Sebagian orang dengan kebodohannya dan tanpa merujuk kepada ulama yang
mana kitab diwajibkan merujuk kepada mereka dalam beragama, menetapkan
bahwa menghadapkan ujung jemar kaki hukumnya wajib. Alloh taala berfirman :
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.1
Alloh tala berfirman :
Dan apabila suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan datang kepada
mereka, mereka segera menyiarkannya tanpa meneliti terlebih dulu. Dan
seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (orang-orang
berakal, pemimpin dan tokoh) diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui hukumnya akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri).2
Alloh tala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. 3
An Nahl : 43
An Nisa : 83 Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan : Ini adalah pengingkaran dari Alloh atas orang yang terbutuburu mengabarkan, menyiarkan dan menyebarkan segala urusan atau berita yang terkadang tidak benar.
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : Cukup dusta bagi seorang mengatakan semua yang ia dengar.
(HR.Muslim dan Abu Dawud, Ibnu Katsir, 2/323 - penerj)
3
AnNisa : 59
2
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata : Ulil amri minkum adalah ulama dan
nampaknya wallohu alam meliputi tiap pemerintah dan ulama. (Tafsirul Quranil
Adhim,1/530)
Dan telah tetap dalam Sunan Abi Dawud dari hadits Ibni Abbas rodhiallohu
anhuma ia berkata, Rosululloh
berkata kepada sekelompok
sahabat yang berfatwa tanpa ilmu : Mereka telah membunuhnya, Alloh
memerangi mereka, bukankah obat kebodohan adalah bertanya ?. Dihasankan
Syaikh Al Albani dalam Shohih Abi Dawud 1/69.
Ditetapkan dalam Sunan Abi Dawud dari hadits Abi Darda, Rosululloh
bersabda : Ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu,
barnagsiapa mengambilnya maka ia mengambil dengan bagian yang besar.
Dihasankan oleh Al Albani dalam Jami Shohih 1/79-80.
Syaikh Fauzan rohimahulloh berkata : Maka ulama menduduki kedudukan
para nabi dengan mengajarkan ilmu dan menyampaikannya kepada manusia
maka wajib bagi manusia mempelajari ilmu dari mereka, menerima petunjuk dan
pengajaran mereka. (AlKhuthob AlMimbariyah, 1/176)
Berdasarkan dari dalil-dalil di atas, wahai saudaraku pembaca yang mulia aku
sampaikan beberapa fatwa sebagian tokoh ulama yang menerangkan hukum
menghadapkan jemari kaki ke kiblat di mana masalah ini dibesa-besarkan oleh
sebagian orang yang tidak sok menegakkan dawah salaf padahal kosong dari ilmu
untuk menjatuhkan salah seorang daI salaf yang ketika sholat tidak
menghadapkan jemari kakinya ke kiblat dan dikatakan tidak bisa diambil ilmunya.
Sementara itu tidak ada ulama yang mengatakan demikian. Sungguh ini adalah
bicara tentang agama Alloh tanpa ilmu yang merupakan dosa besar yang Alloh
haramkan. Ia berfirman :
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengatakan tentang
Allah apa yang tidak kamu ketahui ". 4
Imam Bukhori dalam Shohihnya berkata:
Bab Keutamaan Menghadapkan Ujung Jemari Kaki ke Kiblat, dari Abi Humaid
dari Nabi
bahwa beliau menghadapkan ujung jemari kakinya ke
kiblat.
Lihatlah fiqih Imam Bukhori dengan mengatakan : Keutamaan Menghadapkan
Ujung Jemari.....yang menunjukkan bukan wajib. Maka lihatlah keterangan berikut
dengan seksama :
Berkata Syaikhuna Muhammad bin Hizam : Dalam hadits Abi Humaid
terdapat dalil sunnahnya amalan tersebut dalam sholat. Berkata Ibnu Rojab :
Adalah Ibnu Umar melakukannya, demikian juga Imam Ahmad dan Syafii dan
sebagian muridnya menyelisihinya dan mereka berkata : meletakkan ujung jemari
kaki di tanah tanpa menekannya. Akan tetapi mereka dibantah oleh penulis kitab
Syarhul Muhadzab, Imam Nawawi yang satu madzhab dengan mereka bahwa
pendapat mereka itu ganjil (nyleneh- jawa) dan tertolak menyelisih hadits-hadits
shohih....
Beliau berkata (Syaikhuna Muhammad bin Hizam): Aku katakan : Atsar Ibni Umar
disebutkan oleh Ibnu Sad dalam Thobaqotnya (4/157) dengan sanad hasan
bahwa Ibnu Umar menyukai menghadapkan kiblat tiap anggota badannya saat
sholat sampai beliau menghadapkan ibu jarinya ke kiblat. Demikian juga ketika
duduk di antara dua sujud. Dan disebutkan dalam Sunan Nasai 2/187) bahwa Ibnu
Umar berkata : Termasuk sunnah sholat menegakkan kaki yang kanan dan
menghadapkan jemari kaki ke kiblat. (Kitabush Sholah, Syarh Bulughul Maram,
Syaikh Muhammad bin Hizam, 75, lihat juga Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/603 - pent)
Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : Dan dengan menyebutkan hadits
tersebut di sini Imam Bukhori menginginkan adanya keterangan disyariatkannya
menghadap kiblat dengan semua apa yang memungkinkan dari anggota badan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, Tidak dihilangkan nama dari yang
dinamakan perintah perintah Alloh dan rasulNya kecuali jika ditinggalkan
sebagian kewajibannya seperti hadits :
Tidak ada shalat
kecuali dengan ummul quran dan hadits
AlAraf :33
Tidak ada iman bagi yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi yang tidak
memenuhi janji. 5
Adapun bila amalannya berupa sunah dalam ibadah maka tidak dihilangkan
(tidak dianggap ada) nama ibadah itu karena hilangnya sunnah. Karena kalau
dihilangkan nama ibadah dengan sebab demikian niscaya akan hilanglah nama
iman, sholat, zakat dan haji dari mayoritas orang-orang beriman iman, sholat,
zakat dan haji mereka tidak dianggap pent. Dan sesungguhnya tidaklah satu
amalan kecuali selainnya lebih utama darinya dan tidak ada seorang pun yang
melakukan perbuatan yang baik yang serupa dengan apa yang dikerjakan
Rosululoh
bahkan tidak ada yang serupa dengan apa yang
dikerjakan Abu Bakr maupun Umar. Seandainya seorang melakukan amalan
ibadah yang kurang sunnahnya dan kemudian tidak dianggap ibadahnya (atau
jelek ibadahnya) niscaya amalan mayoritas muslimin yang pertama dan terahir
tidak dianggap (dihilangkan) dan ini tidak dikatakan oleh orang yang punya akal.
Ada yang berkata : yang dihilangkan adalah kesempurnaannya. Jika yang ia
kehendaki dihilangkannya kesempurnaan yang wajib yang dicela orang yang
meninggalkannya dan diancam hukum maka ia benar. Jika yang ia kehendaki
dihilangkannya kesempurnaan yang sunnah maka yang demikian ini tidak
terdapat dalam syariat Alloh sedikit pun dan tidak boleh ada. 6 Sesungguhnya
orang yang mengerjakan yang wajib sebagaimana yang telah diwajibkan
kepadanya dan tidak mengurangi kewajibannya sedikit pun maka tidak boleh
dikatakan : Aapa yang ia kerjakan tidak ada hakikat maupun kiasannya. Jika Nabi
mengatakan kepada orang badui arab yang salah sholatnya :
Kembalilah lalu sholatlah sesungguhnya kamu belum sholat dan berkata kepada
shahabat yang sholat sendirian di belakang shoff dan telah diperintah
mengulang sholatnya :
Tidak ada sholat bagi orang yang
sholat sendirian di belakang shoff, ini karena meninggalkan yang wajib.
5
Artinya fatihah dan amanah hukumnya wajib maka bagi yang sholet tidak membaca fatihah sholatnya dianggap
tidak ada dan bagi yang tidak memenuhi janji maka tidak punya iman.
6
Jika menghadapkan jemari kaki ke kiblat hukumnya sunnah lalu seorang dengan kebodohannya mencap jelek
sholat orang yang tidak menghadapkannya ke kiblat dan menganggap perbuatan selain sholat lebih jelek maka
banyak sekali orang yang ia anggap jelek sholatnya. Dan orang yang sedekap setelah ruku tentu jelek sholatnya
bagi mengatakan bidah sedekap dan Syaikh berarti jelek sholatnya dan tidak bisa diambil ilmunya demikian juga
ustaadz yang mereka jadikan rujukan pun jelek sholatnya karena sedekap setelah ruku !!!. Dan tidak ada pendapat
seorang ulamapun yang mendahuluinya sebagaimana yang kamu lihat. Maka hati-hatilah hai ikhwan dari
menghukumi seseorang tanpa pemahaman ulama salaf nanti kamu terjerumus ke dalam sikap ghuluw dan ngawur
serta berkata tentang agama Alloh tanpa ilmu yang dosanya amat besar. Kalau kamu bersandar pada ucapan
ustadz fulan dan fulan maka lihat kesimpulan dalilnya dari dia atau dari ulama yang ilmunya jauh lebih tinggi. Kalau
sekedar menyimpulkan dalil semua tholabul ilmi yang pandai pasti bisa tapi hendaknya didukung dengan
perkataan ulama yang menguatkannya karena dihawatirkan salah sebagaimana kesimpulanmu di atas.
Jika kamu berdiri sholat maka takbirlah kemudian bacalah apa yang mudah
AlQuran bagimu kemudian rukulah sampai tenang rukunya kemudian angkatlah
sampai berdiri tegak kemudian sujudlah sampai tenang sujudnya kemudian
duduklah sampai tenang duduknya kemudian kerjakan yang demikian pada
sholatmu semuanya. Dalam riwayat Bukhori :
tenang sujud kemudian angkat sampai tegak berdiri dan lakukan yang demikian
itu dalam sholatmu semuanya. Dan dalam riwayat yang lain bagi Bukhori :
Kemudian rukulah sampai tenang rukunya kemudian angkatlah sampai tegak
berdiri. Dalam satu riwayat :
-------
Jika kamu telah mengerjakan ini sungguh sempurna sholatmu dan apa yang
kurang dari ini maka sesungguhnya kuranglah sholatmu. Dan dari Rifaah bin
Raafi rodhiallohu anhu : Sesungguhnya seorang lelaki masuk masjid lalu ia
menyebutkan haditsnya dan berkata : Lalu Nabi
berkata :
Sesungguhnya tidak sempurna sholat seorang dari manusia sampai wudlu dengan
sempurna kemudian takbir dan memuji Alloh azza wa jalla dan mengulangi
pujiannya, membaca AlQuran yang ia kehendaki kemudian mengucapkan : Allohu
akbar kemudian ruku sampai tenang rukunya kemudian mengucapkan Allohu
akbar kemudian mengangkat kepalanya sampai berdiri tegak kemudian sujud
sampai tenang sujudnya kemudian mengucapkan Allohu akbar kemudian sujud
sampai tenang tulang-tulang persendiannya kemudian mengangkat kepalanya
dan takbir. Jika ia mengerjakan ini semuanya maka sempurna sholatnya.
Dalam satu riwayat :
Jika kamu hendak berdiri sholat maka hadapkanlah wajahmu ke kiblat lalu takbir
kemudian membaca ummul Quran dan dengan apa yang Alloh kehendaki untuk
kamu baca. Jika kamu ruku maka letakkan kedua telapak tanganmu pada kedua
lututmu dan bentangkan punggungmu. Dan beliau berkata : Jika kamu sujud maka
tekan sujudmu dan jika kamu telah angkat kepalamu maka duduklah bersandar di
atas pahamu yang kiri. Dan dalam riwayat yang lain :
Jika kamu hendak berdiri untuk sholat maka takbirlah kemudian bacalah apa
yang mudah bagimu dari AlQuran dan beliau berkata : Jika kamu duduk di
tengah sholat maka tenang dan hamparkanlah paha kirimu kemudian tasyahud
kemudian jika kamu berdiri maka kerjakan semisal itu sampai selesai sholatmu.
Dalam riwayat lain : Maka wudlulah sebagaimana yang Alloh perintahkan
kemudian tasyahud dan sempurnakan kemudian takbir. Jika kamu memiliki
hapalan AlQuran maka bacalah, jika tidak maka pujilah Alloh azza wa jalla, takbir
dan tahlil. Dan berkata : Jika ada yang kurang darinya maka berkuranglah
(pahala) sholatmu. Maka Nabi
memerintahkan orang yang salah
(jelek) sholatnya untuk mengulangi sholatnya. Dan perintah Alloh dan rosulNya
jika dimutlakkan maka berarti berhukum wajib, beliau memerintahkannya jika
berdiri agar tenang sebagaimana memerintahkan demikian ketika ruku dan
sujud. Dan perintahnya kalau mutlak hukumnya wajib. Dan beliau mengatakan
kepadanya : Kamu belum sholat maka beliau meniadakan amalan sholatnya
yang pertama dan amalan tidak ditiadakan (dianggap tidak ada) kecuali jika hilang
satu dari kewajibannya. Jika mengerjakan sebagaimana yang Alloh wajibkan
maka tidak sah/benar menghukumi tiadanya amalan hanya karena hilangnya
satu dari yang disunnahkan. Adapun apa yang dikatakan sebagian manusia :
Yang ditiadakan adalah kesempurnaannya . Namun yang ditiadakan
kesempurnaan wajib atau kesempurnaan sunnah ? Bila jawabannya yang pertama
maka benar dan bila jawabannya yang kedua maka batil, yang seperti ini tidak
ditemukan dalam ucapan Alloh maupun RosulNya sama sekali. Karena sesuatu itu
jika telah sempurna yang wajibnya lalu bagaimana tidak dianggap (ditiadakan) ?
Kalau diartikan peniadaan kesempurnaan yang wajib tentu tidak dianggap amalan
orang-orang pertama dan terahir karena kesempurnaan yang sunnah sangat
jarang sekali. Atas dasar ini maka datanglah dalil/nash yang meniadakan amalamal yang dikerjakan dalam AlKitab dan As Sunnah hanyalah karena tidak adanya
sebagian kewajibannya sebagaimana firmanNya :
Maka demi robmu meraka tidak beriman sampai mereka berhukum padamu
(Muhammad
) pada perkara yang mereka perselisihkan di antara
mereka kemudian mereka tidak menemukan pada diri mereka rasa berat dari apa
yang telah kamu putuskan dan berserah diri dengan sebenar benarnya.
Dan firmanNya :
Dan mereka berkata : kami beriman kepada Alloh dan kepada Rosul dan kami
taat kemudian sekelompok dari mereka berpaling setelah itu dan mereka itu
bukan orang-orang beriman. Dan firmanNya :
Sesungguhnya orang-orang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada
Alloh dan RosulNya kemudian mereka tidak ragu. Dan firmanNya :
Dan sesungguhnya orang-orang beriman adalah orang-orang yang beriman
kepada Alloh dan RosulNya dan jika mereka bersamanya pada satu urusan
bersama mereka tidak pergi sampai mereka minta ijin kepadanya. Dan sabdanya
:
Tidak ada iman bagi yang tidak amanah. Dan sabdanya :
Tidak ada sholat kecuali dengan fatihah. Dan sabdanya :
Tidak ada sholat kecuali dengan wudlu. ..... (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah,
22/527-530)
Al Imam AshShonany rohimahulloh menjelaskan hadits di atas : Dan hadits
di atas (yang disebutkan Syaikhul Islam pen) menunjukkan bahwasanya di
wajibkan mengerjakan tiap apa yang disebutkan pada bagian-bagian rakaat
shalatnya kecuali takbiratul ihram di mana diketahui bahwa kewajibannya husus
yang mana ini menyebabkan kekacauan di dalam dawah. mereka tidak tahu
bahwa dalam sholat terdapat lima hukum yaitu wajib, sunnah, haram, makruh
dan mubah yang pembahasan rincinya bukan di sini tempatnya.
Wallohu alamu bishshowab.