Anda di halaman 1dari 7

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:


1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan
mengunakan aktiva lancar.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang
terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya
dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Rumus menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%
b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas
yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.
Rumus menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka
pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid
Assets).
Rumus menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Aktiva Lancar Persediaan / Hutang Lancar X
100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini
adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin
baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah
aktiva yang dimilikinya.
Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah
maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin
besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki
perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar


perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.
Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:
Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X
100%
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik
dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari
jumlah hutang atau minimal sama.

c.Times Interest Earned


Time interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan
keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.

Times Interest Earned = Laba Brsh Sblm Bunga & Pajak/ bban
BungaX 100%
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh

aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio
solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki
hubungan dengan harga saham perusahaan.

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini


adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya
adalah 200%.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva,
dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.
Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,
karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross
profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Rumus menghitung Gross Profit Margin:


Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto
X 100%
b. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.
Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:


Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan
Netto X 100%
b. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power
Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
pendapatan bersih.

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return
on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba
bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):


Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%
d. ROI dengan pendekatan du-pon
= Margin Laba Bersih x perputaran total aktiva
e. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan
equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan
rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):


Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
f. ROE dengan pendekatan du-pon
= Margin laba bersih x perputaran total aktiva x pengganda
ekuitas.
Pengganda ekuitas : total aktiva / total ekuitas
g. laba per lember saham biasa = Laba saham biasa/saham biasa yang beredar.
Perputaran total aktiva = sales/total assets.

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas


ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa
membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio


Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran


total aktiva terhadap penjualan.
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin
baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih
laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva
dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama
dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,
karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh
aktiva dalam perusahaan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:


Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan bersih / Total Aktiva X
100%
b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat
perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap
penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period)
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek
periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi
perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran
modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari
masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan bersih / Modal
Kerja Bersih X 100%
c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan
antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat


kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva tetap yang
dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.
Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas
terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat,
atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap
yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh.
Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva
tetap tersebut.
Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X
100%
d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi
pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan
pengelolaan persediaan yang efisien.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar
(market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at
Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan
untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang
dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur
perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15).
Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan
rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan
dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya
di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka
persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik
menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah
persediaan akhir dibagi dua.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:

Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%


f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran
piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang ratarata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.
Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti
ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih
lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif
atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:


Receivable Turn Over Ratio = Penjualan kredit / Piutang RataRata X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini
adalah semakin baik, Anda bisa membandingkannya dengan
nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai
seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai