Anda di halaman 1dari 34

DEMAM TYPOID

RICOH CITRA DEWANTARA


201420401011065
Pendahuluan
 Demam tifoid : Infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi dan salmonella paratyphi.
 Masalah kesehatan global.
 WHO 2003 : 17 juta kasus, Negara berkembang tropis
dan subtropis, Kasus >>.
 Indonesia, pendesaan 358/100.000 penduduk/tahun,
perkotaan 760/100.000.
 Usia 3-19 tahun, usia 5 tahun >>.
DEFINISI
 DEMAM TIFOID :
 Demam tifoid disebut juga dengan Typus
abdominalis atau typhoid fever. Demam tipoid ialah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.2
Epidemiologi
 Data World Health Organization (WHO) 2003,
Global : 17 jt kasus, mortalitas  600 rb/thn.
 Indonesia : 350-810 kasus per 100.000 penduduk, mortalitas 3,1-
10,4 %.
 Usia 3-19 th, 5 th >>
ETIOLOGI
- Bakteri salmonella thypi.
- Bakteri paratyphi.

Gambar 2.2. Mikroskopik Salmonella Typhi


PATOFISIOLOGI
Manifestasi klinis dan diagnosis
Anamnesis :
 Demam lebih dari 7 hari
 Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
 Delirium, nyeri kepala, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala.
 Pada demam typoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.

Pemeriksaan Fisik :
 Tipoid tonggue
 Gang. Saluran Pencernaan
 Hepatomegali
 Splenomegali
 Gang. kesadaran
Pmx laboratorium
 Darah lengkap
 Anemia
 Trombositopenia
 Leukopenia
 Leukositosis
 Pemeriksaan serologi
 Widal test  (+) titer S. Typhi titer 0 1: 200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalense.
 Pemeriksaan kultur (Gold standar).
 Darah
 Sumsum tulang
 Feses
 Urin
 Pemeriksaan radiologi
Penatalaksanaan
 Suportif
o Istirahat
o simtomatis
o Antipiretik : parasetamol 10-15mg/kg/kali.
o Cairan
o Diet TKTP rendah serat.
Penatalaksanaan
 Terapi Causatif
o Chloramphenicol 50-100 mg/kg/hari IV di bagi menjadi 4 dosis (10-14)
o Jika tidak dapat diberikan Kloramfenikol, diberikan amoksisillin 100 mg/kgbb/hari PO atau
ampisilin IV selama 10 hari, atau P.O cotrimokzasol 48mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama
10 hari.
o Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin seperti seftriakson (80
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari) atau sefiksim oral (20 mg/kgbb/hari dibagi 2
dosis selama 10 hari.

 Terapi penyulit
o Kortikosteroid IV 3mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam
sampai 48 jam.
indikasi : demam tipoid berat seperti delirium, stupor, koma.
Laporan Kasus
Nama : An. N
Alamat : Mrican
Umur : 9 tahun
BB : 26 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal MRS : 23/7/2015

Ibu : Ny. B Ayah : Tn. W


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : Mrican Alamat : Mrican
Anamnesis :
Keluhan utama : Panas
 RPS : Pasien datang dengan keluhan panas hari ke 7. Panas awalnya
sumer-sumer kemudian panas mendadak tinggi. Panas bersifat naik turun,
panas turun ketika siang hari dan panas mulai meninggi ketika sore
menjelang malam hari. Saat panas tinggi pasien sampai mengigau dan
menggigil. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut hampir seluruh perutnya
nyeri dan terasa penuh. Pasien mengeluh pusing sejak 4 hari yang lalu.
Kejang (-), mual (+), muntah (-), nyeri saat kencing (-), Diare (-), Batuk (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), keluar cairan dari telinga (-).Makan (+) tapi
sedikit, selama sakit nafsu makan menurun, BAB(-) terakhir 1 hari sebelum
MRS, konsistensi padat, warnanya kuning kecoklatan, darah (-), lendir (-).
BAK (+) terakhir 3 jam yang lalu, lancar, warnanya kuning.
Anamnesis :
Riwayat Penyakit Dahulu
Riw. Penyakit ini sebelumnya disangkal.
Riw. Kejang di sangkal
Riw. Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riw. Penyakit seperti ini disangkal
Riw. Kejang disangkal
Riw. Alergi disangkal
Anamnesis :
Riwayat Sosial :
 Pasien tinggal serumah bersama orang tuanya.
 Air berasal dari PDAM.
 Mempunya MCK sendiri dan dibersihkan 1 minggu sekali.
 Pasien sekolah di salah satu sekolah dasar di kediri.
 Pasien biasanya BAB 1-2 x sehari konsistensi padat, warna kuning
kecoklatan.
 pasien makan nasi 2-3x sehari, lauk dan sayuran.
 Pasien kadang-kadang jajan di luar, jajan sosis, tempura, jajan chiki, dan
jajan pentol
Anamnesis :
Riwayat Kelahiran : 9 Bulan/Pervaginam/Bidan/BBL : 2700 gram/nangis/Ikterus
neonatorum(-) / Sianosis (-).
Riwayat Imunisasi :
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap
 BCG +
 HEPATITIS B +
 DPT +
 POLIO +
 CAMPAK +
Anamnesis :
Riwayat Nutrisi :
 ASI usia 0-2 bulan
 Susu formula + ASI usia 3-6 bulan
 Susu formula + bubur halus usia 6-9 bulan
 Susu formula + nasi Tim usia 9- 17 bulan
 Sekarang nasi + lauk (telor, ikan, daging dll) +
sayur (sop, bayam dll)
Anamnesis :
Riwayat Tumbuh Kembang :
 Berat badan kadang naik, terkadang menetap setiap bulannya, kadang-kadang
berat badan turun.
 Pasien bisa tengkurap ketika usia 5 bulan
 Pasien bisa duduk ketika usia 7 bulan
 Pasien bisa berdiri tanpa berpegangan ketika usia 11 bulan
 Usia 11 bulan sudah lancar manggil ayah-ibu
 Pasien bisa berjalan Usia 14 bulan.
Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 23-7- 2015
 Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital sign :
 Tensi : 110/70, Nadi :125x/menit, RR :36x/menit, Temp : 38,5oC
 ANTROPOMETRI
 BB :26 kg
 Status Gizi : BB / U = -2 sd 2 (Gizi baik)
Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN SISTEMATIS :
KEPALA :
 Bentuk dan ukuran : Normocephal
 Rambut dan kulit kepala :Hitam, terdistribusi merata.
 Mata :Mata cowong (-), anemis (-), pupil bulat isokor.
 Telinga :cairan (-), nyeri (-)
 Hidung : secret (-)
 Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering (-), Lidah kotor pada tengah dan tepi
hiperemis(+)
 Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
 Leher : pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan fisik
THORAKS :
 Inspeksi : simetris, retraksi intercostae (- )
 Palpasi : fremitus sama kuat, kedua dada tidak ada yang tertinggal
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : ro -/- wh -/-, suara paru : normal
JANTUNG :
 Inspeksi : iktus cordis (-)
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba, fremisment (-)
 Perkusi : batas jantung kiri : ICS V midclavicula kiri
Kanan : parasternal, atas : sela iga III linea parasternal kiri
 Auskultasi : S1-S2 tunggal.
Pemeriksaan fisik
ABDOMEN
 Inspeksi : tampak distended, benjolan (-)
 Palpasi : nyeri tekan (+) et regio epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
- - -
+ + +
 Perkusi : timpani, meteorismus (-) + + +
 Auskultasi : bising usus (+) normal
EKSTREMITAS : akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT< 2 detik
KULIT : turgor baik, ruam (-), petekie(-)
KGB : tidak teraba
Pemeriksaan laboratorium
DARAH LENGKAP : TGL 23-7-2015
PARAMETERS NILAI RUJUKAN
 Hb : 12,2 (11,7-15,5)
 RBC : 4,70 (3,69-5,46)
 Hct : 34,8 (35-50)
 Wbc : 7.390 (4000-10.000)
 Plt : 242.000 (150.000-450.000)
Pemeriksaan laboratorium
Widal test Tgl : 24/07/2015
 Salmonella typhi O : (+) 1/160
 Salmonella typhi H : (+) 1/320
 Salmonella Paratyphi AO : (-)
 Salmonella Paratyphi BO : (-)
PROBLEM LIST
 Demam sejak 7 hari yang lalu, naik turun, panas tinggi ketika sore menjelang
malam hari.
 Nyeri perut
 Mual
 Lidah kotor pada tengah dan tepi hiperemis(+)
 Pusing (+)
 Nafsu makan turun.
 Pasien sering jajan di luar.
 Salmonella typhi O : (+) 1/ 160
 Salmonella typhi H : (+) 1/ 320
DIAGNOSIS
 Diagnosis
Demam tifoid
TATALAKSANA
 Tirah baring
 Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein,
rendah serat
 Infus N2 22 tpm
 Kloramfenikol : 3 x 500 mg sehari (selama 10-14
hari)
 Paracetamol : 3 x 250 mg (bila demam).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kadar igM dan igG anti salmonella (tphy-dot)
 Kultur darah
 Kultur feses
 Pemeriksaan Foto thoraks
 Foto abdomen.
Follow up pasien
Sign dan Simptoms Hari 2 (tgl24-2-2015) Hari 3 ( 25-2-2015) Hari 4 ( 26-2-2015) Hari 5 (27-2-2015)
KU Anak tampak sakit Anak tampak sakit Anak tampak sakit Anak tampak sakit

VS ( Tensi, Nadi, RR, 100/70,116, 24, 100/80,100,32, 100/60,88, 24, 110/70,100, 28,
S) 38,9C 38,2 C 36,9 C 36,5 C
Panas + + - -
Batuk - - - -
Nyeri perut + - - -
Mual + - - -
Pusing + + - -
kembung - - - -
Muntah - - - -
Lidah kotor + + + -
BAB + + + +
Nafsu makan turun sedikit normal normal
Terapi -Diet makanan -Diet makanan -Diet makanan -Diet makanan
lunak lunak lunak lunak
-Infus N2 16 -Infus N2 16 -Infus N2 16 -Infus N2 16
tpm tpm tpm tpm
-Cloramfenicol -Cloramfenicol -Cloramfenicol -Cloramfenicol
3x 500 mg 3x 500 mg 3x 500 mg 3x 500 mg
-Ampicillin 3x -Ampicillin 3x -Ampicillin 3x -Ampicillin 3x
500 mg 500 mg 500 mg 500 mg
-parasetamol -parasetamol -parasetamol -parasetamol
3x 250 prn 3x 250 prn 3x 250 prn 3x 250 prn
PEMBAHASAN
 Diagnosis demam typoid ditegakkan berdasarkan data dari
anamnesis,Hasil pemeriksan fisik pasien serta dari hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium
 Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan :
 Demam sejak 7 hari yang lalu, naik turun, panas mulai meninggi ketika sore menjelang
malam hari disertai menggigil dan mengigau
 Nyeri perut
 Pasien sering mual
 Lidah kotor pada tengah dan tepi hiperemis(+)
 Pusing (+)
 Nafsu makan turun.
 Pasien sering jajan di luar.
PEMBAHASAN
 Dari pemeriksaan Laboratorium Widal test didapatkan nilai positif dari titer typhi O
(1/160) dan typhi H (1/320) pada test serologi widal, dimana dari hasil tersebut bisa di
gunakan untuk mendiagnosis pasien tersebut positif demam thypoid. Seperti teori dalam
buku Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Dan Pedoman
Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu kesehatan Anak RS. Soetomo Surabaya. Widal positif
apabila titer S. Typhi titer 0 1: 200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalense.
 Pada kasus ini tidak dilakukan kultur yang merupakan gold standart atau diagnosis pasti
demam typoid, karena keterbatasan sarana yang ada. Diagnosis demam tifoid dengan
biakan kuman sebenarnya amat diagnostik namun identifikasi kuman S.typhy
memerlukan waktu 3-5 hari. Diagnostik pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila
ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots
 Pada kasus ini pasien diberikan terapi
clorampenicol selama 14 hari untuk mencegah
terjadinya relaps.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pujiadi. Antonius H, Badriul Hegar, Setyo Handrastuti, Nikmah Salamah Idris, Ellen Gandaputra, dan Eva Devita Harmoniati.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Penerbit IDAI. 2009.
2. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Bab Demam Typoid dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis edisi 2. Jakarta : Penerbit IDAI.
2008.
3. Yuniasti. A, Susanti R, dan Sulistyaningsih N. Potensi Gizi Mikroseng Sebagai Imun Seluler Pada Demam Tifoid. Jurnal
Kesehatan vol 2, No I Juni 2009.
4. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi bahasa Indonesia edisi.15. Jakarta:
Penerbit EGC. 2000.
5. Widodo darmowandoyo. Bab Demam Typoid Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi Dan Penyakit Tropis. Edisi
pertama. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. halaman 367-375. 2002.
6. Alan R. Tumbelaka. Bab Diagnosis dan Tatalaksana Demam Typoid dalam Buku Pediatrics Update. Cetakan pertama. Jakarta
: Penerbit IDAI. 2003
7. WHO Indonesia. Bab Demam Typoid Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Edisi pertama. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI. 2009.
8. Darmowandono. Widodo, M. Faried Kaspan. Bab Demam Tifoid Dalam Buku Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak edisi III hal 98-101. Surabaya : Penerbit FK UNAIR. 2006.
9. Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. Surabaya : FK UNAIR. 2010.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai