Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009).
B. Periode post partum
1. Periode immediate post partum
Dimulai setelah persalinan 1 jam pertama sampai 24 jam pertama dimana
hamper seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic.
2. Periode early post partum
Dimulai setelah 24 jam pertama post partum sampai akhir 1 minggu pertama
sesedah melahirkan dimana resiko bahaya yang sering terjadi pada ibu post
partum.
3. Periode late post partum
Dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah melahirkan, terjadi
perubahan secara bertahap.
C. Tujuan pengawasan adaptasi fisiologis
1. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
2. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien
3. Memberi kesempatan untuk dapat merawat bayi
4. Meningkatkan hubungan bayi dan orang tua
5. Merawat diri sendiri secara efektif
D. Adaptasi fisiologi post partum
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
- Stabil
- Hipotensi ortostatic pada 48 jam pertama (penurunan sistolik
20mmHg) sebagai kompensasi cardiovascular terhadap penurunan
-

tekanan vaskuler panggul.


Sistolik meningkat 30mmHg/diartik 15mmHg, sakit kepala,
pengelihatan berkunang-kunang (dicurigai adanya preeclampsia post

partum)
b. Nadi
Bradikardi pada 24-48 jam pertama (40-50x/menit)
c. Respirasi
- Fungsi pernapasan kembali ke fungsi saat tidak hamil pada bulan ke-6
-

setelah melahirkan.
Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali
normal, gambaran EKG kembali normal.

d. Suhu
- 24 jam pertama <38oC
- Bila suhu >38oC 2 hari berturut-turut dalam 18 hari pertama post
partum harus dicurigai adanya infeksi post partum.
2. Sistem cardiovascular
a. Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dank ala II persalinan,
puncaknya pada puer perineum dengan baik tidak memperhatikan
tipe/persalinan/penggunaan anestesi. Cardiac output tetap tinggi sampai 48
jam post partum, biasanya diikuti peningkatan volume akibat dari
peningkatan venous return.
Cardiac output kembali pada keadaan seperti sebelum hamil dalam 2-3
minggu, nadi umumnya bradikardi pada 6-8jam pertama setelah
persalinan. Bradikardi merupakan suatu konsistensi peningkatan cardiac
output dan nadi pada sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan frekuensi
nadi biasanya antara 50-70x/menit, nadi yang cepat mengindikasi
hipovolemi sekunder dari perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi,
demam atau penyakit jantung. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat
karena upaya persalinan dan keletihan. Tekanan darah atau normal kembali
dalam waktu 1jam. Bila terjdai penurunan mengindikasi terjadi perdaraha
uteri, hipotensi ortostatik atau respon fisiologi terhadap kehilangan tekanan
intra pelvic.
b. Volume dan konsistensi darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa factor, variable
seperti perdarahan selama persalinan, mobilisasi, cairan intravaskuler,
jumlah darah yang hilang dalam persalinan melalui vagina selama 24 jam
post partum sekitar 500-600 ml dan persalinan pada anak kembar atau
dengan section caesaria jumlah darah yang hilang mencapai 100ml. pada
minggu ke-3 post partum, total volume secara normal berkurang dari 5-6
liter sebelum melahirkan jadi 4 liter selama melahirkan eritropoiesis
meningkat dan bias disertai adanya dehidrasi.
c. Varises
Varises pada ekstremitas bawah yang berkembang selama kehamilan
dikarenakan peningkatan volume darah dan terjaddi dependent verosus
statis akan berkurang sedikit demi sedikit, kelahiran edema pada
ekstremitas atau nagian tubuh lain juga akan menghilang.

3. Sistem gastrointestinal
Peritoneum yang membungkus sebagian besar atas menjadi berlipat-lipat dan
kerutan. Ketika meometrium kontraksi dan berinteraksi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya. Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat
dalam 1 minggu, hal ini disebabkan karena penurunan motilitas usus dan rasa
tidak nyaman pada perineum, adanya episiotomy, laserasi atau hemoroid.
4. Sistem reproduksi
a. Payudara
Saat melahirkan payudara mengeluarkan prolaktin sehingga sel-sel yang
mengeluarkan ASI mulai berfungsi, keadaan ini ditandai dengan adanya
pembuluh dalam payudara menjadi bengkak terisi darah, terasa hangat,
bengkak dan sakit.
Pada ibu yang tidak menyusui, payudara biasanya teraba nodular kadar
prolactin akan menurun dengan cepat, terjadi pembengkakan, nyeri dan
keras pada hari ke-3 dan ke-4, karena penimbunan nair susu. Laktasi akan
berhenti beberapa hari sampai 1 minggu.
Pada ibu yang menyusui ketika laktasi terbentuk, terasa suatu masa
(berjalan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari.
Sebelum laktasi dimulai payudara terasa hangat dan keras bila disentuh,
rasa nyeri akan menetap dalam 48 jam.
b. Involusi uteri
Involusi uteri dimulai segera setelah placenta keluar akibat kontraksi otototot polos uterus. Dalam waktu 12 jam post partum, tinggi fundus uteri
mencapai 1cm diatas umbilicus. Selanjutnya fundus uteri turun kira-kira 12 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 tinggi fundus berada antara umbilicus
dan simpisis pubis. Dan pada hari ke-9 tinggi fundus tidak dapat dipalpasi.
c. Endometrium
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat tepat placenta ditempat
yang lain permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dalam 1 minggu
atau 10 hari diseluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ke-3.
d. Involusi tempat menempel plasenta
Ekstrusi lengkap tempat placenta memerlukan waktu 10 minggu. Diameter
tempat 1 minggu implementasi setelah persalinan 8-9cm. pada akhir
minggu ke-2 diameter menjadi 3-4cm.
e. Perubahan serviks dan segmen bawah uterus
Setelah kelahiran, serviks dan segmen bawah uterus strukturnya menipis,
berlapis dan kendur selama beberapa hari setelah persalinan. Mulut serviks

dengan mudah dapat memasukan 2 jari, tetapi pada akhir minggu pertama
menjadi sempit. Involusi serviks dan segmen bawah uterus paska
persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil.
Pada multipara tsmus segmen bawah uterus memiliki dinding sejajar
kemudian setelah melahirkan dinding menutup. Kanalis servikal menjadi
lebih besar dan longgar sehingga ove tampak lagi berupa titik atau
lingkaran kecil (seperti pada nulipara) tetapi berupa garis horizontal agak
lebar (disebut paraous serviks). Pada persalinan yang tidak bersih sering
terjadi infeksi aides tuba fallopi dan menyebabkan sulpingitis akut sampai
2 minggu post partum. Jika hal ini terjadi maka akan menghambat proses
involusi, sehingga sering dilakukan salpingektomi.
f. Perdarahan pervagina
Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari. Vagina
kembali normal sampai 3 minggu. Labia minora dan mayora tampak
sedikit tegang dan tidak licin.
g. Lochea
Pengeluaran lochea berdasarkan jumlah dan warna dibagi menjadi 3:
1) Lochea rubra: hari ke 1-3 berwarna merah dan hitam, terdapat sel-sel
caesaosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
2) Lochea sangiolenta: hari ke 3-7 berwarna putih campur darah
3) Lochea serosa: hari ke 7-11 berwarna kekuningan
4) Lochea alba: setelah 14 hari berwarna putih
Perdarahan lochea menunjukan keadaan yang abnormal dari:
1) Perdarahan berkepanjangan
2) Pengeluaran lochea tertahan
3) Lochea purulenta berbentuk darah
4) Rasa nyeri yang berlebihan
5) Terdapat sisa placenta
6) Terjadi infeksi intra uterin
5. Sistem urinaria
Pembentukan sistokopik segera setelah melahirkan tidak hanya
memperlihatkan edema dan hyperemia dinding kandung kencing melainkan
sering terjadi ektravasasi darah ke mukosa pada post partum. Kadar stimoid
menurun, fungsi ginjal menurun dan akan kembali normal setelah 1 bulan post
partum. hipertonia, dilatasi ureter serta pelvis ginjal selama kehamilan akan
kembali normal setelah 8 minggu post partum. Trauma pada kandung kemih

selama persalinan akan menyebabkan pengurangan kandung kemih tidak


sempurna, sehingga menyebabkan infeksi saluran kemih dan distensi kandung
kemih. Ibu dapat berkemih spontan pada 8-12 jam post partum. Dalam 12 jam
persalinan, ibu mulai membuang cairan yang tertimbun dijaringan selama
hamil dengan mekanisme diaphoresis luas terutama pada malam hari.
6. Sistem integument
Segera setelah persalinan terjadi peningkatan suhu tubuh tetapi tidak lebih dari
38oC bila terjadi berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi,
hyperpigmentasi pada areola linea vigra tiidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir, kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin menghilang tetapi tidak hilang seluruhnya.
7. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan yang signifikan dari hormon yang di keluarkan plasenta
(HPL, estrogen, kortisol, plasenta enum, insulinase) menyebabkan kadar gula
darah menurun secara bermakna pada wanita yang tidak menyusui kadar
estrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 dan ovulasi dapat terjadi secara
dini (27 hari) rata-rata 20-25 hari pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap
meningkat sampai minggu ke 6 post partum dan waktu ovulasi terjadi rata-rata
90 hari cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak
darii pada normal dan kembali normal setelah 3-4 kali siklus dalam 2 jam
setelah persalinan, keadaan angiotensin menurun nilai normal sebelum hamil.
8. Sistem Neurologis
Eliminasi oedema fisilogis melalui dieresis akan menghilangkan syndrome
carpil. Rasa baal kesemutan periodik pada jari biasanya hilang setelah post
partum, nyeri kepala post partum dapat disebabkan berbagai hal diantaranya
hipertensi akibat kehamilan, stress, dan kebocoran cairan, serebrospinalke
ruang extradural bila persalinan dibantu dengan anestesi epidural.
9. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi adaptasi yang mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipomobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim
muskulus tekstur abdominalis kembali normal pada minggu ke 6 stabilisasi
sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8.
10. Komponen Darah
Hematokrit dan hemoglobin
72 jam pertama post partum volume plasma yang hilang lebih besar dari
pada sel darah merah yang hilang lebih besar dari pada sel darah merah

yang rusak/kelebihan sel darah merah akan menurun secara bertahap sesuai
dengan usia sel darah merah kembali ke batas normal setelah 8 minggu
post partum.
Sel darah putih
Leukositosis selama 10-12 hari post partum 120.000-250.000 /mm3
neotropil melalui sel darah putih yang terbanyak.
Faktor koagulasi
Terjadi hyperkoagulasi yang diiringi kerusakan pembuluh darah dan
keadaan mobilitas sehingga dapat meningkatkan resiko tromboemboli
terutama bbila melahirkan secara SC. Varises di tungkai dan daerah anus
akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir.
E. Adaptasi psikologis post partum
1. Perubahan psikologis ibu post partum
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis sebagai masa transisi akibat dari
pertumbuhan emosional. Adaptasi yang harus dilakukan oleh orang tua adalah
mengenali bayi baru lahir
2. Tahapan perubahan psikologis ibu post partum
- Fase talking-in (fase dependen=periode tingkah laku ketergantungan)
perhatian klien lebih besar terhadap dirinya sendiri, klien tergantung pada
orang lain untuk perawatan dirinya. Klien lebih senang membicarakan
pengalaman persalinan yang telah dialaminya, fase talking biasanya terjadi
-

pada hari ke-3 sampai minggu ke 4-5.


Fase talking go (fase independen: periode kemandirian dalam peran baru)
ibu dan keluarga membuat sistem baru yang saling berinteraksi. Pada fase
ini kemungkinan stress kadang terjadi hubungan seksual antara suami dan

istri mulai berlangsung.


Fase talking hold (fase dependen independen: periode tingkah laku mandiri
dan ketergantungan) adanya keinginan untuk melakukan pemenuhan
kebutuhan diri dan bayinya secara mandiri. Ibu merawat bayinya secara
langsung, fase talking hold terjadi pada hari ke-3 sampai minggu ke 4-5.

F. Adaptasi Keluarga
Fase peran serta menjadi orang tua

a. Fase antisipasi: kelahiran bayi merupakan proses perubahan mendasar


dalam interaksi keluarga. Keadaan tidak stabil memerlukan anggota
keluarga untuk menjalani peran transisi baru.
b. Fase honey moon: pada saat perhatian terarah pada bayi kelahiran bayi
merupakan hal yang penting bagi kedua pasangan karena adanya tambahan
anggota keluarga.
G. Bounding attachment
Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal saling mengikat diantara orang
tua dan anak ketika pertama kali bertemu. Attachment merupakan suatu perasaan
kasih saying yang menikat satu sama lain dan bersifat unik dan memerlukan
kesabaran.
H. Ciri-ciri family center nursing di ruang post partum
1. Berfokus pada pemenuhan kebutuhan wanita usia subur, berkaitan dengan
sistem reproduksi, tampak adanya kehamilan, wanita masa persalinan, wanita
pada nifas sampai dengan 6 minggu, bayi sampai dengan 28 hari berserta
keluarganya.
2. Pendekatan kepada keluarga sebagai suatu kesatuan (ayah, ibu dan anak)
3. Kerjasama tim (klien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat)
4. Melakukan kegiatan seperti:
a. Penkes wanita subur dalam masa reproduksi
b. Menghadapi persalinan
c. Konsultasi perawatan ibu bayi baru lahir
5. Perawatan berorientasi dengan klien
a. Mengkaji masalah dan sumber pendukung dari masyarakat, keluarga dank
lien
b. Merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah klien,
keluarga dan masyarakat.
I. Discharge planning
Pada persiapan pulang klien diberi pengarahan mengenai:
1. Cara memandikan bayi
2. Cara merawat tali pusat
3. Cara menyusui dengan benar
4. Cara merawat vulva dan luka episiotomy
5. Mengenal tanda dan bahaya post partum
J. Home care
Saat home care klien dikaji pengetahuannya tentang perilaku hubungan seksual saat
post partum dan kesiapan mental ibu.

K. Patofisiologi
L.

R.
S.
T.
episiotomy
U.
uteri
V.
W.
ujung
X.
Y.
baik untuk
Z.
AA.
AB.
dan prostaglandin)
AC.
AD.
reseptor nyeri

Partus
M.

N.
Post Partum
O.

P.
Perubahan fisiologis
Q.
Sistem perkemihan sistem GI
sistem reproduksi

Trauma persalinan
penurunan
rupture perineum,

motilitas
oto abdomen
Edema, sensitifitas
terputusnya kontinuitas

usus

sistem kardiovakuler

kekenyalan

menurun

Cairan menurun

sistem integument

perdarahan

luka

involusi
Hb menurun

jaringan merangsang

(reflek pengosongan distensi abdomen


O2 ke jaringan berkurang
saraf bebas
Cairan berkurang)

media yang

resiko konstipasi
perubahan perfusi jaringan
masuk & keluar
mengeluarkan mediator
Tekanan meningkat

perkembangbiakan
kimia (bradikinin, serotonin,
Pengosongan urine
hypoxia
mikroorganisme histamine
Tidak sempurna

gangguan metabolism resiko infeksi merangsang

AE.
AF.
AG.
AH.

hipotalamus
Perubahan pola
Eliminasi BAK
thalamus

anorexia, mual muntah

Retensi urine

kegagalan sirkulasi

nutrisi kurang dari kebutuhan

penimbunan asam

AI.
tubuh
AJ.
cerebri
AK.
AL.
AM.
mobilisasi fisik

Laktat dalam

cortex

Keletihan

nyeri dipersepsikan
Gangguan

AN.
nyer
i

AO. Data focus pengkajian


1. Wawancara
a. Biodata
b. Penanggung jawab
c. Keluhan utama
d. Riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya yang berhubungan dengan
ANC, adanya masalah kehamilan seperti spooting atau hipertensi selama
kehamilan.
e. Riwayat persalinan
f. Lamanya proses persalinan, menggunakan analgetik, anestesi, masalah saat
persalinan seperti: petal distress, partus spontan, partus dengan induksi.
g. Riwayat penyakit yang diderita: DM, CKD, sistem pernapasan
h. Data bayi: jenis kelamin, BB, Apgar scor, adanya penyakit persalinan,
perencanaan untuk pemberian ASI ( susu formula), cacat congenital
i. Riwayat kesehatan post partum sekarang:
- Immediate, early late
- Keluhan perdarahan: infeksi, hipertensi
- Adaptasi psikologis: talking in, hold, letting go
- Konsep diri atau gambaran diri post partum
- Adaptasi keluarga: ayah, ibu, anak, kakek, nenek
- Tingkat pengetahuan ibu dan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum
- Respon klien
- Status emosi
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: cenderung hipotensi, bila hipertensi waspadalah
- Nadi: bradikardi pada 24-48 jam pertama
- Repirasi: 16-20x/menit, bila respirasi meningkat waspada
- Suhu: 24 jam pertama <38oC, bila suhu >38oC berturut-turut dalam 10
hari post partum harus dicurigai adanya infeksi post partum
AP.
c. Kepala
AQ.
Kebersihan rambut, pada beberapa ibu post partum mengalami
kerontokan rambut.
d. Muka
- Edema akan berkurang sampai dengan hilang
- Konjungtiva anemis bila ada perdarahan banyak
- Kebersihan hidung, secret, septum deviasi
- Mukosa mulut, kemampuan mengunyah dan menelan
e. Leher
AR.
Bila ada peningkatan JVP waspadai adanya kelainan
kardivaskuler atau hipertensi, kelenjar tiroid dan getah bening.
f. Dada

Paru-paru: auskultasi irama dan frekuensi respirasi, pergerakan dada


Jantung: auskultasi bunyi dan irama jantung
Payudara: perhatikan bentuk bra yang dipakai, harus adekuat untuk

menopang payudara dan ukuran yang sesuai


Jaringan payudara teraba lembut saat dipalpasi pada hari ke-1 dan ke-

2, pada hari ke-3 biasanya membengkak, agak keras dan hangat.


Perhatikan adanya tanda-tanda mastitis atau pearadangan dan

kemungkinan infeksi pada kelenjar atau saluran ASI.


g. Abdomen
AS.
TFU, kontraksi, involusi uteri, ditensi uteri, bising usus, striade,
keadaan blass
h. Vagina
AT.
Varises, lochea (warna, jumlah, bau), edema
i. Perineum
AU.
Observasi, ecimosis, memar, edema, keutuhan dan keluaran
darah/cairan dari luka episiotomy (REEDA), hemoroid dan ukurannya.
j. Ekstremitas
AV.
Kaji tromboflebitis, tanda homans, edema, pariasis, kekuatan
otot, ROM.
AW.
AX.
3. Pemeriksaan penunjang
AY. Hematologi:
a. Kadar Hb mendekati keadaan sebelum melahirkan
b. Leukosit meningkat
c. Eritrosit mendekati keadaan sebelum melahirkan
d. Hematokrit mendekati keadaan sebelum melahirkan
AZ. Analisa data

BA. Data
BD. DS:
BE. Mengungkapkan
ketidaknyamanan karena
nyeri.
BF.
DO:
Skala nyeri 1-5
TTV mengalami
perubahan
Klien terlihat menangis
Terdapat luka

BB.

Etilogi
BC. Masalah
BG. Partus
CF.
Gangguan
BH.
rasa nyaman nyeri
BI.
Post partus
BJ.

BK. Perubahan fisiologi


BL.
BM. Sistem reproduksi
BN.
BO. Rupture perineum,
involusi uteri
BP.

BQ. Merangsang ujungujung saraf bebas


BR.
BS.
Mengeluarkan mediator

CG. DS:
CH. Keluhan ingin
BAK tetapi takut tertahan
(belum BAK)
CI.
DO:
- Distensi blass
- Oligoria
- Pemasangan DC

CX. DS:
CY. Klien mengeluh
adanya mual tidak nafsu
makan
CZ. DO:
- Porsi makan tidak habis
- BB menurun
- ASI keluar sedikit

kimia (bradikadinin, serotonin,


histamin, prataglandin)
BT.

BU. Merangsang reseptor


nyeri
BV.
BW. Hipotalamus
BX.
BY. Thalamus
BZ.
CA. Cortex serebri
CB.
CC. Nyeri dipersepsikan
CD.
CE. Nyeri
CJ.
Persalinan
CK.
CL. Post partum
CM.
CN. Perubahan fisilogis
CO.
CP.
Sistem perkemihan
CQ.
CR. Trauma persalinan
CS.

CT.
Edema, sensitivitas
cairan menurun (reflex
pengosongan urin tidak
sempurna)
CU.
CV. Retensi urine
DA. Perdarahan
DB.
DC. Hb menurun
DD.
DE. Oksigen ke jaringan
berkurang
DF.

DG. Perubahan perfusi


jaringan
DH.
DI.
Hipoksia
DJ.

DK. Gangguan metabolism


DL.
DM. Anorexia, mual,
muntah
DN.

CW. Perubahan
pola eliminasi
BAK

DP.
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

DO.

DQ. DS:
DR. Klien mengatakan
sakit saat beraktifitas
DS. DO:
- Klien terlihat cemas
- Klien tampak hati-hati
saat beraktifitas
- ADL sebagian dibantu

EP.
DS: EQ. DO:
Terdapat tanda-tanda
infeksi
TTV mengalami
perubahan
Leukosit meningkat
Suhu >38oC
Nadi takikardi

FH. DS:
FI.
Klien mengeluh
BAB kurang lancer
FJ.
DO:

Nutrisi kurang dari


kebutuhna
DT. Partus
DU.
DV. Post partus
DW.
DX. Perubahan fisiologis
DY.
DZ. Sistem vaskuler
EA.
EB. Perdarahan
EC.
ED. Hb menurun
EE.

EF.
Oksigen ke jaringan
berkurang
EG.
EH. Kegagalan sirkulasi
EI.

EJ.
Penimbunan asam
laktat dalam tubuh
EK.
EL.
Keletihan
EM.
EN. Gangguan mobilitas
fisik
ER. Partus
ES.

ET.
Post partus
EU.
EV. Perubahan fisiologi
EW.
EX. Sistem integument
EY.
EZ.
Luka episiotomy
FA.

FB.
Terputusnya kontinuitas
jaringan
FC.

FD. Media yang baik untuk


masuk dan perkembangbiakan
mikroorganisme
FE.

FF.
Resiko tinggi infeksi
FK. Partus
FL.

FM. Post partum


FN.

EO. Gangguan
mobilitas fisik

FG. Resiko
tinggi infeksi

FX. Resiko
konstipasi

- Bising usus menurun


- Distensi abdomen

FO.

Perubahan fisiologis
FP.

FQ. Sistem gastrointestinal


FR.

FS.
Kekenyalan otot
abdomen menurun
FT.

FU. Distensi abdomen


FV.

FW. Resiko konstipasi

FY.
FZ. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma persalinan, rupture perineum, involusi
uteri dan luka episiotomy.
2. Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan trauma persalinan, edema,
reflek pengosongan, urin berkurang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya anorexia, mual
muntah
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akut, keletihan,
kurang mobilisasi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
invasi bakteri sekunder
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan adanya penurunan motilitas usus,
kekenyalan otot abdomen menurun, ketidaknyamanan perineum.
GA. Nursing care planning
GB.
GC. Tujuan
D
x
GF. GG. Setelah
1
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang
dengan kriteria hasil:
- Klien melaporkan
penurunan rasa
nyeri.
- TTV dalam batas
normal
- Klien tampak tenang -

GD.

Intervensi

Kaji skala nyeri dan


intensitasnya
GH.
GI.
Atur posisi senyaman
mungkin sesuai
kebutuhan klien
Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan rasa
nyeri
Beri ucapan selamat atas kelahiran bayinya
GJ.
GK.
- Beri
-

GE.

Rasional

Mengetahui skala nyeri


sehingga intervensi
dapat disusun dengan
tepat.
Membantu mengurangi
rasa nyeri
GO.
Mengkaji mekanisme
koping ibu dalam
menghadapi nyeri
GP.
Member support mental
dengan memunculkan
kebahagiaan atas
kelahiran bayinya
Ketidaktahuan tentang

GQ. GR. Setelah


2
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
pola eliminasi
kembali normal
dengan kriteria hasil:
- Kandung kemih
dapat dikosongkan
dengan sempurna -

HC. HD. Setelah


3
dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
kriteria hasil:
- Tidak ada mual
muntah
- Nafsu makan
meningkat
HF. HG. Setelah
4
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
mobilisasi fisik tidak ada gangguan

penjelasan/pengetahua
n tentang proses
terjadinya nyeri
GL.
GM.
GN.
Anjurkan untuk
melakukan teknik
relaksasi dan distraksi
nyeri
Kaji masukan cairan
infuse (intake) dan
keluaran urin (output)
dan lamanya persalinan
GS.
GT.
GU.
GV.
GW.
Palpasi kandung kemih,
pantau TFU, lochea, serta jumlah lochea
GX.
GY.
GZ.
HA.
HB.
Perhatikan adanya
edema/laserasi dan
jenis yang digunakan
Kaji bising usus
HE.
Sajikan makanan dalam
keadaan hangat dan
menarik
Anjurkan klien untuk
makan dalam porsi
sedikit tapi sering
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk diet
makanan
Kaji kemampuan dan
fungsi tubuh
HH.
HI.
Berikan penjelasan
tentang pentingnya

proses nyeri dapat


meningkatkan nyeri
akut, informasi dapat
mengurangi kecemasan
klien karena kurang
informasi
Mengalihkan perhatian
terhadap rasa nyeri dan
menjadi fiksasi
pengalaman nyeri
Pada periode awal kirakira 4kg cairan hilang
melalui urine dan
kehilangan secara kasat
mata termasuk intranatal
persalinan lama dan
penggantian cairan tidak
efektif dapat
mengakibatkan
dehidrasi
Aliran plasma ginjal yang
meningkat 25%-50%
selama prenatal tetap
terganggu pada minggu
pertama post partum
mengakibatkan
pengisian kandung
kemih
Trauma kandung kemih,
edema dapat
mengganggu berkemih
Mengetahui fungsi sistem
pencernaan
Meningkatkan nafsu
makan dan akan
mengurangi mual
Mencegah mual dan
mempertahankan asupan
nutrisi
Menentukan diet yang
sesuai kebutuhan

- Mengetahui kemampuan
dan fungsi tubuh
sehingga intervensi bias
ditentukan
- Klien mengetahui dan
memahami pentingnya

HN. HO. Setelah


5
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan tidak ada infeksi
dengan kriteria hasil:
- Luka bersih
- Tidak ada tandatanda infeksi
-

mobilisasi
HJ.
HK.
HL.
Latih mobilisasi sesuai kemampuan
HM.
Libatkan klien dan
keluarga tiap
pengambilan keputusan
dari rencana tindakan
keperawatan
Kaji keadaan luka
HP.
HQ.
Rawat perineum/luka
episiotomy setiap hari
HR.
HS.
HT.
Kolaborasi untuk
pemberian antibiotic

mobilisasi dini untuk


mencegah kekakuan
sendi dan melatih
kemandirian
Mobilisasi dapat maximal
bila sesuai kemampuan
Membutuhkan rasa
control klien dan dapat
meningkatkan kerjasama
serta kepercayaan klien
dan keluarga

Menentukan intervensi
yang akan ditentukan
dengan tepat
Menjaga kebersihan dan
mempersempit ruang
gerak dan
perkembangbiakan
mikroorganisme
Melemahkan dan
membunuh
mikroorganisme
HU. HV. Setelah
- Anjurkan klien untuk
- Dapat melunakan feses
6
dilakukan asuhan
banyak minum dan diet
sehingga mudah
keperawatan selama
tinggi serat
dikeluarkan
3x24 jam diharapkan - Anjurkan klien untuk
- Mobilisasi dapat
tidak ada konstipasi
mobilisasi
meningkatkan motilitas
dengan kriteria hasil:
HW.
usus
- Bising usus normal - Kolaborasi untuk
- Melunakan feses sehingga
(7-12 x/menit)
laktasif
mudah untuk
- Klien dapat BAB
dikeluarkan
tiap hari
HX.
HY.
DAFTAR PUSTAKA
HZ.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
IA.
IB.
Ambarwati, Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset
IC.
ID.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM
IE.
IF.
Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta :
TIM
IG.
IH.
Nanny, Vivian Lia Dewi. dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika

II.
IJ.
IK.
IL.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Putaka


Rohani. dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika

IM.
IN.

Rukiyah,Aiyeyeh.dkk.2010.Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans


Info Media

IO.
IP.

Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba


Medika

IQ.
IR.
IS.
IT.

Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC


Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.
Jogyakarta: CV Andi Offset

IU.
IV.
IW.

IX.
IY.

Sulistyawati, Ari. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarata: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai