Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN UMUM PENYAKIT GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)


Yenisbar
Fakultas Biologi Universitas Nasional
ABSTRAK
Manggis merupakan buah dari daerah tropis yang sangat digemari oleh konsumen di
dalam dan luar negeri karena rasanya yang lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah
yang putih halus, sehingga disebut queen of tropical fruits. Permasalahannya adalah mengenai
mutu buah manggis yaitu: jumlah manggis matang dengan kelopak yang masih utuh dan hijau,
bersih dari semut, tidak terdapat getah kuning. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
tentang tanaman manggis dan pengetahuan mengenai penyakit getah kuning pada buah manggis.
Dengan metode studi pustaka dan data lainnya dapat disimpulkan buah manggis sebagai salah
satu buah eksport yang berpotensi menghasilkan Devisa Negara dan digunakan sebagai obat.

ABSTRACT
Mangosteen is a fruit of the tropics are highly favored by consumers at home and abroad
because it tastes delicious, beautiful fruit shape, and texture of a fine white flesh, so-called queen
of tropical fruits. The problem is that the mangosteen fruit quality, namely: the number of ripe
mangosteen with lids that are still intact and greens, clean of ants, there is no yellow sap. The
objective is to find out about mangosteen and the knowledge about gum disease yellow on the
mangosteen fruit. With a library research methods and other data can be inferred as one of the
mangosteen fruit that has the potential to generate foreign exchange export countries and are used
as medicine.

PENDAHULUAN
Buah manggis merupakan salah satu komoditi ekspor yang diminati oleh pasar
Internasional, sehingga permintaan manggis setiap tahunnya terus meningkat (Sunarjono 1998).
Hal ini ditunjukkan dengan permintaan yang masih relatif besar dari pada penawaran yang
berlaku untuk pasar di dalam negeri maupun pasar ekspor, yang juga tercermin dari harga buah
manggis yang jauh lebih tinggi apabila dibanding dengan harga buah-buahan lainnya
(Wirantaprawira 2003).

Disamping komoditi ekspor, manfaat yang dimiliki oleh manggis cukup banyak. Buah
manggis yang rasanya lezat dapat dijadikan sebagai buah meja atau dikonsumsi segar. Kulit dari
buah manggis juga dapat digunakan sebagai cat tahan cuci. Kemudian kulit batang tanaman
manggis juga dapat digunakan sebagai ramuan obat tradisional untuk sakit perut.
Volume ekspor manggis pada tahun 1996 baru mencapai 3,76 ton dengan nilai US$6.580,
tahun 1999 meningkat menjadi 4.743 ton dengan nilai US$3.887.816, tahun 2000 meningkat
menjadi 7.182 ton dengan nilai
US$3.953.234,

US$ 5.885.038, tahun 2001

sebanyak 4.868 ton senilai

tahun 2002 meningkat menjadi 6.512 ton senilai US$ 6.956.915, tahun 2003

meningkat menjadi

9.304 ton senilai US$

9.306.042 dan tahun 2004 menurun menjadi

3.045.379 ton senilai US$ 3.291.855. Manggis sebagian besar diekspor ke Hongkong (53%),
Taiwan (27%), Malaysia (7%), Uni Emirat Arab (3%), Perancis (3%) dan Negara lainnya (7%)
(BPS, 2005)
Produksi buah manggis di Indonesia dari tahun 2001 sampai 2008 sebagai berikut:
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

Jumlah
25,812 ton
62,055 ton
79,073 ton
62,117 ton
64,711 ton
72,634 ton
112,722 ton
78,674 ton

Produksi yang tinggi tetapi volume eksportnya rendah karena ada berbagai kendala seperti mutu
buah yang tidak memenuhi kriteria ekspor. Mutu buah manggis kita yang rendah dikarenakan
kebanyakan tanaman manggis masih merupakan tanaman hutan yang belum dibudidayakan dan
kurang pemeliharaan. Tanaman umumnya berumur lebih dari 25 tahun dengan lokasi yang
tersebar diseluruh Indonesia. Penanganan pasca panen perlu dilakukan dengan baik.
Kendala lain dalam penyediaan buah manggis segar yang berkualitas untuk diekspor yaitu
adanya serangan hama dan patogen. Patogen yang dapat menyerang tanaman manggis menurut

Sarwono (1996) umumnya disebabkan oleh cendawan, seperti Pestalotia flagisettula,


Botrydiplodia sp., Phomopsis sp., Rhizopus sp., Pellicularia koleroga, Fomes noxius, dan
Zignoela garcinae. Kendala utama berupa ada penyakit getah kuning yang menyebabkan kualitas
buah menurun.
Visi pertanian 2005 - 2009 adalah - terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing produk pertanian, serta peningkatan
kesejahteraan petani - Salah satu cara untuk mencapai visi tersebut adalah dengan menjaga mutu
produk pertanian, termasuk buah manggis, agar tetap sesuai dengan keinginan konsumen
Permasalahannya adalah mengenai mutu buah manggis yaitu: jumlah manggis matang
dengan kelopak yang masih utuh dan hijau, bersih dari semut, tidak terdapat getah kuning. Oleh
karena itu, perlu upaya pengembangan komoditas buah manggis untuk mendukung visi pertanian
dengan meningkatkan mutunya. Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui tentang tanaman manggis dan pengetahuan mengenai penyakit getah
kuning pada buah manggis. Dengan metode studi pustaka dan data lainnya dapat disimpulkan
Buah manggis sebagai salah satu buah eksport yang berpotensi menghasilkan Devisa Negara.

PEMBAHASAN
Tanaman Manggis
Tanaman manggis diduga berasal dari Asia Tenggara, mungkin dari Indonesia (Pulau
Kalimantan). Tanaman ini menyebar ke Timur sampai ke Papua Nugini dan Kepulauan Mindanau
(Filipina), ke Utara melalui Semenanjung Malaysia menyebar terus ke Thailand bagian Selatan,
Myanmar, Vietnam, dan Kamboja. Tanaman manggis telah dikenal oleh para peneliti dari Barat
sejak awal tahun 1631 (http/www.planta.utpres).
Manggis dikenal dengan banyak nama, seperti setor, mesetor, atau sementah di Malaysia,
manggis di Indonesia, manggustan atau manggis di Filipina, mongkhul di Kamboja, mangkhud di

Laos, dodol atau mangkhut di Thailand, dan cay mang cut di Vietnam, mangustai di Tamil,
Mangostanaier, mangouste, atau mangostier di Perancis, di Spanyol disebut mangostan, di
Jerman mangostane, di Belanda mangoestan atau manggis, sedangkan di Portugis dikenal dengan
mangosta atau mangusta.
Manggis (Garcinia mangostana L), termasuk famili Guttiferae dan merupakan spesies
dari genus Garcinia. Manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh konsumen, dalam
dan luar negeri karena rasanya yang lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang
putih halus. Menurut orang Eropa dan Amerika, manggis merupakan buah yang paling enak dari
daerah tropis, sehingga disebut sebagai queen of tropical fruits ( Nakasone & Paull 1998).
Manggis termasuk tanaman buah dengan perkembangan yang lambat diantara buah-buahan tropis
lainnya, sehingga ketersediaan buahnya di pasaran untuk konsumen luar Asia Tenggara sangat
terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sistem perakaran yang kurang baik
sehingga menyebabkan pertumbuhan bibit yang lambat, masa juvenile yang panjang, kurangnya
metode untuk melakukan perbanyakan, serta kebutuhan tenaga kerja intensif dalam pemanenan
(Chong 1992). Salain itu upaya pengembangannya mengalami hambatan karena kurang informasi
dan penelitian yang dilakukan pada tanaman manggis, baik budidaya, penyakit dan termasuk di
bidang pemuliaan tanaman.
Tanaman manggis merupakan pohon besar berdaun lebar dan rimbun. Tinggi pohon yang
telah dewasa mencapai 6-20 m dengan umur dapat mencapai puluhan tahun. Bentuk tajuk pohon
bervariasi dari bulat silindris hingga kerucut dengan penyebaran simetris ke semua arah. Daun
tunggal berbentuk bulat panjang, helaian daunnya kaku dan tebal. Permukaan daun bagian atas
licin, berlilin, mengkilat dan bewarna hijau tua. Permukaan daun bagian bawah berwarna hijau
muda pupus. Daun muda berwarna coklat kemerahan, sesuai dengan usia pertumbuhannya
berubah menjadi coklat kehijauan, hijau muda, kemudian hijau tua.

Bunga betina terdapat 1-3 pada ujung ranting, garis tengah 5-6 cm, 2 daun kelopak yang
terluar hijau kuning, 2 yang terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat, tumpul. Daun
mahkota bentuk telur terbalik, berdaging tebal, hijau kuning, tepi merah atau hampir semua
merah. Staminodia kerapkali dalam kelompok. Bakal buah beruang 4-8. Kepala putik berjari-jari
4-8 ( van Steenis, 1987)

Buah
Den nijs dan van dijk (1993) mengkategorikan manggis sebagai agamosperma.
Karakteristik agamosperma pada Garcinia mangostana antara lain dicirikan dengan adanya
pembentukan biji tanpa pengaruh organ jantan, pembentukan embrio yang berjalan cepat sebelum
terjadinya anthesis, terbentuknya proembryo adventitious dari nucellar atau integument,
terbentuknya beberapa kecambah dari satu biji atau jarang/tidak diperoleh tanaman jantan.
Kondisi tersebut membawa konsekuensi bahwa konstitusi genetik dari biji manggis yang
terbentuk akan serupa dengan tetua betina dan tidak ditemukan adanya rekombinasi genetik,
sehingga konstitusi genetik dari populasi manggis akan homogenous dan tidak pernah ditemukan
varietas yang berbeda.
Buah bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kepala putik duduk,
besar dan kelopak tetap. Dinding buah tebal, berdaging, ungu dengan getah kuning. Biji 1-3,
diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, putih disebut arilus, dapat dimakan (juga biji yang
gagal tumbuh sempurna) (van Steenis, 1987). Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman
manggis karena buahnya yang menyegarkan dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan
levulosa.
Cita rasa buah manggis tampaknya bisa di terima oleh lidah berbagai bangsa. Orang Eropa
memuji rasanya bagaikan campuran dari nanas, apricot dan jeruk, bahkan tekstur daging buahnya
dikatakan sebagai buah plum yang ranum. Buah manggis begitu lezatnya, sampai seorang yang

sakitpun masih dapat merasakan enaknya buah ini ketika ia sudah tidak dapat atau tidak mau lagi
makan makanan lain dan apabila dia tidak dapat memakannya, maka itu berarti bahwa
kesembuhannya harus disangsikan.
Pohon ini selama setahun dapat menghasilkan 200-500 buah (Heyne, 1988). Setiap 100
gram daging buahnya yang putih terkandung 0,6 gram protein; 0,6 gram lemak; 15,6 gram
karbohidrat; 8 mg kalsium; 12 mg fosfor; 0,8 mg besi; dan 70 gram air. Kalori yang dihasilkan
buah manggis sebesar 63 kal, tidak jauh berbeda dengan mangga dan duku (Kurniadhi, 2004).
Menurut Warid (2009), komposisi bagian buah yang dapat dimakan per 100 gram meliputi 79,2
gram air, 0,5 gram protein; 19,8 gram karbohidrat; 0,3 gram serat; 11 mg kalsium; 17 mg fosfor;
0,9 mg besi; 14 IU vitamin A; 66 mg vitamin C; vitamin B (tiamin) 0,09 mg; vitamin B2
(riboflavin) 0,06 mg; dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg.

Manfaat
Kulit buah manggis mengandung senyawa xhamton yang meliputi mangostin,
mangostanol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B alfa mangostin,
beta mangostin, garcinon B, flavonoid epicatechin dan gartanin. Senyawa tersebut sangat
bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa xhamton tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia.
Kulit buah manggis di luar negeri sudah dibuat kapsul.
Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas melawan sel
kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu, juga digunakan untuk antihistamin, anti
inflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan tekanan darah, serta anti peradangan. Kulit buah juga
mengandung antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. Ekstrak daun
manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi jumlah sel spermatid, terjadi penambahan
jumlah spermatozoa abnormal, dan lambatnya gerak maju spermatozoa mencit.

Seduhan akar manggis diminum untuk mengobati haid yang tak teratur. Kayunya yang
bewarna merah tua itu tidak banyak digunakan. Gelam kulit kayunya yang diolah menjadi sambal
dimakan untuk menyembuhkan murus berat. Terhadap buang air darah dan mulas maka orangorang Makasar mengambil gelam kayu yg berair beserta daun muda dikunyah dengan sedikit kulit
kemudian airnya ditelan. Gelam kayu dilumatkan dengan air, kemudian dikumur-kumur dapat
menyembuhkan sariawan mulut.
Kulit buah manggis dipakai untuk menggosok tali pancing agar menjadi licin. Kulit
buahnya juga dapat dipakai menyamak belulang dan untuk mengecat benang menjadi hitam.
Orang Cina menggunakan kulit buah untuk mengecat hitam dan juga menggunakannya sebagai
dasar serta untuk lebih memberikan daya tahan pada warna. Seduhan kulit buah berwarna ungu,
yang dipakai mengecat ayam putih. Seduhan kulit buah untuk mengobati mencret tanpa tonus,
disentri menahun, peradangan saluran kemih yang menahun, pendarahan usus. Selanjutnya
sebagai obat cacing penerapan luar dilakukan terhadap tumbung dubur, terhadap borok gangrene
atau tukak tanpa tonus, terhadap tonsil bengkak, tumor dalam rongga mulut dan kerongkongan,
pembentukan ludah berlebihan serta beser putih. Pemakaian kulit buah ini sebagai obat dalam
tidak berbahaya (Heyne, 1988).

Penyakit Getah Kuning


Gejala dan Akibat
Buah manggis yang bebas penyakit getah kuning dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan
buah manggis yang kena penyakit getah kuning (gambar 2) menjadi tidak layak ekspor karena
penampilan buah tidak menarik, mengeras dan rasanya menjadi pahit. Pada buah yang terserang
berat hampir seluruh daging buahnya dilumuri getah kuning sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi. Kerusakan buah manggis oleh getah kuning ini biasa disebut dengan gamosis atau
gamboge disorder, yang disebabkan oleh keluarnya getah kuning pada permukaan buah, di dalam

buah dan batang. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, kerusakan
akibat getah kuning pada buah manggis dapat dibedakan atas: getah kuning pada kulit buah
bagian luar (pericarp) dan getah kuning pada kulit bagian dalam buah (endocarp). Getah kuning
pada endocarp lebih serius dibanding pada pericarp, karena akan mencemari daging buah
sehingga rasanya tidak enak dan tidak layak dikonsumsi (Hilman dkk., 2009).

Gambar 1. Buah manggis yang bebas penyakit getah kuning

Gambar 2. Penyakit getah kuning pada endocarp buah manggis.

Gejala yang muncul pada buah yang kena penyakit adalah pada arilnya (selaput tipis
pembungkus biji) bergetah dan berwarna kuning (Kurniadhi 2004). Akibat dari penyakit ini

adalah rasa buah yang pahit (perubahan rasa). Selain itu juga dapat menurunkan tingkat ekspor
buah manggis (Peni 1996).
Menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2003), gejala peyakit getah kuning terlihat
daging buah bewarna bening (transparan), lengket ke kulit dan rasanya pahit. Getah kuning ini
dapat terjadi pada buah muda maupun yang sudah masak, hanya dapat diketahui kalau buah
dibuka. Manggis yang terkena penyakit getah kuning ini memiliki bobot lebih berat dari pada
buah yang sehat. Salah satu cara seleksi adalah dengan merendam buah dalam air. Buah yang
sehat terapung, sedangkan buah yang terkena getah kuning akan melayang. Namun cara ini tidak
disarankan karena perendaman buah dalam air menyebabkan kulit buah mengeras dan sulit
dibuka. Serangan penyakit getah kuning seringkali tidak diketahui pasti, sebelum buahnya dibuka.
Hal inilah yang justru menyulitkan dalam proses seleksi, antara buah yang benar-benar sehat dan
yang terkena getah kuning, keduanya sukar di bedakan (Kurniadhi 2004).
Penyebab Penyakit
Banyak pendapat yang muncul tentang apa penyebab dari penyakit getah kuning ini.
Hadisutrisno dalam Peni (1996) menduga getah kuning manggis ini disebabkan oleh infeksi
cendawan Fusarium sp dan Botrydiplodia sp, namun belum dapat dipastikan apakah pathogen
tersebut merupakan pathogen primer penyebab getah kuning atau hanya sebagai pathogen
sekunder. Sunarjono (1998) menyatakan bahwa getah kuning timbul akibat tusukan Helopeltis
antonii yang mengeluarkan toksin sehingga daging buah atau bekas tusukan menjadi kuning. Reza
dkk. (2000) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh aspek fisiologis, misalnya benturan
oleh angin, luka bekas gigitan serangga dan luka saat pemanenan.
Kurniadhi (2004) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat sehubungan dengan
penyakit getah kuning pada buah manggis. Ada yang menduga penyakit getah kuning merupakan
penyakit fisiologis, hal ini terjadi karena pecahnya sel-sel kulit buah yang disebabkan oleh
perubahan potensial air. Akibatnya, keluar getah bewarna kuning menempel pada daging buah.

Pendapat lain menyatakan bahwa penyakit getah kuning ini disebabkan terjadinya benturan
antara buah yang satu dengan buah yang lain, sewaktu masih dipohon maupun ketika dilakukan
pemanenan. Benturan itu menimbulkan luka pada kulit bagian dalam disusul keluarnya cairan
getah bewarna kuning. Menurut Verheij dan Coronel (1992) menyatakan bahwa keluarnya getah
kuning disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah kekeringan.
Indriani dkk. (2002) menyatakan bahwa getah kuning pada endocarp disebabkan oleh
faktor endogen (fisiologis) sedangkan pada pericarp disebabkan oleh faktor endogen dan juga
gangguan mekanis seperti tusukan atau gigitan serangga, benturan maupun cara panen. Mansyah
dkk. (2003) melaporkan bahwa kandungan Ca, K dan Zn di dalam jaringan daun dapat menekan
timbulnya getah kuning pada endocarp buah manggis.
Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat dijelaskan
melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas dinding sel sehingga tidak
mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang
tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan
internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh penyerapan
air, maka sel tersebut akan pecah. Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah
manggis sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah. Defisiensi Ca dapat
menyebabkan pecahnya struktur membran karena kehilangan senyawa yang bersifat difusi selular,
kegagalan perkembangan pucuk terminal dan ujung akar.
Pendapat lain menyatakan bahwa penyakit ini bukanlah disebabkan faktor fisiologis
ataupun hama melainkan disebabkan oleh pathogen penyebab penyakit pada tumbuhan.
Berdasarkan penelitian oleh ahli dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diperkirakan adanya
peran cendawan Fusarium oxysforum pada getah kuning. Cendawan menginfeksi buah muda
dengan bantuan kutu buah. Setelah masuk ke dalam buah, cendawan berinkubasi dalam waktu
cukup lama dan baru menampakkan gejala setelah buah matang (Kurniadhi, 2004). Melalui uji

postulat Koch pada buah manggis yang mengeluarkan getah kuning di Laboratorium Hama dan
Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hasil isolasi pada media PDA dari berbagai
bagian buah yang bergetah kuning didapatkan 5 jenis cendawan dengan bentuk dan warna koloni
yang berbeda. Semua cendawan yang diuji tidak selalu menyebabkan terjadinya getah kuning
pada buah, baik pada kulit maupun daging buah. Hal ini dapat dibandingkan dengan buah yang
tidak diperlakukan (kontrol). Pada kontrol juga ditemukan adanya getah kuning pada kulit dan
daging buah. Perlakuan Postulat Koch dengan cara tusukan dan penempelan isolat juga tidak
membuktikan bahwa cendawan yang diisolasi dari buah yang bergetah kuning adalah penyebab
munculnya getah kuning. Walaupun pada kulit buah bekas tusukan ditemukan getah kuning
namun daging buahnya tidak bergetah kuning.
Gejala getah kuning pada manggis berasosiasi dengan bakteri yang berasal dari golongan
gram positif dari genus Corynebacterium (Corynebacterium sp1, Corynebacterium sp2,
Corynebacterium sp3). Bakteri ini diduga sebagai pathogen penyebab penyakit getah kuning pada
manggis (Nurcahyani, 2005). Corynebacterium merupakan bakteri pathogen tanaman, dalam
media komplek biasanya berbentuk tidak beraturan pada fase eksponensial. Bakteri ini
menyebabkan penyakit dengan gejala puru, getah (berlendir) dan layu. Umumnya bakteri ini
berasosiasi hanya dengan satu genus tanaman inang. Ukuran koloni Corynebacterium berkisar
dari kecil (0,1-3 mm) sampai besar (5-8 mm). Morfologi koloninya bulat, cembung (convex),
tidak beraturan dan fludial. Pada media yang kaya nutrisi biasanya akan terbentuk pigmen yang
bewarna kuning atau orange, namun beberapa spesies memang tidak membentuk pigmen (Schaad
dkk., 2001).
Ukuran sel bakteri ini 0,5-0,7 x 1,0-2,0 m. bakteri ini berdiri sendiri atau berpasasangan
atau terkadang dalam rantai yang pendek. Selnya terkadang motil dan ada juga yang tidak motil.
Bakteri ini tidak membentuk spora, heterofermentatif, dapat memproduksi L (+)-lactate dari
glukosa (Holt et al, 1994). Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini 20-29oC (Bradbury,

1986) dan masih dapat tumbuh pada suhu 10oC, namun sudah tidak tumbuh pada suhu 45oC (Holt
et al, 1994).
Getah kuning yang mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epithelum penyusun
saluran getah di endocarp yang terjadi secara skizogen. Sehingga dinding sel tidak memiliki
lamela tengah dan diikuti dengan tekanan mekanik yaitu desakan petumbuhan aril dan biji ke arah
luar selama fase pembesaran buah dan tekanan osmotik serta rendahnya kandungan Ca dan pH
tanah. Hal ini kemungkinkan disebabkan oleh tekanan turgor sel, serangga, cendawan atau
bakteri. Getah kuning yang dikoleksi dari kulit batang, kulit luar buah, pericarp buah muda, aril
buah muda dan dewasa menunjukkan hasil positif terhadap senyawa triterpenoid, flavonoid dan
tanin, akan tetapi menunjukkan uji negatif terhadap senyawa alkaloid, saponin dan steroid, kecuali
getah kuning pada aril muda menunjukkan uji positif terhadap senyawa steroid (Dorly, 2009).
Pengendalian
Pengendalian penyakit getah kuning ini dapat dilakukan secara kultur teknis dengan
beberapa cara (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003)

antara lain: a). Penelitian di

Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa dengan membiarkan rerumputan disekitar tanaman
manggis pada saat buah masih muda (pentil) merupakan tindakan untuk mencegah penyakit getah
kuning. Diduga serangga yang membawa pathogen getah kuning tidak hinggap di atas tanah tetapi
hinggap pada rerumputan disekitar tanaman manggis. b). Pemeliharaan tanaman yang baik, antara
lain melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang mati/kering, pengaturan pengairan dan
perbaikan drainase kebun. c). Penanganan panen dan pasca panen dengan hati-hati agar tidak
terjadi benturan.
Hilman dkk. (2009) melakukan penelitian pemberian air pada tanaman manggis secara
tetes terus menerus disekitar perakaran tanaman selama perkembangan buah memperlihatkan
pengaruh yang tidak konsisten terhadap munculnya getah kuning pada pericarp. Pengairan secara
tetes pada manggis dapat mengurangi penyakit getah kuning manggis 36-60% di Pesisir Selatan,

tetapi di Payakumbuh malah meningkat 10-30%. Dorly (2009) melakukan penelitian dengan
tujuan melihat pengaruh pemberian kapur dolomit CaMg(CO3)2 pada berbagai dosis melalui
tanah terhadap penyakit getah kuning, sifat fisik dan kimia buah manggis.
Dosis dolomit yang diberikan 0, 18, 24 dan 34 ton/ha. Aplikasi dolomit 18 ton/ha di tahun
ke II efektif mengurangi cemaran getah kuning pada eksocarp buah manggis, namun tidak efektif
mengurangi pencemaran pada aril buah. Pemberian dolomit tidak mempengaruhi kualitas fisik
dan kimia buah. Perlakuan dolomit tahun I meningkatkan kandungan kalsium pada eksocarp
buah. Tingginya kalsium pada eksocarp menyebabkan tegarnya dinding sel penyusun kulit buah
sehingga penyakit getah kuning menjadi lebih rendah. Tetapi tingginya kalsium pada eksocarp
tidak seiring dengan kandungan kalsium pada aril buah. Selain pemberian dolomit Dorly juga
meneliti pengaruh penyemprotan berbagai kalsium (CaCl2, Ca(OH)2 dan Ca(NO3)4H20) dengan
konsentrasi yang berbeda pada buah. Perlakuan ini ada yang dikombinasikan dengan zat
pengkelat CA (Asam citrat) dan zat pengatur tumbuh NAA (asam 1-naphthalene acetic). Aplikasi
CaCl2 22,5 g/l menghasilkan kualitas buah yang layak eksport dengan daging buah tanpa getah
kuning 100%.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Buah manggis sebagai salah satu buah eksport yang berpotensi menghasilkan Devisa
Negara.
2. Buah, kulit batang maupun akar manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat diantaranya
adalah sakit perut, hipertensi
3. Penyakit getah kuning pada endocarp disebabkan oleh faktor endogen (fisiologis)
sedangkan pada pericarp disebabkan oleh faktor endogen dan juga gangguan mekanis.
4. Pengendalian penyakit getah kuning dapat dilakukan dengan irigasi tetes dan
pemeliharaan yang baik, pengapuran dengan dolomit dan penyemprotan dengan kalsium.

Saran saran
1. Perlu diperhatikan budidaya manggis untuk mendapatkan buah yang berkualitas tinggi
sehingga memenuhi kriteria eksport.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengendalian penyakit getah kuning baik
pada eksocrp maupun endocarp.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. Produksi Hortikultura. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 2005.
Chong ST. Vegetable propogation of mangosteen (Garcinia mangostana L). Act Hor:292:73-80.
1992.
Den nijs APM dan van Dijk DE. Apomixis,p.239-242. In: Haywar MD, Bosemark NO, Ramagosa
I (Eds.) Plant Breeding Principles and Prospects. London: Chapman and Hall. 1993.
Dorly. Studi Struktur Sekretori Getah Kuning Dan Pengaruh Kalsium Terhadap Cemaran Getah
Kuning Pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 2009.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian OPT Manggis.
Dirjen Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 2003.
Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia (I-IV). Badan Litbang Kehutanan. Jakarta 1988.
Hilman Y; Syah J A; Raharti R R; Bangun S I. Teknologi Pengendalian Getah Kuning Pada Buah
Manggis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 2009.
Holt JG; Kreig NR; Sneath PHA; Staley JT; Williams ST. Bergeys Manual of Determinative
Bacteriology 9th. Ed. USA: William&Wilkins. 1994.
Indriyani; NLP Lukitariati; S Nurhadi dan M. Jawal A. Studi Kerusakan Buah Manggis Akibat
Kerusakan Getah Kuning. J. Hort. 12(4):276-283. 2002.
Kurniadhi. Penyakit Getah Kuning Kendala Ekspor Buah Manggis. 2004. http://www.mitrabisnis.biz/newsview.php.id=464 (September 2010).
Mansyah E; M Jawal A; Martias; T Purnama; D Fatria. Identifikasi Faktor-faktor Penyebab
Keluarnya Getah Kuning Pada Buah Manggis. Laporan Hasil Penelitian Balitbu 2003.
Nakasone HY dan Paull RE. Tropical Fruit. Wallingford:CAB International. 1998.

Nurcahyani Y. Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Getah Kuning Pada Buah Manggis.
Skripsi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta IPB. Bogor. 2005.
Peni SP. Penyakit Getah Kuning Masih Belum Teridentifikasi. Trubus 316 (XXVII):13 1996.
Reza M; Wijaya MS; Enggis T.. Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis. Penebar Swadaya,
Jakarta. 2000
Sarwono B. Berkebun Manggis. Trubus 316 (XXVII):12. 1996.
Schaad

NW; Jones JB; Chun W. Laboratory Guide for Identification of Plant Pathogenic
Bacteria. Minnesota. APS Press. 2001.

Sunarjono H. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 1998.


Wirantaprawira WR. 2003. Manggis. http://www.unsil.net/tsm/manggis.html.(Agustus 2010)

Anda mungkin juga menyukai