Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan
Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Mansjoer,
2010)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin
dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red
cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 2007)
2. Klasifikasi Anemia
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
a. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
b. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
a. Anemia Mikrositik Hipokrom
Anemia Defisiensi Besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe
sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe
dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35
mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan
kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak
disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
Diet yang tidak mencukupi
Absorpsi yang menurun
Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
Hemoglobinuria
Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

Anemia Penyakit Kronik


Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan

berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema, dll).
b. Anemia Makrositik
Anemia Pernisiosa / Defisiensi Vitamin B12

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with


reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan
berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema, dll).

Defisiansi Asam Folat


Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan
absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh
saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun daun
yang hijau.

c. Anemia Karena Perdarahan

Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui
pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi,
perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

d. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120
hari ), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena
kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun,
infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan
splenomegali.
e. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel
darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin,
dll.
3. Epidemiologi
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka
anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan
2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi
40,1% (Amiruddin, 2007).

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan


penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan.
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan
pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),
namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03%
(tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008).
4. Etiologi
Penyebab umum dari anemia disebabkan oleh perdarahan hebat antara
lain sebagai berikut. Akut (mendadak), kecelakaan pembedahan, persalinan, pecah
pembuluh darah, kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir (homoroid), ulkus
peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung
kemih, dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak. Berkurangnya
pembentukan sel darah merah bisa juga disebabkan karena kekurangan nutrisi
seperti zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan
vitamin C (Barbara C. Long, 1996). Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses
paru, bronkiektasis, empiema, dll.
Selain itu, Meningkatnya penghancuran sel darah merah antara lain pembesaran
limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi autoimun terhadap sel
darah merah, hemoglobinuria nokturnal paroksismal, sferositosis herediter,
elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit
hemoglobin C, penyakit hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E dan Thalasemia.
5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik
atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera

direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1


mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,
maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organorgan penting (Sjaifoellah, 1998). Penurunan aktivitas organ dapat terjadi dan bisa
menimbulkan gangguan dalam pemenuhan nutrisi. Dapat juga menimbulkan
gangguan dalam eleminasi defekasi karena penurunan motilitas traktus
gastrointestinal. Dalam kondisi tersebut dapat menyebabkan kelemahan umum,
kelelahan dan intoleransi terhadap aktifitas. Hb yang berfungsi sebagai proteksi
sekunder tubuh jika menurun dapat meningkatkan risiko mudahnya terjangkit
infeksi. Jika saturasi O2 yang ada dalam tubuh < 40% tubuh akan mengkonpensasi
dengan

meningkatkan

Hiperventilasi.

6. Pathway

pernapasan

sehingga

memungkinkan

timbulnya

7. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain :
pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara
C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe).

Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien

anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001).


Adapun manifestasi khusus pada anemia :

a.

Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis,


ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

b.

Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10


gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi,
murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau
aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah,
pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir,
farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar
bising sistolik yang fungsional. Perubahan kulit dan mukosa yang progresif
seperti lidah yang halus dan keilosis (pada defisiensi Fe). Terjadi kelainan
neurologis, biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan,
dan pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi cerebral, demensia, dan
perubahan neuropsikiatrik lainnya (pada defisiensi vitamin B12 dan asam
folat).

c.

Anemia pada penyakit kronik : berkurangnya


sideroblas dalam sumsum tulang, sedangkan deposit besi dalam system
retikuloendotelial (RES) normal atau bertambah.

8. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu,
atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rektal - seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan rektum
untuk menentukan apakah sesuatu di saluran pencernaan dapat menyebabkan
perdarahan. Ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan semacam ini. Jika
kelainan yang terdeteksi Dokter maka akan dokter umum akan merujuk pasien

ke spesialis (pencernaan).
Pemeriksaan panggul - Jika menstruasi berat dapat menyebabkan anemia ia
dapat melaksanakan pemeriksaan panggul. Jika pasien tidak menanggapi

pengobatan suplemen zat besi dan memiliki periode berat Dokter Umum bisa
merujuk ke ginekolog.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
c. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )
d. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
e. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
f. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
g. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia
aplastik )
11. Penatalaksanaan Medis / Penunjang
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander
atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan
infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,

dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam,
pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, Suplai oksigen berkurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang, anoreksia

3. Nyeri akut b.d agen cidera biologis


4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
5. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diangosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
Dan Kolaborasi
1 Perfusi jaringan tidak
Setelah dilakukan tindakan
Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan
keperawatan selama jam Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan darah, perfusi jaringan klien adekuat
sensasi perifer)
suplai oksigen berkurang dengan kriteria :
1. Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
Membran mukosa merah
terhadap
Konjungtiva tidak anemis
panas/dingin/tajam/tumpul
Akral hangat
2. Monitor adanya paretese
Tanda-tanda
vital
dalam
3. Instruksikan keluarga untuk
rentang normal
mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi

No

2 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
intake yang kurang,
anoreksia
Definisi : Intake nutrisi
tidak cukup untuk
keperluan metabolisme
tubuh.
-

Batasan karakteristik :
Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended Daily
Allowance)
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .status
nutrisi klien adekuat dengan
kriteria
Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
Beratbadan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda tanda
malnutrisi
Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Pemasukan yang adekuat
Tanda-tanda malnutri si
Membran konjungtiva dan
mukos tidk pucat
Nilai Lab.:
Protein total: 6-8 gr%

NIC :
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung
tinggi
serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih
(
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori

- Luka, inflamasi pada


rongga mulut
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

Albumin: 3.5-5,3 gr %
10. Berikan informasi tentang
Globulin 1,8-3,6 gr %
kebutuhan nutrisi
HB tidak kurang dari 10 gr % 11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
3 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan
kelemahan fisik
keperawatan
selama . jamkebutuhan
Definisi :
mandiri klien terpenuhidengan
Gangguan kemampuan kriteria
untuk melakukan ADL Klien terbebas dari bau badan
pada diri
Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk
Batasan karakteristik :
melakukan ADLs
ketidakmampuan untuk Dapat melakukan ADLS
mandi, ketidakmampuan
dengan bantuan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat
adanya
edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
NIC :
Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemempuan klien
untuk perawatan diri yang
mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien
untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
3. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh

untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk
makan, ketidakmampuan
untuk toileting

untuk melakukan self-care.


4. Dorong
klien
untuk
melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Faktor yang
5. Dorong untuk melakukan
berhubungan :
secara mandiri, tapi beri
kelemahan, kerusakan
bantuan ketika klien tidak
kognitif atau perceptual,
mampu melakukannya.
kerusakan
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
neuromuskular/ otot-otot
mendorong
kemandirian,
saraf
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin seharihari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
4 Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan
NIC :
keperawatan selama . jam Infection
Control
(Kontrol
Definisi : Peningkatan
status imun klien meningkat
infeksi)
resiko masuknya
dengan kriteria
1. Bersihkan lingkungan setelah
organisme patogen
dipakai pasien lain
Klien bebas dari tanda dan
2.
Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi
Faktor-faktor resiko :
Menunjukkan
kemampuan 3. Batasi pengunjung bila perlu
Prosedur Infasif
pada
untuk mencegah timbulnya 4. Instruksikan
Ketidakcukupan
pengunjung
untuk
mencuci
infeksi
pengetahuan untuk
tangan saat berkunjung dan
Jumlah leukosit dalam batas
menghindari paparan
setelah
berkunjung
normal
patogen
meninggalkan pasien
Menunjukkan perilaku hidup
Trauma
5. Gunakan sabun antimikrobia
sehat
Kerusakan jaringan
untuk cuci tangan
dan peningkatan paparan
6. Cuci tangan setiap sebelum
lingkungan
dan
sesudah
tindakan
Ruptur membran
kperawtan
amnion
7. Gunakan baju, sarung tangan
Agen farmasi
sebagai alat pelindung
(imunosupresan)
8. Pertahankan
lingkungan
Malnutrisi
aseptik selama pemasangan
Peningkatan paparan
alat
lingkungan patogen
9. Ganti letak IV perifer dan
Imonusupresi
line central dan dressing
Ketidakadekuatan
sesuai
dengan
petunjuk
imum buatan
umum
Tidak adekuat
10. Gunakan kateter intermiten
pertahanan sekunder
untuk menurunkan infeksi
(penurunan Hb,
kandung kencing
Leukopenia, penekanan
11. Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi)
12. Berikan terapi antibiotik bila
Tidak adekuat
perlu
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma
Infection Protection (proteksi
jaringan, penurunan kerja
terhadap infeksi)

silia, cairan tubuh statis,


perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik

1. Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

Intoleransi aktifitas b.d Setelah


dilakukan
tindakanToleransi aktivitasi
ketidakseimbangan suplai keperawatan
selama .. klien a. Menentukan
penyebab
dan kebutuhan oksigen dapat beraktivitas dengan kriteria
intoleransi
aktivitas&menentukan
Berpartisipasi dalam aktivitas
apakah penyebab dari fisik,
fisik dgn TD, HR, RR yang
psikis/motivasi
sesuai
b.
Observasi adanya pembatasan
-Menyatakan
gejala
klien dalam beraktifitas.
memburuknya
efek
dari
c.
Kaji
kesesuaian
OR&menyatakan
onsetnya
aktivitas&istirahat
klien
segera
sehari-hari
-Warna
kulit
d.
aktivitas secara bertahap,
normal,hangat&kering
biarkan klien berpartisipasi
Memverbalisa-sikan
dapat
perubahan
posisi,
pentingnya
aktivitasseca-ra
berpindah & perawatan diri
bertahap
e. Pastikan klien mengubah
Mengekspresikan pengertian
posisi
secara
bertahap.
pentingnya
keseimbangan
Monitor gejala intoleransi
latihan&istira
aktivitas
Hat
f. Ketika
membantu
klien
Peningkatan toleransi aktivitas
berdiri,
observasi
gejala

intoleransi spt mual, pucat,


pusing,
gangguan
kesadaran&tanda vital
g. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
h. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Harlatt, Petit. 1997. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Joanne McCloskey Dochterman; Gloria N. Bulecheck. 2002. Nursing Interventions
Classification (NIC), Fourth Edition. US : Mosby Elsevier
Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aesculapius
Moorhead,Sue ; Johnson,Marion ; Mass,Meridean L. ; Swanson,Elizabeth. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.US : Mosby Elsevier
NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai