Anda di halaman 1dari 11

Sunnahnya Menghadapkan Ujung Jemari Kaki Ke Kiblat

Penulis : Ust. Ahmad Hamdani bin Muslim


Penerbit : Maktabah ArRisalah
Posting ke blog oleh : Abdul Aziz Husen / Abu Salman

Sebagian orang dengan kebodohannya dan tanpa merujuk kepada ulama yang
mana kitab diwajibkan merujuk kepada mereka dalam beragama, menetapkan
bahwa menghadapkan ujung jemar kaki hukumnya wajib. Alloh taala berfirman :

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.1
Alloh tala berfirman :
Dan apabila suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan datang kepada
mereka, mereka segera menyiarkannya tanpa meneliti terlebih dulu. Dan
seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (orang-orang
berakal, pemimpin dan tokoh) diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui hukumnya akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri).2
Alloh tala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. 3

An Nahl : 43
An Nisa : 83 Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan : Ini adalah pengingkaran dari Alloh atas orang yang terbutuburu mengabarkan, menyiarkan dan menyebarkan segala urusan atau berita yang terkadang tidak benar.
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : Cukup dusta bagi seorang mengatakan semua yang ia dengar.
(HR.Muslim dan Abu Dawud, Ibnu Katsir, 2/323 - penerj)
3
AnNisa : 59
2

Ibnu Katsir rohimahulloh berkata : Ulil amri minkum adalah ulama dan
nampaknya wallohu alam meliputi tiap pemerintah dan ulama. (Tafsirul Quranil
Adhim,1/530)
Dan telah tetap dalam Sunan Abi Dawud dari hadits Ibni Abbas rodhiallohu
anhuma ia berkata, Rosululloh
berkata kepada sekelompok
sahabat yang berfatwa tanpa ilmu : Mereka telah membunuhnya, Alloh
memerangi mereka, bukankah obat kebodohan adalah bertanya ?. Dihasankan
Syaikh Al Albani dalam Shohih Abi Dawud 1/69.
Ditetapkan dalam Sunan Abi Dawud dari hadits Abi Darda, Rosululloh
bersabda : Ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu,
barnagsiapa mengambilnya maka ia mengambil dengan bagian yang besar.
Dihasankan oleh Al Albani dalam Jami Shohih 1/79-80.
Syaikh Fauzan rohimahulloh berkata : Maka ulama menduduki kedudukan
para nabi dengan mengajarkan ilmu dan menyampaikannya kepada manusia
maka wajib bagi manusia mempelajari ilmu dari mereka, menerima petunjuk dan
pengajaran mereka. (AlKhuthob AlMimbariyah, 1/176)
Berdasarkan dari dalil-dalil di atas, wahai saudaraku pembaca yang mulia aku
sampaikan beberapa fatwa sebagian tokoh ulama yang menerangkan hukum
menghadapkan jemari kaki ke kiblat di mana masalah ini dibesa-besarkan oleh
sebagian orang yang tidak sok menegakkan dawah salaf padahal kosong dari ilmu
untuk menjatuhkan salah seorang daI salaf yang ketika sholat tidak
menghadapkan jemari kakinya ke kiblat dan dikatakan tidak bisa diambil ilmunya.
Sementara itu tidak ada ulama yang mengatakan demikian. Sungguh ini adalah
bicara tentang agama Alloh tanpa ilmu yang merupakan dosa besar yang Alloh
haramkan. Ia berfirman :

Katakanlah: "Robku hanyalah mengharamkan perbuatan yang dosa, baik yang


nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan maksiat, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dalam ibadah dengan

sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengatakan tentang
Allah apa yang tidak kamu ketahui ". 4
Imam Bukhori dalam Shohihnya berkata:
Bab Keutamaan Menghadapkan Ujung Jemari Kaki ke Kiblat, dari Abi Humaid
dari Nabi
bahwa beliau menghadapkan ujung jemari kakinya ke
kiblat.
Lihatlah fiqih Imam Bukhori dengan mengatakan : Keutamaan Menghadapkan
Ujung Jemari.....yang menunjukkan bukan wajib. Maka lihatlah keterangan berikut
dengan seksama :
Berkata Syaikhuna Muhammad bin Hizam : Dalam hadits Abi Humaid
terdapat dalil sunnahnya amalan tersebut dalam sholat. Berkata Ibnu Rojab :
Adalah Ibnu Umar melakukannya, demikian juga Imam Ahmad dan Syafii dan
sebagian muridnya menyelisihinya dan mereka berkata : meletakkan ujung jemari
kaki di tanah tanpa menekannya. Akan tetapi mereka dibantah oleh penulis kitab
Syarhul Muhadzab, Imam Nawawi yang satu madzhab dengan mereka bahwa
pendapat mereka itu ganjil (nyleneh- jawa) dan tertolak menyelisih hadits-hadits
shohih....
Beliau berkata (Syaikhuna Muhammad bin Hizam): Aku katakan : Atsar Ibni Umar
disebutkan oleh Ibnu Sad dalam Thobaqotnya (4/157) dengan sanad hasan
bahwa Ibnu Umar menyukai menghadapkan kiblat tiap anggota badannya saat
sholat sampai beliau menghadapkan ibu jarinya ke kiblat. Demikian juga ketika
duduk di antara dua sujud. Dan disebutkan dalam Sunan Nasai 2/187) bahwa Ibnu
Umar berkata : Termasuk sunnah sholat menegakkan kaki yang kanan dan
menghadapkan jemari kaki ke kiblat. (Kitabush Sholah, Syarh Bulughul Maram,
Syaikh Muhammad bin Hizam, 75, lihat juga Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/603 - pent)
Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : Dan dengan menyebutkan hadits
tersebut di sini Imam Bukhori menginginkan adanya keterangan disyariatkannya
menghadap kiblat dengan semua apa yang memungkinkan dari anggota badan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, Tidak dihilangkan nama dari yang
dinamakan perintah perintah Alloh dan rasulNya kecuali jika ditinggalkan
sebagian kewajibannya seperti hadits :
Tidak ada shalat
kecuali dengan ummul quran dan hadits

AlAraf :33

Tidak ada iman bagi yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi yang tidak
memenuhi janji. 5
Adapun bila amalannya berupa sunah dalam ibadah maka tidak dihilangkan
(tidak dianggap ada) nama ibadah itu karena hilangnya sunnah. Karena kalau
dihilangkan nama ibadah dengan sebab demikian niscaya akan hilanglah nama
iman, sholat, zakat dan haji dari mayoritas orang-orang beriman iman, sholat,
zakat dan haji mereka tidak dianggap pent. Dan sesungguhnya tidaklah satu
amalan kecuali selainnya lebih utama darinya dan tidak ada seorang pun yang
melakukan perbuatan yang baik yang serupa dengan apa yang dikerjakan
Rosululoh
bahkan tidak ada yang serupa dengan apa yang
dikerjakan Abu Bakr maupun Umar. Seandainya seorang melakukan amalan
ibadah yang kurang sunnahnya dan kemudian tidak dianggap ibadahnya (atau
jelek ibadahnya) niscaya amalan mayoritas muslimin yang pertama dan terahir
tidak dianggap (dihilangkan) dan ini tidak dikatakan oleh orang yang punya akal.
Ada yang berkata : yang dihilangkan adalah kesempurnaannya. Jika yang ia
kehendaki dihilangkannya kesempurnaan yang wajib yang dicela orang yang
meninggalkannya dan diancam hukum maka ia benar. Jika yang ia kehendaki
dihilangkannya kesempurnaan yang sunnah maka yang demikian ini tidak
terdapat dalam syariat Alloh sedikit pun dan tidak boleh ada. 6 Sesungguhnya
orang yang mengerjakan yang wajib sebagaimana yang telah diwajibkan
kepadanya dan tidak mengurangi kewajibannya sedikit pun maka tidak boleh
dikatakan : Aapa yang ia kerjakan tidak ada hakikat maupun kiasannya. Jika Nabi
mengatakan kepada orang badui arab yang salah sholatnya :
Kembalilah lalu sholatlah sesungguhnya kamu belum sholat dan berkata kepada
shahabat yang sholat sendirian di belakang shoff dan telah diperintah
mengulang sholatnya :
Tidak ada sholat bagi orang yang
sholat sendirian di belakang shoff, ini karena meninggalkan yang wajib.
5

Artinya fatihah dan amanah hukumnya wajib maka bagi yang sholet tidak membaca fatihah sholatnya dianggap
tidak ada dan bagi yang tidak memenuhi janji maka tidak punya iman.
6
Jika menghadapkan jemari kaki ke kiblat hukumnya sunnah lalu seorang dengan kebodohannya mencap jelek
sholat orang yang tidak menghadapkannya ke kiblat dan menganggap perbuatan selain sholat lebih jelek maka
banyak sekali orang yang ia anggap jelek sholatnya. Dan orang yang sedekap setelah ruku tentu jelek sholatnya
bagi mengatakan bidah sedekap dan Syaikh berarti jelek sholatnya dan tidak bisa diambil ilmunya demikian juga
ustaadz yang mereka jadikan rujukan pun jelek sholatnya karena sedekap setelah ruku !!!. Dan tidak ada pendapat
seorang ulamapun yang mendahuluinya sebagaimana yang kamu lihat. Maka hati-hatilah hai ikhwan dari
menghukumi seseorang tanpa pemahaman ulama salaf nanti kamu terjerumus ke dalam sikap ghuluw dan ngawur
serta berkata tentang agama Alloh tanpa ilmu yang dosanya amat besar. Kalau kamu bersandar pada ucapan
ustadz fulan dan fulan maka lihat kesimpulan dalilnya dari dia atau dari ulama yang ilmunya jauh lebih tinggi. Kalau
sekedar menyimpulkan dalil semua tholabul ilmi yang pandai pasti bisa tapi hendaknya didukung dengan
perkataan ulama yang menguatkannya karena dihawatirkan salah sebagaimana kesimpulanmu di atas.

Demikian juga firman Alloh taala :


Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah orang-orang yang beriman
kepada Alloh dan rosulNya kemudian tidak ragu dan berjihad dengan harta dan
diri mereka di jalan Alloh. Mereka adalah orang-orang yang benar imannya.
(AlHujurot), Alloh menjelaskan bahwa jihad dan meninggalkan keraguan adalah
wajib.
Dan Imam Bukhori dan Muslim menyebutkan dalam shohih keduanya dan
ashabus sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah dan ashabul
masanid seperti Musnad Ahmad dan selainnya dari pokok-pokok Islam dari Abi
Huroiroh
:
Bahwa Rosululloh
masuk masjid, lalu seorang lelaki masuk
kemudian ia mengucapkan salam kepada beliau, lalu beliau menjawab salamnya
dan berkata : Kembalilah kamu sesungguhnya kamu belum sholat, lalu lelaki itu
kembali ke tempatnya dan sholat, lalu Rosululloh
berkata :
Kembalilah kamu sesungguhnya kamu belum sholat, lalu lelaki itu kembali ke
tempatnya dan sholat, lalu Rosululloh
berkata : Kembalilah
kamu sesungguhnya kamu belum sholat, lalu lelaki itu kembali ke tempatnya dan
sholat, lalu Rosululloh
berkata : Kembalilah kamu sesungguhnya
kamu belum sholat, sampai ia mengerjakannya tiga kali. Maka lelaki itu berkata :
Dan demi yang mengutusmu dengan benar betapa bagusnya ajarannya maka
ajarilah aku. Nabi
bersabda :

Jika kamu berdiri sholat maka takbirlah kemudian bacalah apa yang mudah
AlQuran bagimu kemudian rukulah sampai tenang rukunya kemudian angkatlah
sampai berdiri tegak kemudian sujudlah sampai tenang sujudnya kemudian
duduklah sampai tenang duduknya kemudian kerjakan yang demikian pada
sholatmu semuanya. Dalam riwayat Bukhori :

Jika kamu hendak berdiri sholat maka sempurnakan wudlu kemudian


menghadap kiblat, lalu takbirlah dan membaca apa yang mudah bagimu dari
AlQuran kemudian rukulah sampai sampai tenang rukunya kemudian angkatlah
kepalamu sampai berdiri tegak kemudian sujudlah sampai tenang sujudnya
kemudian angkatlah sampai tegak dan tenang duduk kemudian sujud sampai

tenang sujud kemudian angkat sampai tegak berdiri dan lakukan yang demikian
itu dalam sholatmu semuanya. Dan dalam riwayat yang lain bagi Bukhori :
Kemudian rukulah sampai tenang rukunya kemudian angkatlah sampai tegak
berdiri. Dalam satu riwayat :
-------

Jika kamu telah mengerjakan ini sungguh sempurna sholatmu dan apa yang
kurang dari ini maka sesungguhnya kuranglah sholatmu. Dan dari Rifaah bin
Raafi rodhiallohu anhu : Sesungguhnya seorang lelaki masuk masjid lalu ia
menyebutkan haditsnya dan berkata : Lalu Nabi
berkata :
Sesungguhnya tidak sempurna sholat seorang dari manusia sampai wudlu dengan
sempurna kemudian takbir dan memuji Alloh azza wa jalla dan mengulangi
pujiannya, membaca AlQuran yang ia kehendaki kemudian mengucapkan : Allohu
akbar kemudian ruku sampai tenang rukunya kemudian mengucapkan Allohu
akbar kemudian mengangkat kepalanya sampai berdiri tegak kemudian sujud
sampai tenang sujudnya kemudian mengucapkan Allohu akbar kemudian sujud
sampai tenang tulang-tulang persendiannya kemudian mengangkat kepalanya
dan takbir. Jika ia mengerjakan ini semuanya maka sempurna sholatnya.
Dalam satu riwayat :

Sesungguhnya tidak sempurna sholat seorang dari kamu sampai


menyempurnakan wudlunya sebagaimana yang Alloh perintahkan lalu ia mencuci
wajah dan kedua tangannya sampai kedua sikunya,mengusap kepalanya dan
mencuci kedua kakinya sampai kedua mata kakinya kemudian takbir dan,
memujiNya kemudian membaca AlQuran apa dibolehkan dan mudahkan dan ia
menyebutkan seperti hadits pertama kemudian takbir lalu sujud dam
menekankan wajahnya atau keningnya ke tanah sampai tenang dan istirahat
sendir-sendi tubuhnya kemudian takbir kemudian duduk dengan tegak di atas

tempat duduknya dan menegakkan tulang sulbinyi lalu beliau menjelaskan


sholat empat rakaat sampai selesai kemudian berkata : Tidak sempurna sholat
seorang dari kamu sampai melakukan ini. Hadits ini diriwayatkan oleh ahlus
sunan dan berkata Tirmidzi : hadits hasan. Dan dua riwayat di atas dari Abu
Dawud. Dan riwayat yang ketiga dari Abu Dawud :

Jika kamu hendak berdiri sholat maka hadapkanlah wajahmu ke kiblat lalu takbir
kemudian membaca ummul Quran dan dengan apa yang Alloh kehendaki untuk
kamu baca. Jika kamu ruku maka letakkan kedua telapak tanganmu pada kedua
lututmu dan bentangkan punggungmu. Dan beliau berkata : Jika kamu sujud maka
tekan sujudmu dan jika kamu telah angkat kepalamu maka duduklah bersandar di
atas pahamu yang kiri. Dan dalam riwayat yang lain :

Jika kamu hendak berdiri untuk sholat maka takbirlah kemudian bacalah apa
yang mudah bagimu dari AlQuran dan beliau berkata : Jika kamu duduk di
tengah sholat maka tenang dan hamparkanlah paha kirimu kemudian tasyahud
kemudian jika kamu berdiri maka kerjakan semisal itu sampai selesai sholatmu.
Dalam riwayat lain : Maka wudlulah sebagaimana yang Alloh perintahkan
kemudian tasyahud dan sempurnakan kemudian takbir. Jika kamu memiliki
hapalan AlQuran maka bacalah, jika tidak maka pujilah Alloh azza wa jalla, takbir
dan tahlil. Dan berkata : Jika ada yang kurang darinya maka berkuranglah
(pahala) sholatmu. Maka Nabi
memerintahkan orang yang salah
(jelek) sholatnya untuk mengulangi sholatnya. Dan perintah Alloh dan rosulNya
jika dimutlakkan maka berarti berhukum wajib, beliau memerintahkannya jika
berdiri agar tenang sebagaimana memerintahkan demikian ketika ruku dan
sujud. Dan perintahnya kalau mutlak hukumnya wajib. Dan beliau mengatakan
kepadanya : Kamu belum sholat maka beliau meniadakan amalan sholatnya
yang pertama dan amalan tidak ditiadakan (dianggap tidak ada) kecuali jika hilang
satu dari kewajibannya. Jika mengerjakan sebagaimana yang Alloh wajibkan
maka tidak sah/benar menghukumi tiadanya amalan hanya karena hilangnya
satu dari yang disunnahkan. Adapun apa yang dikatakan sebagian manusia :
Yang ditiadakan adalah kesempurnaannya . Namun yang ditiadakan
kesempurnaan wajib atau kesempurnaan sunnah ? Bila jawabannya yang pertama
maka benar dan bila jawabannya yang kedua maka batil, yang seperti ini tidak

ditemukan dalam ucapan Alloh maupun RosulNya sama sekali. Karena sesuatu itu
jika telah sempurna yang wajibnya lalu bagaimana tidak dianggap (ditiadakan) ?
Kalau diartikan peniadaan kesempurnaan yang wajib tentu tidak dianggap amalan
orang-orang pertama dan terahir karena kesempurnaan yang sunnah sangat
jarang sekali. Atas dasar ini maka datanglah dalil/nash yang meniadakan amalamal yang dikerjakan dalam AlKitab dan As Sunnah hanyalah karena tidak adanya
sebagian kewajibannya sebagaimana firmanNya :

Maka demi robmu meraka tidak beriman sampai mereka berhukum padamu
(Muhammad
) pada perkara yang mereka perselisihkan di antara
mereka kemudian mereka tidak menemukan pada diri mereka rasa berat dari apa
yang telah kamu putuskan dan berserah diri dengan sebenar benarnya.
Dan firmanNya :
Dan mereka berkata : kami beriman kepada Alloh dan kepada Rosul dan kami
taat kemudian sekelompok dari mereka berpaling setelah itu dan mereka itu
bukan orang-orang beriman. Dan firmanNya :
Sesungguhnya orang-orang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada
Alloh dan RosulNya kemudian mereka tidak ragu. Dan firmanNya :
Dan sesungguhnya orang-orang beriman adalah orang-orang yang beriman
kepada Alloh dan RosulNya dan jika mereka bersamanya pada satu urusan
bersama mereka tidak pergi sampai mereka minta ijin kepadanya. Dan sabdanya
:
Tidak ada iman bagi yang tidak amanah. Dan sabdanya :
Tidak ada sholat kecuali dengan fatihah. Dan sabdanya :
Tidak ada sholat kecuali dengan wudlu. ..... (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah,
22/527-530)
Al Imam AshShonany rohimahulloh menjelaskan hadits di atas : Dan hadits
di atas (yang disebutkan Syaikhul Islam pen) menunjukkan bahwasanya di
wajibkan mengerjakan tiap apa yang disebutkan pada bagian-bagian rakaat
shalatnya kecuali takbiratul ihram di mana diketahui bahwa kewajibannya husus

dengan masuknya shalat di awal rakaat, dan menunjukkan atas wajibnya


membaca fatihah pada tiap rakaat sebagaimana talah anda ketahui tafsir
daripada ayat membaca apa yang mudah daripada Al Quran (AlMuzammil)
ditafsirkan dengan Fatihah, maka wajib membaca surat Fatihah pada tiap rakaat
dan wajib membaca surat yang dikehendakinya bersama Fatihah di tiap rakaat.
Akan datang pembahasan wajibnya membaca surat selain Fatihah pada dua
rakaat terahir dari shalat yang empat rakaat dan rakaat ketiga pada shalat
maghrib.
Dan ketahuilah bahwa dengan hadits yang mulia ini ulama menetapkan atas
wajibnya tiap gerakan dan bacaan yang disebutkan di dalamnya karena Nabi
menyampaikannya dengan bentuk kalimat perintah setelah
ucapan beliau :
tidak sempurna shalat kecuali dengan
apa yang telah disebutkan padanya. Adapun dalil tidak wajibnya gerakan dan
bacaan yang tidak disebutkan di dalam hadits adalah pada saat rasulullah
menyampaikannya pada posisi mengajar perkara-perkara yang wajib dalam
shalat, sehingga seandainya meninggalkan penyebutan sebagian yang diwajibkan
tentu dianggap mengahirkan keterangan dari waktu yang dibutuhkan yang hal ini
tidak diperbolehkan menurut kesepakatan ulama dan termasuk kewajiban
yang disepakati dan tidak disebutkan dalam hadits adalah niatdan duduk
tasyahud ahir. (Subulus Salam, Shanany, 1/ 240).
Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata,Dan disunnahkan sujud dengan ujungujung jemari kaki dan mengarahkannya ke kiblat.
Imam Ahmad berkata,Dan membuka jemari kedua kaki agar jemarinya ke
arah kiblat. Dan sujud dengan ujung kakinya sesuai sabda Nabi
,
Aku diperintah untuk sujud di atas tujuh anggota
badan (tulang). Disebutkan di antara anggota badan yang tujuh adalah ujungujung jemari kaki dan dalam riwayat lain :
Nabi sujud tidak membentangkan badannya maupun tidak mengerutkannya dan
menghadapkan ujung kedua kakinya ke kiblat. (HR. Bukhori)
Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan : Beliau membuka jemari kedua kakinya.
Demikian makna haditsnya. (AlMughni, Ibnu Qudamah, 2/204)
Berkata Ibnu Qudamah rohimahulloh,Menghadapkan ujung jemari kaki ke
kiblat inin pendapat Abu Humaid dari Nabi
dikeluarkan oleh
Imam Bukhori dengan sanadnya pada sifat sholat dan padanya disebutkan bahwa
Nabi
menghadapkan ujung jemari kaki ke kiblat. Dan dikeluarkan
oleh Ibnu Hibban dalam Shohihnya dari hadits Aisyah rodhialloh anha,

berkata,Aku kehilangan Rosululloh


dari tempat tidur pada satu
malam, lalu aku mencarinya, tiba-tiba tanganku memegang kedua kaki beliau
tegak dalam sujud dengan ujung jemarinya menghadap kiblatBerkata Ibnu
Juraij dari Ibrahim bin Maisrah dari Thawus, Aku tidak pernah melihat seorang
yang sholat yang mirip dengan Ibnu Umar di mana beliau orang yang paling kuat
menghadapan wajah, kedua tangan dan kakinya ke kiblat. (AlMughni, Ibnu
Qudamah, 2/204)
Dari Nafi maula Ibni Umar - dari Ibni Umar,Ibnu Umar jika sholat
menghadapkan semua anggota badannya ke kiblat sampai kedua terompahnya.
Dan dari Salim dari Ibni Umar, bahwa Ibnu Umar tidak suka membengkokkan
kedua tangannya ke kiblat.
AlMasudi meriwayatkan dari Aisyah rodhiallohu anha dari Utsman Ats
Tsaqofy bahwa Aisyah melihat seorang lelaki mencondongkan kedua tangannya
dari kiblat maka beliau berkata,Luruskan ke kiblat.
Dan banyak ulama salaf yang menyunnahkannya di antaranya : Salim bin
Abdillah bin Umar, AlQosim bin Muhammad, Hasan Basri dan Ibni Sirin. Dan
berkata Hafsh dari Ashim : Dia termasuk sunnah. (AlMughni, Ibnu Qudamah,
7/347)
AlAllamah Ibnul Utsaimin rohimahulloh berkata : Dan Imam Nasai (1157)
menyebutkan dari Ibni Umar rodhiallohu anhuma beliau berkata : Termasuk
sunnah sholat menegakkan tapak kaki kanan dan menghadapkan jemarinya ke
kiblat dan duduk di atas kaki kiri.
Dari hadits dan keterangan ulama di atas cukup kiranya bagi orang inshof dan
mencari kebenaran serta berakal atas sunnahnya menghadapkan kaki ke kiblat
dan seolah merupakan ijma ulama. Dan tidak / belum saya ketemukan ucapan
ulama yang mengatakan wajib sebagaimana yang dikatakan sebagian ustadz dan
sebagian ihwan yang menukil dari kaidah ushul fiqih dari kitab Syaikh Utsaimin di
mana beliau menyebutkan kaidah ushul bahwa tidak sempurna yang wajib kecuali
dengannya maka ia wajib dan beliau mencontohkannya wudlu di mana tidak
sempurna sholat kecuali dengannya maka wudlu wajib bukan menghadapkan kaki
ke kiblat yang disampaikan akh tersebut. Dia pun menuduh saya tidak
menyampaikan di kitab mana saya mengatakan sunnahnya dan ini salah satu
kedustaannya dari banyak kedustaan yang sebarkan Bukan saya meremehkan
sunnah, tetapi hendaknya untuk menghukumi seseorang hendaknya hati-hati dan
teliti jangan asal tidak senang dan tersinggung kemudian mengecap sholatnya
jelek dan amalan yang lainya juga lebih jelek kemudian tidak bisa diambil ilmunya

yang mana ini menyebabkan kekacauan di dalam dawah. mereka tidak tahu
bahwa dalam sholat terdapat lima hukum yaitu wajib, sunnah, haram, makruh
dan mubah yang pembahasan rincinya bukan di sini tempatnya.
Wallohu alamu bishshowab.

Anda mungkin juga menyukai