Anda di halaman 1dari 20

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

1. Memahami dan menjelaskan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB)


Definisi
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Suatu kejadian penyakit dikatakan wabah / KLB apabila terjadinya peningkatan kasus
suatu penyakit di daerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu.
Menurut UU No 4 tahun 1984 yang dikatakan wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB adalah meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
Ketentuan KLB untuk DBD :
Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu
Terdapat peningkatan kasus kematian
Tujuan Umum KLB :
Mencegah meluasnya (penanggulangan).
Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Tujuan khusus :
Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .
Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB
Jenis penyakit yang menimbulkan KLB :
Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF
Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk
Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit
Penyebab
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB adalah Herd Immunity.
Herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi
penyebaran, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd
immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Kemampuan mengadakan perlindungan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi
epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1.
Proporsi penduduk yang kebal,
2.
Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3.
Kebiasaan hidup penduduk.

Klasifikasi
Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB :

Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.


Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:


1. Toksin
a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.
b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium
perfringens.
c. Endotoxin.
2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.
3. Toksin Biologis
: Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan
4. Toksin Kimia
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.
Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Klasifikasi menurut Sumber KLB
1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella,
Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan,
pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio,
Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.
7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.
8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Kriteria
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah
penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 451-I/PD.03.04/1999
tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB
yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,
hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan
dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding
dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau
lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya
(pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Pencegahan
Pencegahan Primordial
Untuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan
yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi
timbulnya penyakit tertentu.
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu.
Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan
insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih
lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi

Penanganan
Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB,
mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi
Tujuan penanggulangan KLB :

Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb


Melalukan penyelidikan klb
Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb
Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb
Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang mantap
untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB :

Penyelidikan epidemiologis
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina
Pencegahan dan pengendalian
Pemusnahan penyebab penyakit
Penanganan jenazah akibat wabah
Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah :

Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas,


kabupaten/kota, propinsi dan nasional.
Deteksi dan respon dini KLB
Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :

Menurunnya frek KLB


Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Memendeknya periode KLB


Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

Jangka pendek
o Menemukan dan mengobati pasien
o Melakukan rujukan dengan cepat
o Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
o Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
o Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
Jangka panjang
o Memperbaiki faktor lingkungan
o Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD :

Pengobatan/ perawatan penderita


Penyelidikan epidemiologi
Pemberantasan vector
Penyuluhan kepada mayarakat
Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

2. Memahami dan menjelaskan tentang Rujukan Masalah


Sistem rujukan Kesehatan Masyarakat
Definisi
o Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang
timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal
(dari satu bagian lain dalam satu unit).
o Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau
memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual.
Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud
dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi
tersebut ditemukan.
Jenis-jenis rujukan :
o Rujukan Medis(rujukan pasien, dan rujukan laboratorium)
o Berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, mencakup
rujukan konsultasi medis dan bahan-bahan pemeriksaan.
o Upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. berlaku untuk pelayanan kedokteran
(Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini dibedakan dengan
tiga macam yaitu :

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Rujukan penderita : Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,


tindakan operatif dan lain- lain yang disebut transfer of patien.
Pengetahuan : Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of
knowlwdge/ personel.
Bahan- bahan pemeriksaan : Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap disebut transfer of spesimen.

o Rujukan Kesehatan (rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan)
o Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
o pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun
rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan
operasional.
o Rujukan Manajemen(pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan
kesehatan diperlukan sistem informasi)

Tujuan rujukan :
a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.
i.

Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.

ii.

Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang
kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.

iii.

Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui
pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Manfaat rujukan
1.
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :
o Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran
pada setiap pelayanan kesehatan.
o Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana
kesehatan yang tersedia.
o Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.
2.
Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :
o Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang.
o Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang setiap sarana kesehatan.
3.

Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) :
o Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat
kerja, ketekunan, dan dedikasi.
o Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin.
o Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.
3. Memahami dan menjelaskan tentang Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Kriteria pelayanan kesehatan


Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:
1.

Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
2.

Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3.

Mudah dicapai (accessible)

Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak
ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.

Mudah dijangkau (affordable)

Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja
bukanlah kesehatan yang baik.
5.

Bermutu (quality)

Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart
yang telah ditetapkan.
Mutu pelayanan
Sistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang didorong oleh manajemen,
berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan
dari mutu juga harus diperhatikan. Yang mana cakupan tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.
3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.
4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.
5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.
6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik.

Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :


1. Responsiveness (Cepat Tanggap)
Pelayanan kesehatan yang responsif ditentukan oleh sikap staf yang didepan karena berhubungan langsung
dengan para pengguna jasa dan keluarganya.
2. Reliability Pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan.
3. Assurance

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya oleh pelanggan. Dimensi ini meliputi faktor
keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.
4. Empathy
Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa,
memahami kebutuhan mereka dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna
jasa ingin memperoleh bantuannya
5. Tangible
Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan
menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Contohnya ruang penerimaan dan perawatan
pasien yang bersih, nyaman, lengkap.
Cakupan pelayanan kesehatan
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu
bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar,
elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut :
1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.
2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu
(keluaran) yang direncanakan.
3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk
sistem tersebut.
6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Bentuk Pelayanan Berdasarkan Kesehatan Berdasarkan Tingkatannya
1. Pelayanan kesehatan tiongkat pertama (primer) Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( sekunder) Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D. Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter spesialis
terbatas.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier) Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. Pelayan kesehatan diberikan oleh dokter
subspesialis luas.

Perbedaan Jenis Pelayanan Kesehatan

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Pelayanan Kedokteran
Ditandai dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta utamanya
adalah perseorangan dan keluarga.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Ditandai dengan cera pengorganisasian yang umunnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan
utamanya yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasaran
utamanya adalah kelompok dan masyarakat.
4. Memahami dan menjelaskan tentang Aspek Sosial & Budaya yang berkaitan dengan Kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih dirasakan dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk
yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang menunjang
dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial budaya yang
berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara
lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan
homoseksual.
Komunikasi
Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie merupakan kegiatan
untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan,
dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan
komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para
petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.
Pola Pikir
Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian
pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan
keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.


Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih
pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang
yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh
cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap
penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih
pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional.


Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak
efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita
penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok,
tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.

Kebiasaan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu
pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan
perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan.
Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :

Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat
mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau
masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan
makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan
untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang
diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan menjadi
tiga, yaitu:
1. Perilaku kesehatan
Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah penyakit.
2. Perilaku sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit, untuk merasakan
dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.
3. Perilaku peran sakit
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :

Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit.
Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang
menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan
pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Penanggulangan
Dampak
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan
resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan
pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Definisi

Penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau
penyakit secara lebih menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah mengenai
apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan endemik atau epidemik penyakit, merupakan
penyakit infeksi atau penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya.
Penyelidikan epidemiologi KLB yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk memastikan adanya penderita
penyakit yang dapat menimbulkan KLB, mengenai sifat-sifat penyebabnya dan faktorfaktor yang
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasannya
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang
berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder,
pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.

Tujuan & Manfaat


1. Mendapatkan gambaran masalah yang sesungguhnya
2. Mendapat gambaran klinis tentang suatu penyakit
3. Mendapat gambaran mengenai kasus menurut variabel epidemiologi
4. Mendapat informasi tentang faktor resiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi
Dengan mengetahui tujuan tersebut dapat mengambil tindakan untuk pencegahan maupun penanggulangan
penyakit.
Langkah-langkah
1. Tahap survey pendahuluan :
a. Memastikan adanya KLB
b. Menegakan diagnosa
c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)
2. Tahap Pengumpulan Data :

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)


b. Uji hipotesis
c. Menentukan kelompok yg rentan
3. Tahap pengolahan data :
a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik.
b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dg nilai yang
sudah ada
c. Buat intepretasi hasil analisa
d. Buat laporan hasil penanggulangan
4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :
* Tindakan penanggulangan :
- Pengobatan penderita
- Isolasi kasus
* Tindakan pencegahan :
- Surveilans yg ketat
- Perbaikan mutu lingkungan
- Perbaikan status kesehatan masyarakat

Indikasi

Pencegahan & Penanggulangan


Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek
On the Job Traning
Penelitian
Masalah Program Pemberantasan

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

5. Memahami dan menjelaskan tentang Perilaku Kesehatan dan masyarakat dalam mencari
pengobatan
Pelayanan kesehatan
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit sudah tentu
tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respon seseorang apabila sakit
adalah sebagai berikut :
Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara lain bahwa
kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin
mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan
sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih
penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum
merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.
Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh
letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya
alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.
Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan
tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada
diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri
sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar
tidak diperlukan.
Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat
pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan
pengobatan-pengobatan yang lain.
Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di
tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah
kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan, farmasis, dan
sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obatobatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya,
termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obatobat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh
ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius.
Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam
kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.
Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter
praktik.

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda
dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara kelompokkelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.
Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan.
Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang
disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas
masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit
masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan
mereka pergunakan.
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor predisposing, faktor
enabling, dan faktor need.
1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu faktor
demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan
2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa sumberdaya
keluarga atau sumber daya masyarakat.
3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan
adanya penelitian-peneliatian social budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap
sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda
dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.
6. Memahami dan menjelaskan tentang Hukum berobat dalam islam
Hukum berobat dalam islam
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah
wajib.
b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu
berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara
wajib, sehingga dihukumi wajib.
c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk
mewujudkan kemaslahatan bersama.
d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya,
dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada
maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani
orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan
orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak
membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib
dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat
tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia
dan membuang harta.
b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini,
maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah
seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.
c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi
jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.
d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan
penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika
mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat
dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

Hukum menjaga kebersihan


Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57 yang bermaksud:
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah
mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di mukabumi; dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu. (Surah Al-Baqarah, ayat 168) Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang
yang membersihkan dirinya QS Al Ala ayat : 14Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas.
Artinya kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan
kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih
lagi di akhirat.

7. Memahami dan menjelaskan tentang tujuan Syariat Islam dalam Konsep KLB
Penanggulangan KLB dalam syariat islam :
Nabi tidak memerintahkan mereka untuk mengucilkan para pengidap penyakit lepra tersebut.
Tetap bergaul seperti biasa, namun waspada dan antisipatif. Hadis Nabi di atas adalah dalam konteks
tersebut, bukan dalam rangka mengukuhkan opini masyarakat kala itu bahwa suatu penyakit mutlak
bisa menular secara alamiah.Jika kita melihat hal ini dari konteks tauhid, sesungguhnya tidak ada
penyakit menular dari atau melalui apapun secara alamiah. Jelas-jelas Nabi pernah menyatakan,

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Tidak ada penyakit menular (adwa). (HR Muslim dari Abu Hurairah). Bahkan, dalam satu hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dari sahabat Jabir bin Abdullah, Nabi pernah menemani makan
salah seorang sahabat penderita lepra bernama Muaiqib bin Abi Fathimah, tanpa memiliki
kekhawatiran yang berlebihan.
Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada
sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginankeinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
a. Menjaga Pola Makan & Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga
kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. AlQuran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat:
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS. Abasa 80 : 24).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang
halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah (s):88; al-Anfal (8):&9; alNahl (16) : 1 14),
b. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan bagi
ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Banyak
ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis
memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri dan
mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi:
Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di
samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu
untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing
anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti melakukan
begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah,
seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan
tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau
menggauli istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa
di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi
menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada
badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak (HR Bukhari dan Muslim).
c. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau
deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk
menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga
otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya
kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan
memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani
seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat.
Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah
atau
agar
mampu
melakukannya
melakukan
ibadah
dengan
sempurna
dan
pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga,
karena termasuk masalah duniawi atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan landasan
umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah
jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kudakuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah.
Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam
satu hadits:
Nabi berkata : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang gupi
Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan
itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
d. Anjuran Menjaga Kesehatan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting
dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan
disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah
satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan
bakteri.
Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: Dari Ali ra., dari Nabi
saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan alDarimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats.
Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat
dinyatakan bahwa fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian.
Abd al-Munim Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan
ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi
kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia
dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak,
dan pikiran.

Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/cheynissa/pengantar-ilmu-perilaku-kesehatan-masyarakat
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/
http://bnnpsulsel.com/pencegahan/peran-tenaga-kesehatan-masyarakat/
http://www.imunisasi.net/
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta :
Rineka Cipta. 2003.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/
http://axbarif.wordpress.com/2012/11/20/definisi-puskesmas/
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf

RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

Anda mungkin juga menyukai