STEP 3
1.Apa program dari SDKI ?
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI
yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei
pertama adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada
tahun 1987, kedua sampai kelima adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997,
SDKI 2002-2003, dan SDKI2007. SDKI12 adalah suatu survei yang dirancang
untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga
berencana dan kesehatan.
SDKI memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
Menilai partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh
keluarganya.
kependudukan dan KB serta kesehatan. Karena itu, hasil SDKI 2012 menjadi dasar untuk
evaluasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. Hasil
evaluasi tersebut akan menjadi masukan dalam penetapan sasaran RPJMN 2015-2019.
Hasil SDKI 2012 mengindikasikan adanya tantangan yang sangat berat untuk mencapai
sasaran pembangunan kependudukan dan KB pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014. Padahal, kegagalan dalam mencapai target
RPJMN tahun 2014 akan membawa implikasi terhadap pencapaian Millennium
Development Goals (MDGs) 2015 dan penetapan sasaran RPJMN 2015 - 2019.
Diperlukan kerja teramat keras untuk menyusun strategi dan rencana aksi dalam
rangka mempercepat pencapaian target tahun 2013 serta merumuskan kebijakan dan
program untuk tahun 2014.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka dirumuskan misi
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yaitu
mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Misi tersebut dilakukan
melalui: (1) penyerasian kebijakan pengendalian penduduk, (2)
penetapan parameter penduduk, (3) peningkatan penyediaan dan
kualitas analisis data dan informasi, (4) pengendalian penduduk dalam
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana, serta (5)
mendorong stakeholder dan mitra kerja untuk menyelenggarakan
pembangunan keluarga berencana dalam rangka penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta KB (BKKBN, 2011).
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=42
2.Apa saja kebijakan dan strategi dan aselerasi untuk mengatasi masalah stagnansi?
REPUBLIKA ONLINE
Deputi Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi (KR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Julianto Witjaksono mengatakan, perlu komitmen yang kuat dari semua pihak agar sasaran MDGs
pada 2015 tercapai dengan baik. Menurutnya, beberapa sasaran yang belum tercapai, di antarannya, angka
fertilitas (TFR) yang mengalami stagnansi selama 10 tahun terakhir, yakni tetap 2,6 per wanita usia 15-49 tahun.
Selain itu, angka fertilitas pada usia remaja belum sesuai harapan karena angka age spesific fertility rate (ASFR)
untuk usia antara 15-19 tahun menurun dari 51 per 1.000 perempuan menjadi 48 per 1.000 perempuan. Padahal,
kita menargetkan menjadi 30 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun pada 2015, kata Julianto saat membuka
Seminar Nasional Peningkatan Akses Dan Kualitas Pelayanan Bidan Praktik Mandiri Dalam Program KB
Nasional, Kamis (27/6).
Menurutnya, angka fertilitas di daerah perdesaan juga sudah mulai menurun, tetapi jumlahnya masih sekitar dua
kali lipat dibandingkan rata-rata kelahiran pada wanita usia subur 15-19 tahun di daerah perkotaan. Julianto
mengatakan, sebagai langkah BKKBN dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, dirumuskanlah beberapa
kebijakan dan strategi akselerasi pembangunan KB untuk 2013 dan 2014.
Rumusan tersebut, antara lain, meningkatkan sosialisasi dan pelayanan KB di lapangan dengan memberdayakan
institusi masyarakat perdesaan dan perkotaan. Pemberdayaan tersebut terutama kepada petugas dan kader KB di
lapangan agar tetap bermitra dengan berbagai pihak.
Sehingga, lanjut dia, kekurangan tenaga pelayanan KB dapat diatasi dengan memanfaatkan tenaga promotif dan
preventif. Dengan demikian, kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan dan angka kematian ibu melahirkan
juga akan semakin menurun, ujarnya.
Selain itu, BKKBN juga menyiapkan slogan yang bersifat edukasi bagi keluarga dalam merencanakan
keluarganya. Pesan 4 terlalu (muda, tua, banyak, dan sering), kata dia, harus menjadi andalan untuk mengajak
para keluarga dalam merencanakan kehidupan berkeluarga.
Terakhir, Julianto mengimbau agar kampanye pentingnya program KB tersebut lebih disemarakkan. Bidan
sebagai pelayan masyarakat, kata dia, harus lebih berperan dalam penyuluhan program KB ke tengah
masyarakat. Saya mengingatkan saja bahwa antara KB dan bidan telah menyatu. Ada bumil ada bidan, ada
bidan ada KB, dan ada KB ada bidan, ujarnya. n cr-01 ed: muhammad fakhruddin
http://m.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/28/mp3ywu-program-kb-sulit-capai-mdgs
http://www.anneahira.com/jumlah-penduduk-indonesia.htm
8.Masalah apa saja yang dialami masa remaja sehingga perlu dilakukan program GenRe!
pelayanan kontrasepsi hanya diberikan bagi pasangan suami istri yang ingin mengatur
kehamilannya. Kepada remaja atau mereka yang belum menikah, BKKBN memberikan
sosialisasi dan advokasi soal kesehatan reproduksi. Melalui pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja akan mengetahui bahwa hubungan seksual pranikah dapat
menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Seringkali kehamilan yang tidak diinginkan itu digugurkan atau aborsi dan hubungan
seks pranikah juga berisiko tertular penyakit HIV/AIDS, jika berganti-ganti pasangan.
Jadi, remaja perlu mengetahui risiko perilaku seks bebas, ujarnya.
Sosiolog Imam B Prasodjo yang juga menjadi dosen FISIP UI itu, pelayanan kontrasepsi
bagi remaja sebaiknya tidak ada, karena hal itu seperti melegalkan liberalisasi seks.
Namun, kenyataan di lapangan liberalisasi seks mengakibatkan banyak remaja yang
belum menikah melakukan hubungan seks.
Hal ini menjadi dilematis, di satu sisi terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang
seringkali terjadi aborsi, di sisi lain untuk mencegah kehamilan bisa menggunakan
kondom, bahkan kondom pun sekaligus bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Jadi,
BKKBN harus mengkampanyekan kesehatan reproduksi. Dan menyampaikan pesanpesan penyebab dan risiko yang akan terjadi jika melakukan seks paranikah, kata Imam.
(kkb2)
9.Apa saja program yang terdapat dalam GenRe?
10.Visi,misi dan tujuan BKKBN?
Bkkbn memiliki sebuah Visi yaitu
"Penduduk Tumbuh Seimbang 2015"
Visi tersebut merupakan salah satu dari prioritas pembangunan nasional yaitu
mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas
yang ditandai dengan menurunnya angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 dan Net
Reproductive Rate (NRR) = 1
Dengan sebuah Misi yaitu
"Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan
Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera"
Misi tersebut dilakukan dengan cara :
1. Penyerasian kebijakan pengendalian penduduk,
2. Penetapan parameter penduduk,
3. Peningkatan penyediaan dan kualitas analisis data dan informasi,
4. Pengendalian penduduk dalam pembangunan kependudukan dan
keluarga berencana, serta
5. Mendorong stakeholder dan mitra kerja untuk menyelenggarakan
pembangunan keluarga berencana dalam rangka penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta KB.
Melalui misi ini Bkkbn berupaya untuk menciptakan penduduk yang berkualitas
yang akan mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan tujuan
pembangunan.
11.Mengapa terjadi stagnansi dan apa yang menyebabkan stagnansi fertilitas?