Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Terkait


1.

Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding
pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait
dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteriarteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun
sampai ke arteriol. Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan ini
sedemikian rendah sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup
pembuluh ini dan mendorong darah keluar. Di dalam vena tekanan
darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena
besar yng mendekati jantung

terdapat gaya isap (suction), yakni

tekanan negative (bukan positive), akibat gaya isap yang dihasilkan


jantung ketika ruangan-ruangan di dalamnya relaksasi.
Tekanan darah pada arteri bervariasi menurut denyut jantung.
Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan
sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan
diastolik). (Roger Watson, 2002). Tekanan darah adalah kekuatan yang
digunakan oleh darah yang bersirkulasi pada dinding-dinding dari
pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari tanda-tanda vital
yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,
kecepatan pernafasan, dan temperature. Tekanan darah dihasilkan oleh
jantung yang memompa darah ke dalam arteri-arteri diatur oleh respon
arteri-arteri pada aliran darah.
Tekanan darah perorangan dinyatakan sebagai tekanan darah
sistolik/diastolik, contohnya 120/80. Tekanan darah sistolik (angka
yang diatas) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung
berkontraksi dan memompa darah ke dalamnya. Tekanan darah
diastolik (angka yang di bawah) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika
otot jantung mengendur (relax) setelah ia berkontraksi. Tekanan darah

selalu lebih tinggi ketika jantung sedang memompa daripada ketika ia


sedang mengendur (relax).
Tekanan darah diastolik bagi kebenyakan kaum dewasa yang
sehat adalah antara 90 dan 120 milimieter air raksa (mmHg). Tekanan
darah diastolik normal adalah antara 60 dan 80 mmHg. Petunjukpetunjuk sekarang ini menentukan tekanan darah normal lebih rendah
dari 120/80. Tekanan darah di atas 130/80 dipertimbangkan tinggi.
Tekanan darah tinggi meningkakan resiko mengembangkan penyakit
jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri-arteri (aterosklerosis),
kerusakan mata dan stroke. (Muhammadun AS, 2010).
Cara pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu:
a.

Cara Palpasi (metode Riva Rocci)


Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan
manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila
manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh
pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset
kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri
radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam
manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa
perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat
dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan
darah sistolis. Dengan metode ini tidak dapat ditentukan tekanan
darah diastole. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan
auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolis yang
diharapkan.

b.

Cara Auskultasi
Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter
Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan
diastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar
(auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut

bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen


dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri
tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa
terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat
meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga
tekanannya melebihi tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi).
Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan
stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mulamula tidak
terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk
yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset
sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi
Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda, yaitu:
a) Fase I; Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang
jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan neburun
10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
b) Fase II; Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama
penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya.
c) Fase III; Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi
lebih jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg
berikutnya.
d) Fase IV; Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6
mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.
Permulaan dari Fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar
merupakan tekanan sistolik. Permualaan Fase IV atau Fase V
merupakan tekanan diastolik, dengan perbadaan sebagai
berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7- 10 mmHg lebih tinggi
daripada tekanan diastole intra arterial yang diukur secara
langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati
tekanan diastolik intra arterial pada keadaan istirahat. Pada
keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran
darah, maka Fase V lebih tepat digunakan sebagai Index
tekanan diastolik.

c.

Cara Osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi air raksa pada manometer.
Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi
tekanan sistolis yang ditentukan dengan metode Riva Rocci.
Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan
air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer
menunjukkan tekanan sistole. Tekanan manset terus diturunkan
sampai osilasi menghilang yang menunnjukkan tekanan diastole.

2.

Konsep Hipertensi
a.

Pengertian
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten
dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi pada populsi lansia
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya
90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC)VI sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sitolik 160mmHg dan
tekanan diastolik 90mmHg, (Smeltzer, 2001).

10

b.

Klasifikasi
1)

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (dikutip dari


Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sekejap, Muhammadun AS, 2010, hal.19)
Table 2.1
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
Tekanan

Tekanan

darah

darah

sistolik

diatolik

Kategori

Normal

Di bawah 130 Di bawah 85


mmHg

mmHg

130-139

85-89

(hipertensi 140-159

90-99

(hipertensi 160-179

100-109

(hipertensi 180-209

110-119

(hipertensi 219

Normal Tinggi
Stadium
ringan)
Stadium
sedang)
Stadium
berat)
Stadium
Maligna)

mmHg 120

atau lebih

mmHg

atau lebih

(Muhammadun AS, 2010)

11

2)

Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut badan


kesehatan dunia WHO (dikutip dari Hipertensi Pengenalan,
Pencegahan, dan Pengobatan,

dr. Iskandar Junaidi, 2010,

hal.5)
Table 2.2
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Tekanan

Tekanan

sistolik

diastolik

(mmHg)

(mmHg)

Tensi optimal

<120

<80

Tensi normal

<130

<85

Tensi normal tinggi

130-139

85-89

Tingkat

140-159

90-99

140-149

90-94

hipertensi

160-179

100-109

Tingkat 3: hipertensi berat

180-209

110-119

Hipertensi sistolik isolasi

140

<90

140-149

<90

210

120

Kategori

1:

hipertensi

ringan
Subgroup: batas
Tingkat

2:

sedang

Subgroup: batas
Tingkat

4:

hipertensi

Maligna
(dr. Iskandar Junaidi, 2010)

12

3)

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa >18 tahun


menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VI
Table 2.3
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa >18 tahun
menurut Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure / JNC VI
Tekanan
Kategori

darah sistolik
(mmHg)

Tekanan
darah
diastolik
(mmHg)

Optimal

<120

<80

Normal

<130

<85

130-139

85-89

Derajat 1 (ringan)

140-159

90-99

Derajat 2 (sedang)

160-179

100-109

180

110

140

<90

Normal Tinggi
Hipertensi

Derajat 3 (berat)
Hipertensi

sistolik

terisolasi

c.

Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar, yaitu: (Gunawan, 2001)
1) Hipertensi Esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yng
tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita
hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder.

Meskipun

hipertensi primer

beum diketahui

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa

13

factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor


tersebut adalah sebagai berikut:
a) Factor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebi besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri Perseorangan
Ciri

perseorangan

yang

mempengaruhi

timbunya

hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka


tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih
tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi
dar 30gr), kegemukan atau obesitas yang diakibatkan dari
makan berlebih, stress, serta pengarih lain seperti
merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednisone, dan epineprin).

2) Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh


penyakit lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder, antara lain:
a) Penyakit Ginjal
(1) Stenosis arteri renalis
Stenosis arteri renalis disebabkan oleh penyempitan
arteri renalis yang menyebabkan penurunan tekanan
perfusi, hipertensi, dan penurunan ukuran ginjal.
Stenosis arteri renalis ini biasanya dipicu ole hetero
sklerosis.

14

(2) Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu
atau kedua ginjal. Eschericia coli merupakan bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar
menjadi penyebab dari 90% infeksi ginjal di luar
rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di
rumah sakit. Infeksi ini biasanya berasal dari daerah
kelamin yang naik ke kandung kemih.

(3) Glomerulonefritis
Glomerulonefritis

merupakan penyebab penyakit

gagal ginjal yang disebabkan adanya kelainan pada


glomerulus

ginjal.

Glomerulonefritis

merupakan

peradangan yang dimulai dari glomerulus dan


bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria.

(4) Tumor-tumor ginjal


Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran
kemih tumbuh dan membelah secara wajar. Tetapi,
terkadang sel-sel muai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru yang tidak diperlukan
tubuh. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu
massa yang terdiri jaringan berlebihan yang dikenal
sebagai tumor. Sel-sel tumor tersebut akan merusak
sel-sel disekitarnya sehingga mengganggu kerja
ginjal.

(5) Penyakit ginjal polikista


Penyakit ginjal polikista adalah suatu penyakit
keturunan yang mana pada kedua ginjal ditemukan
banyak kista. Ginjal menjadi lebih besar, tetapi hanya
sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi.

15

(6) Trauma pada ginjal


Trauma ginjal adalah kecederaan pada sistem urinaria.
Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar,
thoraks,

badan

mempunyai

vertebra,

mobilitas

yang

dan

viscera,

besar

ginjal

yang

dapat

mengakibatkan kerusakan organ ginjal. Trauma sering


disebabkan kerena jatuh, kecelakaan lalu lintas, Jika
tusuk, dan luka tembak.

(7) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal


Terapi penyinaran ini biasanya digunakan untuk
mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar
ke tulang.

b) Kelainan Hormonal
(1) Hiperaldosteronisme
Hiperaldosteronisme

merupakan

suatu

keadaan

kelebihan aldosteron yang mempengaruhi kadar


natrium, kalium, bikarbonat, dan klorida dalam darah
yang menyebabkan tekanann darah tinggi, kelemahan,
dan terkadang menyebabkan kelumpuhan periodik.
Hiperaldosteronisme dapat disebabkan oleh suatu
tumor

pada

kelenjar

hiperaldosteronisme

adrenal.

merupakan

respon

Terkadang
terhadap

penyakit tertentu. Sebagai contohnya kelenjar adrenal


melepaskan sejumlah besar aldosteron jika tekanann
darah sangat tinggi atau jika arteri yang membawa
darah ke ginjal menyempit.

(2) Sindroma Cushing


Sindroma

Cushing

merupakan

penyakit

yang

disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol. Penyakit

16

ini ditimbulkan ketika kelenjar adrenal pada tubuh


terlalu banyak memproduksi hormon kortisol. Selain
itu, penyakit ini juga dapat disebabkan kerena
seseorang mengkonsumsi banyak obat-obatan yang
mengandung kortikostreroid.

(3) Feokromositoma
Feokromositoma merupakan suatu tumor yang berasal
dari

sel-sel

kromafin

kelenjar

adrenal.

Feokromositoma dapat menyebabkan pembentukan


katekolamin

yang

berlebihan.

Katekolamin

merupakan hormon yang menyebabkan tekanann


darah tinggi. Katekolamin terdiri dari hormon
adrenalin (epinefrin), norepinefrin, dopamine, dan
dopa. Semua ini dapat merangsang tekanan darah
tinggi. Feokromositoma terjadi pada kurang dari 1 di
antara 1000 orang. Dapat terjadi pada pria maupun
wanita pada berbagai macam usia, tetapi paling sering
terjadi pada usia 30-60 tahun.

c) Obat-obatan
(1) Pil KB
Pil KB sering digunakan untuk mengatur masa
menstruasi sesuai keinginan. Pemakaian pil KB
meningkatkan kejadian tromboemboli dan gangguan
pembuluh darah otak. Tromboemboli terjadi akibat
perubahan sistem pembekuan darah oleh estrogen, di
samping

efek

progesteron.
meningkatkan

aterosklerosis

Penggunaan

pil

aterosklerosis

oleh
KB

pengaruh

tidak

maupun

hanya

hipertensi.

Namun lebih jauh, ini akan meningkatkan potensi


dideritanya penyakit jantung koroner. Penggunaan

17

estrogen dan progesteron tambahan dalam dosis


rendah dapat mengurangi resiko tersebut, tetapi tidak
akan menghilangkannya.

(2) Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah hormon yang diproduksi oleh
korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi
volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, dan
resistensi tubuh.

(3) Siklosporin
Siklosporin adalah salah satu obat yang tergolong
imunosupresan yang relatif tidak menimbulkan efek
samping terlalu berat. Obat ini bekerja lebih selektif
terhadap sel lomfosit T tanpa menekan seluruh
imunitas tubuh.

(4) Eritropoetin
Eritropoetin berperan dalam pembekuan sel eritrosit
melalui

proses

eritropoesis.

Dalam

proses

pembentukan sel darah merah, rangsangan oleh


eritropoetin dalam jumlah yang amat kecil saja akan
merangsang sel unipotensila yang committed untuk
segera membelah diri dan berdiferensiasi menjadi
proeritroblas. Pada proses selanjutnya akan terbentuk
eritrosit.

(5) Kokain
Kokain berupa alkaloid yang didapatkan dari tanaman
Erythroxylon coca. Pada penggunaan dosis tinggi,
dapat

menimbulkan

gejala

intoksitasi

seperti

gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang

18

impulsif

dan

peningkatan

aktivitas

psikomotor

Takikardia Hipertensi Midriasis.

(6) Penyalahgunaan alkohol


Alkohol meningkatkan keasaman darah sehingga
kekentalan darah meningkat. Hal tersebut memaksa
jantung

bekerja lebih keras dan menyebabkan

hipertensi.

d) Penyebab Lainnya
(1) Koartasio aorta
Koartasio aorta adalah suatu keadaan ketika terdapat
kontriksi atau penyempitan dari aorta. Darah tidak
secara bebas mengalir ke seluruh tubuh sehingga
terjadi

peningkatan

pembuluh

darah.

Untuk

penanganan koartasio aorta dapat dilakukan operasi,


tanpa harus membuka jantung saat opeerasi. Kasus ini
dapat sering ditemukan pada wanita dengan Turner
Syndrome.

(2) Preeklampsia pada kehamilan


Preeklampsia merupakan hipertensi pada ibu hamil
yang disertai dengan proteinuria. Biasanya hipertensi
ini terjadi pada minggu ke-20.

(3) Porfiria intermiten akut


Porfiria intermiten akut adalah profiria hepatik yang
disebabkan karena kekurangan enzim porfobilinogen
deaminase. Serangan ini dapat dicegah dengan
mempertahankan asupan makanan yang baik dan
mengindari penggunaan obat-obatan yang memicu
serangan.

19

(4) Keracunan timbal akut


Timbal (Pb) merupakan suatu unsur logam berat yang
bersifat toksik. Keracuan timbal akut biasany terjadi
kerena masuknya senyawa timbal yang larut dalam
asam atau inhalasi uap timbal.

d.

Tanda dan Gejala


Hipertensi tidak memberikan gejala atau symptom pada
tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala
terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar dan telinga
berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda
tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal
bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki
tanda-tanda dan gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan
seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut,
yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan
sakit kepala, pusing, nafas pendek, pandangan mata kabur (karena
adanya kerusakan pada otak, mata jantung dan ginjal), dan
gangguan tidur, serta terkadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengakkan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera. (Tekanan Darah Tinggi,
2009).

e.

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

20

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.


Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana

dengan

dilepaskannya

norepinefrin

mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan


ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi.

Medula adrenal

mengsekresi

epinefrin

yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol


dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah.

Konsekuensinya,

aorta

dan

arteri

besar

berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang


dipompa

oleh

jantung

(volume

sekuncup),

mengakibatkan

21

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer


(Smeltzer, Bare, 2002).
(http://alinmaliando.blogspot.com/2009/01/patofisiologi.html)

Skema 2.1
Patoflow Hipertensi

22

f.

Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan tinggi
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah
non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurnag. Arteriarteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan
kehilangan elastisitasnya sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerosis tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen
ke

miokardium atau

apabila

terbentuk

trombus

yang

menghambat aliran darah melalui arteri koroner. Karena


hipertensi kronik dan hipertrofi ventirkel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Hipertrofi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung dan peningkatan pembentukan pembekuan.

3) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi kerena kerusakan progresif
akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu
glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir
ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin
sehingga

tekanan

osmotik

koloid

plasma

berkurang

23

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi


kronik

4) Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke dalam ruangan interstitium di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma
serta kematian.

g.

Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah mordibitas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1) Terapi Non-Farmakologis
Pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan
diet rendah garam, kolesterol, dan lemak jenuh, melakukan
relaksasi, olahraga, berhenti merokok, dan mengurangi
konsumsi alkohol. Selain pengobatan nonfarmakologis yang
telah disebutkan diatas, ada banyak buah dan bahan alami yang
dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa diantaranya
seperti disebutkan dibawah ini:
a) Mentimun
Buah berbentuk lonjong dan berbiji ini sering diajdikan
sebagai

lalapan

menggunakannya

dan

acar.

sebagai

Beberapa
masker

orang

untuk

juga

merawat

kecantikan wajah. Sementara itu manfaat yang tidak kalah


penting dari mentimun adalah kemampuannya membantu
menurunkan

tekanan

darah.

Kandungan

potasium,

magnesium, dan fosfor dalam timun efektif mampu

24

mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun jiga bersifat


diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga
membantu menurunkan tekanan darah.

b) Semangka
Kandungan air dan kalium yang tinggi dalam semangka
sangat bagus untuk penderita hipertensi. Selain itu,
senyawa aktif kukubositrin pada biji semangka dapat
memacu kerja ginjal dan menjaga tekanan darah agar tetap
normal.

c) Seledri
Kandungan pthalides dan magnesium dalam seledri baik
untuk melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri.
Selain itu, pthalides dapat mereduksi hormon stress yang
dapat meningkatkan darah. Masyarakat China sudah lama
mengkonsumsi seledri untuk menurunkan tekanan darah.
Dikarenakan seledri juga mengandung apigenin yang
sangat

bermanfaat

untuk

mencegah

penyempitan

pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.

d) Bawang Putih
Bawang putih dapat menurunkan tekanan darah karena
mengandung adenosin, yang dapat merilekskan otot.

e) Mengkudu
Mengkudu mengandung zat scopoletin yang bekerja
mengikat serotonin, zat penyebeb terjadinya kontraksi
pembuluh darah atau hipertensi. Zat ini dapat melebarkan
pembuluh

darah

yang

menyempit

sehingga

dapat

menurunkan tekanan darah tinggi. Dalam jangka waktu

25

panjang mengkudu juga dapat menjaga stabilitas tekanan


darah normal pada penderita diabetes.

2) Terapi Farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On
Detection, Evaluation and Treatment of high Blood Pressure)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, beta-blocker, antagonis
kalsium, atau ACE Inhibitor dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit ain yang ada pada penderita. Kelas-kelas obat utama
yang dapat digunakan untuk mengendalikan tekanan darah
adalah:
a) Duiretik
Diuretik merupakan obat pilihan pertama bagi penderita
hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh melalui
urine. Diuretik juga lebih peka terhadap sodium seperti
kaum lansia. Diuretik dikelompokkan kedalam tiga
kelompok, yaitu Thiazide (Aprinox, Cloride, Lorvas,
Enduron, Metenis-5), Kelompok Loop (Bumet, Lasix,
Salinex) dan kelompok penghemat potassium (Amimide,
Frumil, Fruselac, Frusemene). Efek samping dari diuetik
adalah meningkatkan frekuensi miksi.

b) Beta Blocker
Obat golongan beta blocker dapat menyembuhkan
hipertensi dan menghalangi berbagai efek hormon
norepinephrine yang menyebabkan jantung berdetak lebih

26

kencang dan vasokontirksi pembuluh darah. Yang


termasuk golongan beta blocker antara lain Acebutolol
(sectrol), Nadolol (Corgard), dan Propanolol (Beta block,
Indegal, Ciplar, Betalong). Efek samping yang paling
sering ditimbulkan adalah lelah dan berkurangnya
kekuatan aktivitas fisik.

c) ACE Inhibitor
Obat-obat

ini

Angiotensin

beraksi

dan

dengan

mencegah

memberikan

produksi

kesempatan

bagi

bradikinin untuk menjaga pembuluh darah tetap dalam


keadaan

vasodilatasi.

ACE

Inhibitor

mencakup

Benazepril, Captropril, Enalapril, Lisinopril, dan Ramipril.


Efek samping dari pemberian ACE Inhibitor adalah batuk
kering.

d) Angiotensin II Receptor Blocker


Obat-obat ini menghalangi aksi Angiotensin II dan tidak
meningkatkan bredikinin. Contoh nya adalah Angizaar
dan Valsartan. Efek samping dari pemberian Angiotensin
II Receptor Blocker antara lain, hidung tersumbat, nyeri
punggung dan kaki, insomnia, dan gangguan pencernaan.

e) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan mencegah kalsium
masuk kedalam sel otot namun tidak mempengaruhi
kalsium yang digunakan untuk pembentukan tulang.
Berdasarkan

aksinya

antagonis

kalsium

menjadi aksi jangka pendek dan jangka panjang.

f)

Alpha Blocker

dibedakan

27

Alpha blocker memperlambat waktu yang dibutuhkan oleh


tubuh untuk merespon perubahan-perubahan alami dalam
tekanan darah saat bergerak dari posisi duduk atau tidur ke
posisi berdiri, sehingga pada awal pemberian biasanya
dalam dosis rendah dan diminum sebelum tidur. Efek
samping yang mungkin terjadi antara lain sakit kepala,
denyut jantung berdebar keras, mual dan lemah.

g) Vasodilator Langsung
Obat ini digunakan untuk pengobatan kasus hipertensi
yang sulit diatasi kerana tidak memberi respon terhadap
antihipertensi lain. Obat ini bekerja pada otot-otot dinding
arteri yang menghalangi otot-otot tersebut mengkerutkan
dinding arteri. Obat-obat

ini

meliputi Hydralazine

(Neprosol) dan Minoxidil (Mintop). Efek samping yang


ditimbulkan adalah peningkatan denyut jantung dan
retensi urine.

3.

Faktor-faktor Yang berhubungan dengan Perkembangan Penyakit


Hipertensi
Ada beberapa macam faktor yang berhubungan dengan perkembangan
penyakit hipertensi, antara lain:
a.

Daya tahan tubuh terhadap penyakit


Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan
gizi, aktivitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh
kesibukan juga membuat orang kurang berolah raga dan berusaha
mengatasi stressnya dengan merokok, minum alkohol, atau kopi
yang mengandung kafein sehingga daya tahan tubuh menurun dan
memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

28

b.

Genetis
Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam
lingkungan dan kebiasaan makan yang sama. Pada 70-80% kasus
hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang
tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),
apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
hipertensi.

c.

Umur
Penyebaran hipertensi menurut umur agaknya terdapat kesepakatan
dari para peneliti di Indonesia.
Tabel 2.4
Frekuensi hipertensi menurut golongan umur
No

Golongan umur (Tahun)

Prevalensi (%)

1.

20-29

6,10

2.

30-39

6,70

3.

40-49

10,10

4.

50-59

10,20

5.

Di atas 60

13,00

6.

Seluruh umur

8,60

*)Dikutip dan disederhanakan dari: Survei hipertensi pada suatu


pedesaan; Boedi Rahardjo, dkk, 1974
(Muhammadun, AS, 2010)
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahunan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 5560 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. Tetapi diantara usia tersebut, justru bagi wanita
(setelah mengalami menopause) berpeluang lebih besar. Para pakar

29

menduga perubahan hormonlah yang berperan dalam terjadinya


hiperensi dikalangan wanita usia lanjut. Namun, untuk sekarang ini
penyakit hipertensi tidak lagi memandang golongan umur.

d.

Jenis kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan
pada perempuan, tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada masa premenopause, wanita relatif
terlindungi dari penykit kardiovakular oleh hormon estrogen
sedangkan kadar estrogen menurun setelah menopause. Perempuan
> laki-laki pada usia > 50 tahun, laki-laki > perempuan pada usia <
50 tahun.

e.

Adat Kebiasaan
Kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi
orang tersebut seperti:
1) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras
dalam situasi penuh tekanan, dan stress yang berkepanjangan
adalah hal yang paling umum serta kurang berolahraga, dan
berusaha mengurangi stressnya dengan merokok, minum
alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar
penyebab yang dapat meningkatkan resiko hipertensi.

2) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk


memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang angka
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita
terbiasa mengkonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dll).

30

3) Pola makanan yang salah, faktor makanan modern sebagai


penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam
jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena
mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
Tujuan dari pola makan sehat adalah untuk menurunkan
dan mempertahankan berat badan ideal, sehingga dianjurkan
untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan kebutuhan
energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang
mengandungn kalori tinggi, serta kandungan gula dan lemak
yang terlalu tinggi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap
individu berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing, dan
untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat,
kebutuhan kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Tabel 2.5
Angka Kecukupan Gizi (Kkal/hari)

Jenis
kelamin

Ringan

Sedang

Berat

Laki-laki

1,56 x BMR

1,76 x BMR

2,10 x BMR

Perempuan

1,55 x BMR

1,70 x BMR

2,00 x BMR

(Almatsier, 2005: 146)


Sumber:

FAO/WHO/UNU,

1985

(dengan

penyesuaian)

(dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998)

f.

Pekerjaan
Stress

pada

pekerjaan

cenderung

menyebabkan

terjadinya

hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan,


akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam
kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang tekanan
pekerjaannya lebih ringan.

31

g.

Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Perbandingan normal
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 30%
pada wanita dan 18 20% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh
lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Obesitas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok
1) Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20 40%
2) Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41 100%
3) Obesitas berat: kelebihan berat badan > 100%

4.

Konsep Kacang Panjang


a.

Definisi
Kacang panjang (Phaseolus vulgaris), kerajaan Plantae,
divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Fabales,
family Fabaceae, upafamili Faboideae, genus Vigna, spesies
V.unguiculata, upaspesies V.u.sesquipedalis. Nama lokalnya
String Bean (Inggris), de (Snij) Boon (Belanda), Kacang Panjang
(Indonesia). Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama
Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman kacang
panjang berasal dari India dan Cina. Adapun yang menduga
berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci
(Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya
India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna
unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman
kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan
Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling
pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesia.
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak,
menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang
tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan
permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang

32

6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4
cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak
daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm,
berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang
lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai,
berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu.
Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang
15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya
tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994).
Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di
dataran rendah dan dataran tinggi 1500 m diatas permukaan laut
(dpl), tetapi yang paling baik di dataran rendah. Penanaman di
dataran tinggi, umur panen relatif lama dari waktu tanam, tingkat
produksi maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding
dengan dataran rendah. Ketinggian optimum adalah kurang dari
800 m dpl. Suhu yang idealnya untuk tanaman ini antara 20-30
derajat C, memiliki tempat terbuka (mendapat sinar matahari
penuh), iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun.
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang,
tetapi yang paling baik adalah tanah latosol/lempung berpasir,
subur, gembur, banyak

mengandung

bahan organik dan

drainasenya baik. Tanah kemasaman (pH) sekitar 5,5-6,5. Bila pH


terlalu basa (diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodulanodula akar.

b.

Sifat dan Khasiat


Buah yang berbentuk polong adalah sumber protein, energi
dan mineral yang berguna untuk memenuhi gizi. Mengandung
betakaroten, klorofil, vitamin B1 dan B2, serat serta pektin.
Sayuran ini berguna untuk mengendalikan kadar gula darah,

33

mengatasi hipertensi, memperkecil risiko stroke dan serangan


jantung, meningkatkan fungsi organ pencernaan, menurunkan
risiko kanker, membantu mengatasi sembelit, dan bersifat sifat
diuretic (peluruh kencing) tingkat sedang.
Di beberapa negara, kacang panjang digunakan untuk
mengobati rematik, arthritis, dan gangguan saluran kemih.
Sayuran ini berkhasiat untuk menjaga kulit dari gangguan
jerawat, membantu pemulihan luka bakar, peluruh air seni,
mengatasi diare, eksim, gangguan ginjal, gatal-gatal, dll. Selain
itu, ia juga antioksidan, antivirus, antibakteri, gangguan saluran
kencing, dan meningkatkan fungsi limpa. Tentunya yang lebih
penting lagi, dapat meningkatkan fungsi sel darah merah,
menyembuhkan beri-beri, demam berdarah, mengatasi sakit
pinggang, dan kurang darah.
Tidak hanya buah, yang bisa memberikan manfaat. Daun
kacang panjang, ternyata juga memberikan banyak khasiat.
Dimana untuk meluruhkan air seni (diuretik), bisa diambil 50
gram daun segar kacang panjang. Bahan-bahan itu kemudian
dicuci bersih. Kemudian direbus dengan dua gelas air sekitar 30
menit. Setelah dingin, airnya disaring dan diminum dua kali
sehari, pada pagi dan sore hari. Menurut penelitian lainnya,
kacang panjang juga dapat untuk menghancurkan batu ginjal,
mencegah kelainan antibodi,

meningkatkan

fungsi limpa,

meningkatkan penyatuan DNA dan RNA, meningkatkan fungsi


sel darah merah, beri-beri, demam berdarah, kurang darah, sakit
pinggang, rematik, pembengkakan, meningkatkan nafsu makan,
dan sukar buang air besar.

c.

Kandungan Kimia
Kacang panjang mempunyai banyak kandungan gizi antara
lain betakaroten, klorofil, vitamin A, vitamin B1 (tiamin) dan
vitamin B2 (riboflavin), serat, pektin, antosianin, flavonol,

34

glikosida, serta kalium. Dalam 100 gram kacang panjang


terkandung kalsium 34 mg, fosfor 34 mg, zat besi 0,8 mg,
karotenoid 422 mg, dan vitamin C 21 mg.
Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol
(Hutapea,

1994).

Selain

itu

juga

mengandung

protein,

karbohidrat, lemak, potasium, sodium, dan niasin (Handri and


Rafira, 2003). Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang
panjang ini berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan
sintesis protein di sel target yang berbeda-beda.

d.

Kacang panjang dalam hubungannya dengan penurunan tekanan


darah
Unsur-unsur yang terdapat dalam kacang panjang yang
dapat menurunkan tekanan darah adalah flavonol (sebuah
subclass dari flavonoid), antosianin, vitamin C, kalium yang dapat
berperan

dalam

metabolisme

lemak,

efek

diuretik

dan

mempertahankan elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian


kacang panjang memiliki peranan mekanisme penurunan tekanan
darah.
Kandungan kacang panjang yang dapat menurunkan
tekanan darah antara lain:
1)

Flavonol (subclass flavonoid) :

flavonol

merupakan

subclass dari flavonoid yang berfungsi menghalau penyakit


degeneratif. Flavonol dapat bertindak sebagai quencer atau
penstabil oksigen singlet. Senyawa quercetin yang terdapat
pada flavonol beraktivitas sebagai antioksidan dengan
melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen kepada
radikal bebas peroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas
tersebut menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL)
yang menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah
pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.

35

2)

Vitamin C

: vitamin C dapat memperkuat otot jantung,

vitamin C berperan penting melalui proses metabolisme


kolesterol, karena dalam proses metabolisme kolesterol
vitamin C dapat meningkatkan laju kolesterol yang dibuang
dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme
kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL
dan

berfungsi

sebagai

pencahar

sehingga

dapat

mengandung

enam

meningkatkan pembuangan kotoran.


3)

Antosianin

Kacang

panjang

antosianin

(sianidin

3-O-galaktosida,

sianidin

3-O-

glukosida,

delfinidin

3-O-glukosida,

malvidin

3-O-

glukosida, peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-Oglukosida), flavonol atau glikosida flavonol (kaempferol 3O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida, kuersetin
3-O-6-asetilglukosida) (Wong and Chang, 2004), aglikon
flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio
et al., 2000).
Antosianin merupakan pigmen pembawa warna
merah keunguan pada buah-buahan, sayuran, dan tanaman
bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang
dapat melindungi sel dari ultraviolet.

Manfaat dari

Antosianin diketahui dapat mengobati berbagai penyakit


berbahaya, seperti kanker, diabetes, dan serangan jantung.
Antosianin dari bunga Hibiscus sabdariffa (Malvaceae)
telah digunakan secara efektif untuk melawan hipertensi
dan gangguan hati. Selain itu, juga punya efek antiradang,
antibakteri, dan mencegah penyakit diabetes melitus.
Antosianin diyakini punya efek antioksidan sangat
baik, karena dapat menghambat berbagai radikal bebas.
Antosianin sangat efektif dalam penyembuhan penyakit
diabetes dan komplikasinya. Salah satu bahaya komplikasi
diabetes adalah timbulnya kebutaan. Dalam kasus inflamasi

36

(peradangan), konsumsi antosianin dalam jumlah cukup


dapat memproteksi terjadinya inflamasi dengan berbagai
mekanisme. Kemampuan antosianin dalam mencegah reaksi
oksidasi

membuatnya

sangat

baik

untuk

mencegah

ateroskelorosis (penyempitan pembuluh darah). Kehadiran


antosianin dapat mencegah sumber utama terjadinya
aterosklerosis, yaitu oksidasi LDL (kolesterol jahat).

4)

Kalium : Kaliumnya bersifat diuretik yaitu membantu ginjal


mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh,
sehingga berkurangnya cairan akan menurunkan tekanan
darah.

e.

Cara pemberian dan pengolahan


Kacang panjang bermanfaat untuk mengatasi penyakit
jantung dalam hal ini hipertensi yang baik adalah yang masih
hijau dan segar. Cara pengolahannya adalah ambillah 100 gram
kacang panjang segar yang telah dicuci bersih. Kemudian di jus
dengan air hangat sebanyak 100 ml. Dalam proses penghalusan
atau pengejusan digunakan air hangat untuk mengurangi aroma
atau bau langu yang terdapat dalam kacang panjang. Dan
diminum pada pagi dan sore hari masing-masing 100 ml.

f.

Isu kacang panjang terhadap Asam Urat (Atrhitis)


Memakan kacang panjang yang berlebih sering kali di
isukan akan menderita asam urat bagi banyak orang. Asam urat
(atrhitis) sendiri adalah produk sampingan dari hasil metabolisme
purin. Sekitar 90% penyakit asam urat disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal membuang asam urat secara tuntas dari
tubuh melalui air seni. Sebagian kecil lainnya karena tubuh
memproduksi asam urat secara berlebihan. Penderita asam urat
biasanya juga memiliki keluhan lain seperti tekanan darah tinggi,

37

penyakit ginjal, diabetes dan aterosklerosis. Separuh dari


penderita asam urat adalah orang yang kegemukan. Bila
dibiarkan, penyakit asam urat bisa berkembang menjadi batu
ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal.
Pasien yang menderita asam urat memiliki pantangan
makanan salah satunya yaitu makanan yang memiliki kadar purin
tinggi yang dapat ditemukan pada minumn alkohol, soft drink,
kacang-kacangan

seperti

kacang

kedelai

(termasuk

hasil

olahannya seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang


tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping, jamur, bayam
matang, dan sawi, daging kambing, jeroan dan gajih (lemak),
kerang-kerangan, Bebek dan kalkun, salmon, mackerel, sarden,
kepiting, udang, dan beberapa ikan lainnya.
Kandungan purin yang terdapat pada makanan di atas tidak
ditemukan pada tanaman kacang panjang. Pasein dengan asam
urat sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan tinggi potassium
seperti kentang, susu dan yogurt, pisang, dan juga kacang panjang
salah

satunya

yang

mengandung

potassium.

(http://majalahkesehatan.com/pantangan-anjuran-penderita-asamurat/). Jadi pengkonsumsian kacang panjang dalam batas normal


tidak akan berdampak pada kejadian asam urat seperti yang
selama ini telah diisukan.

B. Penelitian Terkait
1.

Yuliana Suheni (2007). Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan


Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan
Rumah Sakit Daerah Cepu. Jenis penelitian ini adalah penelitian case
control yaitu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana
faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektive.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki perokok
berusia 40 tahun di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu periode JanuariNovember 2006. Sampel yang diambil sejumlah 30 orang kasus

38

(mengalami hipertensi) dan 30 orang kontrol (tidak mengalami


hipertensi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket dan
wawancara sedangkan data sekunder diambil dari bagian rekam medik
Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji Chi- Square
dengan derajat kemaknaan ( ) = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah
jumlah rokok yang dihisap (p= 0.0 z09, R=4.125), jenis rokok (p=
0.000, OR= 10.000), lama menghisap rokok (p= 0.000, OR= 21.000),
keturunan (p= 0.018, OR= 3.596),

asupan garam (p= 0.000, OR=

11.227), dan stres pekerjaan (p= 0.002, OR= 9.333). Sedangkan dari
analisis berstrata diperoleh hasil bahwa keturunan, berat badan,
aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan merupakan
variabel perancu dalam menilai besar risiko kebiasaan merokok
terhadap kejadian hipertensi di Badan Rumah sakit Daerah Cepu.

2.

Fauziah Rahmah Karim (2009). Tentang Pemanfaatan Mentimun


(cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh
Labupaten Batu Bara Tahun 2009. Desain penelitian dalam penelitian
ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali
sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010.
Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20
orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang
memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada
kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam
lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa
dengan uji statistik deskripif, odds ratio dan inferensial. Berdasarkan
data demografi pada kedua kelompok sebanyak (55%) berada pada

39

rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan


BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah
obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup
memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa
data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang
memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan
tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan
mentimun. Sedangkan dengan uji paired t-test menunjukkan bahwa
tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda antara pre-post
pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666,
p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga
menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan
berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: t=-2.522,
p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan
bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan
tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa
menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.

3.

Upik Rahmawati (2010). Tentang Pengaruh Konsumsi Jus Seledri


(Apium graveolens linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan 40 subjek dengan
metode Pre and Post Test Control Group Design dengan subjek ibu
rumah tangga berusia 40-60 tahun yang tinggal di pemukiman
Kelurahan Kebon Agung Semarang dan menderita hipertensi.
Pengambilan subjek menggunakan metode kuota sampling. Tekanan
darah sistolik dan diastolik diukur menggunakan sphygmomanometer.
Data asupan natrium, kalium, kalsium dan magnesium diperoleh
melalui kuesioner food recall. Data IMT diperoleh dari pengkuran berat
badan dibandingkan dengan tinggi badan yang diukur menggunakan

40

timbangan digital dan microtoise. Data dianalisis menggunakan uji


Willcoxon. Independent t-test dan Mann-Whitney. Analisis multivariat
menggunakan anacova. Hasil terdapat perbedaan penurunan tekanan
darah sistolik (p< 0,0001) dan tekanan darah diastolik (p = 0,035)
antara kelompok perlakuan dan kontrol. Setelah konsumsi jus seledri,
tekanan darah sistolik kelompok perlakuan mengalami penurunan
dengan nilai median yaitu 11.50 + 9.26. SD mmHg dan diastolik
menurun 4.50 + 13.58 SD mmHg sedangkan kelompok kontrol tidak 50
mengalami penurunan yang bermakna.

4.

R. Rusna (1990). Tentang Gambaran Penderita Hipertensi pada


Penghuni Perumnas Depok Jaya Ditinjau dari Segi Aspek Demografi
survei ini merupakan survei cross-setional. Sampel yang diambil secara
Stratified random sampling. Besar sampel yang berumur 20 tahun
keatas adalah 800 orang. Hasil penelitian ditemukan prevlensi
hipertensi di Perumnas Depok Jaya cukup tinggi (12,38%). Gangguan
ini banyak ditemukan pada kelompok umur > 64 tahun (67.25%), jenis
kelamin laki-laki (18,42%), status perkawinan duda/janda cerai mati
(33,33%), tidak pernah sekolah (43,47%) dan bekerja sebagai pedagang
(50%). Prevalensi tertinggi hipertensi terjadi pada penduduk yang telah
lama tinggal antara 2-3 tahun, dengan tipe rumah M-70 (30, 76%).

5.

Ade Dian Anggraeni (2008). Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik
Dewasa Puskesmas Bangkinang Pekanbaru Riau 2008. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkangambaran krakteristik responen,
secara persentase didapatkan usia terbanyak penderita hipertensi yang
berobat ke Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang adalah45 tahun
(89,1%). Jenis kelamin yang terbanyak pada penderita hipertensi adalah
wanita (56,5%). Prevaleni terjadinya hipertensi pada pria dan wanita
masih terjadi kontroversi. Pada penelitian ini, penderita sebagian besar
memiliki riwayat keluarga hipertensi (65,2%), hal ini sesuai dengan

41

literatur bahwa 70-80% kasus hipertensi terjadi pada penderita yang


memiliki

riwayat

hipertensi

dalam

keluarga.

Perokok

dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi, hal ini sejalan


dengan penelitian bahwa sebagian besar penderita hipertensi memiliki
kebiasaan merokok 15 batang/hari (56,5%). Penderita memiliki pola
asupan garam yang tinggi, yaitu sebesar 65,2%

C. Kerangka Teori
Skema 2.2
Kerangka Teori

Faktor predisposisi
1. Riwayat hipertensi
2. Jenis kelamin
3. Usia
1. Penurunan
Faktor Pendukung
1. Gaya hidup
2. Aktivitas fiik

tekanann darah
Jus Kacang
Panjang

3. Obesitas

sistolik
2. Penurunan
tekanann darah

Faktor Pendorong
1. Terapi farmakologis
2. Terapi nonfarmakologis

Sumber teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)

diastolik

Anda mungkin juga menyukai