Anda di halaman 1dari 4

1

Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kanker lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa lambung,


dengan angka prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker yang ada, dan
menempati urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat kanker di dunia.1,2,3,4,5
Setiap tahunnya sekitar 880.000 orang yang terdiagnosa sebagai kanker lambung, dan
700.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit ini.1,2,3,4,6

Insidensinya bervariasi dan berhubungan dengan letak geografi. Enam puluh


persen kanker lambung terdapat di Negara yang sedang berkembang. Angka insidensi
yang tertinggi ditemukan di Asia bagian Timur, pegunungan Andes Amerika Selatan
dan Eropa bagian Timur, sementara insidennya paling rendah di Amerika Utara dan
Eropa Bagian Utara.1

Di Jepang, Chili, Costa Rica dan Eropa bagian Timur, insidensinya meningkat
hingga lebih dari 20 kali dibandingkan Amerika Utara, Eropa bagian Utara, Afrika dan
Asia Tenggara. Program skrining endoskopik terhadap massa telah berhasil
menurunkan insidensi yang tinggi seperti di Negara Jepang, dimana hampir 35% kasus
baru terdeteksi sebagai kanker dini lambung, dimana pertumbuhan tumor masih
terbatas pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung. Namun, program skrining ini
membutuhkan biaya yang tinggi sehingga bukan merupakan cost-effective pada
daerah dengan insidensi rendah, dan kasus yang terdeteksi sebagai kanker dini
lambung hanya di bawah 20% seperti Amerika Utara dan Eropa bagian Utara.
Walaupun perbedaan penurunan angka mortalitas pada berbagai daerah belum jelas,
namun penurunan insiden kanker lambung yang telah dilaporkan pada berbagai Negara

Universitas Sumatera Utara

bagian Barat lainnya, menyokong bahwa faktor lingkungan dan diet ikut berperan
dalam perkembangan kanker lambung.1,3,8

Sejak ditemukannya Helicobacter pylori oleh Dr. Warren dan Marshall pada tahun
1983, telah terjadi perubahan di dunia kedokteran terutama dalam bidang
gastroenterologi.2,4,5,6,9 Infeksi Helicobacter pylori, dengan berbagai keragaman
insidensi terjadi di seluruh dunia. Prevalensi pada orang dewasa berkisar < 15-100%
pada daerah yang sedang berkembang, dan pada umumnya menginfeksi pada usia yang
lebih muda dibandingkan Negara yang sudah berkembang. Ini berhubungan dengan
status sosioekonomi yang rendah.4 Infeksi Helicobacter pylori, merupakan ko-faktor
yang penting dalam perkembangan kelainan saluran pencernaan bagian atas seperti
tukak duodenum maupun lambung (1-2% dari pasien yang terinfeksi), infeksi
Helicobacter pylori juga dapat merangsang terjadinya perubahan fenotip yang
mengawali perkembangan kanker lambung (0,1-3%) serta MALT-oma lambung
(Gastric mucosa-associated lymphoid-tissue lymphoma, <0,01%).5,6

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dilaporkan bahwa pasien yang
terdapat antibodi anti-Helicobacter pylori di dalam serumnya selama lebih dari 10
tahun berisiko menderita kanker lambung. Helicobacter pylori merupakan patogen
lambung yang penting di dalam berbagai langkah kaskade karsinogenik. Proses prekanker yang panjang, seperti gastritis kronik-gastritis atrofi yang multifokal-metaplasia
intestinal dan neoplasia intra-epitel dibutuhkan dalam perkembangan kanker lambung.
Secara

epidemiologi

telah

terbukti

bahwa

perkembangan

kanker

lambung

adenokarsinoma mempunyai hubungan yang penting terhadap infeksi Helicobacter


pylori.2

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah

Karsinogenesis lambung merupakan proses yang multistep dan melibatkan


kelainan genetika secara umum maupun spesifik yang dapat merangsang perubahan
sifat sel secara progresif. Gastritis kronik yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter
pylori, mempunyai insidensi yang paling tinggi. Karena kanker lambung mempunyai
prognosis yang jelek, dan salah satu strategi utama yang berguna untuk klinik adalah
menemukan secara dini infeksi Helicobacter pylori lambung penderita yang
mempunyai keluhan secara klinis. Salah satu cara menemukan infeksi Helicobacter
pylori adalah pada jaringan biopsi lambung yang didapat pada saat melakukan
pemeriksaan

endoskopi.

Namun

pada

pemeriksaan

histopatologi,

penemuan

Helicobacter pylori yang berupa organisme eosinofilik batang sedikit melengkung


sulit diidentifikasi dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin karena mirip dengan cairan
mukus di lambung, Dan selama pengobatan, organisme ini dapat berubah bentuk
berupa huruf U, melingkar, bentuk batang yang ireguler maupun kokoid. Bentuk ini
menyerupai bakteri non-patogen, spora jamur dan cryptosporidia. Untuk diagnosa
yang pasti digunakan pewarnaan imunohistokimia.4

1.3. Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan insidensi penemuan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis di
lambung dengan pewarnaan histokimia Giemsa dan imunohistokimia Helicobacter
pylori.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Menemukan insidensi infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis di lambung


dengan pewarnaan Giemsa dan pewarnaan imunohistokimia Helicobacter pylori

Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Tujuan Khusus


Melihat gambaran karakteristik penderita gastritis.
Menemukan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis dengan pewarnaan
histokimia Giemsa.
Menemukan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis dengan pewarnaan
imunohistokimia Helicobacter pylori.
Melihat perbedaan hasil perwarnaan histokimia Giemsa terhadap tampilan
imunohistokimia Helicobacter pylori dalam mendiagnosa infeksi Helicobacter
pylori pada lesi gastritis.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi indikator penemuan infeksi
Helicobacter pylori pada sediaan biopsi jaringan lambung.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan prognosis
pasien dengan lesi gastritis.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai