OLEH
ANDI MUHAMMAD SYUKUR S.Ked
(110 2011 0075)
PEMBIMBING
dr. MAULANA SAGGAF Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama
Stambuk
Coass,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru (Tubercle Bacillus) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal npada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal
didaerah urban, lingkungan yang padat, dibktikn dengan adanya penemuan kerusakan tulang
vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman
neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di
Mesir Kuno pada tahun 2000-4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi
phthisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambakan tampilan TB ini.
Literatur Arab : Al Razi (850-953M) dan Ibnu Sina (980-1037M) menyatakan adanya
kavitas pada paru-paru dn hubungannya dengan lesi di kulit. Pencegahannya dengan makan
makanan yang bergizi, menghirup udara yang bersih dan prognosis dari penyakit ini.
Disebutkan juga bahwa TB sering didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda
badan kurus dan dada yang kecil.
Baru pada tahun 1882 Robert Koch menemukan kuman penyebabnya semacam bakteri
berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis secara mikrobiologis dimulai dan
penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X
sebagai alat bantu menegakkan diagnosis yang tepat. Penyakit ini kemudian dinamakan
Tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya tetapi yang paling
banyak adalah organ paru.
Sepanjang sejarah, penyakit Tuberculosis atau TBC sangat sulit diberantas. Namun
untuk pertama kalinya, organisasi kesehatan dunia atau WHO mencatat penurunan cukup
signifikan pada jumlah penderita maupun korban meninggal karena TBC. Dalam laporan
berjudul Global Tuberculosis Control Report 2011, WHO menyampaikan bahwa jumlah
kasus baru TBC di dunia pada 2010 tercatat 8,8 juta dan jumlah korban meninggal 1,4 juta
jiwa. Angka ini turun dibanding tahun-tahun sebelumnya, misalnya 9,4 juta kasus baru pada
2009. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima
dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar
kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia
(sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010).
Tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian ke-2 diIndonesia setelah penyakit jantung
dan pembuluh darah lainnya. Setiap tahun ada 1,3 juta anak berumur kurang dari 15 tahun
yang terinfeksi kuman TB dan setiap tahun ada 450 ribu kematian anak akibat penyakit ini.
(depkes 2008)
Penyakit Primer Kompleks Tuberkulosis (PKTB) merupakan penyakit
yang
relatif
besar
probabilitasnya
pada
anak-anak
balita
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis ( TB / Tubercle Bacillus ) adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosae, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lipid yang tinggi pada membran selnya sehingga
menyebabkan
bakteri
ini
menjadi
tahan
terhdap
asam
dan
lanjut sebagian
besar akan
B. Anatomi
Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni :
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru) yaitu
a. Lobus pulmo dekstra superior
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
2.
Tiap lobus tersusun oleh lobules dan tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang
lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu 5 buah segment pada lobus superior dan 5
buah segment pada inferior. Sedangkan Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yakni 5 buah
segmen pada lobus inferior, 2 buah segment pada lobus medialis dan 3 buah segmen pada
lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Letak Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongga
dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput selaput yang bernama
pleura.
Pleura dibagi menjadi dua :
1.
2.
Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding
dada.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna unuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana
sewaktu bernafas bergerak
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae. Sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 um dan yebal 0,30,6
um. Yang tergolon dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex
adalah :1. M. tuberculosae . 2. Varian Asian. 3. Varian African I. 4. Varian
African II. 5. M. bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan
secara epidemiologi. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas lipid,
kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan terhadap udara dingin
dan kering. Hal ini yang menyebabkan kuman dapat bertahan di kulkas
selama bertahun-tahun. Hal ini terjadi karena kuman berada pada fase
dormant. Dari sifat dromant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni
dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kndungan oksigennya.
Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit TB.
D. Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV
ventilasi yang baik dan kelembabab udara. Dalam suasana gelap dan
lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel
pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman dapat juga masuk melalui luka
pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang terjadi.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka akan membentuk sarang
TB pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang
primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru. Dari sarang
primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran getah bening hilus
(limfadenitis regional). Komplek primer apabila ditemukan Sarang primer,
limfangitis local, limfadenitis regional secara bersamaan.
Komplek primer ini selajutnya dapat menjadi :
2.
Gambar: adanya kalsifikasi parahiler kanan (Ghon focus) disertai pembesaran kelenjar hillus
kanan. (Courtesy: Andrea T Cruz).
d. TB tulang
Di antara manifestasi TB ekstratoracal adalah TB tulang.
3.
Gejala Klinis
a. Gejala umum
1). Berat badan menurun berturut-turut selama 3 bulan tanpa sebab jelas
atau tidak naik selama 1 bulan meskipun dengan intervensi gizi
2). Anoreksia dan gagal tumbuh (failure to thrive)
3). Demam lama/berulang tanpa sebab jelas
4). Pembesaran KGB superfisial seperti: KGB leher, inguinal dan
Sebagainya
5). Gejala saluran napas seperti batuk lama lebih dari 30 hari
6). Gejala GI tract seperti diare lama/berulang, masa di abdomen dan
sebagainya.
b. Gejala spesifik
1). TB kulit (scrofuloderma)
2). TB tulang seperti: gibbus (spondilitis), coccitis, pincang, bengkak
3). TB otak dan syaraf: meningitis TB, ensefalitis TB
4). TB mata: konjungtifitis fliktenuaris, tubercle choroid .
F. Diagnosa
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, tuberculin
tes,pemenksaan radiologis dan bakteriologis. Diagnosis pasti TB paru ditegakkan berdasarkan
ditemukannya kuman Mycobacterium tuberkulosis.
1. Gejala klinis
2. Tes Mantoux
Tes Mantoux merupakan salah satu jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis
Tuberkulosis (TB) pada anak. es Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan protein dari
kuman Mycobacterium tuberculosis pada lengan bawah anak. Agar hasilnya akurat,
penyuntikannya harus benar-benar teliti. Bahan yang dimasukkan harus dengan dosis tepat
dan masuk sepenuhnya ke dalam kulit, bukan di bawah kulit. Kemudian, reaksi yang
dihasilkan harus dibaca tepat waktu.
Untuk memastikan anak terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya
setelah 48-72 jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul
di area sekitar suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9
mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.
0
Tidak
jelas
3
BTA
(+)
Uji Tuberkulin
Status Gizi
Demam
tanpa
sebab jelas
Batuk
Pmbesaran
Kelenjar
Limfe
Kolli,
Aksila,
Inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul,
lutut,
falang
Foto
Negatif
Positif
BB/TB <90%
atau BB/U <80%
Klinis gizi
buruk atau
BB/TB <70%
atau BB/U
<60%
2 minggu
3 minggu
1 cm, jumlah >1,
tidak nyeri
Ada
pembengkakan
Normal/
Tidak
jelas
Infiltrat
Pembesaran
kelenjar
Konsolidasi
segmental/lobar
Atelektasis
Kalsifikasi +
infiltrat
Pembesaran
kelenjar
+infiltrat
Catatan:
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma langsung didiagnosis TB
Berat badan dinilai saat datang
Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan system skorinh TB
anak
Didiagnosis TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih
bersifat tentatif/ sementara, nilai definitive menunggu hasil penelitian yang sedang
dikerjakan.
Pemberian profilakasi INH bila kontak BTA (+) dengan skor <6
Dikutip oleh: dr. Astri Pramarini
Sumber: Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, UKK Pulmonologi PP IDAI, 2005
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu subfebris atau berat badan menurun.
Seringkali pasien tidak menunjukkan suatu kelainan apapun. Tempat kelainan TB paru yang
paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicuragai adanya infiltrate yang agak luas,
maka didapatkan perkusi redup dan auskulltasi suara nafas bronchial. Akan didapatkan juga
suara nafas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infitrat ini diliputi
oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah. Dalam penampilan klinis,
TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis
dada.
6. Pemeriksaan Radiologis TB Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama pada
TB.Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB paru pada
orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) atau uji mantoux (+) dan tanpa
menunjukkan gejala.
a. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan
padafoto roentgen.
b. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto roentgen
tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan tuberkulosis.
c. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis,sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -kurangnya
10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
d. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan
bakteriologi,
tanda
tuberkulosis
Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri,tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada
proyeksi PA,perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala.
Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanyakelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
dibuatsetelah
foto
rutin
diperiksa
dan
bila
terdapat
kesulitan
dalam
2. Limfangitis
Cabang cabang linfe yang keluar dari kompleks Gohn dan berjalan sepanjang
hilus.
3. Limfadenitis
Terjadi pembesaran limfonodi. Sering terjadi di :
a. Lnn. Hilus, tampak sebagai gambaran perpadatan di hilus
b. Lnn. Parabronkial
c. Lnn. Paratrakheal, di kanan dan kiri trakea, tampak sebagai gambaran cerobong asap.
(rusdy ghazali radiologi diagnostik)
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3
bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila
hasil uji tuberculin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif
sudah tidak ada.
b. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
2. Pengobatan
a. Medikametosa
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau
9 bulan, yaitu:
1)
2)
: 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 10 mg/kgbb/hari
: 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 15 mg/kgbb/hari
Dosis
: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
prednison
b. Non Medikametosa
Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada tatalaksana TBC adalah keteraturan
minum obat. Pasien TBC biasanya telah menunjukkan perbaikan beberapa minggu
setelah pengobatan sehingga merasa sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan.
Lingkungan sosial dan pengertian yang kurang mengenai TBC dari pasien serta
keluarganya tidak menunjang keteraturan pasien untuk minum obat. Kepatuhan
pasien dikatakan baik jika pasien meminum obat sesuai dengan dosis yang
ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan pasien ini menjamin keberhasilan
pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu upaya untuk meningkatkan
kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung terhadap
pengobatan.
DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah
direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Strategi ini
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat
memberikan
angka
kesembuhan
yang
tinggi.
Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu : Komitmen
politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. Diagnosis TBC dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan panduan Obat Anti TBC (OAT)
jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat, Kesinambungan
penyedian OAT jangka pendek dengan matu terjamin, Pencatatan dan pelaporan secara baku
untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.
Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan, Keluarga
pasien, kader, pasien yang sudah sembuh, tokoh masyarakat, guru. Tugas pengawas minum
obat adalah: 1) Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan,
2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, 3) Mengingatkan kepada
pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan Memberi penyuluhan kepada anggota
keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera
memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan. Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan,
baik pada biakan, lebih-lebih pada pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada
anak diagnosis tidak dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan
dalam strategi DOTS. Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan
sistem skoring
I. Pencegahan Penularan
dr. Wahyuni Indawati, Sp.A memaparkan beberapa cara untuk
mencegah TB anak berikut :
1. Vaksinasi BCG.
Vaksinasi merupakan salah satu faktor penting dalam pencegahan penyakit. Vaksin
merupakan mikroorganisme, baik sel utuh maupun bagian sel yang bersifat toksik, yang
sudah dilemahkan dan dimasukan ke tubuh untuk merangsang tubuh membentuk
antibodi. BCG merupakan jenis vaksin yang secara spesifik merangsang pembentukan
antibodi terhadap bakteri TB.
2. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang.
Makanan yang bergizi dan seimbang akan meningkatkan imunitas yang membantu
memerangi bakteri penyebab TB.
3. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah.
Lingkungan dengan kriteria tersebut dapat mencegah perkembangbiakan bakteri
penyebab TB sehingga menurunkan kemungkinan tertular.
J. Prognosis
Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan
OAT terkini memberikan
kesembuhan.
Jika
hasil
yang
potensial
kuman sensitif
lebih
sulit
dan
untuk
mencapai
dan pengobatan
lengkap,
kurang memuaskan
Terapi
hasilnya. Perhatian
OAT
lanjut.
Pasien dengan
jumlahnya meningkat
dari
waktu ke waktu.
ataupun
ketidakpatuhan
resistensi
terapi
pasien
multiple
Hal
yang
ini
tidak
dalam menjalanin
pengobatan.
Ketika
dan
terjadi
resistensi
atau
intoleransi
terhadap
Isoniazid
isoniazid)
terjadi
perbaikan
mendekati 100% pada pasien dengan TB milier. Tanpa terapi OAT pada TB
milier maka angka kematian hampir mencapai 100%.
BAB III
KESIMPULAN
scoring,
berdasarkan
gejala
klinis
dan
pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Y. 2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia.