Blok GIT
1. Anatomi Saluran Pencernaan Bawah
1.1 Makroskopis (http://tracesofmedicalstudents.blogspot.com/2012/04/ileus-obstruktif.html)
Usus halus (Intestinum Tenue)
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang
dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12
kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson,
1994).
Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum)
1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
Duodenum (usus duabelas jari)
Panjang dari duodenum adalah 12 jari atau 25 cm. usus ini adalah usus terpendek
dan terlebar dari semua usus halus. Duodenum tidak memiliki mesenterium tetapi
sebagian duodenum tertutup oleh peritoneum. Duodenum melengkung berbentuk
seperti huruf C sehingga dapat dibedakan menjadi :
Pars superior duodeni
Panjangnya sekitar 5 cm dan berawal di pylorus dan berakhir pada leher
kantung empedu. Hamper semua bagian ini ditutupi oleh peritoneum. Batas atas
dari pars superior duodeni adalah kantung empedu dan hati, belakangnya berbatasan
dengan arteri lambung, saluran empedu umum dan vena portal. Dibawah dan
belakangnya berbatasan dengan pancreas.
Pars descendens duodeni
Panjangnya 7 sampai 10 cm dan memanjang dari leher kantung empedu pada
vertebra lumbalis pertama hingga vertebra lumbalis keempat. Pada permukaan
adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk
mengontrol pembukaan anus.(Brunner & Suddarth, 2001)
Colon Ascendens
Usus besar mendaki di sisi kanan perut, sekitar 12,5 cm. Ini adalah bagian dari
usus besar dari sekum ke lentur hati (pergantian dari usus besar oleh hati). Ini adalah
[retroperitoneal] pada manusia kebanyakan. Pada hewan merumput sekum bermuara ke
dalam usus spiral. Bagian depan itu berhubungan dengan gulungan usus kecil, tepi
kanan dari omentum yang lebih besar, dan dinding anterior abdomen. Posterior, hal ini
berkaitan dengan iliacus, ligamen iliolumbar, yang lumborum kuadratus, yang
abdominis melintang, diafragma di ujung tulang rusuk terakhir; saraf kulit, ilioinguinal,
dan iliohypogastric lateral, cabang-cabang iliaka kapal iliolumbar, yang lumbar
keempat arteri, dan ginjal kanan.
Colon Transversum
Usus besar melintang adalah bagian dari usus besar dari hati lentur (pergantian
dari usus besar oleh hati) ke lentur lienalis (pergantian dari usus besar oleh limpa). Usus
besar melintang hang dari perut, melekat padanya oleh band luas jaringan disebut
omentum yang lebih besar. Pada sisi posterior, kolon melintang dihubungkan dengan
dinding abdomen posterior oleh mesenterium yang dikenal sebagai mesokolon
melintang. Usus besar melintang terbungkus peritoneum, dan karena itu bergerak (tidak
seperti bagian dari usus besar segera sebelum dan sesudahnya). kanker Lebih bentuk
sebagai usus besar sejalan dan isi menjadi lebih padat (air dihapus) dalam rangka untuk
membentuk tinja. Hal ini terutama diberikan oleh arteri kolik tengah, sebuah cabang
dari arteri mesenterika superior.
Colon Descendens
Usus turun adalah bagian dari usus besar dari lentur lienalis ke awal dari usus
besar sigmoid. Hal ini retroperitoneal di dua pertiga dari manusia. Di ketiga lainnya, ia
memiliki mesenterium (biasanya pendek).
Colon Sigmoid
Kolon sigmoid adalah bagian dari usus besar setelah usus turun dan sebelum
rektum. Sigmoid namanya berarti berbentuk S (lihat sigmoid). Dinding kolon sigmoid
yang berotot, dan kontrak untuk meningkatkan tekanan di dalam usus besar,
menyebabkan bangku untuk pindah ke rektum. Karena tekanan tinggi intermiten di
dalamnya, kolon dapat mengembangkan kantong-kantong yang disebut diverticuli di
dinding. Kehadiran diverticuli, apakah berbahaya atau tidak, disebut diverticulosis.
Infeksi diverticuli disebut diverticulitis. Sigmoidoscopy merupakan teknik diagnostik
yang umum digunakan untuk memeriksa kolon sigmoid.
1.2
Mikroskopis
Duodenum
(http://tracesofmedicalstudents.blogspot.com/2012/04/ileus-obstruktif.html)
Dinding duodenum tersusun atas 4 lapisan:
1. Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa.
Merupakan kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel
mesothelial diatas jaringan ikat longgar.
2. Lapisan muskuler (tunika muskularis)
Tersusun atas serabut otot longitudinal (luar) & sirkuler (dalam). Pleksus
myenterikus Aurbach terletak diantara kedua lapisan ini. Pleksus Meissners ditemukan
didalam submukosa di antara jaringan ikat longgar yang kaya akan pembuluh darah dan
limfe.
3. Submukosa.
Terdapat kelenjar Brunner yang bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui duktus
sekretorius. Sekresi kelenjar Brunner bersifat visceus , jernih, dengan pH alkali ( pH
8,2 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum terhadap sifat korosif dari gastric
juice. Epitel kollumnernya mengandung 2 jenis sel: mucus secreting suface cell
HCO3- secreting surface cell dan absorptive cell.
4. Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam.
Terdiri dari 3 lapisan: lapisan dalam adalah muskularis mukosa , lapisan tengah
adalah lamina propria, lapisan terdalam terdiri dari selapis sel-sel epitel kolumnar yang
melapisi krypte dan villi-villinya. Fungsi utama krypte epitelum ialah (1) pertumbuhan
sel ; (2) fungsi eksokrin, endokrin, dan fungsi sekresi ion dan air ; (3) penyerapan
garam, air dan nutrien spesifik. Krypte epitelium paling sedikit tersusun atas 4 jenis sel
yang berbeda ; Paneth, goblet, undefferentieted cell dan sel-sel endokrin. Pada bagian
pertama duodenum ditutupi oleh banyak lipatan sirkuler yang di namakan plica
circularis, tempat saluran empedu & duktus pancreatikus mayor menembus dinding
medial bagian ke dua duodenum. Duktus pankreatikus accesorius (bila ada) bermuara
ke duodenum pada papila yang kecil yang jaraknya sekitar 1,9 cm di atas papilla
duodeni mayor. Dinding duodenum sebelah posterior dan lateral letaknya retoperitoneal
sehingga tidak ditemukan lapisan serosa
Colon
Ada peningkatan ketebalan mukosa dari usus buntu (500 mikrometer) ke rektum (1000
mikrometer).
Kriptus sejalan sejajar dengan dasar ruang bawah tanah. Kriptus lurus dan sempit dan
sebagian besar tidak bercabang dipisahkan oleh pelek tipis lamina propria. Jarak antara
kriptus dan diameter internal kriptus adalah konstan.
Sedikit variasi dalam arsitektur crypt, jarak intercryptal dan crypt kadang-kadang
bercabang bisa terjadi pada biopsi normal.
Kriptus lebih dalam dalam rektum dan kolon sigmoid daripada di bagian proksimal dari
usus besar.
Permukaan epitel:
Terdiri dari serap tinggi) kolumnar, piala (dan sel-sel endokrin. Rasio jumlah sel
kolumnar tinggi untuk piala sel adalah 4:1. Sel Paneth biasanya hadir dalam usus buntu
& usus proksimal (biasanya terbatas pada basis crypt). Kehadiran sel Paneth lebih distal
menunjukkan perubahan metaplastic terlihat pada infeksi kronis. Zona proliferasi di
dasar ruang bawah tanah terdiri dari sel-sel induk cuboidal rendah. Permukaan sel-sel
epitel folikel limfoid atasnya lebih cuboidal dan kompak diatur daripada sel columnar
tempat lain (ini tidak boleh salah untuk sel displastik dalam radang borok usus besar).
Lamina propria:
Loose, jaringan ikat areolar yang muncul sangat seluler karena kehadiran sel-sel
inflamasi kronis di bagian dangkal dari lamina propria. Didominasi sel plasma yang
hadir bersama dengan limfosit tersebar (kebanyakan T-sel). Sel-sel inflamasi di bagian
lebih dalam dan pemisahan basis crypt dari mukosa muskularis oleh sekelompok sel
plasma dan limfosit adalah indikasi penyakit usus inflamasi kronis. Sesekali neutrofil
hadir dalam lamina propria dari biopsi kolon normal. Neutrofil di permukaan dan epitel
crypt merupakan indikasi dari proses patologis. folikel limfoid B-limfosit yang hadir di
mukosa kolon dan dapat memperpanjang melalui mukosa muskularis ke submucosa.
Pada titik ini kriptus mukosa memperpanjang ke-kelenjar mukosa membentuk
kompleks limfoid (tidak boleh salah untuk proses patologis).
Muskularis mukosa:
Tipis lapisan otot polos (dan luar lapisan memanjang melingkar dalam).
Submucosa:
Ada longgar jaringan ikat dengan serat kolagen dan elastis. Teman-pleksus Meissner
serat saraf otonom dengan sel ganglion yang hadir. pemeriksaan rinci dari lapisan ini
diperlukan dalam Penyakit Hirschsprung.
dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan
zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan
molekul-moliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu
karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik
mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju medium cair. Bagian
sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam
lemak bebas, gliserida dan vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat
diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi dan mencerna
zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya
enzim ; hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin
sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini
disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini
dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya
horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam
yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung
bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah
satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan
kontinu isi lambung.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439-440)
Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan
protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air,
elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif
dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.
Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat tempattempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting
diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit
pada usus halus.
Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai
pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan
jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F, dan K)
diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam empedu. Sebagian
besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12
berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan
faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung
empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam
ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu.
Dengan demikian asam atau garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkalikali sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum terminalis dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam empedu dan mengganggu pencernaan
lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan
terjadinya iritasi kolon dan diare.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 441)
3. Ileus Obstruksi
3.1 Definsi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2
macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
3.2
Epidemiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi.
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai
penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah
satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan
penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi
usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
3.3
Etiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan ter jepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
3.4
Klasifikasi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan menjadi,
antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara
lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren.
3.5
Patofisiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik),
dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan
perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi
translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air
dan elektrolit dapat lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik,
absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala
dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.
Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga
ileum turut membesar.
3.6
Manifestasi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram
pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan
semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan
metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan
adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan
nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah
lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan
tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi
kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten,
terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya
paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien
yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
3.7
Gambar 1. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance
DIAGNOSIS BANDING
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana
usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya
akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi
mekanik. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan
gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan
pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.
3.8
Penatalaksanaan (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi- Obstruksi lengkapHernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
3.9
Komplikasi (http://mediamedis.blogspot.com/2012/07/askep-ileus-obstruksi.html)
1.
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.
Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
3.
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
4.
Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi
dibandingkan obstruksi usus halus.
3.11 Pencegahan (http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/obstructive+ileus)
Kebanyakan kasus ileus tidak dapat dicegah. Operasi untuk mengangkat obstruksi
mekanik tumor atau lainnya akan membantu mencegah kekambuhan.
Beberapa langkah yang telah direkomendasikan untuk meminimalkan keparahan
ileus pasca operasi atau memperpendek durasi termasuk memastikan bahwa setiap
ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi, dan menggunakan obat nonopioid untuk
meredakan rasa sakit , karena obat opioid (termasuk morfin, oxycodone, dan kodein)
cenderung menyebabkan sembelit . Salah satu kelompok obat yang menjanjikan untuk
mengobati sakit perut adalah kelas obat yang dikenal sebagai agonis opioid kappa-.
Pada tahun 2004, bagaimanapun, obat ini masih dalam penyelidikan untuk
mengendalikan nyeri viseral pada manusia.
4. Operasi Menurut Islam (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh
dari penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di
mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut para
dokter adalah operasi. Pertanyaannya bagaimana pandangan syariat terhadap operasi medis
yang umumnya adalah tindakan pembedahan?
Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis dengan
syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya untuk meraih
kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah.
Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:
Firman Allah, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32).
Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkan
jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadi
sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir dipastikan.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepada operasi
medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan membahayakannya, jika tim
medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin Allah berarti mereka telah
menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang dipuji oleh ayat di atas.
Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam
menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari
Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan tempat ini
sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Padanya
terdapat kesembuhan. (HR. Al-Bukhari).
Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi
bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh
untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan
dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab
penyakit.
2. Hadits Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay
bin Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan
besi panas. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut
terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satu
bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu.
Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidak
lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,
pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka tidak ada
alasan yang rajih menolak operasi medis.