Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH PANJANG PERANG GAZA

Sejarah Panjang Perang Gaza


Boy Nashruddin Agus | 10 July 2014 - 15:47 pm
Israel telah melancarkan serangan-udara berskala luas yang disebut
Operation Protective Edge
SUARA pesawat tanpa awak dan jet tempur serta ledakan dapat terdengar
dengan jelas di Jalur Gaza, sejak 8 Juli 2014 lalu. Di sini, terdapat 1,8 juta
warga keturunan Arab yang kerap disasar kemarahan Israel untuk
memperluas wilayahnya.
Israel telah melancarkan serangan-udara berskala luas yang disebut
Operation Protective Edge.

Tujuh warga sipil Palestina tewas dalam serangan-udara di Kota Khan


Younis, bagian selatan Jalur Gaza, Palestina tersebut. Ashraf Al-Qedra, Juru
Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan, ketujuh warga
sipil --tiga perempuan dan empat anak kecil-- meninggal akibat seranganudara gencar Israel terhadap tiga rumah di kota kecil tersebut.
Korban jiwa Palestina dalam Operation Protective Edge Israel itu, yang
dimulai pada Selasa (8/7), telah bertambah jadi 68 dan lebih dari 400 orang
lagi cedera, tulis Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi, 10
Juli 2014.
Seperti diketahui, Jalur Gaza acap kali diperebutkan oleh Israel dari
Palestina. Kawasan ini terletak di pantai timur Laut Tengah, berbatasan
dengan Mesir di sebelah barat daya (11 km), dan Israel di sebelah timur dan
utara (51 km (32 mil).
Jalur Gaza memiliki panjang sekitar 41 kilometer (25 mil) dan lebar antara 6
sampai 12 kilometers (3,7 hingga 7,5 mil), dengan luas total 365 kilometer
persegi (141 mil). Populasi di Jalur Gaza berjumlah sekitar 1,7 juta jiwa.
Mayoritas penduduknya besar dan lahir di Jalur Gaza, selebihnya
merupakan pengungsi Palestina yang melarikan diri ke Gaza setelah
meletusnya Perang Arab-Israel 1948. Populasi di Jalur Gaza didominasi oleh
Muslim Sunni.
Tingkat pertumbuhan penduduknya pertahun mencapai angka 3,2 persen.
Hal ini menjadikannya sebagai wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk
tertinggi ke tujuh di dunia.
Jalur Gaza memperoleh batas-batasnya saat ini pada akhir perang tahun
1948, yang ditetapkan melalui Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Mesir
pada 24 Februari 1949. Pasal V dari perjanjian ini menyatakan bahwa garis
demarkasi di Jalur Gaza bukanlah merupakan perbatasan internasional.
Jalur Gaza selanjutnya diduduki Mesir.
Pada awalnya, Jalur Gaza secara resmi dikelola oleh Pemerintahan Seluruh
Palestina, yang didirikan oleh Liga Arab pada bulan September 1948. Sejak
pembubaran Pemerintahan Seluruh Palestina pada tahun 1959 hingga 1967,
Jalur Gaza secara langsung dikelola oleh seorang gubernur militer Mesir.
Israel merebut dan menduduki Jalur Gaza dalam Perang Enam Hari pada
tahun 1967. Berdasarkan Persetujuan Damai Oslo yang disahkan pada tahun
1993, Otoritas Palestina ditetapkan sebagai badan administratif yang

mengelola pusat kependudukan Palestina. Israel mempertahankan


kontrolnya terhadap Jalur Gaza di wilayah udara, wilayah perairan, dan
lintas perbatasan darat dengan Mesir. Israel secara sepihak menarik diri dari
Jalur Gaza pada tahun 2005.
Jalur Gaza merupakan bagian dari teritori Palestina. Sejak Juli 2007, setelah
pemilihan umum legislatif Palestina 2006 dan setelah Pertempuran Gaza,
Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza, yang kemudian membentuk
Pemerintahan Hamas di Gaza.
+++

PALESTINA adalah sebuah wilayah di Timur Tengah antara Laut Tengah


dan Sungai Yordan. Nama "Palestina" digunakan oleh penulis-penulis
Yunani Kuno, dan kemudian digunakan untuk provinsi Romawi Syria
Palaestina, provinsi Romawi Timur Palaestina Prima dan provinsi Umayyah
dan Abbasiyah Jund Filastin.
Wilayah ini juga dikenal sebagai Tanah Israel, Tanah Suci, Levant Selatan,
Cisjordan, dan secara historis dikenal dengan nama-nama lainnya seperti
Kanaan, Suriah Selatan dan Kerajaan Yerusalem.

Terletak di lokasi yang strategis, di antara Mesir, Suriah dan Jazirah Arab,
dan tempar lahirnya Agama Yahudi dan Kekristenan, wilayah ini mempunyai
sejarah yang panjang dan riuh sebagai persimpangan untuk agama, budaya,
peradagangan dan politik.
Wilayah ini telah dikuasai oleh berbagai bangsa, yaitu: Orang Mesir Kuno,
Orang Kanaan, Bani Israil, Orang Assyiria, Orang Babilonia, Orang Farsi,
Orang Yunani Kuno, Orang Romawi, Orang Romawi Timur, Kekhalifahan
Arab Sunni, Kekhalifahan Fatimiyah Syi'ah, Orang Salibi, Ayyubiyyah,
Mamluk, Turki Utsmani, Orang Britania, Orang Israel modern dan Bangsa
Palestina.
Batas-batas dari wilayah ini selalu berubah sepanjang sejarah, dan terakhir
kali ditetapkan pada zaman modern oleh Persetujuan batas PerancisBritania (1920) dan Nota Transyordania (tanggal 16 September 1922), selama
periode Mandat Palestina. Sekarang, wilayah ini terdiri dari Negara Israel
dan Negara Palestina.
Palestina terletak di bagian barat benua Asia yang membentang antara garis
lintang meridian 15-34 dan 40-35 ke arah timur, dan antara garis lintang
meridian 30-29 dan 15-33 ke arah utara.
Palestina membentuk bagian tenggara dari kesatuan geografis yang besar di
belahan timur dunia Arab yang disebut dengan negeri Syam. Selain
Palestina, negeri Syam terdiri dari Lebanon, Suriah dan Yordania. Pada
awalnya negara-negara ini punya perbatasan yang kolektif di luar
perbatasannya dengan Mesir.
Perbatasan Palestina dimulai dari Lebanon di Ras El-Nakoura di wilayah
Laut Tengah (Laut Mediterania) dan dengan garis lurus mengarah ke timur
sampai ke daerah di dekat kota kecil Lebanon yaitu kota Bent Jubayel, di
mana garis pemisah antara kedua negara ini miring ke Utara dengan sudut
yang hampir lurus.
Pada titik ini, perbatasan berada mengitari mata air Sungai Yordan yang
menjadi bagian dari Palestina dalam jalan kecil yang membatasinya dari
wilayah Timur dengan wilayah Suriah dan danau Al Hola, Lout dan
Tabariyya.
Perbatasan dengan Yordania dimulai di wilayah selatan danau Tabariyya
pada pembuangan sungai Al Yarmouk. Terus sepanjang Sungai Yordan. Dari
mata air Sungai Yordan, perbatasan ini ke arah Selatan membelah

pertengahan Laut Mati secara geometrikal dan lembah Araba, hingga sampai
pada daerah Aqaba.
Perbatasan dengan Mesir dapat digambarkan dengan garis yang hampir
membentuk garis lurus yang membelah antara daerah semi-pulau Seena dan
padang pasir Al Naqab. Perbatasan ini dimulai di Rafah di Laut Tengah
hingga sampai ke daerah Taba di Teluk Aqaba.
Di bagian Barat, Palestina terletak di sebelah perairan lepas internasional
dari Laut Tengah dengan jarak sekitar 250 km dari Ras El-Nakoura di belah
selatan hingga Rafah di bagian selatan.
Karena lokasinya terletak di pertengahan negara-negara Arab, Palestina
membentuk kombinasi geografis yang natural dan humanistik bagi medan
terestrial yang luas yang memuat kehidupan orang-orang asli Badui di
wilayah selatan dan gaya pendudukan yang sudah lama di bagian utara.
Tanah Palestina punya keistimewaan dibanding dengan daerah lain karena
merupakan bagian dari tempat diturunkannya semua agama samawi, tempat
di mana peradaban kuno muncul, menjadi jembatan aktivitas komersial dan
tempat penyusupan ekspedisi militer di sepanjang era bersejarah yang
berbeda.
Lokasi strategis yang dinikmati Palestina memungkinkannya untuk menjadi
faktor penghubung antara berbagai benua bagi dunia kuno Asia, Afrika dan
Eropa. Palestina juga menjadi tempat yang dijadikan pintu masuk bagi
perjalanan ke negara-negara tetangga. Ia menjadi jembatan penghubung
bagi manusia sejak dahulu kala, sebagaimana ia juga menikmati lokasi
sentral (Pusat) yang memikat sebagian orang yang mau bermukim dan hidup
dalam kemakmuran.
Konflik Israel-Palestina

KONFLIK Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas,


adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina.
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana,
seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang
berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara
seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya.
Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang
menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya,
sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan
solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel
masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Konflik antara Palestina dan Israel terjadi pada akhir abad 19 atau tahun
1920. Terdapat dua kegiatan yang melatarbelakangi konflik ini. Di antaranya
pelaksanaan kongres zionis pertama tahun 1897 dan Deklarasi Balfour tahun
1917.
Deklarasi Balfour (1917) ialah surat tertanggal 2 November 1917 dari
Menteri Luar Negeri Britania Raya/Inggris; Arthur James Balfour, kepada
Lord Rothschild (Walter Rothschild), pemimpin komunitas Yahudi Inggris,
untuk dikirimkan kepada Federasi Zionis.

Surat itu menyatakan posisi yang disetujui pada rapat Kabinet Inggris pada
31 Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana
Zionis buat tanah air bagi Yahudi di Palestina, dengan syarat bahwa tak
ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari
komunitas-komunitas yang ada di sana.
Saat itu, sebagian besar wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan
Khilafah Turki Utsmani. Batas-batas yang akan menjadi Palestina telah
dibuat sebagai bagian dari Persetujuan Sykes-Picot 16 Mei 1916 antara
Inggris dan Prancis. Sebagai balasan untuk komitmen dalam deklarasi itu,
komunitas Yahudi akan berusaha meyakinkan Amerika Serikat untuk ikut
dalam Perang Dunia I.
Itu bukanlah alasan satu-satunya, karena sudah lama di Inggris telah ada
dukungan bagi gagasan mengenai tanah air Yahudi, dan waktunya
tergantung pada kemungkinannya.
Kata-kata Deklarasi ini kemudian digabungkan ke dalam perjanjian damai
Svres dengan Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina. Deklarasi (surat
ketikan yang ditandatangani dengan tinta oleh Balfour) ialah sebagai
berikut:
Foreign Office
November 2nd, 1917
Dear Lord Rothschild,
I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's
Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist
aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet.
"His Majesty's Government view with favour the establishment in Palestine of a
national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to
facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing
shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing nonJewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by
Jews in any other country."
I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the
Zionist Federation.
Yours sincerelys,

Arthur James Balfour


Terjemahan
Departemen Luar Negeri
2 November 1917
Lord Rothschild yang terhormat,
Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama
Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi
yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet.
"Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah
air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka
untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak
ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk
dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina,
ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negaranegara lainnya ."
Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk
diketahui oleh Federasi Zionis.
Salam,
Arthur James Balfour
CATATAN tentang diskusi-diskusi yang menghasilkan teks akhir Deklarasi
Balfour ini menjelaskan beberapa rincian susunan kata-katanya. Frase
"tanah air" secara disengaja digunakan sebagai pengganti "negara", dan
Inggris mencurahkan beberapa usaha pada dekade-dekad berikutnya untuk
menyangkal bahwa mereka memaksudkan pembentukan suatu negara,
termasuk Buku Putih Churchill, 1922. Namun demikian, secara pribadi,
banyak pejabat Inggris setuju dengan interpretasi kaum Zionis bahwa hasil
akhir yang diharapkan memang adalah sebuah negara.
Sebuah naskah awal menggunakan kata that buat merujuk pada Palestina
sebagai tanah air Yahudi, yang diubah menjadi di Palestina untuk
menghindari penafsiran bahwa yang dimaksudkan adalah seluruh Palestina.
Demikian pula, sebuah naskah awal tak mencakup janji untuk tak
merugikan hak-hak komunitas non-Yahudi.

Perubahan-perubahan ini terjadi sebagian karena desakan Edwin Samuel


Montagu, seorang anti-Zionis Yahudi yang berpengaruh dan Sekretaris
Negara untuk India, yang antara lain, prihatin bahwa deklarasi tanpa
perubahan-perubahan itu bisa mengakibatkan kian meningkatnya
penganiayaan anti-Semit.
Seperti Persetujuan Sykes-Picot sebelumnya, deklarasi ini dipandang banyak
orang Arab sebagai pengkhianatan besar terhadap upaya-upaya Britania
Raya dalam mendukung kemerdekaan Arab dalam Korespondensi HusseinMcMahon 19151916.
Salah satu tokoh utama Yahudi yang merundingkan dukungan terhadap
deklarasi ini ialah Dr. Chaim Weizmann, jurubicara terkemuka organisasi
Zionisme di Britania Raya. Selama pertemuan pertama antara Chaim
Weizmann dan Balfour (1906), pemimpin kelompok Persatuan itu terkesan
oleh kepribadian Weizman.
Balfour menanyai Weizmann mengapa Palestina dan hanya Palestina saja
yang diinginkan menjadi basis Zionisme. "Semua tempat yang lain akan
menjadi pemberhalaan", Weizmann memprotes, lalu menambahkan: "Tuan
Balfour, andai saya menawarkan Anda Paris sebagai ganti London, akankah
Anda mengambilnya?"
"Namun Dr. Weizmann", Balfour menjawab, "kami memiliki London",
Weizmann menjawab, "Itu benar, namun kami memiliki Yerusalem dulu saat
London merupakan rawa."
Weizmann ialah kimiawan yang berhasil mensintesiskan aseton melalui
fermentasi. Aseton diperlukan dalam menghasilkan cordite, bahan pembakar
yang diperlukan untuk mendorong peluru-peluru. Jerman memonopoli
ramuan aseton kunci, kalsium asetat.
Tanpa kalsium asetat, Britania tak bisa menciptakan aseton dan tanpa aseton
takkan ada cordite. Jadi, tanpa cordite, Inggris saat itu mungkin akan kalah
dalam Perang Besar.
Saat ditanya bayaran apa yang diinginkan, Weizmann menjawab, "Hanya
ada satu hal yang saya inginkan. Tanah air buat orang-orang saya." Ia
menerima pembayaran untuk penemuan ini dan peran dalam sejarah awal
Israel.
Dalam wawancaranya pada November 2002 dengan majalah New Statesman,
Menteri Luar Negeri Inggris, Jack Straw mempersalahkan penjajahan

Inggris masa lalu atas banyak masalah politik modern, termasuk konflik
Arab-Israel.
"Deklarasi Balfour dan jaminan-jaminan yang bertentangan yang diberikan
pada orang-orang Palestina secara pribadi, sementara pada saat yang sama
diberikan pula kepada orang-orang Israel, merupakan sejarah yang menarik
buat kami, namun bukan sesuatu yang terhormat," katanya.
Rujukan Sejarah

TANAH Israel, yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Eretz Yisrael,
merupakan tanah suci orang Yahudi. Menurut kitab Taurat, Tanah Israel
dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh Tuhan sebagai tanah air mereka.
Pada cendekiawan memperkirakan periode ini ada pada milenium ke-2 SM.
Menurut pandangan tradisional, sekitar abad ke-11 SM, beberapa kerajaan
dan negara Israel didirikan disekitar Tanah Israel; Kerajaan-kerajaan dan
negara-negara ini memerintah selama seribu tahun ke depan.
Antara periode Kerajaan-kerajaan Israel dan penaklukan Muslim abad ke-7,
Tanah Israel jatuh di bawah pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani,
Romawi, Sassania, dan Bizantium.

Keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut berkurang drastis setelah


kegagalan Perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun
132, menyebabkan pengusiran besar-besaran Yahudi.
Pada tahun 628/9, Kaisar Bizantium Heraklius memerintahkan pembantaian
dan pengusiran orang-orang Yahudi, mengakibatkan populasi Yahudi
menurun lebih jauh. Walau demikian, terdapat sekelompok kecil populasi
Yahudi yang masih menetap di tanah Israel.
Tanah Israel direbut dari Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 636 oleh
penakluk Muslim. Selama lebih dari enam abad, kontrol wilayah tersebut
berada di bawah kontrol Umayyah, Abbasiyah, dan Tentara Salib sebelum
jatuh di bawah Kesultanan Mameluk pada tahun 1260.
Pada tahun 1516, Tanah Israel menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah,
yang memerintah wilayah tersebut sampai pada abad ke-20.
Rindu Para Diaspora
ORANG-orang Yahudi yang berdiaspora telah lama bercita-cita untuk
kembali ke Zion dan Tanah Israel. Harapan dan kerinduan tersebut tercatat
pada Alkitab dan merupakan tema pusat pada buku doa Yahudi.
Pada permulaan abad ke-12, penindasan Yahudi oleh Katolik mendorong
perpindahan orang-orang Yahudi Eropa ke Tanah Suci dan meningkatkan
jumlah populasi Yahudi setelah pengusiran orang Yahudi dari Spanyol pada
tahun 1492.
Selama abad ke-16, komunitas-komunitas besar Yahudi kebanyakan
berpusat pada Empat Kota Suci Yahudi, yaitu Yerusalem, Hebron, Tiberias,
dan Safed. Pada pertengahan kedua abad ke-18, keseluruhan komunitas
Hasidut yang berasal dari Eropa Timur telah berpindah ke Tanah Suci.
Imigrasi dalam skala besar, dikenal sebagai Aliyah Pertama (Bahasa
Ibrani: ?????), dimulai pada tahun 1881, yakni pada saat orang-orang
Yahudi melarikan diri dari pogrom di Eropa Timur. Manakala gerakan
Zionisme telah ada sejak dahulu kala, Theodor Herzl merupakan orang
Yahudi pertama yang mendirikan gerakan politik Zionisme, yakni gerakan
yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di Tanah Israel. Pada tahun 1896,
Herzl menerbitkan buku Der Judenstaat (Negara Yahudi), memaparkan
visinya tentang negara masa depan Yahudi; Tahun berikutnya ia kemudian
mengetuai Kongres Zionis Sedunia pertama.

Aliyah Kedua (19041914) dimulai setelah terjadinya pogrom Kishinev.


Sekitar 40.000 orang Yahudi kemudian berpindah ke Palestina. Baik
gelombang pertama dan kedua migrasi tersebut utamanya adalah Yahudi
Ortodoks, namun pada Aliyah Kedua ini juga meliputi pelopor-pelopor
gerakan kibbutz.
Selama Perang Dunia I, Menteri Luar Negeri Britania Arthur Balfour
mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, yaitu
deklarasi yang mendukung pendirian negara Yahudi di tanah Palestina.
Atas permintaan Edwin Samuel Montagu dan Lord Curzon, disisipkan pula
pernyataan "it being clearly understood that nothing shall be done which may
prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in
Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other
country".
Legiun Yahudi, sekelompok batalion yang terdiri dari sukarelawansukarelawan Zionis, kemudian membantu Britania menaklukkan Palestina.
Oposisi Arab terhadap rencana ini berujung pada Kerusuhan Palestina 1920
dan pembentukan organisasi Yahudi yang dikenal sebagai Haganah (dalam
Bahasa Ibrani artinya "Pertahanan").
Pada tahun 1922, Liga Bangsa-Bangsa mempercayakan mandat atas
Palestina kepada Britania Raya. Populasi wilayah ini pada saat itu secara
dominan merupakan Arab Muslim, sedangkan pada wilayah perkotaan
seperti Yerusalem, secara dominan merupakan Yahudi.
Imigrasi Yahudi berlanjut dengan Aliyah Ketiga (19191923) dan Aliyah
Keempat (19241929), secara keseluruhan membawa 100.000 orang Yahudi
ke Palestina.
Setelah terjadinya kerusuhan Jaffa, Britania membatasi imigrasi Yahudi, dan
wilayah yang ditujukan sebagai negara Yahudi dialokasikan di
Transyordania.
Meningkatnya gerakan Nazi pada tahun 1930 menyebabkan Aliyah kelima
(1929-1939) dengan masukknya seperempat juta orang Yahudi ke Palestina.
Gelombang masuknya Yahudi secara besar-besaran ini menimbulkan
Pemberontakan Arab di Palestina 1936-1939, memaksa Britania membatasi
imigrasi dengan mengeluarkan Buku Putih 1939.
Sebagai reaksi atas penolakan negara-negara di dunia yang menolak
menerima pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust, dibentuklah

gerakan bawah tanah yang dikenal sebagai Aliyah Bet yang bertujuan untuk
membawa orang-orang Yahudi ke Palestina.
Pada akhir Perang Dunia II, jumlah populasi orang Yahudi telah mencapai
33% populasi Palestina, meningkat drastis dari sebelumnya yang hanya 11%
pada tahun 1922.
Revolusi Arab
KONFLIK terbesar dalam sejarah Mandat Palestina adalah apa yang
disebut dengan Revolusi Arab (1936-1939). Revolusi ini dipimpin Imam Besar
Jerusalem Mohammad Amin al-Husayni.
Merujuk artikel kompas, Jumat, 23 November 2012 lalu, konflik ini
dituliskan berawal dari terbunuhnya seorang ulama asal Suriah, Izz al-Din
al-Qassam, pada November 1935. Al-Qassam memang dikenal sebagai
seorang ulama yang anti-Inggris dan anti-Zionisme. Dia merekrut para
petani dan memberi mereka latihan militer.
Pada November 1935, dua anak buah al-Qassam terlibat bentrok dengan
polisi Inggris dan menewaskan seorang polisi. Akibatnya, polisi memburu
dan menewaskan Al-Qassam di sebuah gua dekat Ya'bad, Tepi Barat.
Kematian ini dengan cepat menyulut kemarahan warga Arab di Palestina.
Faktor lain pemicu Revolusi Arab adalah penemuan kiriman senjata dalam
jumlah besar di pelabuhan Jaffa yang ditujukan untuk Haganah, pasukan
paramiliter Yahudi. Fakta ini memunculkan ketakutan bahwa Yahudi akan
mengambil alih Palestina semakin meningkat.
Pada 1935, angka imigrasi Yahudi ke Palestina juga meningkat, hanya
beberapa bulan sebelum Revolusi Arab Pecah. Antara 1933-1936 lebih dari
164.000 imigran Yahudi tiba di Palestina. Pada 1936, populasi warga Yahudi
mencapai 370.000 orang membuat hubungan antara warga Arab dan Yahudi
semakin panas.
Revolusi Arab benar-benar dimulai pada 15 April 1936, ketika konvoi truk
dari Nablus menuju Tulkarm diserang dan menewaskan dua warga Yahudi.
Sehari setelah serangan itu, kelompok bersenjata Yahudi balas menyerang
dan membunuh dua pekerja Arab di dekat Petah Tikva. Aksi saling balas
terus meluas dan sejumlah jenderal Arab menyatakan perang.
Pemerintah Inggris akhirnya harus turun tangan untuk mengatasi keadaan.
Pasukan Inggris di Palestina mendapat bantuan dari Haganah akhirnya bisa

mengakhiri Revolusi Arab pada 1939. Akibat revolusi ini, 5.000 warga Arab,
lebih dari 300 warga Yahudi, dan 262 tentara Inggris tewas. Selain itu,
sedikitnya 15.000 warga Arab terluka.
Imam Besar Amin al-Husayni yang menjadi pemimpin revolusi berhasil
mendapatkan suaka di Lebanon, Irak, Italia, dan akhirnya Nazi Jerman.
Apa dampak Revolusi Arab yang gagal ini dalam perkembangan Palestina?
Selama upaya dan seusai memadamkan Revolusi Arab, Inggris menggelar
sejumlah investigasi soal penyebab pertumpahan darah selama tiga tahun itu.
Salah satu hasil penyelidikan yang cukup signifikan adalah Komisi Peel
(1936-1937). Komisi ini adalah yang pertama kali mengajukan solusi dua
negara. Komisi ini mengusulkan agar Palestina dibagi dua, satu bagian untuk
bangsa Yahudi dan satu bagian lainnya diberikan bagi bangsa Arab.
Negara Yahudi, sesuai rekomendasi komisi, meliputi kawasan pantai,
Lembah Jezreel, Beit She'an, dan Galilea. Sementara Negara Arab akan
meliputi Transjordania, Yudea, Samaria, Lembah Jordania, dan Negev.
Para pemimpin Yahudi di Palestina terbelah pendapatnya menanggapi
rekomendasi ini. Sementara para pemimpin Arab dengan tegas menolak
usulan solusi dua negara ini.
Pada Mei 1939beberapa bulan sebelum Perang Dunia II pecahInggris
kembali mencoba memberikan solusi di tanah Palestina.
Kali ini adalah solusi satu negara Palestina. Di mana dalam jangka pendek
Pemerintah Inggris akan menentukan kuota jumlah imigran Yahudi yang
bisa memasuki Palestina. Di masa depan, jumlah kuota ini akan ditentukan
pemimpin Arab.
Selain kuota, Inggris juga melarang imigran Yahudi membeli tanah dari
warga Arab demi mencegah gesekan sosial antara kedua kubu. Aturanaturan ini berlaku hingga masa mandat Inggris di Palestina berakhir yang
hampir bersamaan dengan pecahnya Perang Dunia II.
Perang Dunia II yang diikuti holocaust alias pemusnahan massal bangsa
Yahudi di Eropa membuat semakin banyak bangsa Yahudi yang mencoba
meninggalkan Eropa. Akibatnya, para pemimpin Yahudi di Palestina
merancang imigrasi ilegal ke Palestina yang menciptakan ketegangan lebih
besar di kawasan tersebut.

Penolakan

KELOMPOK Yahudi Neturei Karta yang berpusat di AS selama ini dikenal


sebagai duri dalam daging bagi gerakan Zionisme Internasional. Walau
sama-sama berdarah Yahudi, namun orientasi perjuangan antara Neturei
Karta dengan Zionis-Israel amat berbeda. Jika Zionis-Israel mengagungkan
dan menyucikan Talmud, maka kelompok Yahudi Ortodoks menuding bahwa
Talmud adalah kitab iblis yang telah mencemari kesucian Taurat yang
diturunkan Tuhan kepada Musa.
Secara berkala, Kelompok Yahudi Neturei Karta melakukan aksi unjuk rasa
di seluruh dunia, terutama di Yerusalem, Inggris, dan AS, dan
mensosialisasikan bahwa kaum Yahudi telah ditakdirkan Tuhan untuk
diaspora dan tidak memiliki negara. Kami tidak setuju dengan
pembentukan negara Israel. Kaum Zionis telah memperkosa Yudaisme dan
menungganginya untuk ambisi politik. Yudaisme tidak mengenal Talmud dan
negara Israel! tegas Rabi Yisroil Dovid Weiss, Juru Bicara Neturei Karta
AS.
Pada 24 Juli lalu, kelompok ini lagi-lagi menggelar aksi unjuk rasa. Kali ini
bertepatan dengan hari kesembilan bulan Avyang dianggap sebagai hari
terkelam dalam perjalanan bangsa Yahudi di mana orang-orang Yahudi
meyakini ribuan tahun silam Kuil Sulaiman telah dihancurkan oleh mush-

musuh Tuhan. Ribuan kaum Yahudi Ortodoks menggelar aksi di depan


Konsulat Israel di New York AS.
Juru Bicara Neturei Karta lagi-lagi dengan lantang menyerukan agar kaum
Yahudi AS khususnya, dan Yahudi seluruh dunia umumnya, tidak lagi
mendukung keberadaan negara Zionis-Israel. Hapuskan Israel dari muka
bumi! demikian teriak mereka. Neturei Karta juga membuat situs yang
memuat seluruh aksi-aksi mereka. Silakan lihat di http://www.nkusa.org.
Patut diketahui, ketika Presiden Iran dalam satu acara di Teheran
menyampaikan pidato dan dengan lantang mengatakan agar dunia
menghapus Israel dari peta bumi, maka kelompok Neturei Karta dengan
respon yang sangat cepat mengamininya. Mereka bergandengan tangan
dengan seluruh aktivis kemanusiaan dunia untuk bersama-sama berjuang
menghilangkan eksistensi negara Israel dari muka bumi sampai hari akhir.
Pembagian Wilayah
SETELAH 1945, Britania Raya menjadi terlibat dalam konflik kekerasan
dengan Yahudi. Pada tahun 1947, pemerintah Britania menarik diri dari
Mandat Palestina, menyatakan bahwa Britania tidak dapat mencapai solusi
yang diterima baik oleh orang Arab maupun Yahudi. Badan PBB yang baru
saja dibentuk kemudian menyetujui Rencana Pembagian PBB (Resolusi
Majelis Umum PBB 18) pada 29 November 1947.
Rencana pembagian ini membagi Palestina menjadi dua negara, satu negara
Arab, dan satu negara Yahudi. Yerusalem ditujukan sebagai kota
Internasional corpus separatum yang diadministrasi oleh PBB untuk
menghindari konflik status kota tersebut.
Komunitas Yahudi menerima rencana tersebut, tetapi Liga Arab dan Komite
Tinggi Arab menolaknya atas alasan kaum Yahudi mendapat 55% dari
seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh
penduduk di daerah ini.
Pada 1 Desember 1947, Komite Tinggi Arab mendeklarasikan pemogokan
selama 3 hari, dan kelompok-kelompok Arab mulai menyerang target-target
Yahudi. Perang saudara dimulai ketika kaum Yahudi yang mula-mulanya
bersifat defensif perlahan-lahan menjadi ofensif. Ekonomi warga ArabPalestina runtuh dan sekitar 250.000 warga Arab-Palestina diusir ataupun
melarikan diri.

Pada 14 Mei 1948, sehari sebelum akhir Mandat Britania, Agensi Yahudi
memproklamasikan kemerdekaan dan menamakan negara yang didirikan
tersebut sebagai "Israel". Sehari kemudian, gabungan lima negara Arab
Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak menyerang Israel, menimbulkan
Perang Arab-Israel 1948.
Maroko, Sudan, Yemen dan Arab Saudi juga membantu mengirimkan
pasukan. Setelah satu tahun pertempuran, genjatan senjata dideklarasikan
dan batas wilayah sementara yang dikenal sebagai Garis Hijau ditentukan.
Yordania kemudian menganeksasi wilayah yang dikenal sebagai Tepi Barat
dan Yerusalem Timur, sedangkan Mesir mengontrol Jalur Gaza. Israel
kemudian diterima sebagai anggota PBB pada tanggal 11 Mei 1949.
Selama konflik ini, sekitar 711.000 orang Arab Palestina (80% populasi Arab)
mengungsi keluar Palestina.
Pada masa-masa awal kemerdekannya, gerakan Zionisme buruh yang
dipimpin oleh Perdana Menteri David Ben-Gurion mendominasi politik
Israel. Tahun-tahun ini ditandai dengan imigrasi massal para korban yang
selamat dari Holocaust dan orang-orang Yahudi yang diusir dari tanah Arab.
Populasi Israel meningkat dari 800.000 menjadi 2.000.000 dalam jangka
waktu sepuluh tahun antara 1948 sampai dengan 1958.
Kebanyakan pengungsi tersebut ditempatkan di perkemahan-perkemahan
yang dikenal sebagai ma'abarot. Sampai tahun 1952, 200.000 imigran
bertempat tingal di kota kemah ini. Adanya desakan untuk menyelesaikan
krisis ini memaksa Ben-Gurion menandatangani perjanjian antara Jerman
Barat dengan Israel. Perjanjian ini menimbulkan protes besar kaum Yahudi
yang tidak setuju Israel berhubungan dengan Jerman.
Selama tahun 1950-an, Israel terus menerus diserang oleh militan Palestina
yang kebanyakan berasal dari Jalur Gaza yang diduduki oleh Mesir.[60]
Pada tahun 1956, Israel bergabung ke dalam sebuah aliansi rahasia bersama
dengan Britania Raya dan Perancis, yang betujuan untuk merebut kembali
Terusan Suez yang sebelumnya telah dinasionalisasi oleh Mesir.
Walaupun berhasil merebut Semenanjung Sinai, Israel dipaksa untuk
mundur atas tekanan dari Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai ganti atas
jaminan hak pelayaran Israel di Laut Merah dan Terusan Suez.
Pada permulaan dekade selanjutnya, Israel berhasil menangkap dan
mengadili Adolf Eichmann, seorang penggagas utama Solusi Akhir yang
bersembunyi di Argentina. Peradilan ini memiliki pengaruh yang kuat

terhadap kepedulian publik terhadap Holocaust, dan sampai sekarang


Eichmann merupakan satu-satunya orang yang dieksekusi oleh Israel
walaupun John Demjanjuk juga dijatuhi hukuman mati sebelum kemudian
putusan tersebut dibalikkan oleh Mahkamah Agung Israel.
Konflik Panjang

NEGARA-negara Arab selama bertahun-tahun menolak hak Israel untuk


berdiri. Nasionalisme Arab yang dipimpin oleh Nasser menyerukan
penghancuran negara Israel.
Pada tahun 1967, Mesir, Suriah, dan Yordania menutup perbatasannya
dengan Israel dan mengusir pasukan perdamaian PBB keluar dari wilayah
tersebut serta memblokade akses Israel terhadap Laut Merah.
Israel kemudian melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara
Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir. Hal ini kemudian
berujung pada Perang Enam Hari yang kemudian dimenangkan oleh Israel.
Pada perang ini, Israel berhasil merebut Tepi Barat, Jalur Gaza,
Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan.
Garis Hijau menjadi penanda batas antara wilayah administrasi Israel
dengan Wilayah pendudukan Israel. Batas wilayah Yerusalem juga diperluas
dengan memasukkan wilayah Yerusalem Timur. Sebuah undang-undang
yang mengesahkan pemasukan wilayah ini kemudian ditetapkan.

Hal ini kemudian berujung pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 478 yang
menyatakan bahwa penetapan ini tidak sah dan melanggar hukum
internasional.
Kegagalan negara-negara Arab pada perang tahun 1967 kemudian
menyebabkan tumbuhnya gerakan kemerdekaan Palestina oleh Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO). Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an,
beberapa kelompok militer Palestina melancarkan berbagai gelombang
serangan terhadap warga-warga Israel di seluruh dunia, termasuk pula
pembunuhan atlet-atlet Israel pada Olimpiade Mnchen 1972.
Israel membalas aksi tersebut dengan melancarkan Operasi Wrath of God
(Murka Allah). Pada operasi ini, orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap peristiwa Mnchen ini dilacak dan dibunuh.
Pada hari Yom Kippur 6 Oktober 1973 yang merupakan hari suci Yahudi,
pasukan Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terhadap Israel.
Perang tersebut berakhir pada tanggal 26 Oktober dengan Israel berhasil
memukul balik pasukan Mesir dan Suriah. Walaupun demikian perang ini
dianggap sebagai kekalahan Israel.
Sebuah komisi yang dibentuk untuk menginvestigasi perang ini
membebaskan pemerintah Israel dari tanggung jawab. Namun kemarahan
publik Israel pada akhirnya memaksa Perdana Menteri Golda Meir untuk
mengundurkan diri.
Pemilihan Knesset 1977 menandai terjadinya titik balik dalam sejarah
perpolitikan Israel. Pada pemilihan ini, Menachem Begin yang berasal dari
partai Likud mengambil alih kontrol pemerintahan dari Partai Buruh Israel.
Pada tahun itu pula, Presiden Mesir Anwar El Sadat melakukan kunjungan
ke Israel dan mengucapkan pidato di depan Knesset. Aksi ini dilihat sebagai
pengakuan kedaulatan Israel yang pertama oleh negara Arab. Dua tahun
kemudian, Sadat dan Menachem Begin menandatangani Persetujuan Camp
David dan Perjanjian Damai Israel-Mesir.
Israel menarik mundur pasukannya dari semenanjung Sinai dan setuju
untuk bernegosiasi membahas otonomi warga Palestina yang berada di luar
Garis Hijau, namun rencana tersebut tidak pernah diimplementasikan.
Pemerintahan Begin mendukung warga Israel untuk bermukim di Tepi
Barat, mengakibatkan konflik dengan warga Palestina di daerah tersebut.

Pada tanggal 7 Juni 1981, Israel membombardir reaktor nuklir Osirak milik
Irak pada Operasi Opera. Badan intelijen Israel, Mossad, mencurigai reaktor
nuklir tersebut akan digunakan Irak untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pada tahun 1982, Israel melakukan intervensi pada Perang Saudara Lebanon
untuk menghancurkan basis-basis serangan Organisasi Pembebasan
Palestina di Israel Utara. Intervensi ini kemudian berkembang menjadi
Perang Lebanon Pertama.
Israel menarik pasukannya dari Lebanon pada tahun 1986. Intifada Pertama
yang merupakan perlawanan rakyat Palestina terhadap pemerintahan Israel
terjadi pada tahun 1987, menyebabkan terjadinya kekerasan di daerah
pendudukan Israel.
Selama enam tahun berikutnya, lebih dari seribu orang tewas, kebanyakan
merupakan korban kekerasan internal warga Palestina. Selama Perang Teluk
1991, PLO dan kebanyakan warga Palestina mendukung Saddam Hussein
dan Irak dalam melancarkan serangan misil terhadap Israel.
Pada tahun 1992, Yitzhak Rabin menjadi Perdana Menteri Israel setelah
memangkan pemilihan umum legislatif Israel 1992. Yitzhak Rabin dan
partainya mendukung adanya kompromi dengan tetangga-tetangga Israel.
Setahun kemudian, Shimon Peres dan Mahmoud Abbas, sebagai wakil Israel
dan PLO, menandatangani Persetujuan Oslo. Persetujuan ini memberikan
Otoritas Nasional Palestina hak untuk memerintah di Tepi Barat dan Jalur
Gaza.
Selain itu, juga dinyatakan pula pengakuan hak Israel untuk berdiri dan
menyerukan berakhirnya terorisme. Pada tahun 1994, Perjanjian Damai
Israel-Yordania ditandatangani, membuat Yordania menjadi negara Arab
kedua yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Dukungan publik Arab terhadap persetujuan ini menurun setelah terjadinya
peristiwa pembantaian umat Muslim yang sedang bersembahyang di Masjid
Ibrahimi oleh sekelompok ekstremis gerakan Kach. Selain itu, permukiman
warga Israel di daerah pendudukan yang masih berlanjut, serta menurunnya
kondisi ekonomi Palestina juga menurunkan dukungan publik Arab.
Dukungan publik Israel terhadap persetujuan ini juga berkurang setelah
terjadinya rentetan kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh hamas.
Pembunuhan Yitzhak Rabin yang dilakukan oleh ekstremis Yahudi ketika ia
sedang meninggalkan sebuah pawai yang mendukung perdamaian dengan
Palestina mengejutkan seluruh negeri.

Pada akhir 1990-an, Israel yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu menarik
mundur pasukannya dari Hebron dan menandatangai Memorandum Sungai
Wye. Memorandum tersebut memberikan Otoritas Nasional Palestina
kontrol yang lebih luas.
Ehud Barak yang merupakan Perdana Menteri terpilih pada pemilihan
tahun 1999 memulai pemerintahannya dengan menarik mundur pasukan
Israel dari Lebanon Selatan dan melakukan negosiasi dengan Ketua Otoritas
Palestina Yasser Arafat dan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton pada
Pertemuan Camp David bulan Juli tahun 2000. Dalam pertemuan itu, Barak
menawarkan rencana pendirian Negara Palestina, namun Yasser Arafat
menolak tawaran tersebut. Setelah negosiasi gagal, Intifada Kedua dimulai.
Ariel Sharon menjadi Perdana Menteri Israel yang baru setelah memenangi
pemilihan tahun 2001. Pada masa pemerintahannya, Sharon secara sepihak
menarik muncur pasukan Israel dari Jalur Gaza dan membangun dinding
pemisah di perbatasan Tepi Barat. Pada Januari 2006, setelah Ariel Sharon
menderita strok berat dan berada dalam keadaan koma, kekuasaannya
digantikan oleh Ehud Olmert.
Pada bulan Juli tahun 2006, serangan Hezbollah ke Israel Utara beserta
penculikan dua tentara Israel memicu terjadinya Perang Lebanon Kedua.
Peperangan ini diakhiri dengan gencatan senjata yang disponsori oleh Dewan
Keamanan PBB dengan mengeluarkan Resolusi PBB 1701.
Pada akhir Desember 2008, gencatan senjata antara Hamas dengan Israel
berakhir setelah adanya serangan roket yang diluncurkan Hamas. Israel
merespon serangan tersebut dengan serangan udara. Pada tanggal 3 Januari
2009, pasukan Israel memasuki kota Gaza dan memulai serangan darat.
Pada tanggal 17 Januari 2009, Israel mengumumkan gencatan senjata secara
sepihak dengan syarat dihentikannya serangan roket dan mortir. Hal ini
kemudian diikuti oleh Hamas yang juga mengumumkan gencatan senjata
dengan syarat ditariknya pasukan Israel dari Gaza serta dibukanya kembali
perbatasan.
+++
PEMERINTAH Republik Indonesia mengecam agresi militer Israel ke Jalur
Gaza yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak. Menurut
pemerintah RI, tindakan Israel ini adalah satu lagi hambatan bagi proses
perdamaian dengan Palestina.

"Indonesia mengecam aksi militer Israel di Gaza; suatu tindakan yang telah
menimbulkan banyak korban sipil yang tidak berdosa di kalangan Palestina
dan menciptakan hambatan baru bagi kondisi yang kondusif terhadap proses
perdamaian Palestina-Israel," ujar Menteri Luar Negeri RI Marty
Natalegawa dalam pernyataannya, Kamis 10 Juli 2014.
Sedikitnya 61 orang tewas dalam serangan roket Israel ke Gaza sejak awal
pekan ini. Di antara korban tewas adalah 13 anak-anak yang termuda
berusia 18 bulan. Banyak bangunan rumah warga sipil hancur lebur dihajar
roket Israel.
"Tindakan Israel ini perlu ditentang. Suatu aksi militer yang semakin
menambah penderitaan yang dialami rakyat Palestina di Gaza dan Tepi
Barat selama ini sebagai akibat pengepungan oleh Israel yang tiada lain
merupakan suatu "collective punishment" terhadap rakyat Palestina," kata
Marty.
Marty melanjutkan bahwa inti permasalahan adalah pendudukan Palestina
oleh Israel yang harus segera diakhiri melalui proses perundingan. Di antara
solusi yang harus diambil adalah mencapai visi dua negara yang hidup
berdampingan (two states solution).
Dalam kaitan ini, kata Marty, melalui Perutap RI di PBB, Indonesia akan
bekerja sama dengan Palestina, sesama negara GNB, OKI dan negara-negara
lainnya dalam mendorong kepedulian internasional mengenai perkembangan
di Gaza.
"Menghadapi sikap Israel ini, Dewan Keamanan-PBB, PBB pada umumnya
dan masyarakat internasional secara keseluruhan perlu menekan Israel
untuk segera menghentikan aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina di
Gaza. Lingkaran kekerasan di kawasan perlu diakhiri.

Dewan Keamanan PBB serukan gencatan senjata di Gaza


Dewan Keamanan PBB (REUTERS/Eskinder Debebe/United
Nations/Handout via Reuters ) PBB, Amerika Serikat (ANTARA News) Dewan Keamanan PBB Senin menyerukan gencatan senjata kemanusian
segera di Gaza dalam satu sidang darurat Ahad tengah malam saat
pertempuran antara pasukan Israel dan para pejuang Hamas memasuki
minggu ketiga. Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara itu...

Antara News 2014-07-28


Sekjen PBB Ajak Israel dan Palestina Damai
VIVAnews - Konflik antara Israel dan Palestina masih terus berlanjut.
Hingga kini, sudah lebih dari 300 korban tewas di pihak Palestina, 20 korban
di antaranya merupakan korban tewas akibat serangan udara yang
dilancarkan Israel pada Sabtu pagi 19 Juli 2014. Sekjen PBB Ban Ki-Moon,
hari ini bertolak ke daerah konflik tersebut untuk mengupayakan
perdamaian antar dua kubu. "Ban...
Vivanews 2014-07-19
DK PBB Serukan Gencatan Senjata Israel-Hamas
VIVAnews - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Minggu
kemarin, 20 Juli 2014 meminta Israel dan kelompok militan Hamas untuk
melakukan gencatan senjata. Sebab, korban tewas akibat peperangan kedua
pihak kian bertambah setiap hari. Stasiun berita Channel News Asia, Senin
21 Juli 2014 melansir saat ini sudah hampir 500 warga Palestina yang tewas
akibat serangan udara...
Vivanews 2014-07-21
PBB desak pembatalan rencana serangan darat Israel
Asap dan kobaran api membubung akibat serangan udara Israel di Rafah,
Jalur Gaza, Rabu (9/7). (REUTERS) Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menyatakan bahwa "terlalu banyak"
warga sipil Palestina yang tewas dan mendesak Israel membatalkan rencana
serangan daratnya ke Gaza. Dia mengulangi kembali desakan untuk
gencatan senjata pada Minggu (13/7),...
Antara News 2014-07-14
Ketua DPD: Agresi Militer Israel ke Palestina Kejahatan Kemanusiaan
VIVAnews - Ratusan orang korban tewas di Gaza akibat serangan Israel
sejak pekan lalu. PBB mencatat, empat dari lima korban yang terbunuh
adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak yang tidak berdosa.

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia akan melayangkan surat


kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan parlemen negara-negara
Timur Tengah untuk segera mendesak...
Vivanews 2014-07-15

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERANG YANG TERJADI DIJALUR GAZA SERTA BANYAKNYA KORBAN


JIWA YANG BERJATUHAN
NAMA

: IMADE DHARMA WIJAYA

NO

: 13

KLS

: XI MIA 7

DINAS PENDIDIKAN DAN OLAHRAKA KABUPATEN JEMBRANA

Anda mungkin juga menyukai