Dibuat Oleh:
Monang Hariandja
(041414353004)
Annisa Widiawati
(041414353018)
Tutik Anggraeini
(041414353028)
(041414353041)
Selvy Kurniasari H
(041414353046)
BAB I
PENDAHULUAN
Maruti Suzuki India Limited adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
otomotif yang merupakan bagian dari perusahaan Suzuki Motor Corporation di Jepang.
Pada awalnya perusahaan ini masuk ke India melalui joint venture dengan pemerintah
India. Sebelum go public pada tahun 2003 perusahaan ini dikenal dengan nama Maruti
Udyog Limited (MUL), kemudian berubah nama menjadi Maruti Suzuki India Limited
(MSIL) setelahnya. MSIL memiliki 2 plant produksi yang berada di Gurgaon dan
Manesar. Total kapasitas produksi gabungan 1,5 juta mobil per tahun sampai 31
Desember 2012. Pada bulan Agustus 2012.
MSIL telah menyumbang minimal 3/10 laba sebelum pajak SMC dan 46% total output di
luar Jepang. Pentingnya operasi India bagi total operasi SMC bisa diukur dari fakta
bahwa untuk akhir tahun, 31 Maret 2012, SMC memproduksi 1,02 juta kendaraan di
Jepang, dibandingkan dengan 1,13 juta di India. MSIL memberikan kontribusi 28% laba
bersih induk Suzuki Motor di Jepang sampai 31 Maret 2012.
2010
2011
2012
289.585 358.490 347.059
35.925 31.088 21.462
24.976
22.886
16.352
86.45
79.22
56.60
Pabrik MSIL di Gurgaon dan Manesar secara keseluruhan memiliki 4.200 pekerja tetap
bulan Juli 2012. Mereka juga mempekerjakan 4.500 pekerja tidak tetap, dimana 3.500
pekerja bearasal dari 4 kontraktor pekerja. Dengan penghasilan bulanan Rs 100 juta yang
dikumpulkan 4 kontraktor untuk pekerja sementara diatur oleh kontraktor tersebut
Permintaan Buruh
Juni 2011, 13
Perusahaan
Menolak, Tidak ada pembentukan serikat
Hari
buruh baru
sampai
Oktober 2011
33 hari
February
2012
July 2012
1. Adanya pemotongan gaji sebesar 50% pada hari tersebut jika pekerja terlambat sedetik.
2. Jam istirahat yang hanya 30 menit, dengan kondisi tempat makan yang jauhnya sekitar 2km.
Sehingga pekerja selalu terburu-buru saat kembali, dan jika terlambat gaji akan dipotong
setengahnya.
3. Para pekerja dilarang untuk meninggalkan pekerjaannya walau hanya satu detik saat bekerja
di assembly line pabrik untuk menghindari mobil cacat.
4. Saat makan di kantin pekerja dilarang untuk mengobrol agar mereka dapat memusatkan
pikirannya pada pekerjaan.
Para pakar mengatakan bahwa pemotongan setengah gaji karena terlambat meski hanya 1 deitik
dianggap kejam, karena faktanya expense untuk pekerja saja tidak cukup.
MOGOK KERJA; PENYEBAB KERUGIAN PERUSAHAAN
Pada 4 Juni 2011, sekitar 2000 pekerja di pabrik Manesar MSIL mogok kerja pada saat
shift kedua, yang menyebabkan kerugian produksi sekitar 650 unit. Pabrik Manesar setiap
harinya dapat memproduksi 1.200 mobil dalam dua shift. MSIL secara terbuka menyatakan
bahwa MSIL tidak mau mengurusi adanya serikat pekerja lain. MSIL merasa sudah ada serikat
pekerja, Maruti Udyog Kamgar Union, di pabrik Gurgaon dan jika para pekerja pabrik Manesar
menginginkan serikat pekerja, para pekerja harus berada di bawah pengawasan Maruti Udyog
Kamgar Union. Namun demikian, para pekerja pabrik Manesar merasa bahwa Maruti Udyog
Kamga Union didominasi oleh pekerja pabrik Gurgaon, dan merasa masalah mereka berbeda.
Mereka juga percaya bahwa Maruti Udyog Kamgar Union kurang memperhatikan pekerja dalam
srikat sendiri, dengan mudah menyerah kepada keputusan manajemen dan masalah mereka tidak
akan diselesaikan dengan baik.
Pada 6 Juni 2011, mogok kerja berlanjut, MSIL memecat 11 pekerja, yang 8 diantaranya
pekerja kantor dari serikat kerja yang baru dibentuk. Para pekerja yang mogok menuntut 11
pekerja yang diberhentikan, dipekerjakan kembali ke perusahaan. Manajemen MSIL tidak mau
menyerah pada tuntutan pekerja yang mogok kerja, dan tidak bergerak dari lingkungan pabrik.
Pada 7 Juni 2011, pekerja mengakhiri 13 hari mogok kerja setelah menandatangani kesepakatan
dengan manajemen MSIL. Dalam kesepakatan, MSIL setuju menerima kembali 11 pekerja yang
telah dipecat. Namun untuk masalah pembentukan serikat pekerja yang kedua tetap tidak
terselesaikan. Pada 23 Juni, CEO Maruti Suzuki, Osamu Suzuki menyatakan bahwa MSIL tidak
mengakui serikat pekerja yang berbeda untuk pabrik Manesar seperti diinginkan oleh pekerja.
Mogok kerja tersebut menyebabkan kerugian Rs 4,2 milyar atau 12.600 unit Vendors yang
dimana MSIL telah kehilangan Rs 300 juta setiap hari, yang menyebabkan kerugian keseluruhan
sebesar Rs 7,2 milyar.
AKIBATNYA
Setelah kerusuhan tersebut, pabrik Manesar mendapatkan pengawasan berkelanjutan oleh
kepolisian Haryana dengan beberapa ratus polisi berada di lokasi. Polisi setempat menahan 144
dari 546 tersangka yang meliputi 12 pimpinan serikat pekerja. Shinzo Nakanishi (Nakanishi),
MD dan CEO MSIL, menyatakan bahwa Maruti Suzuki Workers Union tidak akan diakui.
Mengejutkan bagi kita semua. Kita telah mengalami pemogokan buruh di masa lalu, namun apa
yang terjadi pada Rabu itu adalah kriminal, katanya. MSIL melaporkan kehilangan seperti dari
1.528 pekerja tetap di Manesar karena ikut serta dalam kekerasan 18 Juli.
Pengamat industri mempertanyakan mengapa manajemen MSIL tidak tahu timbulnya
masalah. Para pekerja berada dalam tekanan besar; kompensasi keuangan rendah, target
pekerjaan begitu kaku, kurang ada kesempatan dengan manajemen. MSIL juga menyuap para
wakil serikat pekerja, mencabut hak pekerja untuk bersuara, katanya. Menurut Pravat
Chaturvedi, mantan sekretaris tenaga kerja di pemerintah pusat, kerusuhan tidak akan meledak di
pabrik Manesar jika perbedaan pendapat diarahkan oleh pimpinan yang berpengalaman. Inilah
waktu ketika anda membutuhkan beberapa bantuan berpengalaman mengarahkan para pekerja
muda, yang tidak pernah dilakukan oleh manajemen, imbuhnya. Mengisyaratkan bahwa
kekerasan di Manesar disebabkan karena kekosongan dalam fungsi hubungan industri dalam
perusahaan, SY Siddiqui, COO (Administrasi) MSIL mengungkapkan, Perlu ada pemahaman di
tingkat dewan, diantara top manajemen dan kepemimpinan, yang tidak bisa hanya diserahkan
kepada departemen IP.
Rumusan masalah
1. Apakah Managemen tidak bisa menangkap pergolakan yang terjadi?
2. Bagaimana tindakan untuk menghindari hal tersebut terjadi.
3. Apakah ada tindakan yang menyimpang dalam pelaksanaan GCG pada MSIL?
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Hubungan Industrial
2.1.1. Pengertian
Hubungan Industrial berawal dari adanya hubungan kerja yang lebih bersifat
individual antara pekerja dan pengusaha. Pengaturan hak dan kewajiban pekerja
diatur melalui perjanjian kerja yang bersifat perorangan. Perjanjian kerja ini
dilakukan pada saat penerimaan pekerja, antara lain memuat ketentuan mengenai
waktu pengangkatan, persoalan masa percobaaan, jabatan yang bersangkutan, gaji
(upah), fasilitas yang tersedia, tanggungjawab, uraian tugas, dan penempatan kerja.
Di tingkat perusahaan pekerja dan pengusaha adalah dua pelaku utama dalam
kegiatan Hubungan Industrial.
Hubungan Industrial adalah sistem Hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh dan pemerintah didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undangundang 1945 (UU 13/2003). Secara sederhana, pengertian mengenai Hubungan
Industrial adalah sebuah sistem hubungan yang terbangun atau terbentuk antara para
pelaku proses produksi barang dan/atau jasa, baik internal maupun eksternal
perusahaan (Payaman J. Simanjuntak,2009). Pihak-pihak yang terkait di dalam
hubungan ini terutama adalah pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang kemudian
diistilahkan sebagai tripartit. Dalam proses produksi pihak-pihak yang secara fisik
sehari-hari terlibat langsung adalah pekerja/buruh dan pengusaha (operator),
sedangkan pemerintah terlibat di dalam hal-hal tertentu saja terutama yang berkaitan
dengan atau sesuai kewenangannya (regulator).
2.1.2. Prinsip Hubungan Industrial
Mengingat sedemikian banyak kepentingan dari berbagai pihak terhadap
perusahaan, maka sangat penting untuk menjamin keberlangsungan usaha yang
didukung oleh adanya hubungan industrial yang baik, terutama antara pengusaha
dengan pekerja. Di atas segalanya, haruslah dibangun kesadaran bahwa hubungan
industrial harus didasarkan atas kepentingan bersama, kepentingan semua unsure atas
keberhasilan dan keberlangsungan perusahaan. Berikut ini adalah enam prinsip
hubungan industrial:
1. Pengusaha dan Pekerja, demikian pula pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama memiliki kepentingan atas keberhasilan dan
keberlangsungan perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus
mampu untuk melakukan tanggung jawabnya secara maksimal dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari. Pekerja atau serikat pekerja harus
dapat membuang jauh-jauh kesan bahwa perusahaan hanya untuk kepentingan
pengusaha. Demikian pula pengusaha harus menempatkan pekerja sebagai
partner dan harus membuang jauh-jauh kesan memberlakukan pekerja hanya
sebagai faktor produksi.
2. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Semakin banyak
perusahaan yang membuka usaha baru, maka semakin banyak pula kesempatan
lapangan kerja yang akan memberikan penghasilan bagi banyak pekerja.
Semakin banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan produktifitasnya, maka
semakin banyak pula pekerja yang meningkat penghasilannya. Dengan demikian
pendapatan nasional akan meningkat dan kesejahteraan masyarakat akan
meningkat pula.
3.
4.
5.
6.
4.
BAB 3
PEMBAHASAN
ANALISA KASUS :
Sebelum terbentuk/diakuinya Serikat pekerja pabrik Manesar :
1. Dengan menurunnya market share perusahaan Maruti Suzuki dalam beberapa tahun
terakhir, menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi dengan pada berbagai biaya,
salah satunya degan cara mengurangi labor cost, dimana terjadi perubahan kebijakan
hubungan industrial dengan lebih banyak menggunakan sistem kontrak kerja (PKWT)
dibandingkan menggunakan karyawan tetap (PKWTT). Menggunakan upah buruh yang
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan kontrak kerja permanen.
2. Penerapan kebijakan ini pada dasarnya sudah lazim diberlakukan pada perusahaan dalam
industri yang sama di India. Hal ini dikarenakan ada data dari Reserve Bank of India
(seperti Bank Indonesia) yang mengumumkan Inflation Expectations Survey. Dimana
dalam laporan tersebut menyebutkan perkiraan inflasi periode bulan Maret 2009 Maret
2012 akan terjadi peningkatan dari 5,3 % menjadi 11,7 % (quarter to quater) dan 6,2 %
menjadi 12,5 % (year to year).Akumulasi dari upah murah dan inflasi yang tinggi
menyebabkan nilai uang yang diterima oleh buruh jauh lebih kecil, sehingga
menyebabkan ketidakpuasan di kalangan buruh.
Starting Average Salary of Maruti Suzuki Plant
Manesar
Gurgaon
Permanent Worker
Temporary Worker
gurgaon
Maruti Udyog Kamgar Union mudah menyerah kepada manajemen dan masalah
mereka tidak akan diselesaikan dengan benar
Serikat pekerja yang otonom akan mampu memperbaiki nasib dan kesejahteraan
yang diterima pekerja tetap, atau pekerja tetap bisa menggunakan fasilitas bus.
Perbedaan perlakuan antara para pekerja. Pekerja kontrak dengan skill harus
mengabdi dulu satu tahun sebagai pekerja magang dan 3 tahun sebagai latihan
sebelum menjadi pekerja tetap. Namun demikian, tidak ada perbedaan jenis tugas
melakukan hal yang sama, pekerja di Jepang mendapatkan sekitar US$40 per jam
Usia rata rata pekerja di maruti 20 tahun sedangkan di pabrik gurgaon 40 tahun
Terdapat tekanan dari pihak manajemen kepada pekerja MSIL di Manesar,
sebagai contohnya pemotongan gaji pekerja sebesar 50% bagi yang terlambat.
Kondisi kerja yang tidak mendukung, baik tempat kerja yang tidak layak dan
tidak sesuai dengan target yang diinginkan oleh perusahaan