Anda di halaman 1dari 58

http://sosbud.kompasiana.

com/2010/04/18/masalah-sampah-dan-lingkungan-perkotaan
OPINI
Masalah Sampah dan Lingkungan Perkotaan
H.asrulhoesein
| 18 April 2010 | 00:06

2149

14
2 dari 4 Kompasianer menilai Bermanfaat.

Dalam

membahas

berbagai

masalah

perkotaan,

khususnya masalah lingkungan yang akhir-akhir ini terasa semakin kompleks, rumit,
dan semakin mendesak untuk segera diselesaikan. Kita semua memang perlu terus
menerus berupaya guna menanggulangi persoalan perkotaan yang semakin pelik
tersebut. Oleh karena itu, justru itu perlu kiranya memicu para pihak, baik
pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan para pakar untuk melahirkan ide-ide
segar yang dapat diterapkan guna menyelesaikan persoalan perkotaan mulai dari
pengangguran, kemiskinan, polusi udara, persampahan dan lainnya di Indonesia,
khususnya dalam mengatasi pencemaran lingkungan.
Upaya mengatasi permasalahan perkotaan yang sedemikian pelik haruslah tetap
dipandang dengan sikap optimis. Saat ini kita menyadari bahwa kita telah terlanjur
pada pilihan pembangunan perkotaan yang kurang tepat. Dengan adanya konsep
pembangunan berkelanjutan maka selayaknya Indonesia tidak harus mengikuti pola
dari negara-negara maju. Kalaupun bukan yang pertama,

Indonesia dapat menerapkan konsep pembangunan perkotaan berkelanjutan secara


cerdas, holistik, inovatif dan partisipatif. Pada tatanan kebijakan, perlu dilakukan
mainstreaming pembangunan berkelanjutan dalam setiap upaya pembangunan
misalnya eksploitasi sumber daya alam dan pemanfaatan ruang yang berbasis
ekologis,

kampanye

mendorong

hemat

terbangunnya

energi

dan

infrastruktur

energi

alternative

lingkungan

hidup

terbarukan,

diperkotaan,

serta
seperti

sewerage system dan TPA berbasis usaha komunal (dengan memanpaatkan sampah
sebagai bahan baku produksi lanjutan, misalnya pupuk organic basis sampah kota).
Sedangkan dalam tataran pelaksanaan, strategi yang ditempuh adalah dengan
pengembangan sistem penaatan, baik dalam koridor penegakan hukum dan HAM
maupun dengan cara persuasif inklusif (incentive mechanism). Penaatan norma
lingkungan hidup dalam kerangka supremasi hukum dilakukan secara komprehensif,
yaitu dengan konsisten menjalankan UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah yang berlandaskan pada prinsip-prinsip 3P; peningkatan pendayagunaan
aparat

(PPNS),

prasarana

dan

sarana

penegakan

hukum

lingkungan;

serta

pengembangan Jejaring Penegakan Hukum Lingkungan.


Seiring dengan peningkatan dan pengembangan penegakan hukum lingkungan
maka, Kementerian Lingkungan Hidup telah menawarkan langkah inovatif melalui
berbagai program. Dua program unggulan KLH, yaitu Langit Biru dan ADIPURA
merupakan

upaya

strategis

untuk

mewujudkan

lingkungan

perkotaan

yang

berkualitas baik, sehat dan berkelanjutan. Program Langit Biru yang antara lain
dilaksanakan melalui penggunaan bahan bakar dan penggunaan kendaraan yang
berteknologi ramah lingkungan perlu diperluas dan didukung oleh semua pihak.
Upaya yang dimaksudkan untuk mewujudkan kualitas udara yang lebih baik (Better
Air Quality) tersebut sungguh sangat nyata manfaatnya, karena dapat mengurangi
dampak serius bagi kualitas / kesehatan manusia seperti menurunnya IQ, gejala
autis dan anemia, kemandulan/keguguran dan agresivitas remaja. Tidak kurang
pentingnya adalah peningkatan perhatian terhadap masalah kebisingan, karena
secara nyata juga telah menimbulkan gangguan kejiwaan yang serius. Namun usaha
tidak sampai disitu saja, perlu upaya yang lebih serius dan Pengelolaan pola
berkelanjutan (berwawasan lingkungan).
Awal abad XXI ini persoalan lingkungan telah bertambah semakin rumit. Persoalan
lama masih banyak yang belum berhasil diselesaikan seperti sampah/MSW dan
bencana alam yang telah menimbulkan dampak lingkungan, namun isu-isu baru

(emerging issue) telah muncul, antara lain persoalan e-waste, B-3 dan perubahan
iklim yang berdampak serius terhadap kesehatan manusia. Persoalan-persoalan baru
tersebut telah menambah kerumitan permasalahan di kawasan perkotaan, karena
sebagian besar sumbernya justru di wilayah perkotaan. Tuntutan hidup di perkotaan
telah menimbulkan gaya hidup yang serba cepat dan menuntut penggunaan fasilitas
modern seperti alat-alat elektrik dan elektronik serta konsumsi energi yang terus
meningkat yang ternyata telah menimbulkan dampak negatip serius bagi kehidupan
umat manusia. Upaya untuk mewujudkan clean land, clean water dan clean air di
daerah perkotaan perlu terus dilakukan, karena kualitas lingkungan yang buruk telah
menimbulkan dampak serius bagi kehidupan manusia. Salah satu hasil kajian
menunjukkan bahwa akibat lingkungan yang buruk, masyarakat miskin Indonesia
terpaksa harus membelanjakan dana yang sangat besar (sekitar 43 triliun rupiah)
untuk biaya pengobatan yang semestinya dapat di dayagunakan untuk keperluan
yang

lebih

produktip

dan

bermanfaat

langsung

bagi

peningkatan

kualitas

kehidupannya.
Kesimpulan

dan

Usul

(solusi)

penanganan

sampah/lingkungan

di

Indonesia :
1. Perlu sosialisasi extra full kepada masyarakat tentang perlunya perubahan
paradigma tentang kelola sampah, olah sampah dari hulu (Rumah Tangga),
hal ini yang paling rumit diantara rentetan pengolahan sampah.
2. Pemerintah perlu atau diharapkan memberi subsidi kepada masyarakat hal
pengadaan kantung sampah kresek berwarna (3 warna: Kuning untuk
sampah anorganik, hijau untuk sampah organic dan Merah untuk sampah
beracun), atau minimal 2 warna: Kuning untuk sampah anorganik, hijau
untuk sampah organic, dengan merubah perda tentang penggunaan system
ini. Yang mengacu pada UU.No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
3. Segera pemerintah Kab/Kota membuat atau merevisi perda tentang sampah.
Karena sampai saat ini hampir belum ada (kurang) perda Kab/Kota yang
mengacu pada UU.No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Sesuai
riset/empiris penulis dibeberapa kab/kota di Indonesia.

4. Pemerintah

harus

melibatkan

langsung

masyarakat

dalam

Pengelolaan

sampah (Basis Komunal) di TPS, dengan pola Inti-Plasma (Inti di TPA dan
Plasma di TPS), misalnya produksi pupuk kompos/organic basis sampah.
5. Pemerintah dalam sosialisasi dan aplikasi Go Green, perlu melibatkan
perusahaan yang geliat dibidang Pengelolaan Sampah/Lingkungan bersama
Penyuluh Lapang, agar bisa tercipta atau aplikasi langsung Pengelolaan
Sampah/Lingkungan berbasis entrepreneur di tengah masyarakat, baik kota
maupun pedesaan.
6. Ingat !!! bencana merupakan bala tentara Allah SWT, Allah SWT murka maka
terjadi bencana karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dalam
mngelola/mensiasati sampah dan lingkungannya.
Mari kita bersatu-padu dalam menanggulangi masalah ini. Stop Global Warming !!!

SAMPAH, MASALAH DAN SOLUSINYA

Feb 27, '09 12:09 AM


for everyone

Akhir-akhir ini, sering terbersit keinginan untuk bisa berperan dalam


menjaga

kelestarian

lingkungan,

meskipun

dalam

hal

terkecil

sekalipun. Sekarang jadi suka nyari-nyari artikel tentang pengelolaan


sampah, karena berharap, suatu hari nanti bisa bikin acara semacam
pelatihan pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tangga yang
mungkin bisa dilaksanakan di komplek Permata Kranggan Cibubur,
tempat tinggalku.

Sudah kumulai dari awal tahun ini untuk memilah-milah sampah organik dan non
organik. Kebetulan ibu tukang gosok pakaian yang kerja di rumahku mempunyai profesi
sampingan sebagai pemulung juga. Jadi kalau kumpulan plastik atau botol bekas atau
apapun yang bisa dijual lagi, aku kumpulkan dan kukasih ke ibu itu. Seringkali Bu Uun
berterima kasih padaku udah dikasih barang bekas. Padahal, kan cuman dikasih "sampah"
sebenarnya, beliau sudah berterima kasih kepada kita. Kasihan, ya.....

Untuk lebih bagusnya, akan kucoba bagi hasil gogling persampahan di Multiplyku
dengan harapan teman-teman bisa mengambil manfaatnya. Siapa tahu jadi pengen ikut
menjalankannya. SAVE OUR EARTH, YUK......
SAMPAH, MASALAH, DAN SOLUSINYA
Lingkungan yang asri adalah idaman setiap orang. Lingkungan yang sehat adalah hak
setiap insan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini rela tempat hidupnya
dikotori (dicemari). Namun apa yang terjadi sekarang ini? Harapan untuk hidup
sehat hanyalah harapan, jika tidak diimbangi dengan perilaku yang ramah
lingkungan. Sampah ada dimana-mana, pencemaranpun tak terhindarkan. Baik
pencemaran tanah, air maupun udara.
Sampah merupakan masalah yang tak akan ada habisnya, karena selama kehidupan ini masih
ada maka sampah pasti akan selalu diproduksi. Produksi sampah sebanding dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah banyak jumlah penduduk, semakin
meningkatlah sampah akan diproduksi. Seperti yang pernah kita saksikan di televisi beberapa
saat lalu, bagaimana kondisi teluk Jakarta saat ini? Pulau Sampah itulah sebutannya. Bahkan
beberapa tahun yang lalu pernah terjadi meledaknya tumpukan sampah dari sebuah TPA yang
membawa korban. Dan tergenangnya beberapa daerah akibat bertumpuknya sampah karena
pembuangan sampah ke bantaran sungai yang disusul dengan datangnya musim penghujan saat
ini. Sekarang bagaimana solusinya?
Di dalam sampah sebenarnya tersimpan banyak energi. Jika kita mau mengelola sampah
dengan serius dan dengan cara yang baik dan benar maka sampah bukanlah masalah. Sampah
bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat kita manfaatkan dan mendatangkan
penghasilan(uang).
Mengelola sampah sebenarnya tidaklah sulit. Melalui suatu pembiasaan menjadi suatu
kebiasaan dan budaya. Untuk menciptakan kebiasaan hidup bersih dan sehat memang harus
kita awali sejak dini, dimana dari kebiasaan itu akan terciptalah budaya untuk hidup bersih
dan sehat.

Bagaimana mengelola sampah untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat? Mulailah dengan
membiasakan diri untuk membuang sampah dengan cara memilah-milah sampah sesuai
jenisnya. Pisahkan sampah yang berupa plastik, kaca, kertas dan sampah basah pada tempat
yang berbeda-beda, misalnya menggunakan beberapa tong sampah atau kita dapat
memanfaatkan ember plastik besar bekas cat sebagai tempat sampah tersebut. Selain dapat
berhemat secara tidak langsung kita juga ikut memperpanjang umur limbah plastik untuk
tidak menjadi limbah dengan cara memenfaatkan kembali yang mestinya limbah tersebut
sudah dibuang. Dengan tong-tong atau plastik bekas tersebut dapat kita mulai dengan
mengelola sampah sesuai jenisnya sehingga sampah yang berupa plastik dan kertas dapat
dijual atau minimal dimanfaatkan oleh pemulung untuk dijual pada pengepul yang nantinya
dapat didaur ulang, sedangkan sampah organik basah yang berupa sisa sayur-sayuran dan sisa
makanan dapat kita manfaatkan untuk dibuat pupuk kompos.
Untuk membuat kompos tidaklah sulit. Dengan cara yang sangat mudah dan biaya yang murah
kita dapat mengubah sampah menjadi kompos yang nantinya dapat kita manfaatkan sebagai
penyubur tanaman untuk menghijaukan rumah kita dengan cara yang ramah lingkungan.
Bahkan jika pembuatan kompos ini kita kelola sedemikian rupa (secara komunal) baik sampah
organik yang berasal dari rumah tangga ataupun sampah kota misalnya sampah daun-daunan
dari sapuan jalan maka dapat juga mendatangkan penghasilan tambahan.
Tetapi pada kebanyakan orang cenderung memilih sesuatu secara praktis daripada harus
repot repot untuk membuat sendiri, lebih baik tinggal pakai dengan cara membeli kompos
yang sudah jadi. Karena membeli jadi juga terhitung murah harganya.
Jika semua orang berpendapat demikian apa yang akan terjadi dengan lingkungan kita
terutama di tempat pembuangan akhir(TPA) sampah? Berbagai jenis sampah baik yang
degradable atau nondegradable akan tercampur jadi satu dan menimbulkan berbagai masalah
seperti pencemaran ,baik pencemaran bau, tanah ataupun air. Jika sampah tersebut dibuang
ke perairan atau ke bantaran sungai terjadilah apa yang dinamakan Pulau Sampah, dan tak
terelakkan bencana banjirpun datang dimana-mana. jika sampah ditimbun terutama sampah
plastik dan kaca akan menyebabkan ketidak suburban tanah, dan jika sampah dibakar tentu

akan menimbulkan polusi udara yang berarti kita akan ikut andil dalam peningkatan pemanasan
global.
Membuang sampah dengan cara dibakar memang selesai tapi apakah masalah itu selesai
begitu saja dalam lingkungan kita?
Siapa yang akan memikirkan kondisi lingkungan kita ini kalau bukan kita sendiri? Manusia ini
diciptakan sebagai bagian dari lingkungan untuk mengelola lingkungan ini dengan sebaikbaiknya. Marilah kita mulai membiasakan diri untuk mengelola sampah dari rumah kita
masing-masing dengan cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan seperti yang sudah
penulis tuliskan di atas. Mari kita sisihkan sedikit dari waktu luang kita untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungan kita. Sebab lingkungan ini diciptakan untuk dapat
diambil manfaatnya untuk kesejahteraan hidup manusia dengan tidak lupa untuk tetap
menjaga kelestariannya seperti instruksi Walikota Semarang tentang pelestarian lingkungan
hidup dan pemeliharaan lahan konservasi tanah. Jadikan lingkungan hidup kita ini asri dengan
memanfaatkan apa yang dihasilkan oleh alam untuk kembali ke alam dengan cara yang ramah
lingkungan. Dan tentunya apa yang akan dilakukan oleh masyarakat melalui membaca tulisan
ini atau mungkin sudah pernah dilakukan sebelumnya perlu mendapat respon dari pemerintah
dalam penyediaan tempat pembuangan sampah sesuai jenis sampah yang dibuang sehingga
sampah tidak tercampur kembali. Jika penyediaan tempat pembuangan sampah sesuai
jenisnya ini tidak disediakan di tempat pembuangan sampah sementara(TPS) dan tempat
pembuangan akhir(TPA), tentu masyarakat juga kebingunan untuk melakukan pembuangan
sampah dengan memilah-milahnya terlebih dahulu karena merasa apa yang dilakukan dalam
pemilahan mubazir, sementara para penjual jasa pembuang sampah ke tempat-tempat
pembuangan sampah dan juga pembuangan yang dilakukan oleh petugas dari dinas kebersihan
kota masih seperti sekarang ini dimana sampah masih tercampur antara sampah organik dan
non organik yang mestinya sudah lumayan mengurangi pengangkutan sampah yang semula
dengan volume yang cukup besar tetapi melalui pemilahan sebagian sampah sudah terolah
pada skala rumah tangga jika secara komunal belum tertangani.
Karena masalah sampah ini merupakan masalah yang serius yang jika tidak segera ditangani
tentu akan terus menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan tidak akan pernah ada

habisnya. Untuk memulai sesuatu yang sudah biasanya dilakukan memang agak sulit tetapi
kalau tidak segera kita mulai, kapan lagi dan tentunya sampah akan terus menjadi masalah.
Namun sekali lagi masalah sampah ini tidak akan terpecahkan manakala tidak ada kerja sama
yang baik antara manusia sebagai pribadi, masyarakat dan pemerintah. Semoga sedikit
tulisan ini akan bermanfaat untuk pembaca dan kita dapat memberikan andil kita secara
positif sebagai bagian dari lingkungan dan sampah tidak lagi sebagai masalah.

http://www.beritaindonesia.co.id/lingkungan/sampah-yang-jadi-masalah
SAMPAH JADI MASALAH
Pengelolaannya di beberapa daerah tidak pernah beres. Dari soal lahan penampungan
sampai faktor penyebab banjir.

Tengoklah Pintu Air Manggarai yang tak pernah bersih dari sampah itu. Meski setiap
hari Dinas Kebersihan Pemprov DKI mengeruknya, ribuan kubik lagi akan dibuang
warga ke tempat itu keesokan harinya. Kesadaran warga untuk tidak membuang sampah
ke kali sangat kurang. Padahal mereka tahu, sampah-sampah itu menjadi penyebab banjir.
Indo Pos, 8 Januari 2007, menurunkan laporannya berjudul Banjir Mengancam,
Kesadaran Kurang. Sampah-sampah yang dibuang di Pintu Air Manggarai kebanyakan
sampah pasar, berupa keranjang-keranjang buah dan sayur. Dalam sehari, sampah yang
tersangkut di pintu air tersebut bisa memenuhi dua truk besar. Setiap hari dibersihkan,
esoknya sampah-sampah sudah menumpuk lagi.
Yang terpenting dalam mengatasi masalah banjir di DKI Jakarta adalah kesadaran
masyarakat untuk tidak membuang sampah ke kali, yang sayangnya hingga kini masih
sangat kurang.

Pengelolaan sampah di DKI memang belum bisa dibilang efisien. Masih banyak
mengalami hambatan, diantaranya teknologi pengolahan dan lahan penampungan.
Koran Tempo, 10 Januari 2007, menurunkan laporan berjudul Tempat Sampah Marunda
Terganjal Pembebasan Lahan. Dilaporkan, bahwa Dinas Kebersihan DKI berencana
membangun proyek tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) di Marunda.
Dilaporkan Kepala Dinas Kebersihan Eko Baruna, pihaknya telah membebaskan lahan
seluas 70 hektar di Marunda, Jakarta Utara. Namun Walikota Jakarta Utara Effendi Anas
membantah tanah tersebut telah dibebaskan. Bahkan dana pembebasan lahan dari
Pemprov belum masuk. Justru, Effendi mempertanyakan, apakah Dinas Kebersihan DKI
masih berencana membangun TPST di lokasi tersebut.
Tampaknya, belum ada kesepakatan harga pembebasan lahan antara warga dengan
pemerintah. Soalnya, pemerintah menawarkan harga pembebasan lahan jauh di bawah
obyek pajak.
TPST Marunda akan dibangun dengan teknologi pengolahan sampah. Dari 70 hektar
lahan yang ada, hanya 8-10 hektar yang dipakai sebagai penimbunan sampah. Sisanya
untuk infrastruktur berupa waduk buatan di sekeliling lokasi pembuangan sampah. Di
dalam waduk itu akan ditanam berbagai jenis ikan.
Dengan sistem pengolahan limbah di TPST Marunda, kalau ada ikan mati di waduk,
berarti di sana ada pencemaran.
Pembangunan TPST itu akan bekerjasama dengan investor lokal maupun luar negeri.
Namun, para investor itu meminta kejelasan pemerintah soal pembebasan lahan. Mereka
tidak mau kasus TPST Bojong terulang.
Sampah

Bandung

Sementara itu, di Kota Kembang Pemprov Jawa Barat membuka kembali tempat
pembuangan akhir sampah Leuwigajah. Tempat itu ditutup sejak terjadi musibah ledakan
dan longsor gunung sampah yang menewaskan lebih dari 100 orang dua tahun lalu.

Pemanfaatan kembali lahan tersebut setelah pemerintah menyelesaikan ganti rugi lahan
penduduk yang terkena longsoran sampah sebesar Rp 50 miliar. Jika Leuwigajah
difungsikan, pemerintah Jawa Barat bakal memiliki 80 hektar lahan pembuangan sampah.
Lokasi baru ini, menurut Wagub Jawa Barat Numan Abdul Hakim yang dikutip Koran
Tempo, 9 Januari 2007, akan dilengkapi benteng penahan sampah dan infrastruktur
lainnya. Konsep open dumping tidak digunakan lagi karena dianggap mahal. Harus
menyiapkan waste treatment serta pemipaan untuk menyalurkan gas metana.
Persoalan sampah di Bandung Raya, yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut, akan ditangani oleh
pemerintah provinsi. Karena itu setiap pemerintah kabupaten dan kota akan diajak duduk
bersama membahas masalah krusial tersebut.
Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan meminta program penanganan sampah yang
permanen salama 5-10 tahun mendatang. Dalam hal ini, pemerintah Kota Bandung malah
sudah menggandeng investor swasta untuk membangun fasilitas pengolah sampah untuk
pembangkit listrik. Kawasan Gedebage, Bandung dipilih sebagai lokasinya. RH (Berita
Indonesia 30)

Praktek Pembuatan Pestisida Organik Di


Sambigelar

Praktek Pembuatan Pupuk Organik Bersama Kelompok Tani

Praktek Pembuatan Pupuk Organik

Shooting Film Dalam Pembuatan Pupuk Organik


Usaha Pengelolaan Sampah Masyarakat

Bagaimana program ini dimulai

Di Bali kebanyakan sampah

rumah tinggal dibakar, dibuang ke sungai atau dikubur. Praktek ini dilakukan karena
kurangnya pengertian bahwa sampah modern berbeda dengan sampah organik yang
dihasilkan di Bali sepuluh tahun yang lalu. Infrastruktur yang disediakan oleh masyarakat
setempat untuk pengumpulan sampah sangat mahal (Rp 10.000,- per bulan) biaya ekstra
yang cukup besar bagi kebanyakan keluarga yang masih harus berjuang keras untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
Faktor-faktor ini adalah dasar dari masalah pengelolaan sampah di Bali, yang
menyebabkan meningkatnya degradasi kebersihan lingkungan pada pulau dan penduduk
Bali.
Yayasan IDEP dengan senang hati mensponsori program percobaan yang inovatif yang
bekerja melalui kelompok PKK dalam mendirikan sistem yang sederhana dan efektif
untuk mengatasi meningkatnya masalah pengelolaan sampah.
Melaui program ini sebagian dari sampah rumah tangga di desa ini telah menghasilkan
keuntungan kecil dengan menjualnya ke pengumpul sampah. Maka program ini telah
memberikan dua manfaat, pendapatan rutin untuk kelompok ini dan solusi yang
berkelanjutan dalam usaha menjaga kebersihan desa. Pendapatan dari proyek ini
digunakan oleh kelompok PKK untuk mendukung inisiasi proyek lainnya di wilayah
mereka.
Program ini dimulai dan dilaksanakan oleh kelompok wanita PKK di Kutuh Kelod di
Ubud, dengan dukungan melalui Yayasan IDEP berkat pendanaan dari Norwegian
Student group.

Bagaimana Pogram Sampah Berbasis Masyarakat ini bekerja


Sampai sekarang 160 wanita yang diorganisasi oleh ketua
kelompok PKK mereka telah memisahkan sampah plastik dan kertas dirumah masing-

masing. Secara rutin wanita-wanita ini membawa sampah daur ulang mereka ke sebuah
tempat sampah yang dibangun dengan sumbangan dana dari kepala desa setempat.
Ketua proyek, ketua kelompok PKK di desa, telah membuat perjanjian dengan pemulung
untuk membeli sampah daur ulang dari kelompok ini. Pemulung ini kemudian
membawanya ke depot pengumpulan sampah di Denpasar, yang kemudian dibersihkan
dan diproses. Dari sana sampah-sampah itu kemudian dijual lagi kepada pembeli yang
mendaur ulang sampah-sampah tersebut di pabrik-pabrik di Jawa dan / atau menjualnya
kepada pembeli dari luar negeri untuk dieksport.

Rencana Untuk Perkembangan Dari Program Yang Berhasil Ini


Kelompok PKK ini telah menerima penghargaan dari
pemerintah setempat untuk inisiasi yang inovatif dan berhasil ini yang telah membantu
meningkatkan semangat kaum wanita untuk program ini. Yayasan IDEP berkeinginan
untuk mendukung lebih lanjut program usaha mikro berbasis masyarakat yang berhasil
ini.

Tujuan

kami

adalah

untuk:

Memperluas cakupan dari program percobaan dengan memperkenalkan tehnik-tehnik


ini ke wilayah lain di Bali melalui kelompok PKK setempat
Memperdalam program dengan menyediakan pelatihan dan seminar yang akan bisa
memperkuat pengertian masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik di
rumah
Menyediakan kampanye kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.
Klik di sini untuk melihat beberapa contoh dari alat bantu yang efektif ini untuk
meningkatkan pengertian masyarakat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan
Menyelenggarakan lokakarya dalam memproduksi kompos untuk merubah sampah
organik rumah menjadi sumber yang bermanfaat untuk kebun

Mendukung pembuatan kebun dapur dan obat-obatan untuk kelompok wanita


Memulai produksi tas kain yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan tas-tas plastik
dalam masyarakat. Untuk desa-desa yang dekat dengan daerah pariwisata, inisiasi ini bisa
ditingkatkan menjadi industri kecil yang bisa memproduksi dan menjual tas-tas ini
kepada wisatawan

Bagaimana Anda bisa membantu


Program ini disamping mudah untuk dikelola juga sangat berkelanjutan. Memberikan
manfaat yang tepat guna, solusi yang merakyat untuk masyarakat Bali yang sedang
menghadapi masalah sampah yang terus meningkat. Telah mendapat penghargaan dari
pemerintah setempat dalam usaha yang luar biasa oleh kaum wanita Bali dalam
mengatasi masalah mereka sendiri. Dukungan finansial untuk kelanjutan perkembangan
dan perluasan dari percobaan ini akan bisa memfasilitasi penyebaran program ini ke
komunitas lain di Bali.
Apabila anda berminat dalam mendukung program ini silakan menghubungi kami untuk
mendapatkan rincian lebih lanjut, apabila Anda siap untuk memberikan dukungan anda
sekarang silakan buka halaman sumbangan kami.

Syarat Pembuatan Tempat Sampah yang Baik dan


Benar - Pembuangan Limbah Rumah Tangga
Manusia - Ilmu Kesehatan Lingkungan
Wed, 12/07/2006 - 11:38am godam64
Setiap hari manusia menghasilkan sampah baik yang merupakan sampah rumah tangga
maupun sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Sampah jika tidak
diurus dan dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat
merugikan. Sampah yang menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan

binatang yang dapat mengganggu kesehatan manusia baik badan maupun jiwa, serta
mengganggu estetika lingkungan karena terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah
dan bau busuk yang menyengat hidung.
Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah
rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di rumah-rumah :
1. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam wadah
plastik.
2. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain
sebagainya.
3. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus,
kucing,

semut,

dan

lain-lain

4. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah berserakan
dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga memudahkan tukang sampah
dalam mengambil sampah. Jangan biarkan pemulung mengobrak-abrik sampah yang
sudah

dibungkus

rapi.

5. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau
petugas

kebersihan.

6. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu


kenyamanan dan kesehatan orang lain.

Teknik, Cara, Metode Pembuangan & Pengelolaan


Tempat

Sampah

Akhir

Sanitary,

Ladfill,

Incineration, Kompos, Pulverisation, Dll


Wed, 12/07/2006 - 1:45pm godam64
Mengolah sampah dengan baik tanpa ada masalah adalah idaman setiap kota-kota di
dunia. Dengan mengelola dan mengolah sampah dengan baik maka dapat mengurangi

resiko timbulnya berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan dari sampah yang tidak
dikelola dan dirawat dengan sepenuh hati.
Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen sampah perkotaan :
1.

Sampah

menjadi

Kompos

Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun
sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.
2.

Pangan

dan

Makanan

Ternak

Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak
dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikebang biakkan. Biasanya
sampah sayur dan buah banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional berserakan di manamana.
3.

Landfill

Jenis ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di
tanah yang rendah pada area yang terbuka. Metode ini sangat mengganggu estetika
lingkungan.
4.

Sanitary

Landfill

Mirip dengan metode ladfill namun sampah tersebut ditutup dan diuruk tanah. Cara ini
biasanya menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal.
5.

Pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah


dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
6.

Incineration

Incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun
modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi
energi listrik.

Waspadai Sampah di Tengah Lingkungan Kita


Posted on November 11, 2010 by zaenabku
http://keslingmks.wordpress.com/2010/11/11/waspadai-sampah-di-tengah-lingkungankita/
Musim hujan telah tiba dan membasahi lingkungan serta pemukiman kita semua. Bagi
lingkungan yang tertata apik tentu musim hujan tidak menimbulkan banyak masalah.
Namun untuk lingkungan yang kumuh berbagai masalah tentu akan timbul. Terutama
untuk sampah yang menumpuk di saluran-saluran pembuangan yang mampat, karena
sistem sanitasi dan drainase yang tidak terkonsep secara matang.
Sampah yang menumpuk tersebut tentunya akan banyak mengganggu kita, disamping
menimbulkan bau yang tak sedap. Sampah inipun akan banyak menimbulkan penyakit.
Untuk sampah yang banyak mengandung makanan busuk, sudah pasti merupakan sarang
hidupnya Bakteri Coli. Sehingga apabila sampah ini menumpuk di saat musim hujan,
tentunya akan menimbulkan wabah muntaber atau diare., DB dan lain sebagainya.
Sampah juga bisa mengundang datangnya kawanan tikus dan serangga yang bisa
menyebabkan berbagai penyakit pencernaan, penyakit kuning, penyakit cacing perut ,
Malaria dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan sampah bisa mencemari air permukaan,
air tanah , lahan pertanian dan juga bisa mencemari udara yang menyebabkan
permasalahan pada manusia dan ekosistem.nya. Hal ini akan menimbulkan ancaman yang
lebih serius lagi, karena memasuki awal Tahun 2010 ini curah hujan tentunya akan
menngkat tajam. Sehingga dipastikan akan timbul banjir dan genangan di mana-mana,
ditambah dengan sistim pertahanan tubuh kita yang menurun..
Sampah yang mencemari lingkungan pada jaman modern ini, bukan hanya sebagai zat
hasil buangan kehidupan sosial masyarakat saja ( sisa makanan, plastik, bagian tumbuhan
dsb )., tetapi sampah ini juga bisa berasal dari buangan aktifitas teknologi manusia
( waste ), yang mencakup juga zat-zat buang kimiawi atau juga aktifitas nuklir. Oleh
karena itu komposisi kimia yang dikandung sampah sangat bergantung lokasi pemukiman

, terutama yang memiliki drainase yang berhubungan langsung dengan lingkungan


industri.
Sampah yang berupa bahan organik berasal dari aktifitas manusia sebagai makhluk sosial
disebut dengan sampah rumah tangga ( Garbage ). Sedangkan senyawa/ bahan yang
berasal dari sisa aktifitas manusia dalam bidang teknologi disebut dengan zat buang
( Waste ). Contoh yang tergolong zat buang adalah Carbon Monoksida . CFC dan Green
House Gas dan lapin sebagainya..
Di tengah masyarakat, sampah memang menimbulkan hal yang pelik, sebab sampah
adalah bahan yang harus diibuang dengan benar karena sifatnya yang racun. Namun
demikian terdapat juga komponen sampah yang bernilai ekonomis, oleh karena itu dalam
pengelolaan sampah disarankan untuk tidak mengesampingkan aspek daur ulang. Apalagi
dengan semakin mahal dan terbatasnya sumber daya alam, maka recycled ( daur ulang )
sampah menjadi pilihan alternatif untuk menghemat biaya produksi suatu bahan,
ketimbang kita memproduksi dari bahan mentah ( raw-materials ).
Definisi

Sampah

Zat

Buang

Sejauh ini belum ada kesepakatan internasional tentang batasan sampah / zat Buang, hal
ini disebabakan karena setiap pihak / lembaga atau badan lainnya, memiliki interprestasi
yang berbeda mengenai sampah. Sebagai contoh batasan sampah menurut United Nations
Environment Program ( U N E P ), sampah adalah senyawa atau bahan yang terbuang
atau sengaja dibuang atau harus dibuang menurut undang-undang di negara yang
bersangkutan. Ketetapan ini sesuai dengan Basel Convention.
Basel Convention adalah konvensi yang didirikan pada Tahun 1989 , tetapi mulai
menerapkan hasil-hasil konvensinya pada tahun 1992, Konvensi ini didirikan untuk
mengontrol keamanan barang ekspor dan import antara negara negara erop
Sedangkan batasan sampah / Zat Buang menurut United Nations Statistics Division
( UNSD ) sampah adalah bahan yang bukan produk utama atau bukan bahan yang
menjadi tujuan utama untuk diproduksi, didistribusikan atau dikonsumsi. Sampah bisa
juga dihasilkan dari bahan sisa pada proses ekstraksi bahan mentah, baik ekstraksi tahap

menengah atau ekstraksi akhir, atau sebagai hasil buangan aktifitas manusia. Kategori
sampah juga bisa diterapkan untuk sisa daur ulang sampah itu sendiri ataupun bahan sisa
dari penggunaan hasil daur ulang sampah.
Batasan menurut Negara Negara Eropa ( EU ) yang dikategorikan sebagai sampah / Zat
Buang yang dibuang, perlu atau memang harus dibuang menurut amandemen 75/442/ EC
dari Waste Frame Work Directive adalah senyawa atau bahan yang tidak digunakan lagi
selama belum aman dan bahan yang tidak memiliki guna lagi untuk lingkungan dan
kesehatan manusia.
Demi penyelamatan lingkungan dari ganasnya sampah, maka Inggris pada Th 1994
mengeluarkan perundang undangan tentang sampah yang disebut Waste Management
Licensing Regulations yang mendifinisikan sampah sebagai senyawa atau bahan yang
diputus kepemilikannya oleh produsen / seseorang karena dibuang atau berniat dibuang
atau memang harus dibuang, kecuali untuk bahan yang telah diatur oleh Waste Directive (
Peraturan mengenai sampah ).
Kepedulian Bersama
Dengan demikian masalah sampah dewasa ini adalah masalah yang universal, sehingga
memang perlu adanya regulasi yang disepakati semua negara tentang peraturan dan
prosedur pengelolaan sampah. Bahkan bukan hanya regulasi tersebut di atas saja, namun
tehnik pengelolaan dan fasilitas untuk pembuangan sampahpun kini harus pula
dikembangkan menurut tehnik yang aman.
Keseriusan semua pihak / negara dalam mengatur sampah ini memang cukup beralasan,
karena menurut data statistik yang dihimpun negara-negara pendukung Basel Convention
menggambarkan bahwa selama Th 2001 masyarakat Eropa telah membuang sampah
sebanyak 338 juta ton . Masih pada tahun yang sama Organizaton Economic Cooperation and Development ( O E C D ) melaporkan bahwa sebanyak 4 milyar ton
sampah telah dibuang ke laut yang berasal dari negara-negara anggota OECD
tersebut..Sedangkan menurut data terbaru, rata-rata jumlah sampah yang dibuang
masyarakat dunia per orang/pertahun adalah sebanyak 572, 5 Kg.

Kepedulian semua pihak terhadap pencemaran sampah ( zat buang ) dan pengelolaan
sampah dewasa ini telah meningkat tajam terutama dalam hal penyelamatan lingkungan
global. Hal ini disebabkan karena daya dukung alam ( sustain ability ) telah terancam
dengan adanya laju pencemaran dan kerusakan lingkungan, pengambilan sumber daya
alam yang menunjukan skala dil luartakaran umum. Ditambah lagi dengan timbulnya
pencemaran udara, pengumpulan dan penyebaran zat buang yang beracun, kerusakan dan
penebangan hutan, tanah dan air, kerusakan lapisan ozon, emisi gas rumah kaca yang
mengancam hidup manusia dan ribuan species organisma lainnya, kelestarian alam
dengan keanekaragaman hayati serta kelestarian alam sebagai warisan generasi
mendatang.
Memperhatikan kenyataan tersebut di atas maka permasalahan sampah adalah
permasalahan yang serius untuk setiap negara. Terlebih lebih dengan anggaran yang
tidak sedikit untuk menmangani masalah tersebut. Meskipun demikian anggaran yang
tinggi tersebut memang harus di belanjakan demi unsur hiegenis masyarakat yang
membutuhkannya. Sebenarnya biaya pengelolaan tersebut setidak-tidaknya dapat dihemat
bila kita mengkonsep terlebih dahulu sistim pengumpulan sampah yang efisien yang
meliputi rute, alat transportasi dan peran masyarakat.
Dalam hal penyediaan anggaran jangan dikesampingkan pula biaya untuk tempat
pengolahan dan pembuangan sampah yang tepat , yang tidak banyak dikeluhkan oleh
berbagai pihak karena dampak dari bising, debu, bau dan lain sebagainya.
Namun yang jelas dengan diterapkan manajemen pengeleloan sampah dari mulai
pengumpulan dan pengolahan sampah akan menyedot tenaga kerja yang tidak sedikit.
Terutama tenaga kerja informal seperti pemulung dan lain sebagainya yang memisahkan
pecahan kaca, kaleng, plastik dari masa sampah yang menumpuk.
Hal ini tentunya bisa meningkatkan pendapatan ekonomi terhadap mereka. Sehingga
anggaran biaya negara untuk penciptaan padat karya juga bisa dihemat.
Apabila konsep pengelolaan sampah telah tertata rapi, maka sampah dan zat buang
lainnya tentunya tidak membawa dampak serius. Sebab penanganan yang tidak serius

tentu saja akan mengakibatkan wabah suatu penyakit yang akan menyengsarakan
masyarakat dan akhirnya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pengelolaan

Sampah

di

Kota

Besar

Sampah menimbulkan problem khusus di kota-kota besar di indonesia, seperti halnya di


kota-kota besar lainnya di dunia. Problem ini tentunya menyangkut masalah
pengumpulan sementara dan pengolahan yang aman di tempat pembuangan akhir. Perlu
diketahui bahwa sampah dari zat organik yang menumpuk akan mengalami proses
dekomposisi oleh bakteri, sehingga menjadi bahan yang melapuk dan kembali ke dalam
konglemerasi mineral bersama dengan kandungan unsur kimia tanah.
Sebagai hasil sampingan proses dekomposisi sampah tersebut, terbentuklah gas amoniak
yang mudah terbakar,. Oleh karena itu proses penimbunan sampah di tempat pembuangan
akhir harus dilakukan dengan tehnk tehnik khusus dan jauh dari pemukiman penduduk.
Pengelolaan Sampah di kota kota di Indonesia dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, dari mulai collecting di Tempat Pembuangan Sementara ( TPS ),
transportasi, penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) sekaligus Pengelolaan di
TPA yang aman. Sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar dan mall, perkantoran,
pabrik dikumpulkan di TPS yang berupa Permanen Container ( terbuat dari beton ) atau
Container Mobil.
Secara berkala sampah tersebut di angkut menuju ke Tempat Pembuangan Akhir yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat, untuk dikumpulkan dan disortir dari bahan
non organik, serta dilakukan dekomposisi dengan tehnik Open Dumping, yaitu tehnik
yang diterapkan dengan cara menimbun sampah yang sudah menumpuk dengan tanah.
Setelah terlebih dahulu pada bagian dasar litter ( lapisan sampah ) diipasang pipa-pipa
pembuangan Gas Amoniak. Pemasangan pipa ini mutlak harus dilakukan mengingat sifat
Gas Amoniak bila terakumulasi di dalam partikel sampah yang telah membusuk , bisa
menimbulkan ledakan yang kuat.
Tehnik Open Dumping ini bisa dilakukan secara berlapis lapis sesuai dengan kebutuhan
dan standar prosedur tertentu. Sehingga sampah organik dari kota besar akan

berdekomposisi dengan tanah lagi dan tidak menimbulkan dampak yang membahayakan.
(sumber: Ir. Bambang)
http://www.scribd.com/doc/34255315/Dampak-Negatif-Limbah-Sampah-TerhadapLingkungan-dan-Pemanfaatannya-enzolawyerslab-%C2%A9copyright-2010
------------------------------enzolawyerslab copyright 2010--------------------------------

Dampak Negatif Limbah Sampah Terhadap Lingkungan dan Pemanfaatannya


Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya
beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau
kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan
pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan
lautan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008[1], sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan

yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat
digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas,
karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang
berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zatzat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Untuk mewujudkan kota bersih dan hijau, pemerintah telah mencanangkan berbagai program yang pada
dasarnya bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Program Adipura misalnya pada tahun 2007 telah mampu mengantarkan Provinsi Bali menjadi Provinsi
Adipura karena semua kabupaten dan kota di Bali telah berhasil mendapatkan Anugerah Adipura.
Walaupun telah mendapat adipura bukan berarti tidak terdapat permasalahan sampah, Apresiasi pemerintah
dan masyarakat selalu dituntut untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga pada gilirannya sampah

dapat diolah secara mandiri dan menjadi sumberdaya. Mencermati fenomena di atas maka sangat
diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat dalam upaya mewujudkan perkotaan dan
perdesaan yang bersih dan hijau di Provinsi Bali.
I.FAKTOR

YANG BERPENGARUH DALAMP ENGEL O LAAN S

AMPAH

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan
sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta
sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang
harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu
nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya[2]
Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban dapat disaksikan dari Kota
Denpasar, yaitu pada tahun 2002 rata-rata produksi sampah sekitar 2.114 m 3/hari yang bersumber dari
sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 4
tahun, yaitu tahun 2006, jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 2.200 m3/hari[3]. Sementara itu,
rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu
permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya:
1. sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam menentukan anggaran APBD
untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta
upaya pendidikan, penyuluhan dan
latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah,
2. Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan
pertokoan, dan kegiatan rumah tangga,
3. Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat,
aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang
Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang

apatis,
4. keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah,
5. finansial (keuangan),
6. keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
7. kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan
(sampah).

Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005)
faktor-faktor tersebut di antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah,
keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang persampahan dan penegakan
hukumnya. Tingkat partisipasi masyarakat perkotaan (Kota Denpasar) dalam menangani sampah secara
mandiri masih dalam katagori sedang sampai rendah, masyarakat masih enggan melakukan pemilahan
sampah.
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan partisipasi masyarakat,
pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara
lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain.

II.KONDISI

PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

Berdasarkan data SLHD[4] Bali (2005) tampak bahwa pada saat ini sampah sulit dikelola
karena berbagai hal, antara lain:
a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami porsoalan sampah,
b. Menigkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang sampah
c. Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah
d. Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan permasalahan
pencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika
e. Ketidakmampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah akan
mempercepat menjadi sampah.
f. Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai tempat
pembuangan sampah.
h. Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.
i. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan
memelihara kebersihan.
j. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah
dikelola oleh pemerintah.
Penanganan sampah yang telah dilakukan adalah pengumpulan sampah dari sumber- sumbernya,
seperti dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat umum yang dikumpulkan di TPS yang telah
disediakan. Selanjutnya diangkut dengan truk yang telah dilengkapi jarring ke TPA. Bagi daerah-daerah

yang belum mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan prasara yang terbatas telah dilakukan
pengelolaan sampah secara
memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika
lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk
memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan dapat juga mempengaruhi penerimaan devisa
negara.
Pengertian Sampah

Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan
kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal
dengan limbahm u n ic ip a l yang tidak berbahaya (non hazardous).
Soewedo (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Komposisi

Sampah

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,
daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan
sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah
anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60
70%, dan sampah anorganik sebesar 30%.
Ancaman

Bagi Kawasan Wisata Alam

Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan Kesehatan:
Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong
penularan infeksi;
Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;
b. Menurunnya kualitas lingkungan

c. Menurunnya estetika lingkungan


Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah
untuk dipandang mata;
d. Terhambatnya pembangunan negara
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan
untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi
tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa
negara juga menurun.
Pengelolaan Sampah

Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap
kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah
adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya
akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.
Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.
b. PemanfaatanKembali

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:


1). Pemanfaatan sampah organik, seperticompo st in g (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat
diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.
Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan co mpo st in g sampah organik
yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%.

Gb.1. Proses Pemilahan Sampah


Gb.2. Proses Pembuatan Kompos
2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang
bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual
barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.
c. Tempat Pembuangan SampahAkhir

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan compo st ing maupun
pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda.
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi
hanya sebesar 10%. Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola
kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil
permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.
Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan banyak
manfaat, diantaranya adalah:
a. Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga menarik
wisatawan untuk berkunjung;
b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat mengoptimalkan
penggunaan
c.

Mengurangi

pemanfaatan
biaya

angkut

kawasan;
sampah

ke

TPS;

d. Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah.


CONTOH KASUS

Air Sungai di Pangkalpinang Tercemar Limbah, Sampah


Minggu, 16 Mei 2010 01:16 WIB

http://bambangsuk51.wordpress.com/2010/05/16/ancaman-sampah-terhadap-kesehatanmanusia/

Ancaman Sampah Terhadap KESEHATAN MANUSIA


Posted: May 16, 2010 by Bambang Sukmadji in PENDIDIKAN

Rate This

usim hujan telah tiba dan membasahi lingkungan serta pemukiman kita semua.
Bagi lingkungan yang tertata apik tentu musim hujan tidak menimbulkan banyak

masalah. Namun untuk lingkungan yang kumuh berbagai masalah tentu akan timbul.
Terutama untuk sampah yang menumpuk di saluran-saluran pembuangan yang mampat,
karena sistem sanitasi dan drainase yang tidak terkonsep secara matang.
Sampah yang menumpuk tersebut tentunya akan banyak mengganggu kita, disamping
menimbulkan bau yang tak sedap. Sampah inipun akan banyak menimbulkan penyakit.
Untuk sampah yang banyak mengandung makanan busuk, sudah pasti merupakan sarang
hidupnya Bakteri Coli. Sehingga apabila sampah ini menumpuk di saat musim hujan,
tentunya akan menimbulkan wabah muntaber atau diare., DB dan lain sebagainya..
Sampah juga bisa mengundang datangnya kawanan tikus dan serangga yang bisa
menyebabkan berbagai penyakit pencernaan, penyakit kuning, penyakit cacing perut ,
Malaria dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan sampah bisa mencemari air permukaan,
air tanah , lahan pertanian dan juga bisa mencemari udara yang menyebabkan
permasalahan pada manusia dan

ekosistem.nya. Hal ini akan menimbulkan ancaman

yang lebih serius lagi, karena memasuki awal Tahun 2010 ini curah hujan tentunya
akan menngkat tajam. Sehingga dipastikan akan timbul banjir dan genangan di manamana, ditambah dengan sistim pertahanan tubuh kita yang menurun..
Sampah yang mencemari lingkungan pada jaman modern ini, bukan hanya sebagai zat
hasil buangan kehidupan sosial masyarakat saja ( sisa makanan, plastik, bagian

tumbuhan dsb )., tetapi sampah ini juga bisa berasal dari buangan aktifitas teknologi
manusia ( waste ), yang mencakup juga zat-zat buang kimiawi atau juga aktifitas nuklir.
Oleh karena itu komposisi kimia yang dikandung sampah sangat bergantung lokasi
pemukiman , terutama yang memiliki drainase yang berhubungan langsung dengan
lingkungan industri.
Sampah yang berupa bahan organik berasal dari aktifitas manusia sebagai makhluk sosial
disebut dengan sampah rumah tangga ( Garbage ). Sedangkan senyawa/ bahan yang
berasal dari sisa aktifitas manusia dalam bidang teknologi disebut dengan zat buang (
Waste ). Contoh yang tergolong zat buang adalah Carbon Monoksida . CFC dan Green
House Gas dan lapin sebagainya..
Di tengah masyarakat, sampah memang menimbulkan hal yang pelik, sebab sampah
adalah bahan yang harus diibuang dengan benar karena sifatnya yang racun. Namun
demikian terdapat juga komponen sampah yang bernilai ekonomis, oleh karena itu
dalam pengelolaan sampah disarankan untuk tidak mengesampingkan aspek daur ulang.
Apalagi dengan semakin mahal dan terbatasnya sumber daya alam, maka recycled
( daur ulang ) sampah menjadi pilihan alternatif untuk menghemat biaya produksi suatu
bahan, ketimbang kita memproduksi dari bahan mentah ( raw-materials ).
Definisi Sampah / Zat Buang
Sejauh ini belum ada kesepakatan internasional tentang batasan sampah / zat Buang, hal
ini disebabakan karena setiap pihak / lembaga atau badan lainnya,

memiliki

interprestasi yang berbeda mengenai sampah. Sebagai contoh batasan sampah menurut
United Nations Environment Program ( U N E P ), sampah

adalah senyawa atau bahan

yang terbuang atau sengaja dibuang atau harus dibuang menurut undang-undang di
negara yang bersangkutan. Ketetapan ini sesuai dengan Basel Convention..
Basel Convention adalah konvensi yang didirikan pada Tahun 1989 , tetapi mulai
menerapkan hasil-hasil konvensinya pada tahun 1992, Konvensi ini didirikan untuk
mengontrol keamanan barang ekspor dan import antara negara negara erop

Sedangkan batasan sampah / Zat Buang menurut United Nations Statistics Division
( UNSD ) sampah adalah bahan yang bukan produk utama atau bukan bahan yang
menjadi tujuan utama untuk diproduksi, didistribusikan atau dikonsumsi. Sampah bisa
juga dihasilkan dari bahan sisa pada proses ekstraksi bahan mentah, baik ekstraksi tahap
menengah atau ekstraksi akhir, atau sebagai hasil buangan aktifitas manusia. Kategori
sampah juga bisa diterapkan untuk sisa daur ulang sampah itu sendiri ataupun bahan sisa
dari penggunaan hasil daur ulang sampah.
Batasan menurut Negara Negara Eropa ( EU ) yang dikategorikan sebagai sampah / Zat
Buang yang dibuang, perlu atau memang harus dibuang menurut amandemen 75/442/
EC dari Waste Frame Work Directive adalah senyawa atau bahan yang tidak digunakan
lagi selama belum aman dan bahan yang tidak memiliki guna lagi untuk lingkungan
dan kesehatan manusia
Demi penyelamatan lingkungan dari ganasnya sampah, maka Inggris pada Th 1994
mengeluarkan perundang undangan tentang sampah yang disebut Waste Management
Licensing Regulations yang mendifinisikan sampah sebagai senyawa atau bahan yang
diputus kepemilikannya oleh produsen / seseorang karena dibuang atau berniat dibuang
atau memang harus dibuang, kecuali untuk bahan yang telah diatur oleh Waste Directive (
Peraturan mengenai sampah ).
Kepedulian Bersama
Dengan demikian masalah sampah dewasa ini adalah masalah yang universal, sehingga
memang perlu adanya regulasi yang disepakati semua negara tentang peraturan dan
prosedur pengelolaan sampah. Bahkan bukan hanya regulasi tersebut di atas saja,
namun tehnik pengelolaan dan fasilitas untuk pembuangan sampahpun kini harus pula
dikembangkan menurut tehnik yang aman.
Keseriusan semua pihak / negara dalam mengatur sampah ini memang cukup beralasan,
karena menurut

data statistik yang dihimpun

negara-negara pendukung Basel

Convention menggambarkan bahwa selama Th 2001 masyarakat Eropa telah membuang


sampah sebanyak 338 juta ton . Masih pada tahun yang sama Organizaton Economic

Co-operation and Development ( O E C D ) melaporkan bahwa sebanyak 4 milyar ton


sampah telah dibuang ke laut yang berasal dari negara-negara anggota OECD
tersebut..Sedangkan menurut data terbaru,

rata-rata jumlah sampah yang dibuang

masyarakat dunia per orang/pertahun adalah sebanyak 572, 5 Kg ( Lihat Tabel ),


Kepedulian semua pihak terhadap pencemaran sampah ( zat buang ) dan pengelolaan
sampah dewasa ini telah meningkat tajam terutama dalam hal penyelamatan lingkungan
global. Hal ini disebabkan karena daya dukung alam ( sustain ability ) telah terancam
dengan adanya laju pencemaran dan kerusakan lingkungan, pengambilan sumber daya
alam yang menunjukan skala dil luartakaran umum. Ditambah lagi dengan timbulnya
pencemaran udara, pengumpulan dan penyebaran zat buang yang beracun, kerusakan
dan penebangan hutan, tanah dan air, kerusakan lapisan ozon, emisi gas rumah kaca yang
mengancam hidup manusia dan ribuan species organisma lainnya, kelestarian alam
dengan keanekaragaman hayati serta kelestarian alam sebagai warisan generasi
mendatang
Memperhatikan

kenyataan tersebut di atas maka permasalahan sampah adalah

permasalahan yang serius untuk setiap negara. Terlebih lebih dengan anggaran yang
tidak sedikit untuk menmangani masalah tersebut. Meskipun demikian anggaran yang
tinggi tersebut memang harus di belanjakan demi unsur hiegenis masyarakat yang
membutuhkannya.

Sebenarnya biaya pengelolaan tersebut setidak-tidaknya dapat

dihemat bila kita mengkonsep terlebih dahulu sistim pengumpulan sampah yang efisien
yang meliputi rute , alat transportasi dan peran masyarakat.
RANGKING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

NEGARA
AMERIKA
AUSTRALIA
DENMARK
SWIS
CANADA
NORWEGIA
BELANDA
AUSTRIA
INGGRIS
IRLANDIA
BELGIA

JUMLAH SAMPAH ( Kg/ tahun )


760
690
660
650
640
620
610
560
560
560
550

12
13
14
15
16
17

JERMAN
PERANCIS
ITALIA
FINLANDIA
SWEDIA
JEPANG
RATA RATA

540
510
500
460
450
410
572,5

TABEL Rataan Jumlah Sampah yang dibuang /Orang / Tahun ( Wikipedia, 2009)
Dalam hal penyediaan anggaran jangan dikesampingkan pula biaya untuk tempat
pengolahan dan pembuangan sampah yang tepat , yang tidak banyak dikeluhkan oleh
berbagai pihak karena dampak dari bising, debu, bau dan lain sebagainya.
Namun yang jelas dengan diterapkan manajemen pengeleloan sampah dari mulai
pengumpulan dan pengolahan sampah akan menyedot tenaga kerja yang tidak sedikit.
Terutama tenaga kerja informal seperti pemulung dan lain sebagainya yang memisahkan
pecahan kaca, kaleng, plastik dari masa sampah yang menumpuk. Hal ini tentunya bisa
meningkatkan pendapatan ekonomi terhadap mereka. Sehingga anggaran biaya negara
untuk penciptaan padat karya juga bisa dihemat.
Apabila konsep pengelolaan sampah telah tertata rapi, maka sampah dan zat buang
lainnya tentunya tidak membawa dampak serius. Sebab penanganan yang tidak serius
tentu saja akan mengakibatkan wabah suatu penyakit yang akan menyengsarakan
masyarakat dan akhirnya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,
Pengelolaan Sampah di Kota Besar
Sampah menimbulkan problem khusus di kota-kota besar di indonesia, seperti halnya di
kota-kota besar lainnya di dunia.

Problem ini tentunya menyangkut masalah

pengumpulan sementara dan pengolahan yang aman di tempat pembuangan akhir. Perlu
diketahui bahwa sampah dari zat organik yang menumpuk akan mengalami proses
dekomposisi oleh bakteri, sehingga menjadi bahan yang melapuk dan kembali ke dalam
konglemerasi mineral bersama dengan kandungan unsur kimia tanah.

Sebagai hasil sampingan proses dekomposisi sampah tersebut, terbentuklah gas


amoniak yang mudah terbakar,. Oleh karena itu proses penimbunan sampah di tempat
pembuangan akhir harus dilakukan dengan tehnk tehnik khusus dan jauh dari
pemukiman penduduk.
Pengelolaan Sampah di kota kota di Indonesia dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, dari mulai collecting di Tempat Pembuangan Sementara ( TPS ),
transportasi, penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) sekaligus Pengelolaan di
TPA yang aman. Sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar dan mall,
perkantoran, pabrik dikumpulkan di TPS yang berupa Permanen Container ( terbuat
dari beton ) atau Container Mobil.
Secara berkala sampah tersebut di angkut menuju ke Tempat Pembuangan Akhir yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat, untuk dikumpulkan dan disortir dari bahan
non organik, serta dilakukan dekomposisi dengan tehnik Open Dumping, yaitu tehnik
yang diterapkan dengan cara menimbun sampah yang sudah menumpuk dengan tanah.
Setelah terlebih dahulu pada bagian dasar litter ( lapisan sampah ) diipasang pipa-pipa
pembuangan
Gas Amoniak. Pemasangan pipa ini mutlak harus dilakukan mengingat sifat Gas
Amoniak bila terakumulasi di dalam partikel sampah yang telah membusuk , bisa
menimbulkan ledakan yang kuat.
Tehnik Open Dumping ini bisa dilakukan secara berlapis lapis sesuai dengan kebutuhan
dan standar prosedur tertentu. Sehingga sampah organik dari kota besar akan
berdekomposisi dengan tanah lagi dan tidak menimbulkan dampak yang membahayakan.

http://biologi.unas.ac.id:8080/web_biologi/publikasi/Dampak
terhadap kesehatan lingkungan dan manusia
DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN MANUSIA

sampah

Imran SL Tobing
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta
ABSTRAK
Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu yang kotor
dan harus dibuang. Bila dibuang sembarangan akan menjadi sumber pencemaran lingkungan
dan sumber penyakit bagi manusia; bahkan bila dibuang pada tempatnya pun bukan berarti
masalah terselesaikan, karena timbul permasalahan baru berupa tempat pembuangan akhir. Oleh
karena itu, persepsi tentang sampah harus berubah; dari yang harus dibuang menjadi sesuatu
yang dapat dimanfaatkan. Sampah an-organik telah dimanfaatkan dan didaur ulang; tetapi
sampah organik masih tetap tersingkirkan. Padahal sampah organik juga dapat dimanfaatkan
kembali seperti sebagai bahan baku kompos, bokashi dan batako. Bila ini dilakukan, maka
masalah sampah bukan hanya dapat teratasi, tetapi juga dapat menjadi alternatif peningkatan
perekonomian masyarakat.
Kata kunci : sampah, kesehatan, lingkungan, manusia, manfaat

I. Pendahuluan
Lingkungan yang sehat, bersih dan indah merupakan dambaan setiap orang; tetapi
untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman dan komitmen dalam bertindak.
Keinginan
untuk mencapainya sangat sering dikumandangkan; baik oleh kelompok masyarakat
maupun oleh lembaga pemerintah; tetapi seringkali hanya sebatas slogan belaka tanpa
diiringi oleh upaya serius. Berbagai langkah telah diupayakan oleh pemerintah, tetapi
tanpa dukungan secara sadar oleh anggota masyarakat, lingkungan yang sehat tidak akan
pernah dapat terwujud; karena upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama. Kesan
bahwa masyarakat tidak perduli terhadap lingkungan, tercermin dari keadaan lingkungan
yang dari waktu ke waktu memperlihatkan penurunan kualitas. Kondisi seperti ini terjadi
karena lingkungan dicemari oleh berbagai bahan buangan (sampah/limbah), baik limbah
rumah tangga maupun limbah industri.
Makalah pada Lokakarya Aspek Lingkungan dan Legalitas Pembuangan Sampah serta
Sosialisasi Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Bahan Baku Pembuatan Kompos Kerjasama
Univ Nasional dan Dikmenti DKI, Jakarta Juni. 2005

2
Pencegahan dan pengelolaan limbah, terutama limbah industri, sebenarnya telah
diatur oleh pemerintah (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) dengan mengeluarkan

berbagai Surat Keputusan sebagai acuan/patokan yang harus dilaksanakan oleh para
pelaku
yang berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pencegahan pencemaran oleh limbah
rumah
tangga (sampah), walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat diselesaikan
dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman. Pembuangan
sampah (limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari lingkungan;
bahkan
bila dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap
merupakan
masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu
dianggap

sebagai

masalah

yang

sangat

mengganggu;

dengan

dampak

yang

beranekaragam,
baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota (pemukiman).
Peningkatan trend pencemaran berdasarkan waktu, dipicu oleh berbagai hal; seperti
pertambahan populasi manusia sehingga jumlah sampah yang dibuang juga bertambah,
kurang memadainya tempat dan lokasi pembuangan sampah, masih kurangnya kesadaran
dan kemauan masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah, dan kurangnya
pemahaman masyarakat tentang manfaat sampah serta keengganan masyarakat
memanfaatkan sampah karena sampah dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan harus
dibuang, atau karena gengsi. Berbagai penyebab tersebut telah menjadikan menurunnya
kualitas lingkungan yang berdampak negatif bagi masyarakat; sehingga sangat perlu
untuk
dikelola.
Penanganan dan pengelolaan sampah di Jakarta, merupakan permasalahan yang
terus meningkat seiring perjalanan waktu; yang terutama disebabkan oleh terus
meningkatnya populasi manusia dengan kebutuhan yang juga semakin meningkat.
Meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia, secara langsung maupun tak langsung
tentunya juga akan menyebabkan semakin meningkatkan limbah (sampah); sehingga
menjadi beban bagi lingkungan. Sehingga, walaupun lingkungan mempunyai
kemampuan

untuk memperbaiki diri (mekanisme homeostatis ekosistem); tetapi dengan terus


meningkatnya bahan pencemar (juga bahan pencemar yang berasal dari aktivitas
manusia)
telah melampaui batas kapasitas yang mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan
alam.
3
Upaya pemerintah dalam menangani dan mengelola sampah (limbah) rumah tangga,
dilakukan antara lain dengan menyediakan berbagai tempat pembuangan sampah
(sementara) dan mencari serta menetapkan lokasi tempat pembuangan sampah akhir
(TPA).
Namun demikian; walaupun sampah (limbah) selalu mendapat perhatian, tetapi pada
kenyataannya pengelolaan sampah masih merupakan permasalahan yang belum dapat
diselesaikan dengan baik di berbagai kawasan, terutama di kota-kota besar seperti halnya
Jakarta, sampai saat ini.
Pengelolaan sampah dalam skala kecil terutama oleh masyarakat umumnya
dilakukan dengan pembakaran; sedangkan dalam skala besar dilakukan dengan
menetapkan
berbagai tempat pembuangan sampah; baik sementara (TPS) maupun terpadu / akhir
(TPA). Pengelolaan sampah dengan pembakaran dapat menimbulkan efek lanjutan bagi
manusia karena terjadinya pencemaran udara dari asap dan bau; sedangkan dengan sistem
tempat pembuangan sampah memerlukan suatu lokasi terutama untuk TPA (tempat
pembuangan akhir) secara terus menerus. Penentuan dan perpindahan lokasi TPA ini
seringkali menimbulkan masalah dengan masyarakat sekitar karena masyarakat tidak
dapat
menerima bahwa lingkungannya menjadi tercemar oleh sampah dan efek lanjutannya.
Pengelolaan sampah sebagai bahan pencemar, memang dapat dilakukan dengan
berbagai cara; namun demikian, bila masih memungkinkan, upaya pencegahan jauh lebih
baik dan efektif untuk dilaksanakan. Upaya pencegahan dapat dilakukan, bila kita semua
memahami dampak negatif membuang sampah sembarangan, tidak hanya terhadap
lingkungan tetapi juga terhadap kesehatan manusia.

II. Persepsi tentang sampah

Secara umum orang beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu barang atau benda
yang sudah tidak berguna bagi dirinya. Sampah merupakan sesuatu yang kotor, bau,
jelek;
tidak berguna lagi sehingga secepatnya harus disingkirkan dan dibuang. Persepsi tentang
sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna, diperkuat oleh pernyataan buanglah sampah
pada tempatnya yang mengisaratkan bahwa sampah memang harus dibuang; tidak
diajurkan untuk dimanfaatkan.
4
Sudah menjadi kebiasaan bagi manusia (masyarakat) untuk membuang sampah;
apalagi anggota masyarakat telah dibebani untuk membayar retribusi, sehingga dianggap
bahwa sampah adalah urusan pemerintah. Bahkan perilaku membuang sampah menjadi
tidak terkontrol; masih banyak anggota masyarakat yang membuang sampah secara
sembarangan, tidak pada tempat yang telah disediakan.
Tumpukan sampah di pinggir jalan, merupakan pemandangan yang sudah biasa.
Sampah berserakan di jalan-jalan, di kendaraan umum atau fasilitas-fasilitas umum
lainnya
merupakan suatu bukti bahwa kesadaran kita (masyarakat) tentang lingkungan yang
bersih
masih sangat rendah. Masyarakat yang sadar akan kesehatanpun, atau masyarakat yang
mengerti bahwa sampah merupakan sumber pencemar dan sumber penyakit; seolah tidak
peduli. Setiap orang merasa bahwa kalau hanya dirinya yang peduli, dan kalau hanya
dirinya saja yang membuang sampah pada tempatnya; tidak akan ada gunanya. Sebagian
besar orang berfikiran seperti itu, sehingga sangat jarang yang terlihat peduli.

III. Klasifikasi sampah


Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan pengklasifikasian
sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu :
A. Berdasarkan jenis
1. Sampah organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa
organik, dan berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun, kayu, dll.), hewan
(bangkai, kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.). Sampah ini bersifat dapat terurai
(degradable) sehingga dalam waktu tertentu akan berubah bentuk dan dapat menyatu

kembali dengan alam


2. Sampah an-organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa
an-organik, dan berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol / kaca, kaleng, logam,
dll.. Sampah an-organik umumnya bersifat sukar terurai / sukar lapuk dan tidak
lapuk (non-degradable) sehingga akan selalu dalam bentuk aslinya di alam.
B. Berdasarkan tingkat kelapukan
5
1. Sampah lapuk (garbage) : Sampah yang merupakan bahan-bahan organik; seperti
sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini dapat terjadi dalam waktu
tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam.
2. Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan bahan
organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk; pelapukan dapat
terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat dibakar); kaleng, kawat, kaca,
mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar), serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat
dibakar).
C. Berdasarkan bentuk
1. Padat : Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan, hewan) yang
merupakan sampah organik, dan benda-benda tak hidup (besi, kaleng, plastik, dll.).
Komposisi sampah padat sebagian besar merupakan sampah organik yang berasal
dari berbagai sumber. Di Jakarta misalnya, sampah padat dapat melebihi 70 %
berupa sampah organik.
2. Sampah cair : Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri, pertanian /
perikanan / peternakan / manusia, dan limbah rumah tangga.
3. Gas : Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik / industri, alat
transportasi, rumah tangga, pembakaran, dan efek lanjutan terurainya sampah padat
dan cair.
D. Berdasarkan sumber
1. Rumah tangga : Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar mandi dan dapur
perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang merupakan cairan bekas mencuci
dan membersihkan sesuatu bahan keperluan sehari-hari.
2. Industri : Sampah industri dapat bersumber dari pabrik, hotel, labratorium, rumah

sakit, dll. berupa limbah yang dibuang yang mengandung berbagai macam bahanbahan
kimia.
6
3. Pertanian : Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-sisa
insektisida dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran, potongan daun /
batang / akar, buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.

IV. Sampah sebagai bahan pencemar lingkungan


Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan
ketidak seimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan
menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di
sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu
banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain
menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.
A. Pencemaran udara
Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas seperti
methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas
ini merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena
mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu,
dan menyebabkan hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain
berbau tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia.
Sampah yang dibuang di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA ditutup
atau ditimbun terutama dengan bangunan akan mengakibatkan gas methan tidak dapat
keluar ke udara. Gas methan yang terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak
sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di
Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian.
B. Pencemaran air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan merupakan sumber
timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air tanah. Akibatnya, berbagai
sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah pemukiman
7

telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan


manusia /
penduduk.
Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar
terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari
berbagai
jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan saja,
tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi manusia.
C. Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah
membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran air
dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan
berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir
tentunya akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam kehidupan manusia
(hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat lanjutan dari banjir
yang selalu membawa penyakit.

V. Sampah sebagai sumber penyakit


Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung.
Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan
patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vektor
(pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk;
maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai
penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare,
disentri, cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah.
Penyakitpenyakit
ini merupakan ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian.

VI. Sampah sebagai bahan baku


Persepsi manusia terhadap sampah harus berubah; bahwa sampah tidaklah
merupakan suatu barang yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Sampah
nonorganik;
seperti plastik, kertas / kardus, kaleng, besi / logam telah banyak dimanfaatkan

8
kembali (daur ulang). Sebagian anggota masyarakat telah memanfaatkannya sebagai mata
pencaharian dengan mengumpulkannya, baik yang terserak di jalan, di tempat-tempat
sampah maupun di TPA. Akan tetapi masalah sampah tetap belum terpecahkan karena
sampah umumnya merupakan sampah organik; padahal justru jenis sampah inilah yang
paling rawan dalam menimbulkan penyakit bagi manusia.
Sampah organik, yang merupakan sisa-sisa rumahtangga dan pasar / pertanian,
seperti sayur dan buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik
(kompos), makanan ternak dan ikan (bokashi) ataupun bahan baku pembuatan batako.
Namun demikian, dalam pembuatan bokashi, bahan-bahan yang digunakan dan hasil
yang
diperoleh, tetap harus dikontrol untuk menghindari adanya bahan yang beracun bagi
ternak.
Bila masyarakat menjadikan sampah sebagai bahan baku, maka sampah tidak lagi
dibuang tetapi dikumpulkan dan diolah. Pemanfaatan sampah tidak hanya akan
berdampak
positif terhadap terpeliharanya estetika dan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia;
tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat. Semoga.

VII. Kesimpulan dan saran


Berdasarkan uraian tersebut, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut,
1. Sampah merupakan sumber pencemar lingkungan, sekaligus sebagai sumber penyakit
yang mengancam kesehatan manusia.
2. Persepsi masyarakat terhadap sampah harus diubah; dari bahan kotor yang harus
dibuang menjadi bahan yang bernilai ekonomi
3. Sampah organik bukanlah sesuatu yang harus dibuang, tetapi dapat dijadikan sebagai
bahan baku untuk produk yang bermanfaat bagi manusia seperti membuat kompos,
bokashi, dan batako
4. Pengelolaan sampah, tidak harus dilakukan dengan memperbanyak tempat
pembuangan sampah, tetapi akan lebih efektif dengan memanfaatkannya kembali.
5. Sampah an-organik telah banyak dimanfaatkan dengan mendaur ulang dan
memanfaatkannya kembali, dan sampah organik juga sangat potensial untuk diolah dan

dimanfaatkan kembali.
9
6. Sampah yang tidak dikelola dengan baik; akan menjadi sumber pencemaran
lingkungan dan sumber penyakit yang sangat merugikan kehidupan manusia,
sedangkan bila dikelola akan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat.
7. Jangan pernah berfikir bahwa yang akan anda lakukan tidak ada artinya; tetapi
lakukanlah semampu anda untuk membuat lingkungan bersih dan sehat karena itu
sangat menguntungkan bagi kita semua.
http://dinkesbonebolango.org/index.php?option=com_content&task=view&id=259
Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Lingkungan
Ditulis Oleh administrator
Thursday, 31 July 2008
Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari
komposisi sisa makanan, daun daun, plastik, kain bekas, karet dan lain lain. Bila dibuang dengan cara
ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar
akan menimbulkan pengotoran udara. selain itu tradisi membuang sampah disungai dapat mengakibatkan
pendangkalan yang demikian cepat, banjir juga mencemari sumber air permukaan karena pembusukan
sampah tersebut. Jadi pada kenyataannya sampah telah mencemari tanah, badan air dan udara dalam kota.
Berdasarkan asalnya sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik ( sampah basah ) dan
sampah an organik ( sampah kering ).
Selain itu juga sampah dihasilkan dari beberapa sumber utama antara lain:
1.

Rumah tangga
Sampah domestik yang dihasilkan berupa sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai
lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik dsb.

2.

Tempat perdagangan
Seperti pasar, supermarket, toko, warung. Sampah yang dihasilkan berupa bahan dagangan yang
rusak, buah, sayur, kertas, plastik, karton dsb.

3.

Industri
Sampah industri yang dihasilkan tergantung dari macam dan jumlah bahan. Industri sering kali
membuang sampah disekitar pabrik, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Tentu saja yang
demikian dapat meresahkan penduduk yang bertempat tinggal disekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas maka dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan:


1.

Dampak Terhadap Kesehatan


Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberap
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan
penyakit.
Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
-

Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).

Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2.

Dampak Terhadap Lingkungan


Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air.
berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

3.

Dampak Terhadap Sosial Ekonomi


-

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan
bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran
dimana mana.

Memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan

USAHA PENGENDALIAN SAMPAH


Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternativ pengolahan yang
benar. Teknologi yang paling tepat untuk pemecahan masalaha adalah teknologi pemusnahan sampah yang
hemat dalam penggunaan lahan dengan cara pembakaran yang terkontrol atau Insinerasi dengan cara
memakai Incenerator. Selain itu juga memakai prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam keseharian
misalnya dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu ( Reduce, Reuce, Recycle dan Replace ).
Dalam keseharian, dan dapat dilakukan oleh siapa saja untuk mengurangi volume sampah dan mencegah
penularan penyakit dapat dilakukan antara lain:
-

Belanja jangan boros, perhitungkan keperluan dengan cermat

- Bawalah keranjang belanja yang dapat dipakai berulang kali sehingga mengurangi sampah plastik
-

Upayakan daun sebagai pembungkus karena sampah daun hancur ditanah

Jangan masukan sampah kedalam got sungai atau laut.

Sampah dapur dan dedaunan untuk kompos, kertas untuk daur ulang, kaleng untuk pot.

Go!

Home

About me

Download

TUGAS

Tutorial

http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/efek
-sampah-terhadap-manusia-dan-lingkungan/

EFEK

SAMPAH

TERHADAP

MANUSIA

DAN LINGKUNGAN
5 Agustus 2008
Efek

sampah

terhadap

manusia

dan

lingkungan

sebagai

berikut

Dampak terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai


(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang
dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.

4. Sampah beracun:
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal
ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti
metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Dampak

terhadap

Keadaan

Sosial

dan

Ekonomi

Dampaknya antara lain :


1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika

sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan
Sampah.

Malang

PPPGT

VEDC

Malang

Ary Nilandari. 2006. Aku Bisa Menghemat Listrik. Jakarta : Dian Rakyat.
Atasi Defisit Energi Listrik, Indonesia Bisa Gunakan Biomass Sampah Sumber : Media
Indonesia (14 Januari 2004)
DKI Perlu Modernisasi Pengolahan Sampah (Republika edisi 18 Agustus 2004),
Sampah

Dapat

Hasilkan

Energi

Listrik

(www.energi.lipi.go.id edisi 6 Desember 2004

http://majarimagazine.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah/

Teknologi Pengolahan Sampah


by Michael Hutagalung on 30/12/07 at 11:59 pm | 88 Comments | |

Pernah mendengan PLTSa? Pembangkit Listrik Tenaga Sampah? Suatu isu yang
sedang hangat dibicarakan di Kota Bandung, sebuah kota besar di Indonesa yang
beberapa waktu yang lalu pernah heboh karena keberadaan sampah yang merayap bahkan
hingga badan jalan-jalan utamanya. Jangankan jalan utama, saat Anda memasuki
Bandung menuju flyover Pasupati, Anda pasti akan disambut dengan segunduk besar
sampah yang hampir menutupi setengah badan jalan. Itu dulu. Sekarang, Kota Bandung
sudah kembali menjadi sedia kala dan solusi PLTSa-lah yang sedang diperdebatkan.

Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada
dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses
biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa
yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di Bandung menggunakan proses thermal
sebagai proses konversinya. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung
dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara
keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk
menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan
generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan
untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap
yang dihubungkan dengan generator listrik.

Proses Konversi Thermal


Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa,
dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik
menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara
bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan
organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan
uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen
(N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di
gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit,
multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.

Incinerator. Sebuah ilustrasi bagian-bagian dalam sebuah incinerator.


Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa
kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekulmolekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil
dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol,
padatan char, dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas.
Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada

temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses
gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.

Proses Konversi Biologis


Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas)
atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi
gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan
methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan
energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut
berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.

Modern Landfill. Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern
yang di dalamnya terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik.
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam
lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi
senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang

dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan
cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan
mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah
di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalam landfill
menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal proses aerobik) dan menghasilkan
gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor
sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah
sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa
vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa
desentralisasi.

Pemilihan Teknologi
Tujuan suatu sitem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut
menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan
yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan adanya
informasi tentang karakter sampah, karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter
pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan,
dan yang pasti: keekonomian.
Kembali ke Bandung. Kira-kira teknologi mana yang tepat sebagai solusi pengolahan
sampah menjadi bahan berguna? Apakah PLTSa sudah merupakan teknologi yang tepat??
Referensi: Pengelolaan Limbah Industri Prof. Tjandra Setiadi

http://bencana.net/kerusakan-lingkungan/dampak-pencemaran-lingkungan-terhadapkesehatan.html

Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan


Wed, 08/10/2008 - 19:41 djuni

Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan


Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini
lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat
dunia umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan
kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota
maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke
lembah yang jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan
melainkan

menimbulkan

permasalahan

seperti

pencemaran

air

tanah,

udara,

bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak
mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang
akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan
daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup
bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negaranegara maju ataupun
negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah
dunia dan masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan
antara jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan
lingkungan secara terpadu dan tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan
pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif
merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang
komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner.

Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk


memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko
lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang
kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya
yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan.
LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya
tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya
mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan
hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup
tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya
mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi.
Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial
ekonomi. WHO menyatakan Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit.
Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab
1, Pasal 2 dinyatakan bahwa Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),
rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan.
Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan makhluk
biologis dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir). Sehingga untuk
memahami masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis bentuk interaksi sosial dan
lingkungan hidup.

Dengan demikian permasalahan kesehatan masyarakat merupakan hal yang kompleks


dan usaha pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan upaya menghilangkan
penyebab-penyebab secara rasional, sistematis dan berkelanjutan.
Pada pelaksanan analisis dampak lingkungan maka kaitan antara lingkungan dengan
kesehatan dapat dikaji secara terpadu artinya bagaimana pertimbangan kesehatan
masyarakat dapat dipadukan kedalam analisis lingkungan untuk kebijakan dalam
pelaksnaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Manusia berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya lebih baik, walaupun aktivitas manusia membuat rona lingkungan
menjadi rusak.
Hal ini tidak dapat disangkal lagi kualitas lingkungan pasti mempengaruhi status
kesehatan masyarakat. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa
status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor hereditas, nutrisi, pelayanan
kesehatan, perilaku dan lengkungan.
Menurut paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu lingkungan mempunyai
pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang itu
dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, linkungan rekreasi,
lingkungan kerja.
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani. Masalah
pemukiman sangat penting diperhatikan.
Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan
yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan

baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pengolalaan sampah
domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan
asap dapur.
Perilaku pola makanan juga mengubah pola penyakit yang timbul dimasyarakat. Gizi
masyarakat yang sering menjadi topik pembicaraan kita kekurangan karbohidrat,
kekurangan protein, kekurangan vitamin A dan kekurangan Iodium. Di Indonesia
sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan kekurangan gizi.
Ada yang kekurangan kuantitas makanan saja (Maramus), tapi seringkali juga kualitas
kurang (Kwashiorkor). Sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan
kekurangan gizi terutama terdap[at pada anak-anak.
Industrialisasi pada saat ini akan menimbulkan masalah yang baru, kalau tidak dengan
segera ditanggulangi saat ini dengan cepat. Lingkungan industri merupakan salah satu
contoh lingkungan kerja. Walaupun seorang karyawan hanya menggunakan sepertiga dari
waktu hariannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan industri, tetapi pemaparan
dirinya di lingkungan itu memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan dengan resiko
trauma fisik gangguan kesehatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas.
Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of
Occupational Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat
karyawan yang bekerja di lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker.
Lebih dari 20.000.000 karyawan yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya
menggarap bahan-bahan yang diketahui mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker,
penyakit paru, hipertensi dan gangguan metabolisme lain.
Paling sedikit ada 390.000 kasus gangguan kefaalan yang terinduksi oleh dampak negatif
lingkungan industri dan100.000 kematian karena sebab okupasional dilaporkan setiap
tahun.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi
menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan

jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka


kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi.
Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka
manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si
dari tenaga manusia. Peristiwa ini mulai dikenal dengan penemuan mesin uap oleh James
Waat. Fase industri ini menimbulkan dampak yang sangat menyolok selain kemakmuran
yang diperoleh juga exploitasi tenaga kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lenigkungan,
penyakit, wabah.
Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah
kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2disebabkan gas beracun besar
konsentrasinya dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini
bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam,
Cadmium,Flour dan insektisida .
Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak
menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan
dalam terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit
penyakit umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa.
Orang beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa
padahal nyamuk yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria. Dipandang dari
segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan
lingkungan.
http://malikmakassar.wordpress.com/2008/10/05/dampak-pencemaran-lingkung...

Anda mungkin juga menyukai