KAJIAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah
inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat
saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung
pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan
pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses
pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah
uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka
panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang
saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva
phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah
atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan
perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang
lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan
pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi
dan penangguran kepada para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam
permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara
negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah
ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan di
Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara
Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
B. RUMUSAN MASALAH
1
STIE Indonesia Malang
BAB II
PEMBAHASAN
2
STIE Indonesia Malang
A. PENGANGGURAN
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64
tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang
tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp,
sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal
tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian
karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan
pendapatan
menyebabkan
penganggur
harus
mengurangi
B. JENIS-JENIS PENGANGGURAN
B.1. Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
3
STIE Indonesia Malang
oleh
perubahan
gelombang
(naik-turunnya)
kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
c. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam
jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
-
d. Pengangguran
Musiman
(Seasonal
Unemployment)
adalah
keadaan
4
STIE Indonesia Malang
pendapatan
menyebabkan
penganggur
harus
mengurangi
negara-negara
berkembang
seperti
Indonesia,
dikenal
istilah
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
c. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut :
-
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
F. INFLASI
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga
(2001: 237) menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga
umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum
yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
Menurut Rahardja (1997: 32) Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian
besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
Sementara itu Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa Inflasi adalah
kenaikan terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga
berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja
tidak berarti sebagai inflasi.
Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa Inflasi adalah
suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Selanjutnya BPS (2000: 10) mendefinisikan Inflasi sebagai salah satu
indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang
menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari
indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya
beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi
besarnya produksi barang.
7
STIE Indonesia Malang
meningkatnya
umum
dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga yang
merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen. Indeks harga adalah rata-rata
tertimbang dari sejumlah barang-barang dan jasa. Dalam membuat indeks harga
para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting
setiap barnag secara ekonomis. Indeks harga yang digunakan untuk mengukur
inflasi yaitu indeks biaya hidup (consumer price index), indeks harga perdagangan
besar (wholesale price index), dan GNP deflator.
G. JENIS-JENIS INFLASI
G.1. Berdasarkan Besar Laju Inflasi
Berdasarkan besar laju inflasi, antara lain :
turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan
harga.
c. Inflasi berat (antara 30 100% setahun)
Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelakupelaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d. Inflasi liar atau hyperinflation ( di atas 100% setahun)
Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang
terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
G.2. Berdasarkan Penyebabnya
Jenis-jenis Inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya Inflasi
tersebut, antara lain :
a. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat
(AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau
produksi agregat.
b. Inflasi dorongan biaya
Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat
dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
c. Inflasi Struktural
Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang
menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang
meningkat.
G.3. Berdasarkan Asal Terjadinya Inflasi
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) adalah inflasi yang
timbul karena terjadi defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh pemerintah
dengan pencetakan uang baru, karena panenan gagal dan akibat-akibat lain
sebagainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang
timbul karena kenaikan harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di negaranegara langganan berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita
impor mengakibatkan :
9
STIE Indonesia Malang
(1) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barangbarang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor
(2) secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya
produksi (dan kemudian, harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan
bahan mentah atau mesin-mesin impor (cost inflation),
(3) secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena
kemungkinan (tetapi ini tidak demikian) kenaikan harga barang-barang impor
mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha
megimbangi kenaikan harga impor tersebut (demand inflation).
H. DAMPAK DARI INFLASI
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan
salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif
dari inflasi adalah sebagai berikut :
1. Dampak Negatif
a.
Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan
uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauan yang ditimbulkannya.
b.
c.
d.
e.
f.
Dampak positif
a.
b.
c.
kurang dan mengakibatkan harga harga barang pun menurun karena rendahnya
permintaan dari konsumen. Begitu juga sebaliknya, jika semakin rendah angka
penggangguran maka semakin tinggi inflasi.
K. KETERKAITAN PENGANGGURAN DENGAN INFLASI
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok
permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan
bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan
harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan
dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin
rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah
stabilitas harga.
Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga
suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau
daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga
dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah
menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang
seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya
angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah
penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan
modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di
negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun
masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan
daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang
surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah
ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
13
STIE Indonesia Malang
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Inflasi menunjukan tingkat kenaikan harga, Inflasi adalah suatu keadaan dalam
mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya, atau suatu
keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2. Pengangguran adalah kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan
kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat
melakukan kegiatan kerja.
14
STIE Indonesia Malang
B. SARAN
1.
2.
Semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi semua pihak untuk
dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan, dan semoga dapat memberi
manfaat serta menambah ketaqwaan ataupun keimanan kepada Allah SWT.
BAB IV
DAFTAR RUJUKAN
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.
Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins.
Penerbit Erlangga : 1997.
Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta:
1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta:
2000.
Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga:
1992.
15
STIE Indonesia Malang
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta: 2011.
Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta:
1993.
http://ryansyukra.blogspot.com/2012/05/hubungan-antara-inflasi-dan.html
http://lanimaidiacute.blogspot.com/2012/05/hubungan-inflasi-dan-pengangguran.html
http://dwi-oki.blogspot.com/2012/04/hubungan-antara-pengangguran-dengan.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/1963022119
87032NETI_BUDIWATI/INFLASI_KAITANNYA_DENGAN_PENGANGGURAN_DAN_K
ESEMPATAN_KERJA.pdf
http://shandrakatherine.wordpress.com/tag/makalah-inflasi/
16
STIE Indonesia Malang