Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. Definisi dan Ruang Lingkup
IUPAC (1974) : ilmu pengetahuan yang mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi dan
interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul. Kimia medisinal juga
melibatkan studi, identifikasi dan sintesis produk metabolisme obat dan senyawa yang berhubungan.
Burger (1970) : Kimia Medisinal adalah ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari ilmu kimia dan
biologi, dan digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat.
Burger menyatakan bahwa dalam kimia medisinal dilakukan usaha untuk menemukan obat berdasarkan
rasionalitas biokimiawi. Aktivitas ahli kimia medisinal meliputi bidang biologi dan fisikokimia. Jalur
biokimia aksi obat telah dielaborasi secara bertahap, dan informasi tentang mekanisme kerja obat
hingga tingkat makromolekuler bertambah secara cepat.
Fungsi utama kimia medisinal adalah penemuan obat baru, namun pengetahuan tentang prinsip yang
mendasari mekanisme kerja obat secara biokimiawi harus terus digali untuk mendukung rancangan
molekul obat baru. Berbagai metode perhitungan kimia (kimia komputasi) terus dirancang untuk
mengelusidasi aspek elektronik dan konformasi suatu molekul, dalam usaha untuk memprediksi struktur
optimal untuk aktivitas biologis yang selektif, berdasarkan sifat fisika dan biokimia tertentu.
2. Sejarah Kimia Medisinal
Kimia medisinal sudah dipraktekkan sejak beribu tahun yang lalu. Manusia selalu berusaha mencari
pengobatan saat sakit dengan memanfaatkan berbagai tanaman meliputi herba, buah, akar, kulit (by
trial and error). Berbagai catatan menunjukkan efek terapi berbagai tanaman ditemukan di : Cina, India,
Amerika Selatan, dan sekitar Lautan Tengah (Mediterania).
Pada periode pra-saintifik, digunakan produk alam dalam pengobatan tradisional. Hingga saat ini ada
beberapa obat alam yang masih digunakan, baik murni maupun turunannya, seperti opium, belladonna,
kulit kina, ergot, kurare, dan lain-lain.
Setelah berkembang pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi manusia, perkembangan terapi obat
memasuki era ilmiah. Percobaan tentang absorpsi obat dilakukan pertama kali oleh Magendie (17831855), seorang ahli anatomi dari Paris, yang memberikan racun panah (Nux vomica) pada hewan coba
dengan berbagai rute dan mengamati efek konvulsi yang dihasilkan.
Dua obat pertama ditemukan sekitar 5100 th yang lalu dalam buku tentang tanaman : Pen Tsao yang
ditulis raja Cina Shen Nung :
1. Chang Shan (Dichroa febrifuga), akarnya mengandung alkaloid; saat ini digunakan untuk terapi
malaria dan demam

2. Ma Huang (Ephedra sinica)- mengandung ephedrine; digunakan untuk stimulan jantung, pereda
batuk dan asma. Sekarang digunakan para atlit karena secara cepat mengubah lemak menjadi
energi dan meningkatkan kekuatan serabut otot.
Tanamantanaman yang merupakan sumber obat yang hingga kini masih digunakan sebagai obat
antara lain:
a. Opium
Abad III SM : Theophrastus menyebuntukan penggunaannya sebagai analgesik. Abad X : Rhazes
(Persia) menggunakan pil opium untuk terapi batuk, gangguan mental, dan nyeri. Kemudian
diketahui opium mengandung : morfin (analgetik poten), codein (pereda batuk).
b. Daun koka
Daun koka dikunyah oleh pembawa surat (pelari) dan pencari perak suku Inca di pegunungan Andes
sebagai stimulan dan pemberi efek euphoria. Kemudian diketahui bahwa daun koka mengandung :
kokain (anestesi).
c. Akar Rauwolfia serpentina
Akar ini digunakan oleh masyarakat Hindu kuno untuk terapi hipertensi, insomnia. Kemudian
diketahui akar ini mengandung reserpin (obat antihipertensi).
d. Colchicum autumnale
Alexander Tralles pada abad 6 merekomendasikannya untuk mengatasi nyeri sendi. Selain itu juga
digunakan Avicenna (Percia) abad 11 untuk terapi gout. Benyamin Franklin mendengar tentang
khasiat tanaman ini dan membawanya ke Amerika. Kemudian diketahui tanaman ini mengandung
colchicine (alkaloid yang saat ini digunakan untuk terapi gout).
e. Kulit kayu kina
Penduduk asli Amerika Selatan menggunakan kulit kina untuk terapi demam. Pada tahun 1633
Calancha berlayar ke Amerika Selatan dan membawanya ke Eropa dan digunakan untuk terapi
demam dan malaria. Pada tahun 1820 senyawa aktif berhasil diisolasi, mengandung kuinin (obat
antimalaria).
f. Daun Digitalis
Tahun 1542 Dokter Inggris sudah mulai menggunakan esktrak daun ini. Tahun 1785 ekstrak
digunakan untuk terapi gagal jantung. Kemudian diketahui mengandung glikosida steroid, digitoxin
dan digoxin.

3. Penemuan obat
Sumber obat :

Serum
Vaksin
Mikroba4% 2%
6%
Binatang
9%
Sintesis
49%

Mineral
9%
Sintesis parsial
10%
Tanaman
11%

Sumber : WHO Tech.Rep.Ser., 722 (1985)

Cara Penemuan Obat :


A. Cara tradisional / klasik :
1. Ketidaksengajaan
Asetanilid (antipiretik) karena kesalahan pemberian resep untuk pasien infeksi parasit intestinal,
namun ternyata dapat menurunkan suhu tubuh turun. Fenilbutazon (antiinflamasi, analgetik,
antipiretik) ditemukan saat digunakan untuk menambah kelarutan aminopirin. Penisilin (antibakteri)
ditemukan pada kultur bakteri yang terkontaminasi jamur. Disulfiram (terapi alkoholisme) ditemukan
saat pencarian antelmintik, sebaliknya piperazin (antelmintik) justru ditemukan saat digunakan untuk
terapi gout.
2. Skrining acak
Semua senyawa yang mungkin diuji aktivitasnya, dengan harapan ada aktivitas. Metode ini tidak
menguntungkan, karena penemuan 1 senyawa antikonvulsan baru setelah pengujian 500.000
senyawa kimia.

Skrining acak
3. Ekstraksi senyawa aktif dari bahan alam
Beberapa obat yang digunakan saat ini, terutama antibiotik, vitamin dan hormon, dihasilkan dari
pemurnian ekstrak, isolasi dan identifikasi berdasarkan aktivitas utama. Bumi mempunyai 600.000
spesies tanaman, baru <10% telah dipelajari aspek kimia dan farmakologi. Keberhasilan penemuan
obat baru dari bahan alam didukung oleh : isolasi, rekayasa genetika, manipulasi biokimia jalur
biosintesis tertentu, metode deteksi dan skrining bioaktivitas.
4. Modifikasi molekuler obat
Merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk penemuan obat baru. Dasar modifikasi
molekuler : pemilihan senyawa pemandu / lead compound (senyawa dengan aktivitas biologis sudah
diketahui), kemudian diuji senyawa lain yang mirip, homolog atau analog.
Contoh : sulfonamida (antibakteri), menghasilkan antimalaria, antilepra, diuretik, antidiabetes,
antitiroid dan urikosurik.
4

5. Seleksi atau sintesis obat tunak


Banyak obat berkhasiat tapi terlalu toksik bila digunakan secara klinis, sementara dasar pemilihan
obat bukan hanya berdasarkan aktivitas tapi keamanan.
Obat lunak (soft drug): bahan kimia yang mempunyai aktivitas biologis dan manfaat terapeutik,
mampu diubah secara in vivo (dimetabolisme) secara terkontrol dan terprediksi menjadi senyawa
tidak toksis, setelah memberikan efek dalam tubuh. Contoh : Sintesis analog setilpiridinium klorida (I,
toksik) menjadi II yang tidak toksik.

O
H2
C

H2
C

H3 C(H2C) 12

C
H2

Cl-

H2
C

C
H3 C(H2 C) 12

ClN

(II)

(I)

6. Pra-obat / prodrug
Prodrug bersifat labil, tidak mempunyai aktivitas farmakologis, tapi dalam tubuh akan diubah
menjadi aktif. Contoh : Bioavailabilitas parasetamol ditingkatkan oleh ester propacetamol dan
sumacetamol.
OR

R:
H = paracetamol

= propacetamol

S
HN

O
O
O

= sumacetamol

HN

B. Metode Modern : Rancangan Obat Rasional


Rancangan obat terdiri dari serangkaian program dengan tujuan penemuan senyawa kimia baru
yang berguna sebagai obat, baik untuk pencegahan penyakit atau pemulihan kesehatan fisik atau
mental. Rancangan obat rasional berarti pencarian obat baru secara logis dan teoretis, untuk
menghasilkan obat dengan efek farmakologi sangat spesifik. Hal ini memerlukan kerja sama
berbagai bidang ilmu : kimia, biokimia, biologi, fisiologi, mikrobiologi, parasitologi, imunologi dan
farmakologi.
Metode dalam ROR :

CADD (Computer-assisted drug design) : fokus pada parameter fisikakimia yang terlibat dalam
aktivitas, HKSA, dan model kimia kuantum, dengan tujuan untuk menentukan senyawa paling
potensial.

Molecular modeling dan analisis konformasi, dimana konformasi dan bentuk molekular obat
digunakan sebagai panduan dalam rancangan obat.

Reseptor-fit, dimana dilakukan karakterisasi reseptor farmakologi untuk menentukan bagaimana


interaksi obat-reseptor.

Anda mungkin juga menyukai