html
Anemia Defisiensi Besi
1. Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan
hemoglobin berkurang.
2. Epidemiologi
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara berkembang. Martoatmojo
et al memperkirakan prevalensi ADB di Indonesia adalah 16-50% pada laki-laki, 25-84% pada
perempuan tidak hamil, dan 46-92% pada perempuan hamil.
3. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan besi, gangguan
penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu. Penyebab spesifik yang terkait
dengan 3 proses diatas adalah:
4. Patogenesis
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:
Deplesi besi
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis yang menyebabkan
kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan diri yaitu dengan meningkatkan absorbsi
besi dari usus. Pada tahapan ini tanda yang ditemui adalah penurunan ferritin serum dan besi
dalam sumsum tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk eritropoiesis berkurang namun
namun secara klinis anemia belum terjadi, kondisi ini dinamakan eritropoiesis defisiensi besi.
Tanda-tanda yang ditemui pada fase ini adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam eritrosit,
penurununan saturasi transferin, dan peningkatan Total iron binding capacity (TIBC).
Anemia defisiensi besi
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu dan kadar hemoglobin
mulai menurun sehingga terjadi anemia hipokromik mikrositik. Kondisi ini sudah bisa
dikategorikan sebagai anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup banyak kepada seseorang
misalnya gangguan sistem neuromuscular, gangguan kognitif, gangguan imunitas, dan gangguan
terhadap janin.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu gejala langsung
anemia (anemic syndrome) dan gejala khas defisiensi besi. Gejala yang termasuk dalam anemic
syndrome terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 mg/dL berupa lemah, cepat lelah,
mata berkunang-kunang, dan telinga berdenging. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
konjungtiva pasien pucat. Gejala khas yang muncul akibat defisiensi besi antara lain koilonychia
(kuku sendok), atrofi papil lidah, cheilosis (Stomatitis angularis), disfagia, atrofi mukosa gaster,
dan Pica (Keinginan untuk memakan tanah).
Selain gejala-gejala tersebut jika anemia disebabkan oleh penyakit tertentu maka gejala penyakit
yang mendasarinya juga akan muncul misalnya infeksi cacing tambang menyebabkan gejala
dyspepsia atau kanker kolon menyebabkan hematoskezia.
6. Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang mungkin
menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi pasien atau efek anemia terhadap kondisi
umum pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan berbagai kondisi klinis manifestasi
kekurangan besi dan sindroma anemic.
Pemeriksaan laboratorium
Jenis
Pemeriksaan
Nilai
Hemoglobin
MCV
MCH
Morfologi
Terkadang
dapat
cell atau pencil cell
Ferritin
ditemukan ring
Saturasi
transferin
Pulasan
sel Dapat ditemukan hyperplasia normoblastik
sumsum tulang ringan sampai sedang dengan normoblas kecil.
Pulasan besi dapat menunjukkan butir
hemosiderin (cadangan besi) negatif. Sel-sel
sideroblas yang merupakan sel blas dengan
granula ferritin biasanya negatif. Kadar
sideroblas ini adalah Gold standar untuk
menentukan anemia defisiensi besi, namun
pemeriksaan kadar ferritin lebih sering
digunakan.
Pemeriksaan
penyait dasar
Kriteria diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi meliputi bukti-bukti anemia, bukti defisiensi besi, dan
menentukan penyebabnya. Menentukan adanya anemia dapat dilakukan secara sederhana dengan
pemeriksaan hemoglobin. Untuk pemeriksaan yang lebih seksama bukti anemia dan bukti
defisiensi besi dapat dilakukan kriteria modifikasi Kerlin yaitu:
Kriteria
Utama
anemia mikrositik hipokromik pada hapusan darah tepi
MCV <80 fL dan MCHC <31%
Kriteria Tambahan
Parameter laboratorium khusus: Kadar Fe serum <50 mg/L,
TIBC >350 mg/L, saturasi transferin <15%*
Inflamasi
kronik
Sindroma
Sindroma
anemia
anemia
jelas/tidak,
gejala
sistemik lain
Micro/hypo, t Micro/hypo
arget cell
TIBC
Normal
Normal
Normal/meni
ngkat
Normal/Meni ngkat
Meningk Menurun
at
Sindroma
mielodisplasti
k
Tatalaksana
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia dan
pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy)
Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan obat
cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.
Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi cadangan besi
tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral atau pemberian
parenteral.
Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti defisiensi besi
karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai sediaan preparat besi
oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan lainnya namun demikian ferrous
sulfatmerupakan pilihan utama karena murah dan cukup efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan menjadi
beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena
besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi
yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di hari ke 4-7 biasanya
eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada hari 8-12 setelah terapi dimulai. Setelah
terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan
penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi, akibatnya kadar
penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan dicapai dari terapi ini adalah
mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama
6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban dokter. Pasien
diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi sebelum pasien makan
karena akan meningkatkan absorbsinya. Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal
juga perlu diberitahukan kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain
gangguan absorbsi dan kepatuhan minum obat pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih
belum juga tertangani dengan langkah-langkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi
parenteral.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Harrison., 2007. Principle of Interna Medicine. Mc-Graw Hill
Hoffbrand, A.V., Petit, J. E., Moss, P. A. H., 2005. Kapita Selekta Hematology. EGC:
Jakarta
Sudoyo, A., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4 Jilid II. Pustaka IPD
FKUI
Sudoyo, A., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 5. Pustaka IPD FKUI:
Jakarta
Weiss, Guenter & Goodnough, Lawrence T . Anemia of Chronic
Disease, The new england
journalofmedicine. n engl j med 352;10