b. Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik mata belakang ke
bilik mata depan
c. Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.
Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka, dan
kemampuan jalinan trabekula untuk mengalirkan cairan aqueus menurun.
Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion
retina. Optik disk menjadi atropi, dengan pembesaran cup optik. Efek dari peningkatan
tekanan intraokuler dipengaruhi oleh waktu dan besarnya peningkatan tekanan tersebut.
Pada glaukoma akut sudut tertutup, Tekanan Intra Okuler (TIO) mencapai 60-80 mmHg,
mengakibatkan iskemik iris, dan timbulnya edem kornea serta kerusakan saraf optik.
Pada glaukoma primer sudut terbuka, TIO biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg
dan kerusakan sel ganglion retina berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun.
B. Manifestasi Klinis
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut terbuka) dapat
tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat terjadi, sehingga
dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada glaucoma akut sudut tertutup,
peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan
gangguan penglihatan
a. Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO menyebabkan
kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah
glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg
biasanya menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat
3. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik2. Rasio cekungan diskus (C/D) digunakan
untuk mencatat ukuran diskus otipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat
peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya
asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi
glaukomatosa.
4. Biomikroskopi
Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder
5. Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur sudut, memperkirakan
kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi sudut pada prosedur operasi. Pada
pemeriksaan gonioskopi, dapat dilihat struktur sudut bilik mata depan. Lebar sudut bilik
mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata depan. Apabila
keseluruhan trabecular meshwork, scleral spur dan prosesus siliaris dapat terlihat, sudut
dinyatakan terbuka. Apabila hanya Schwalbes line atau sebagian kecil dari trabecular
meshwork yang dapat terlihat, dinyatakan sudut sempit. Apabila Schwalbes line tidak
terlihat, sudut dinyatakan tertutup
6. OCT (Optical Coherent Tomography).
Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf
7. Fluorescein angiography
8. Stereophotogrammetry of the optic disc
9. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan
pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta.
Perluasan akan berlanjut ke lapangan pandang Bjerrum (15 derajat dari fiksasi)
membentuk skotoma Bjerrum, kemudian skotoma arkuata. Daerah-daerah penurunan
lapangan pandang yang lebih parah di dalam daerah Bjerrum dikenal sebagai skotoma
Seidel. Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah meridian horizontal, sering disertai
oleh nasal step (Roenne) karena perbedaan ukuran kedua defek arkuata tersebut.
Pengecilan lapangan pandang cenderung berawal di perifer nasal sebagai konstriksi
isopter. Selanjutnya, mungkin terdapat hubungan ke defek arkuata, menimbulkan
breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10 derajat sentral baru
terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Pada stadium akhir, ketajaman penglihatan
sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang. Alat-alat yang dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan pandang pada glaukoma adalah
automated perimeter (misalnya Humphrey Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann,
Friedmann field analyzer, dan layar tangent
D. Monitoring
- Periksa tidak ada penyakit penyerta yang relevan atau interaksi obat yang potensial
sebelum menawarkan obat untuk pengobatan.
- Menawarkan orang-orang dengan OHT atau dicurigai COAG dengan pengobatan IOP
tinggi berdasarkan taksiran risiko dapat menjadi COAG menggunakan IOP, CCT dan
usia.
- Memonitor secara berkala orang dengan OHT atau dicurigai COAG yang
direkomendasikan untuk menerima pengobatan, yang beresiko untuk memiliki COAG.
- Pengujian ditawarkan di monitoring untuk orang dengan OHT, diduga COAG atau
COAG
- Tawarkan perimetry otomatis standar pada:
COAG) dan pengobatan adalah murni pencegahan. Dalam keadaan seperti ancaman
untuk terlihat hidup seseorang dianggap diabaikan. Dalam hal COAG berkembang pada
orang tersebut maka pengobatan dianjurkan.
Manajemen berkelanjutan untuk orang dengan OHT atau dicurigai COAG
-Periksa tidak ada penyakit penyerta relevan atau interaksi obat yang potensial sebelum
menawarkan obat.
-Menawarkan orang-orang dengan OHT atau dicurigai COAG dengan pengobatan IOP
tinggi berdasarkan taksiran risiko konversi ke COAG menggunakan IOP, CCT dan
usia.
- Memonitor secara berkala orang dengan OHT atau dicurigai COAG direkomendasikan
untuk menerima pengobatan, menurut risiko konversi ke COAG.
- Pengujian ditawarkan di monitoring untuk orang dengan OHT, diduga COAG atau
COAG
- Menawarkan perimetry otomatis standar:
a. Semua orang yang telah mendirikan COAG
b. Orang yang diduga menderita cacat bidang visual yang sedang diselidiki untuk
kemungkinan COAG.
- Orang dengan OHT didiagnosis atau dicurigai COAG dengan lapang pandang yang
normal dikonfirmasi dapat dimonitor menggunakan supra-batas perimetry.
- Dimana cacat sebelumnya telah terdeteksi penggunaan bidang strategi pengukuran
visual yang sama untuk setiap tes bidang visual.
- Menawarkan Goldmann applanation tonometry dan uji Van Herick ini di setiap
penilaian pemantauan.
- Pengukuran CCT Ulangi dan gonioscopy jika diindikasikan secara klinis.
- Menawarkan stereoscopic lampu celah pemeriksaan biomicroscopic kepala saraf optik
pada penilaian pemantauan.
- Jika tidak ada pandangan yang memadai dari kepala saraf optik dan daerah sekitarnya,
memastikan murid yang melebar sebelum penilaian.
- Mendapatkan optik gambar kepala saraf baru jika ada perubahan status.
- Target IOP / TIO
Target TIO adalah dinamis, penilaian klinis tentang apa tingkat IOP dianggap oleh
kesehatan
profesional
memperlakukan
orang
menjadi
cukup
rendah
untuk
- Memonitor secara berkala sesuai risiko konversi ke COAG menggunakan IOP, kepala
saraf optik dan bidang visual.
- Pengujian ditawarkan di monitoring untuk orang dengan OHT, diduga COAG atau
COAG
Tawarkan perimetry otomatis standar:
a. semua orang yang telah mendirikan COAG
b. orang yang diduga menderita cacat bidang visual yang sedang diselidiki untuk
kemungkinan COAG.
- Orang dengan OHT didiagnosis atau dicurigai COAG dengan lapang pandang yang
normal dikonfirmasi dapat dimonitor menggunakan supra-batas perimetry.
- Dimana cacat sebelumnya telah terdeteksi penggunaan bidang strategi pengukuran
visual yang sama untuk setiap tes bidang visual.
- Menawarkan Goldmann applanation tonometry dan uji Van Herick ini di setiap
penilaian pemantauan.
- Pengukuran CCT Ulangi dan gonioscopy jika diindikasikan secara klinis.
golongan
-adrenergic
bloker
dengan
cara
menekan
dapat diperpanjang apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju ke hati atau
hambatan enzim hati.
Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan
kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik. Indikasi pemakaian diberikan pada
pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi
terapi dengan miotik
Golongan 2-adrenergik Agonis
Golongan 2-adrenergik agonis obat ini dibagi menjadi 2 yaitu selektif dan tidak
selektif. Golongan 2-adrenergic agonis yang selektif misalnya apraklonidin memiliki
efek menurunkan produksi humor aquos, meningkatkan aliran keluar humor aquos
melalui trabekula meshwork dengan menurunkan tekanan vena episklera dan dapat juga
meningkatkan aliran keluar uveosklera.
Farmakokinetik dari pemberian apraklonidin 1% dalam waktu 1 jam dapat
menghasilkan penurunan tekanan intraokuler yang cepat paling sedikit 20% dari tekanan
intraokuler awal. Efek maksimal dari apraklonidin dalam menurunkan tekanan
intraokuler dapat terjadi sekitar 3-5 jam setelah pemberian terapi.
Indikasi penggunaan apraklonidin untuk mengontrol peningkatan akut tekanan
intraokuler pasca tindakan laser. Sedangkan kontraindikasi pemakaian obat ini apabila
pasien dengan mono amin oksidase (MAO) dan trisiklik depresan karena mempengaruhi
metabolisme dan uptake katekolamin.
Penghambat Karbonat Anhidrase
a. Asetasolamid Oral
Asetasolamid oral merupakan obat yang sering di gunakan karena dapat
menekan pembentukan humor aquos sebanyak 40-60%. Bekerja efektif dalam
menurunkan tekanan intraokuler apabila konsentrasi obat bebas dalam plasma 2,5
M.16,18 Apabila diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma dapat
diperoleh dalam 2 jam setelah pemberian dapat bertahan selama 4-6 jam dan menurun
dengan cepat karena ekskresi pada urin.
Indikasi asetasolamid terutama untuk menurunkan tekanan intraokuler,
mencegah prolaps korpus vitreum, dan menurunkan tekanan introkuler pada pseudo
tumor serebri. Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif
menahun, gagal ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis,
sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama antara lain
metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu ginjal, depresi
sumsum tulang, dan anemia aplastik.
b. Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal
Penghambat karbonat anhidrase topikal bersifat larut lemak sehingga bila
digunakan secara topikal daya penetrasi ke kornea relatif rendah. Pemberian dorsolamid
topikal akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke epitel tak berpigmen prosesus
siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor aqueus dan HCO3- dengan cara
menekan enzim karbonik anhidrase II. Penghambat karbonik anhidrase topikal seperti
dorsolamid bekerja efektif menurunkan tekanan intraokuler karena konsentrasi di
prosesus siliaris mencapai 2-10M.17 Penghambat karbonat anhidrase topikal
(dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 15-20%.
Indikasi pemberian untuk mengontrol glaukoma baik jangka pendek maupun
jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain untuk mencegah
kenaikan tekanan intraokuler pasca bedah intraokuler. Efek samping lokal yang dijumpai
seperti mata pedih, keratopati pungtata superfisial, dan reaksi alergi. Efek samping
sistemik jarang dijumpai seperti metalic taste, gangguan gastrointestinal dan urtikaria.
Fasilitasi Aliran Keluar Humor Aqueus
Parasimpatomimetik
Golongan obat parasimpatomimetik dapat menimbulkan efek miosis pada mata
dan bersifat sekresi pada mata, sehingga menimbulkan kontraksi muskulus ciliaris
supaya iris membuka dan aliran humor aquos dapat keluar.
Analog prostaglandin
Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif digunakan pada
terapi glaukoma misalnya, latanopros. Latanopros merupakan obat baru yang paling
efektif katena dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping
sistemik
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. guidelines for the management of open angle glaucoma and ocular
hypertension. the royal college of ophthalmologists. 2008
2. dr. Virna Dwi Oktariana, SpM. Glaukoma. An Article
3. Nova Faradilla, S. Ked. Glaukoma dan katarak senlis. Faculty of Medicine
University of Riau. 2009
4. Andrew Rixon O.D.,FAAO Clinical Cases In The Management of Ocular
Hypertension. American Academy of Optometri
5. OCULAR
HYPERTENSION
A GUIDE.
International
Glaucoma
Associaton.2014
6. Open Angle Glaucoma Diagnosis, Follow-up, and Treatment. The Swedish
Council on Technology Assessment in Health Care. 2008
7.
GLAUKOMA
ISNIATY RUSDY
N111 12 283