Disusun Oleh :
SRI NUGRAHANI WAHYU WIYATI
140300131
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS AKUT (TONSILEKTOMI)
A. Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari
jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri
patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330).
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil
tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).
B. Etiologi
1. Streptokokus hemolitikus grup A.
2. Pneumokokus.
3. Stafilokokus.
4. Haemofilus influezae.
C. Pathofisiologi
1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.\
2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
4. Pembentukan abses peritonsilar.
5. Nekrosis jaringan.
D. Gejala-gejala
1. Sakit tenggorokan dan disfagia.
2. Penderita tidak mau makan atau minum.
3. Malaise.
4. Demam.
5. Nafas bau.
6. Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.
E. Penatalaksanaan
1. Tirah baring.
2. Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
3. Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di
lakukan adalah pembedahan.
F. Indikasi tindakan pembedahan
1. Indikasi absolut
a. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang
kronis.
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu
tidur.
c. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan
penurunan berat badan sebagai penyertanya.
d. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan
sekitarnya.
2. Indikasi relative
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai
indikasi relatif.
I. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya
tonsilitis serta bio- psiko- sosio- spiritual.
2. Peredaradan darah
Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan
tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
3. Eliminasi
Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/ alvi), distensi abdomen,
menghilangnya bising usus.
4. Aktivitas/ istirahat
Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi
atau parese/ plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang
otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya
kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
5. Nutrisi dan cairan
Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial),
gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
6. Persarafan
Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/
pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka
dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise
otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
7. Kenyamanan
Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
8. Pernafasan
Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea,
timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
9. Keamanan
Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
10. Psikolgis
Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
J. Masalah dan rencana tindakan keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
trauma pada pusat pernafasan
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan
secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan
baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam
keadaan sejajar dengan tulang belakang/ sesuai indikasi).
b. Lakukan suction jika di perlukan.
c. Kaji fungsi sistem pernafasan.
d. Kaji
kemampuan
pasien
dalam
melakukan
batuk/
usaha
mengeluarkan sekret.
e. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
f. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi
pucat/ cyanosis).
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kelemahan
b.
c.
d.
dengan
penghambat tersebut.
pasien
cara-cara
untuk
mengatasi
faktor
dari ketidak
patuhan terhadap
penatalaksanaan.
d. Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
e. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses
penyakit, Jakarta: EGC.