan Nacl 0,9% (garam faali)
- Dextrosa 5% dalam RL (D5/RL)
- Dextrosa 5% dalam RA (D5/RA)
- Dextrosa 5% dalam larutan Nacl 0.9% (D5/ LGF) (catatan : untuk resusitasi
syok digunakan RL/RA, tidak boleh Larutan yang mengandung dextrosa)
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
- Albumin

19

Protokol 1 : Tersangka DBD


Pasien pulang bila : Hb,Ht normal, trombosit >100.000 /l dalam 24 jam. Dengan catatan
kontrol kembali bila keadaan malin buruk. Bila masih meragukan, observasi dan berikan infus
kristaloid 500 cc per 4 jam, ulang Hb, Ht, trombosit.
Pasien di rawat bila Hb, Ht normal tapi trombosit < 100.000/ l. Atau Hb, Ht tetap/meningkat
dengan trombosit normal/ menurun. Monitor vital serta jumlah urin tiap 4 jam.
Protokol 2 DBD : tanpa perdarahan masif dan syok
Berikan infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Bila Hb,Ht normal dan trombosit > 100.000
-150.000 maka cukup monitor lagi tiap 24 jam. Tapi bila Hb, Ht meningkat periksa ulang tiap 12
jam. Setelah 24 jam bila Hb, Ht, dan trombosit :
-

Stabil, pasien boleh pulang

Normal/ meningkat trombosit >100.000, ulang periksa tiap 12 jam selama 24 jam.
Bila normal dan stabil, boleh pulang

Klinis memburuk, menunjukkan tanda syok, terapi di sesuaikan seperti pada syok

Pasien pulang bila : tidak demam, hemodinamik baik. Kontrol poliklinik 24 jam kemudian
sambil periksa darah perifer lengkap. Bila keadaan memburuk harus segera kembali dirawat
Protokol 3 : DBD dengan perdarahan spontan dan masif tanpa syok
Segera infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Periksa

tanda-tanda vital, darah perifer

lengkap, dan homeostasis tiap 4-6 jam. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi.
Fresh rozen plasma (FFP) diberikan bila terdapat defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan
PTT memanjang). Packed Red Cells (PRC) diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g%. transfusi
trombosit diberikan pada DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <
100.000.
Protokol 4 : DBD dengan syok dan perdarahan spontan.
Fase awal segera berikan infus larutan kristaloid terutama RL 20 ml/kgBB/jam. Berikan
O2 2-4 lt/mnt periksa elektrolit dan ureum, kreatinin. Evaluasi selama 30-120 menit. Syok
dikatakan teratasi bila keadaan umum membaik, keadaan Sistim Saraf Pusat baik, sistol di atas
20

100 mmhg dengan tekanan nadi > 20 mmHg. Nadi kurang dari 100X/menit dengan volume yang
cukup. Akral hangat, tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Bila syok telah teratasi infus
dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam lanjut evaluasi 60-120 menit berikut. Bila klinis menjadi
stabil kurangi lagi menjadi 4 jam/kolf. Selama ini periksa ulang Hb, Ht, trombosit, serta elektrolit
tiap 4-6 jam. Bila hemodinamik masih belum stabil dengan Ht >30% anjuran kombinasi
kristaloid dan koloid dengan perbandingan 3-4: 1 namun bila Ht <30% berikan transfusi darah
merah. Bila syok dari awal tidak teratasi langsung berikan lar koloid 10-20 ml/kgBB/jam
maksimal 1500 ml/24 jam. Bila Ht<30% segera transfusi darah merah.
Bila syok masih juga belum teratasi berikan obat-obatan vasopresor seperti dopamin,
dobutamin atau epinefrin. Periksa homeostasis di ulang bila masih ada perdarahan. Berikan juga
obat- obatan sesuai gejala yang ada. (terapi simtomatik)
Protokol 5 : DBD dengan syok tanpa perdarahan
Pada dasarnya sama prinsipnya seperti protokol 4 hanya saja pemeriksaan klinis dan
laboratorium dilakukan seteliti mungkin untuk menentukan kemungkinan perdarahan
tersembunyi disertai KID, maka heparin dapat diberikan. Bila tidak didapatkan tanda- tanda
perdarahan, walau hasil pemeriksaan homeostasis menunjukkan KID maka heparin tidak
diberikan, kecuali bila ada perkembangan ke arah perdarahan.
Kriteria memulangkan pasien

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Tampak perbaikan klinis

Hematokrit stabil

Jumlah trombosit >150.000

Tidak dijumpai distress pernafasan (karena efusi pleura atau asidosis)

Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi pada bayi
dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang
21

demam. Pada usia 1 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati dengue karena merupakan golongan
usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini,
dapat memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan
sirkulasi, hipotensi dan syok

Upaya Pencegahan
1.

Pemberantasan secara kimiawi


- Pengasapan (Fogging)
- Bubuk Abate

2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang, larva
ikan nila
3. Pemberantasan secara fisika (Gerakan 3M) :
- Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya
- Menutup rapat tempat-tempat penempungan air
- Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan

BAB II
Analisa Kasus Dengue Hemoragic Fever
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi 2-7 hari, perdarahan, sering
ditandai dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada tanda tanda kegagalan sirkulasi dan
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia (100.000 ul) dan peningkatan
22

hematokrit >20%. Gagal sirkulasi pada pasien DBD akibat peningkatan permeabilitas kapiler
darah dan penurunan volume plasma dikarenakan kebocoran plasma (leakage) dari intravascular
ker interstitial. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrom (DSS) dan dapat menjadi fatal yaitu
kematian.
Pada kasus ini pasien anak laki laki usia 8 tahun 8 bulan ini datang dengan keluhan panas
tinggi mendadak dua hari dan perdarahan spontan disangkal,tidak turun dengan obat penurun
panas sebelum masuk ke Rumah Sakit. BAK dan BAB baik. Disertai batuk dan sakit kepala.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum

: OS tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis (GCS 15)

BB

: 23 Kg

Suhu

: 37.9 C

Nadi

: 180 x/menit

RR

: 20 x/menit

TD

: 100/60 mmHg

Mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis


Mukosa bibir dan mulut tidak kering
Ekstremitas tidak dingin CRT < 2 detik
Tes turniket (+)

Kriteria diagnosis DBD menurut WHO 1997 :


c)

Klinis
-

Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas

Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,

purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau


melena
23

d)

Pembesaran hati (hepatomegali)

Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%

Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris. Efusi pleura dan atau
hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

II

perdarahan ialah uji turniket +


Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau

III

perdarahan lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam,
tekanan nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar

IV

mulut, kulit dingin dan lembab, tampak gelisah


Syok berat, nadi tidak dapat diraba tekanan darah tidak dapat
diukur

Pada kasus ini, pasien telah memenuhi kriteria WHO yaitu adanya demam tinggi mendadak
selama 2 hari, uji turniket (+), dan ditemukannya trombositopenia serta peningkatan hematokrit.
Dan berdasarkan pembagian derajat menurut WHO, pada kasus ini termasuk derajat I karena
satu- satunya manifestasi perdarahan ialah uji turniket (+)
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebgai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat dari perdarahan. Pemberian
terapi pasien ini berdasarkan terapi DEPKES untuk criteria DHF grade I yaitu pemberian cairan

24

infus 5-7 cc/kgBB/jam, jadi pada pasien ini diberikan cairan RL sebanyak 2760 cc/ hari. Pada
kasus pasien ini, pasien mendapatkan terapi :

Pada tanggal 18 juni 2014 pasien mendapatkan RL 5 mL/kgBB/jam. Pasien juga


diberikan praxion 120 mL 3x1 cth sebagai penurun panas.

Pada tanggal 19 juni intervensi tetap dilanjutkan. Didapatkan gejala tambahan pusing dan
batuk. Suhu 37,7 C, RR 24x/menit, HR 84x/menit. Didapatkan penurunan Hb dari 14.0
menjadi 12.9, Ht dari 39 menjadi 36, trombosit trun dari 124.000 menjadi 74.000, dan
leukosit 4.690 menjadi 3.360

Pada tanggal 20 Juni didapatkan TD 90/60 mmHg, RR 30x/menit, HR 88x/ menit dan
suhu 36 C. Hb naik dari 12.9 mejadi 14.2, Ht naik dari 36 % menjadi 39 %, trombosit
turun dari 65.000 menjadi 59.000, leukosit turun dari 3.360 menjadi 3.310.

Pada tanggal 21 Juni keadaan umum pasien baik, sudah tidak panas dan tidak ada
keluhan tambahan. Suhu 36 C , HR 80x/ menit, RR 24x/menit, TD 90/60 mmHg. Hb
tetap, Hb tetap, trombosit turun dari 65.000 menjadi 59.000, leukosit naik dari 3.310
menjadi 5.190.

Pada tanggal 22 Juni suhu 36 C, HR 84x/menit, RR 24x/menit, TD 100/70mmHg. Hb


turun dari 14.2 menjadi 13.5, Ht turun dari 39 menjadi 37, Trombosit turun dari 59.000
menjadi 58.000, leukosit naik dari 5.190 menjadi 5.990

Pada tanggal 23 Juni suhu 36 C, HR 88x/menit, RR 30x/ menit, TD 100/60mmHg. Hb


naik dari 13.5 menjadi 13.8, Ht tetap, trombosit naik dari 58.000 menjadi 160.000, dan
leukosit naik dari 5.990 menjadi 6.710 maka pasien diperbolehkan untuk pulang.

Daftar Pustaka
1) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I FKUI edisi III. Jakarta, 1996.
2) Harrisons Principles of Internal Medicine 14 th edition volume 2. International edition.
USA,1998.
3) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan. Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, edisi 2 tahun 2001.
25

4) Demam Berdarah Dengue. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. World


Heatlh Organization. Jakarta : EGC,1999.
5) Infeksi Tropik-Demam Berdarah Dengue. www.infeksi.com.
7) Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Ilmu Infeksi & Pediatri Tropis. IDAI. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai