Anda di halaman 1dari 21

NAMA

: RIZKY AGUSTIAN HADI

NPM

: 1102011238

PBL SK3 BLOK GIT


1. Anatomi Saluran Pencernaan Bawah
1.1 Makroskopis (http://tracesofmedicalstudents.blogspot.com/2012/04/ileus-obstruktif.html)
Usus halus (Intestinum Tenue)
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang
dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12
kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson,
1994).

Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum)
1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
Duodenum (usus duabelas jari)
Panjang dari duodenum adalah 12 jari atau 25 cm. usus ini adalah usus terpendek
dan terlebar dari semua usus halus. Duodenum tidak memiliki mesenterium tetapi
sebagian duodenum tertutup oleh peritoneum. Duodenum melengkung berbentuk
seperti huruf C sehingga dapat dibedakan menjadi :
Pars superior duodeni
Panjangnya sekitar 5 cm dan berawal di pylorus dan berakhir pada leher
kantung empedu. Hamper semua bagian ini ditutupi oleh peritoneum. Batas atas
dari pars superior duodeni adalah kantung empedu dan hati, belakangnya berbatasan
dengan arteri lambung, saluran empedu umum dan vena portal. Dibawah dan
belakangnya berbatasan dengan pancreas.

Pars descendens duodeni


Panjangnya 7 sampai 10 cm dan memanjang dari leher kantung empedu pada
vertebra lumbalis pertama hingga vertebra lumbalis keempat. Pada permukaan
posterior dapat ditemukan peritoneum dan terhubung ke duodenum oleh sejumlah
kecil jaringan ikat. Bagian posteriornya tidak ditutupi oleh peritoneum.
Pars inferior duodeni
Pars horizontalis
Panjangnya sekitar 5 sampai 7,5 cm. permukaan depan ditutupi oleh
peritoneum kecuali didekat garis tengah dimana ia melewati saluran
mesenterika superior.
Pars ascendens
Bagian dari duodenum ini panjangnya sekitar 2,5 cm. perbatasan antara
duodenum pars ascendens dan jejunum disebut dengan flexura
duodenojejunalis.
Perdarahan duodenum
Pasokan arteri utama dari pancreaticoduodenal arteri inferior dan superior. Ini
menyediakan bagian proksimal dan distal masing-masing. Arteri pancreaticoduodenal
terletak pada kurva antara duodenum dan kepala pankreas dan penawaran kedua
struktur. Mereka beranastomosis untuk membentuk arcade arteri anterior dan posterior.
Pembuluh darah duodenum mengikuti arteri dan mengalir ke vena portal, beberapa
langsung dan lain-lain tidak langsung, melalui pembuluh darah dan limpa mesenterika
superior.
Jejunum
Panjang jejunum adalah sekitar 2,5 meter dan memanjang dari flexura
duodenojejunalis sampai ke ileum. Ileum terletak melingkar dibagian atas rongga
peritoneul menempati daerah iliaka pusar dan kiri. Sebagian jejunum terletak didaerh
kuadran kiri atas dengan diameter 4 cm. jejunum melekat di dindin posterior
abdomen di sisi kiri aorta.
Ileum
Panjang ileum sekitar 3,5 m dan bergabung dengan kolon pada katup ileocaeal.
Ileum terletak melingkar dibawah rongga peritoneum dan di panggul, terutama
menempati daerah pusar, hipogastrik, kanan iliaka dan panggul. Sebagian ileum terletak
pada kuadran kanan bawah. Bagian terminal ileum biasanya terletak diaderah panggul
dengan diameter sekitar 3,75 cm dan mesentrium yang lebih tipis dan kurang vascular
dibandingkan jejunum.
Perdarahan Jejunum dan ileum :
Arteri ke jejunum dan ileum timbul dari arteri mesenterika superior (SMA).
SMA biasanya muncul dari aorta perut pada tingkat vertebra L1, kira-kira 1 cm lebih
rendah daripada batang celiac, dan berjalan di antara lapisan mesenterium mengirim 15
sampai 18 cabang ke jejunum dan ileum. Arteri bersatu untuk membentuk loop atau
lengkungan, arkade arteri, yang menimbulkan arteri lurus, vasa recta. V. mesenterika
superior menguras jejunum dan ileum. Itu terletak anterior dan ke kanan dari SMA di
root mesenterium dan bersatu dengan vena lienalis untuk membentuk vena portal.
Usus besar (interdinum mayor)
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m
dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform

appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending,
colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar
adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk
mengontrol pembukaan anus.(Brunner & Suddarth, 2001)

Colon Ascendens
Usus besar mendaki di sisi kanan perut, sekitar 12,5 cm. Ini adalah bagian dari
usus besar dari sekum ke lentur hati (pergantian dari usus besar oleh hati). Ini adalah
[retroperitoneal] pada manusia kebanyakan. Pada hewan merumput sekum bermuara ke
dalam usus spiral. Bagian depan itu berhubungan dengan gulungan usus kecil, tepi
kanan dari omentum yang lebih besar, dan dinding anterior abdomen. Posterior, hal ini
berkaitan dengan iliacus, ligamen iliolumbar, yang lumborum kuadratus, yang
abdominis melintang, diafragma di ujung tulang rusuk terakhir; saraf kulit, ilioinguinal,
dan iliohypogastric lateral, cabang-cabang iliaka kapal iliolumbar, yang lumbar
keempat arteri, dan ginjal kanan.
Colon Transversum
Usus besar melintang adalah bagian dari usus besar dari hati lentur (pergantian
dari usus besar oleh hati) ke lentur lienalis (pergantian dari usus besar oleh limpa). Usus
besar melintang hang dari perut, melekat padanya oleh band luas jaringan disebut
omentum yang lebih besar. Pada sisi posterior, kolon melintang dihubungkan dengan
dinding abdomen posterior oleh mesenterium yang dikenal sebagai mesokolon
melintang. Usus besar melintang terbungkus peritoneum, dan karena itu bergerak (tidak
seperti bagian dari usus besar segera sebelum dan sesudahnya). kanker Lebih bentuk
sebagai usus besar sejalan dan isi menjadi lebih padat (air dihapus) dalam rangka untuk
membentuk tinja. Hal ini terutama diberikan oleh arteri kolik tengah, sebuah cabang
dari arteri mesenterika superior.
Colon Descendens

Usus turun adalah bagian dari usus besar dari lentur lienalis ke awal dari usus
besar sigmoid. Hal ini retroperitoneal di dua pertiga dari manusia. Di ketiga lainnya, ia
memiliki mesenterium (biasanya pendek).
Colon Sigmoid
Kolon sigmoid adalah bagian dari usus besar setelah usus turun dan sebelum
rektum. Sigmoid namanya berarti berbentuk S (lihat sigmoid). Dinding kolon sigmoid
yang berotot, dan kontrak untuk meningkatkan tekanan di dalam usus besar,
menyebabkan bangku untuk pindah ke rektum. Karena tekanan tinggi intermiten di
dalamnya, kolon dapat mengembangkan kantong-kantong yang disebut diverticuli di
dinding. Kehadiran diverticuli, apakah berbahaya atau tidak, disebut diverticulosis.
Infeksi diverticuli disebut diverticulitis. Sigmoidoscopy merupakan teknik diagnostik
yang umum digunakan untuk memeriksa kolon sigmoid.
1.2 Mikroskopis
Usus halus halus relatif panjang rata-rata 5 m
Terdiri dari 3 segmen :
1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ileum
Usus halus berfungsi:
a. Mengangkut bahan makanan (chyme) dari lambung ke usus besar
b. Menyelesaikan pencernaan dengan sekret enzim yang berasal dari dinding dan
kelenjar pelengkapnya
c. Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam pembuluh darah dan limf pada
dindingnya
d. Mensekresi hormon-hormon tertentu.

Bangunan-bangunan khusus pada mukosa :


Plika sirkularis kerckring

Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau melingkar terdiri atas seluruh tebal
mukosa dengan submukosa di bagian tengahnya.
Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus, tetapi jarang melingkari seluruh lumen
usus.
Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada bagian proksimal jejunum, setelah
itu berkurang dan menghilang pada setengah bagian distal ileum.

Vilus dan Kriptus


Vilus, merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun pada membran mukosa
Panjangnya 0,5 - 1,5 mm dan hanya terdapat pada usus kecil
Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili dapat mengkerut dan
memendek, jadi membantu aliran limfe.
Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang.
Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara diantara dasar vili.
Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung, ruang-ruang di antaranya terisi
oleh jaringan ikat lamina propria.

Mikrovili
Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan luarnya dilengkapi
dengan jala filamen halus yang memberi gambarankabur.
Selubung filamen ini mengisi ruang-ruang antar mikrovili dan ujung-ujungnya ,
membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak terputus-putus, mengandung
glikoprotein, dan tahan terhadap bahan proteolitik dan mukolitik.

Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda dengan epitel permukaan lambung,
oleh karena terdapat lebih dari satu jenis sel.
1. Sel silindris ( sel absorptif)
Terletak di atas lamina basal
Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel
Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (striated border) atau berbentuk sikat
(brush border) yang terdiri atas mikrovili berjajar dan berhimpitan.
Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung enzimenzim, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah gula dan
peptide
Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase yang
terdapat pada lapisan permukaan.
2. Sel goblet
Tersebar di antara sel-sel silindris
Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.
Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.
Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-butir sekret
mucus
Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke vilus
Kemudian semakin banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya makin
menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus
3. Sel enteroendokrin
Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung,
motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu.

Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:


a. Sel gastrin intestinal
: pada vili dan
kriptus
b. Sel penghasil somastatin (sel D) : sepanjang
usus halus
c. Sel penghasil cholecystokinine (sel I) : crypti
duodenum dan jejunum
d. Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L)
: pada mucosa jejunum dan ileum
e. Sel enterochromaffin sel EC1) : sepanjang
mukosa usushalus , penghasil serotonin dan
substansi P
f. Sel K: paling sering terlihat pada crypti
duodenum dan jejunum, menghasilkan gastric inhibitory peptide

4. Sel paneth
Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus
Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit
Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding sel bakteri
tertentu, dan agaknya berkemampuan memfagositosis bakteri tertentu.
Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin mengatur flora
mikrobial usus.
Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak didasar kriptus
Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus
Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding dengan sel silindris atau
sel goblet

Lamina propria
terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.
Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah limfoid.
Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif denga inti besar,lonjong, dan
pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma.

Terdapat pula sejumlah besar folikel soliter atau noduli limfatisi yang menyendiri,
jumlahnya semakin banyak pada bagian distal usus.
Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih lympho nodulus disebut plaque
payeri.
Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting dengan sel limfosit dan
makrofag sebagai sawar antara tubuh dan antigen,mikroorganisme dan bahan asing
lainnya yang selalu ada di dalam lumen usus.

Kelenjar submukosa duodenum (Brunner)


terdiri atas sel kubis tinggi dengan inti gelap, gepeng,
terletak di basal sel dan sitoplasmanya jernih
bervakuola.
Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa
Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada
mukosa duodenum, dan sekresi kelenjar submukosa
mencegah hal tersebut dengan mukusnya.
Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas
bufer bikarbonat.
Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu
peptida yang menghambat sekresi asam hidroklorida di dalam lambung
USUS BESAR
Panjangnya 180 cm
Terdiri dari :
Sekum berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal
Apendiks suatu divertikulum kecil dari sekum
Kolon mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian ascenden, transversa dan
descenden

Rektum saluran anus

Fungsi usus besar :


1. Absorpsi cairan
2. Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena cairan diabsorpsi dan
feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjai lebih
besar.
3. Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan.
4. Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.
Usus besar tidak mempunyai plika dan vili
Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yang ada di usus kecil
Sel goblet jumlahnya lebih banyak.
Batas ileosekal
Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatan anterior dan
posterior menjadi dua daun katup.
Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa otot polos melingkar

Apendiks
Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan
biasanya dengan batas yang tidak teratur
Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya
sedikit dan panjang tidak teratur
Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan
striated border dan sel gobletnya sedikit,
Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan
banyak selenteroendokrin.
Apendiks sering kali sebagai tempat peradangan
akut dan kronis, sehingga sukar mendapatkan
apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil
dan neutrofil dalam lamina propria dan submukosa.
Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil
berturut-turut menunjukkan adanya infeksi menahun dan infeksi akut
Sekum, kolon dan rektum
Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan letaknya lebih
berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektum mencapai 0,75 mm.
Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrin kadangkala terdapat dibawah di
dalam kelenjar.
Sel paneth tidak ada

Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan mengandung
noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.
Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan lapisan yang
utuh tetapi membentuk 3 pita memanjang, sebagai taenia coli
Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh.
Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen bagian posterior,
membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan lemak yaitu apendiks epiploika.

2. Fisiologi Saluran Pencernaan Bawah


(http://tracesofmedicalstudents.blogspot.com/2012/04/ileus-obstruktif.html)
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: (1) pencernaan, yaitu proses pemecahan
makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal, dan (2) absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya
mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan dimulai dalam
mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung
terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja
enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat

yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu
dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan
zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan
molekul-moliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu
karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik
mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju medium cair. Bagian
sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam
lemak bebas, gliserida dan vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat
diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi dan mencerna
zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya
enzim ; hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin
sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini
disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini
dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya
horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam
yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung
bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah
satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan
kontinu isi lambung.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439-440)
Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan
protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air,
elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif
dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.
Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat tempattempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting
diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit
pada usus halus.
Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai
pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan
jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F, dan K)
diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam empedu. Sebagian
besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12

berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan
faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung
empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam
ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu.
Dengan demikian asam atau garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkalikali sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum terminalis dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam empedu dan mengganggu pencernaan
lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan
terjadinya iritasi kolon dan diare.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 441)
3. Ileus Obstruksi
3.1 Definsi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2
macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
3.2 Epidemiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami strangulasi.
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai
penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah
satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan
penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi
usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
3.3 Etiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan ter jepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.

2. Non hernia inkarserata, antara lain :


a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau
luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau
umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal
ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian
enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus,
tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit.
Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus
agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan
mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus
obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan
karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu masuk ke
traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama
pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal.

3.4 Klasifikasi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)


Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan menjadi,
antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara
lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren.
3.5 Patofisiologi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik),
dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan
perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi
translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air
dan elektrolit dapat lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik,
absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.

3.6 Manifestasi (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)


1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram
pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan
semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan
metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan
adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan

nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah
lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan
tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi
kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten,
terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya
paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien
yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004; Sabara, 2007). Pada
ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi
usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama
(Anonym, 2007)
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi,
parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik
usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai
mual dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
(Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa
hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak
adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi
strangulata (Sabiston, 1995).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat


jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis
metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan
sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnose ileus obstruksi.
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu
untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air
serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi
pada usus halus biasanya tidak tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level,
distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon
yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti pigura dari dinding
abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan
bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
GAMBARAN RADIOLOGI
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara
lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan
kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik
gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster sampai
rectum.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

Gambar 1. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance

Gambar 2. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

Gambar 3. Perbandingan abdomen normal dan ileus obstruktif


DIAGNOSIS BANDING
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana

usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya


akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi
mekanik. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan
gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan
pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.
3.8 Penatalaksanaan (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi- Obstruksi lengkapHernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
A.Terapi umum
1.Istirahat
Dirawat di ruangan gawat darurat
Segera pasang sonde lambung (NGT)
Selang rectal
Pasang kateter
2.Diet
Pasien puasa
Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus
3.Medikamentosa
Obat pertama :
Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus

Antibiotik

Obat alternative : OBAT ANTIEMETIK


Antagonis reseptor H1
Antagonis reseptor muskarinik
Antagonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor serotonin
Cannabinoid
Steroid
3.9 Komplikasi (http://mediamedis.blogspot.com/2012/07/askep-ileus-obstruksi.html)
1.
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.
Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
3.
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
4.
Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
3.10

Prognosis (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi
dibandingkan obstruksi usus halus.

3.11

Pencegahan (http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/obstructive+ileus)
Kebanyakan kasus ileus tidak dapat dicegah. Operasi untuk mengangkat obstruksi
mekanik tumor atau lainnya akan membantu mencegah kekambuhan.
Beberapa langkah yang telah direkomendasikan untuk meminimalkan keparahan
ileus pasca operasi atau memperpendek durasi termasuk memastikan bahwa setiap
ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi, dan menggunakan obat nonopioid untuk
meredakan rasa sakit , karena obat opioid (termasuk morfin, oxycodone, dan kodein)
cenderung menyebabkan sembelit . Salah satu kelompok obat yang menjanjikan untuk
mengobati sakit perut adalah kelas obat yang dikenal sebagai agonis opioid kappa-.
Pada tahun 2004, bagaimanapun, obat ini masih dalam penyelidikan untuk
mengendalikan nyeri viseral pada manusia.

4. Operasi Menurut Islam (http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903)


Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis dengan
syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya untuk meraih
kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah.
Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:

Firman Allah,
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32).
Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkan
jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadi
sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir dipastikan.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepada operasi
medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan membahayakannya, jika tim
medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin Allah berarti mereka telah
menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang dipuji oleh ayat di atas.
Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam
menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari
Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan tempat ini
sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Padanya
terdapat kesembuhan. (HR. Al-Bukhari).
Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi
bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh
untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan
dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab
penyakit.
2. Hadits Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay
bin Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan
besi panas. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut
terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satu
bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu.
Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidak
lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,
pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka tidak ada
alasan yang rajih menolak operasi medis.

Anda mungkin juga menyukai