Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan berkat dan rahmatnya kepada kita semua, sehingga kami
masih diberikan kesehatan guna menyelesaikan tugas perkuliahan Prodi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
Adapun tugas yang kami kerjakan yaitu menyusun suatu
makalah
yang diberikan tugas oleh Dosen Pengampu mata kuliyah Seminar Akuntansi
Manajemen. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Karena hal itu kami kelompok 3 mengharapkan adanya
masukkan dan sanggahan guna menyempurnakan makalah ini.
Demikian harapan dari kami semoga makalah yang kami susun dapat
dijadikan acuan pembelajaran dalam mata kuliyah Seminar Akuntansi
Manajemen.
PENULIS
DAFTAR ISI
SAMBAB III : JUST IN TIME
Page 1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1
1
1
1
BAB II : PEMBAHASAN
2
7
9
10
12
13
16
16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya
apabila memperhatikan faktor-faktor penentu diantaranya waktu,
mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah satu faktor penentu,
yaitu waktu menjadi faktor penting yang mempengaruhi keunggulan
daya saing, perusahaan yang ingin unggul dari faktor waktu maka
harus
dapat
melayani
permintaan
konsumennya
tepat
waktu,
Page 2
diterapkan
untuk
pengadaan
(pembelian)
dan
Just
In
Time
memberikan
pemahaman
(JIT)
yang
tersebut.
tepat
Yang
untuk
Page 3
nantinya
pembaca
dapat
sehingga
suatu
keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan
suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan
oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan
barang / penyimpanan barang / stocking cost.
JIT juga berarti filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan
dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-komponen ditarik melalui sistem untuk
menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan.
Tabel berikut : Mencantumkan pengurangan pemborosan karena menerapkan salah satu aspek
Just In Time (JIT) :
Page 4
NO
PENGURANGAN
ASPEK
PEMBOROSAN
1.
(%)
20
2.
30
3.
30
4.
Ruang
40
5.
50
6.
50
7.
Persediaan Barang Dalam Proses (Wip)
Sumber : Heyzer & Render, 1999
82
Berbagai perusahaan banyak yang menggunakan istilahnya sendiri sebagai pengganti dari
Jus In Time, seperti :
IBM dikenal Continuous Flow Manufacturing (CFM).
Harley Davidson dikenal Material as Needed (MAN).
Hewlett Packard dikenal Stockless Production.
Omark Industries dikenal Zero Inventory Production System (ZIPS).
Dalam menerapkan JIT ini, ada tiga dosa yang tidak boleh dilakukan. Ketiga dosa itu adalah
MUDA, MURA dan MURI.
MUDA dalam bahasa Jepang berarti pemborosan, yang bila diterapkan dalam manajemen
sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap
bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya.
SAMBAB III : JUST IN TIME
Page 5
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang
dan waktu produksi. Ide dasar sistem produksi tepat waktu (Just In Time) yaitu menghasilkan
sejumlah barang yang diperlukan pada saat diminta dengan menghilangkan segala macam bentuk
pemborosan waktu yang tidak diperlukan sehingga diperoleh biaya produksi yang rendah dan
melakukan proses yang berkesinambungan. JIT mulai digunakan pada sistem produksi Toyota
sebagai dampak dari krisis minyak di tahun 1973, kemudian banyak dipakai oleh perusahaan
Jepang untuk mengantisipasi semakin variatifnya permintaan konsumen dan semakin kritisnya
konsumen dalam menentukan produkyang diinginkan.
Just In Time dari mulai terkenalnya sampai saat ini tahun 2007 dia sudah berusia 29
tahun berfungsi dalam persediaan. Just In Time menekankan bahwa semua material harus
menjadi bagian aktif dalam sistem produksi dan tentu dia melarang timbulnya problem yang
mengakibatkan hadir biaya persediaan. Dalam Just In Time persediaan diminimalisasi dengan
tetap menjaga keberlangsungan produksi. Ini berarti dia bilang bahan maupun barang tersedia
dalam waktu, jumlah dan kualitasyang tepat saat diperlukan. Metode Just In Time dalam
keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang persediaan, melainkan juga dapat
diimplementasikan dalam bidang produksi.
Dalam bidang produksi, Just In Time menekankan upaya kontinuitas pengurangan
pemborosan dan ketidakefisienan lewat lot size yang kecil, kualitas tinggi, koordinasi tim kerja.
Produksi Just In Time menunjukan sistem produksi dimana aktifitas operasi terjadi hanya jika
diperlukan. Selain demikian berposisi sebagai alat pendekatan untuk penyeimbang produksi, alat
pengendali kualitas produk, dan mekanisme untuk motivasi serta keterlibatan para tenaga kerja.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time-JIT) bukanlah ilmu yang memerlukan analisis
kuantitatif maupun kualitatif yang tidak begitu rumit, secara lebih tepatnya Just In Time (JIT)
bisa dikatakan sebagai metode pendekatan, filosofi kerja, konsep ataupun strategi manajemen
yang dimaksud dan tujuannya adalah mencapai performansi yang tinggi dalam proses
manufacturing. JIT adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu
dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi.
Page 6
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang
berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja
yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan
yang lebih sederhana pengertian pemborosan. Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah
pemborosan. Adapun 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:
1) Over produksi.
2) Waktu menunggu.
3) Transportasi.
4) Pemrosesan.
5) Tingkat persediaan barang.
6) Gerak.
7) Cacat produksi.
Page 7
proses atau akibat adanya fluktuasi permintaan. Untuk mengatasi berbagai gangguan dan
perubahan permintaan ini, perusahaan harus mengubah jadwal produksi tiapproses secara
serempak yang cukup menyulitkan. Akibatnya perusahaan harus melakukan persediaan di antara
semua proses untuk mengatasi gangguan dan perubahan permintaan ini. Sistem ini sering
menimbulkan ketidakseimbangan persediaan yang mengakibatkan pemborosan.
Sebaliknya, sistem produksi Toyota bersifat revolusioner, dalam arti proses berikutnya akan
mengambil suku cadang dari proses sebelumnya, metode ini dikenal sebagai sistem tarik. Hanya
lini rakit akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang diperlukan dan
jumlah suku cadang yang diperlukan. Lini rakit akhir pergi ke proses sebelumnya untuk
mendapatkan suku cadang yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang
diperlukan. Kemudian proses sebelumnya memproduksi suku cadang yang diambil oleh proses
berikutnya. Tiap proses yang memproduksi suku cadang mengambil bahan atau suku cadang
yang diperlukan pada proses sebelumnya, begitu seterusnya.
Dengan demikian apabila ada perubahan permintaan tidak perlu dilakukan perubahan
jadwal produksi secara serempak untuk semua proses. Hanya lini rakit akhir yang perlu
diinformasikan mengenai perubahan jadwal produksi ketika merakit produk satu per satu. Untuk
menginformasikan mengenai penetapan waktuyang diminta dan jumlah suku cadang yang
diperlukan, digunakan KANBAN. Sistem kanban hanya bisa berfungsi secara efektif melalui
kombinasi dengan elemen-elemen JIT lain secara utuh. Terdapat empat konsep pokokyang harus
dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya
adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :
Page 8
Page 9
manajemen.
Efesiensi dan efektivitas sebagai terminal akhir dari pada manajemen tidak akan dapat
Pemasok
Pemberdayaan
Karyawan
Kualitas
Pemeliharaan
Pencegahan
Gambar 12.1. Faktor Kesuksesan JIT
Sumber : Haeyzer & Render, 1999
Page 10
JIT
Penjadw
Dengan semangat JIT, jumlah pemasok sebaiknya sedikit, ada hubungan kedekatan dan
pemasok yang senantiasa berbisnis ulang dengan kita.
2.4.2. JIT pada Tata Letak
Tujuan JIT adalah mengurangi perpindahan baik perpindahan orang maupun perpindahan
barang.
2.4.3. JIT pada Persediaan
JIT pada persediaan menggunakan sistem tarik (pull system) untuk memindahkan
persediaan. JIT akan mengurangi ukuran lot dan mengurangi waktu penyetelan
2.4.4. JIt pada Penjadwalan
JIT pada penjadwalan dapat ditempuh dengan mengkomunikasikan jadwal tersebut
kepada pemasok. menghilangkan pemborosan
2.4.5. JIT pada Pemeliharaan Pencegahan
JIT pada pemeliharaan pencegah dapat ditempuh dengan pemeliharaan pencegahan yang
terjadwal dan rutin harian.
2.4.6. JIT pada Kualitas
JIT pada kualitas adalah diterapkannya kendali proses secara statistic.
2.4.7. JIT pada Pemberdayaan Karyawan
JIT pada pemberdayaan karyawan adalah dikembangkannya pelatihan-pelatihan.
Page 11
Prinsip kerja JIT dapat dibagi kepada tiga bagian besar yaitu :
Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
Inventory reuction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull system)
melawan just in case (yang menggunakan konsep push system). Dan
Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas sebagai
paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.
2.5.1. Cost Reduction (Pengurangan Biaya)
Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu
menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri manufaktur adalah prinsip 5-S
Manufacturing yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki et all.
1991).
SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu dan mana
yang tidak serta menghindari berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu barang atau
peralatan digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan itu dari tempat
kerja.
SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
Page 12
Page 13
Waktu siklus
Akurasi pesanan
Jam
mesin
sesungguhnya
dibandingkan
jam
direncanakan.
2.6.3.Elemen-elemen kunci JIT
Adapun Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
Jumlah Pemasok yang terbatas
SAMBAB III : JUST IN TIME
Page 14
mesin
tersedia
yang
mengubah
mendapatkan
perlengkapan,
formulir
terkait
memindahkan
dan
bahan
bergerak
baku,
cepat
dan
untuk
seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau duretur kembali.
Page 15
satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan
historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat
pelayanan konsumen. Untuk mencapai tingkat pelayanan 95% perusahaan
harus memasukkan 2 standart deviasi dalam safety stock.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang
pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang
diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen
Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan
biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Tujuan Just In Time menghasilkan sebuah produk hanya jika dibutuhkan
dan
Sehingga
system JIT ini dapat memberikan manfaat lebih bukan hanya untuk konsumen
namun perusahaan yang melakukan proses produksi dapat menghemat waktu
dan pengeluaran untuk proses produksi tersebut.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Hariyadi. 2009. Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis Quality Management
System. Penerbit Nusantara Professional Education. Jakarta.
Hardjosoedarmo, Soewarso. 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi Yogyakarta.
Page 17