I. PENDAHULUAN
1.
2.
3.
LAPANGAN USAHA
2005
INDUSTRI PENGOLAHAN
2006
2007
2008
2009
2010
4.60
4.59
4.67
3.66
2.11
4.53
2.75
7.21
5.05
2.34
11.29
2.73
(0.92)
(0.66)
(1.74)
3.45
(1.46)
(3.50)
2.39
2.09
5.79
(1.48)
6.27
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
5.17
3.81
0.53
3.40
(1.49)
(0.63)
2.16
1.31
1.23
(3.68)
(3.64)
0.53
1.74
(3.70)
4.73
1.69
(2.05)
(4.53)
2.56
12.38
7.55
9.73
9.79
Barang lainnya
2.61
3.62
(2.82)
(0.96)
1.64
(2.94) 10.35
3.13
2.98
Industri alat
angkut, mesin
dan peralatan;
27,3%
Industri barang
lainnya; 0,8%
Industri tekstil,
barang kulit &
alas kaki; 9,2%
Industri Alat
Angkut, Mesin
dan
Peralatannya,
28.14, (28%)
Industri Agro;
44,3%
Industri logam
dasar, besi dan
baja; 2,1%
Industri semen &
bahan galian
non logam; 3,4%
Industri pupuk,
kimia & barang
dari karet; 12,9%
Industri Barang
Lainnya, 0.76,
(1%)
Industri Agro,
44.17, (44%)
Industri Logam
Dasar Besi dan
Baja, 1.94,
(2%)
Industri Semen
dan Barang
Galian Bukan
Logam, 3.29,(
3%)
Industri Pupuk,
Kimia dan
Barang dari
Karet, 12.73,
(13%)
Industri Tekstil,
Barang Kulit
dan Alas Kaki,
8.97, (9%)
KELOMPOK KOMODITI
1
2
3
KELOMPOK KOMODITI
1
2
3
TAHUN
2009
1.407.786
525.086
994.243
2.927.115
2010
1.398.560
536.679
980.245
2.915.484
(Orang)
%
2009-2010
(0,7)
2,2
(1,4)
(0,4)
Belum
memadainya
infrastruktur
untuk
mendukung
pengembangan klaster industri agro;
Masih adanya beberapa Perda yang memberatkan bagi
pertumbuhan industri;
SDM di bidang pengembangan industri agro masih kurang;
Masih rendahnya minat investor di bidang industri agro selain
belum memadai infrastruktur dan bahan baku diekspor dalam
bentuk mentah, juka karena masih kurang menariknya insentif
investasi dibandingkan dengan negara lain;
Kecenderungan ekspor bahan mentah yang tidak mendorong
pengembangan industri hilir pertanian
Prosedur perpajakan yang dirasakan masih kurang lancar
R & D yang masih lemah;
Suku bunga bank yang relatif tinggi
8
2. Sasaran Pengembangan
Memperkuat struktur industri dengan mendorong
investasi di bidang industri hilir agro;
Meningkatkan daya saing industri agro melalui Fasilitasi
penyediaan infrastruktur baik fisik (seperti pelabuhan,
jalan dan rel KA) maupun non fisik (seperti Pusat Reset dan
sekolah khusus) serta infrastruktur khusus (seperti
terminal kayu dan tangki timbun)
Meningkatkan pemanfaatan kapasitas produksi melalui
fasilitasi penyediaan bahan baku, pasokan listrik dan gas
bumi untuk industri agro;
Pengembangan investasi baru, melalui promosi investasi
dan usulan pemberian insentif untuk investasi di bidang
industri agro tertentu maupun di daerah terntentu;
9
KLASTER
INDUSTRI BUAH
INDUSTRI KELAPA
SAWIT
INDUSTRI
FURNITURE
INDUSTRI KELAPA
INDUSTRI KARET
INDUSTRI
TEMBAKAU
INDUSTRI PULP
KERTAS
INDUSTRI KOPI
INDUSTRI HASIL
LAUT
INDUSTRI GULA
INDUSTRI
OLAHAN SUSU
INDUSTRI KAKAO
FOKUS
12 KLASTER
AGRO
MENINGKATNYA
DAYA SAING
INDUSTRI
AGRO DAN KIMIA
RENCANA AKSI
PENGUATAN
DAN
PENGEMBANGAN
KLASTER
11
PROGRAM
KEGIATAN
OUTPUT
LOKASI
Pengembangan
klaster Industri Agro
Jabar, Jateng,
Jatim, Sumut,
Riau, Kaltim,
Lampung,
Sulsel, Sulut,
NTB & Maluku
Peningkatan Standar
Industri
Jakarta
Pembinaan dan
Pemanfaatan
Teknologi Industri
Fasilitasi Pengembangan
Industri Karet Hulu creppe,
pengolahan kopi, pengepres
kertas bekas, Pengolahan
Buah dan Proses air minum,
dan rumput laut.
6 unit mesin
Kalbar, Jabar,
Sulteng,
Sumsel dan
Jateng
7 cooling unit
Jabar, Jateng
dan Jatim
12
PROGRAM
KEGIATAN
OUTPUT
LOKASI
Peningkatan efisiensi
pengolahan tembakau
virginia flue cured dengan
bahan bakar selain minyak
tanah
50 buah tungku
pengering tembakau
NTB
Peningkatan iklim
usaha industri
1 laporan studi
kelayakan
NAD
Peningkatan
penggunaan produksi
DN
Diketahuinya %-tase
penggunaan produk DN
pada perusahaan IA
Jakarta
Pengembangan
kawasan industri
4 buah FS
Sulteng,
Maluku, Jatim,
Sulsel,
Sumsel, NAD,
Sulut dan Kep.
Riau
13
Kelompok Industri
Jenis Industri
IKM
15
a. Permasalahan Utama
Terbatasnya pasokan bahan baku kayu/rotan dengan harga yang relatif mahal,
yang disebabkan oleh : semakin menurunnya kemampuan pasok bahan baku
kayu/rotan dari hutan alam, masih terbatasnya pasokan bahan baku dari hutan
tanaman, pengaturan birokrasi peredaran dan tataniaga kayu/rotan yang belum
optimal, masih maraknya praktek illegal logging dan illegal trade, dll.
Masih lemahnya daya saing produk furniture Indonesia yang disebabkan antara
lain oleh tingginya bunga bank, infrastruktur kurang memadai dan masalah
permodalan.
16
Pelatihan SDM bidang furniture, meliputi desain, finishing dan Teknik produksi;
Pembangunan terminal bahan baku kayu di Kendal - Jawa Tengah dan Bitung
Sulawesi Utara;
Revisi dan penyusunan SNI produk furniture;
Fasilitasi pusat desain furniture di Jepara;
Tahun 2011
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Bersama dengan Ditjen IKM dan instansi terkait lainnya, melakukan promosi
pasar produk furniture di luar negeri
Fasilitas pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di Cirebon
Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) ind. Furniture (6
judul)
Peningkatan kompetensi SDM furniture bidang disain.
Peningkatan kompetensi SDM furniture bidang teknologi proses (Finishing)
Kajian FS Pembangunan Terminal Kayu Terpadu di Jawa Timur
17
a. Permasalahan Utama
1. Belum memadainya infrastruktur secara umum seperti
pelabuhan, jalan dan transportasi, termasuk energi (gas
bumi dan listrik)
2. SDM di bidang pengembangan industri hilir CPO masih
kurang
3. Masih belum memadainya Litbang untuk pengembangan
industri hilir kelapa sawit
4. Masih rendahnya minat investor di bidang industri hilir
kelapa sawit
19
2)
3)
Tahun 2011
1)
Finalisasi revisi PP No. 62 tahun 2008 Fasilitas insentif untuk industri hilir kelapa sawit
dalam bentuk tax allowance. Industri hilir kelapa sawit tertentu yang diusulkan untuk
mendapatkan insentif (terlampir),
2)
Promosi Investasi Industri Hilir Kelapa Sawit Sei Mangke dan Dumai di dalam negeri dan
luar negeri,
3)
4)
5)
20
2. KAKAO
Indonesia merupakan produsen nomor 3 di dunia dengan
total produksi pada tahun 2009 mencapai 0,6 juta ton atau
+ 15% dari produksi kakao dunia (4 jt ton).
21
a. Permasalahan Utama
1. Utilisasi kapasitas produksi industri olahan kakao masih rendah (40%)
2. Belum berkembangnya industri hilir yang mengolah biji kakao
khususnya non pangan
3. Terbatasnya R&D untuk diversifikasi produk olahan kakao dan masih
rendahnya pemanfaatan fasilitas R & D,
4. Rendahnya konsumsi coklat di dalam negeri 60 gram/kapita/tahun
sedangkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura sudah
mencapai diatas 500 gram/kapita/tahun.
5. Kurangnya pembangunan infrastruktur di sentra-sentra produksi biji
kakao (akses jalan dan pelabuhan) seperti : Mamuju, Pantoloan,
Kolaka dan Palopo.
6. Produktivitas on farm masih rendah (rata-rata 600 kg/Ha)
7. Sistem perdagangan biji kakao di tingkat petani dikuasai eksportir asing
8. Mutu biji kakao masih rendah (kadar kotoran, jamur, serangga) dan
tidak difermentasi
22
Tahun 2011
1. Revisi PP 62 tahun 2008 terkait dengan pemberian insentif investasi di
bidang industri pengolahan kakao (pasta, butter, cake dan powder)
2. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri kakao
23
3. RUMPUT LAUT
a. Permasalahan Utama
1. Kondisi infrastruktur yang belum memadai seperti jalan,
jembatan, alat angkut, sistem dan telekomunikasi,
pelabuhan;
2. Masih kurang berkembangnya lembaga-lembaga penelitian
3. Keterbatasan suplai bahan baku dan penolong untuk industri
pengolahan rumput laut
25
Tahun 2011
1) Kajian FS pengembangan klaster industri rumput Laut di Maluku dan Sulteng
27
a. Permasalahan Utama
1. Rendahnya tingkat produktivitas gula yang saat ini hanya
mencapai kisaran 6 ton/ha.
28
pembiayaan
pembelian
mesin/
VII. PENUTUP
1. Pengembangan industri agro memerlukan komitmen dan
dukungan dari seluruh pihak (stake holder) yang terlibat, baik
dari instansi Pemerintah Pusat, Daerah dan Dunia Usaha.
2. Pengembangan industri hilir agro akan meningkatkan nilai
tambah dan mempunyai multiplier effect yang berdampak pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya.
3. Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian khusus :
Peningkatan infrastruktur
Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan
Pengembangan teknologi di bidang proses dan mesin peralatan
pabrik
Peningkatan SDM
30
31
31
Lampiran
Program
Target
1.
Pengamanan
pasokan bahan
baku
kayu/rotan
Tersedianya bahan
baku kayu dan rotan
secara kontinyu (5
juta m3)
Rencana Aksi
Peningkatan mutu
bahan baku
2.
Peningkatan
Kompetensi
SDM
Meningkatnya
kemampuan SDM
dibidang teknologi
dan desain (100
org/thn)
Waktu
Pelaksanaan
2011 2014
2011- 2014
2011-2014
2011
2012
2011
2012- 2014
2011
2011-2014
2011 2014
2011 2014
2011 2014
2012 2014
No
3.
4.
Program
Pengembangan
Pusat Desain
Furniture Kayu
dan Rotan
Pengembangan
Pasar
Target
Rencana Aksi
Berkembangnya kegiatan
Pusat Desain Furniture
Kayu di Jepara dan Pusat
Desain Furniture Rotan di
Cirebon (2 pusat di 2
daerah)
2011 - 2014
2011 2014
2011-2014
Meningkatkan pangsa
pasar produk furniture di
dalam dan luar negeri
Waktu
Pelaksanaan
2012
2011 - 2014
2011
2011- 2014
2011- 2012
2013
2011,2013,2014
2011-2012
2012-2013
No
5.
Program
Koordinasi
pengembangan
klaster furniture
Target
Rencana Aksi
Mensinergikan langkah
dan kebijakan diantara
pemangku kepentingan
(12 kali koordinasi/thn)
Waktu
Pelaksanaan
2011 2014
2011 2014
2011 2012
2011 2014
2011 2014
Rp 15 Triliun
(PMDN &
PMA)
Luas
Area
1.400 Ha
No
Kegiatan
Volum
e
Jadwal
Instansi
1.
Pembangunan Jalan
Kereta Api Lintas Bandar
Tinggi ke Kuala Tanjung
18,5 Km
2011-2013
Kemenhub, PT
KAI
2.
Pembangunan jalan
Kereta Api dari Kawasan
Sei Mangkei ke Stasiun
Perlanaan
(6 Km)
2011-2013
Kemenhub, PT.
KAI
3.
(17 Km)
2011
Kemenhub, PT.
KAI
4.
2 buah
2011-2013
PU, Kemenhub
5.
Insentif untuk
pengembangan SDM dan
kegiatan riset industri
(R&D)
1
Peratura
n
2010
Kemenko
Perekonomian,
BKPM,
Kemenperin
6.
Menyusun Payung
Hukum pemberian
fasilitas Tax Holiday
1
Peratura
n
2011
BKPM,
Kemenkeu,
36
Kegiatan
Volu
me
Jadw
al
1.
354 km
2011-2014
Kemenhub, Pemda,
Kemen PU
2.
1 pelabuhan
2011-2014
Kemenhub, Pelindo
3.
Pembangunan jaringan KA
meliputi jalur : ruas Dumai Pekanbaru - Muaro; ruas Rantau
Prapat - Duri - Dumai; ruas
Pekanbaru - Rengat - Kuala Enok;
ruas Pekanbaru - Siak - Tanjung
Buton; Ruas Pekanbaru Bangkinang - Ujung Batu - Duri;
Ruas Siak - Sungai Pakning
2011- 2014
Kemenhub,
PT. KAI
4.
Pembangunan instalasi
pengolahan air bersih
2011-2014
PU, Pemda
5.
Pengembangan
Industri Kelapa Sawit
- RIAU
Target
Investa
si
Rp 30 Triliun
(PMDN &
PMA)
Luas
Area
1000 Ha
(Existing)
10.000 Ha
(2020)
3
pembangkit
listrik
2014
37
Instansi
RENCANA AKSI
N
o
Pengembangan
Industri Kelapa
Sawit, Maloy - Kaltim
Target
Investa
si
Rp 35 triliun
(PMDN
Luas
Area
14.000 Ha s.d
tahun 2020
Kegiatan
Volume
Jadwa
l
Instansi
1.
Pembangunan dan
Peningkatan Pelabuhan di
Maloy
1 paket
pelabuhan
Maloy
20102012
KemenPU,
Kemenhub,
Pemda
2.
1 paket
pengemban
gan jalan
akses
20102012
Kemenhub,
KemenPU,
Pemda,
3.
Pembangunan pembangkit
listrik dan alternatifnya (tenaga
biomassa sawit atau PLTBS )
1
pembangkit
20112013
KemenESDM
Pemda, PLN
4.
Pembangunan instalasi
pengolahan limbah,
pengolahan air bersih beserta
jaringannya dan sarana jalan,
parit serta penghijauan
3 Paket
20112012
KemenPU,
Pemda
5.
1 Paket
20102014
Kemenperin,
Kemenristek
BPPT
6.
1 Paket
2010-
Kemendiknas
KBLI
10412
10432
10490
20115
38211
CAKUPAN PRODUK
Industri margarine
DAERAH/ PROVINSI
Seluruh Propinsi Kecuali
Pulau Jawa
PERSYARATAN
Program
Target
Rencana Aksi
Waktu
Pelaksanaan
1.
Bahan Baku
Optimalisasi
pemanfaatan bahan
baku
2011-2014
2.
Peningkatan
Litbang Industri
Kakao
Meningkatkan
diversifikasi industri
hilir kakao
2011-2014
3.
Pengembangan
Pasar
Meningkatkan pangsa
pasar industri hilir
kakao di dalam dan
luar negeri
2011-2014
No
Program
Target
Rencana Aksi
Waktu
Pelaksanaan
4.
Bidang
Infrastruktur
Meningkatkan
Infrastruktur Untuk
Pengembangan
Industri Hilir Kakao
2011-2014
5.
Promosi Investasi
Meningkatkan
investasi industri hilir
kakao
2011-2014
Program
1.
Pengembangan
Kawasan
Industri
2.
3.
4.
Target
Rencana Aksi
Waktu
Pelaksanaan
Terfasilitasinya
pembangunan
infrastruktur
kawasan industri
rumput laut di
Kawasan Timur
Indonesia
2011
Pengembangan
pasar dan
promosi
investasi
Meningkatnya
pangsa pasar
industri rumput laut
di dalam negeri dan
luar negeri
2011-2014
2012-2014
Pengembangan
Litbang
Meningkatnya nilai
tambah rumput laut
dan diversifikasi
produk turunan
rumput laut
2012
Bertambahnya
investasi baru dan
perluasan usaha
2011-2014
2011-2014
Peningkatan
Investasi Iklim
Usaha dan
Penataan
Regulasi
2011-2014
2012-2014
2013-2014
2012-2014
2011-2014
2011-2014
No
Program
5.
Pembinaan dan
pengembangan
6.
Standarisasi dan
Peningkatan Mutu
7.
Infrastruktur
Target
Meningkatnya
penerapan standar
mutu sesuai
persyaratan
internasional
Rencana Aksi
Waktu
Pelaksanaan
2011-2014
2011-2014
Koordinasikan perencanaan
pembangunan infrastruktur yang
terintegrasi dalam mendukung
pengembangan industri rumput laut.
2011-2014
1.
Program
Restrukturisasi
Permesinan PG
Existing
Target
Pemantapan kapasitas
produksi
Peningkatan kapasitas
terpasang
Peningkatan efisiensi
produksi
Rencana Aksi
2.
Fasilitasi
Pembangunan
Pabrik Gula Baru
3.
4.
Audit
PG
Teknologi
Pengembangan
dan Pengawasan
Pasar
Waktu
Pelaksanaan
2011-2014
Peningkatan kapasitas
produksi industri gula
nasional
Meningkatkan daya saing
2011-2014
2011-2014
2011-2014