Nama Pembimbing
Nama Mahasiswa
I. Identifikasi Kasus
a. Identitas kasus
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
b. Identitas keluarga
: KD
: 66 tahun
: laki-laki
: menikah
: SD
: Supir
: Br. Baung, Sayan, Ubud
No. Nama
Umur
JK
Pendidika
n
Pekerjaan
Hubungan
dengan KK
Ayah Pasien
Made Ngayon
SD
Petani
Ketut Gabrug
SD
Petani
Ibu Pasien
I Ketut Sudarta
66
SD
Supir
Pasien
Wayan Wati
50
SMP
Pedagang
Istri
Wayan Widia
40
SMA
Supir
Anak Pertama
Satpam
Pasien
Anak Kedua
Made Wartawa
37
SMA
Ketut Ariana
32
SMA
Hotel
Pasien
Anak Keempat
Wayan Ariani
30
SMA
Villa
Pasien
Anak Kelima
Pasien
c. Bagan pedigree
3
5
7
10
11
12
Keterangan :
= pasien
= laki-laki
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
= perempuan
= meninggal
Ayah pasien
Ibu pasien
Saudara pertama pasien
Saudara kedua pasien
Saudara ketiga pasien
Pasien
Istri pasien
K. tidur
K. tidur pasien
K. tidur
6
d. Denah Rumah
Merajan
WC K. tidur
3
K. tidur
4
K. tidur
WC
Bale tengah
K. tidur
K. tidur
2
5
WC
K. tidur
WC
WC
Dapur
Dapur
Keterangan :
1. Jalan
2. Pintu gerbang
3. Bale Daja
4. Rumah anak pasien yang pertama
5. Rumah anak pasien yang kedua
6. Rumah anak pasien yang keempat
e. Diagnosa kasus
II.
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin,
sehingga terjadi abormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Secara klinik Diabetes
mellitus adalah sindrom yang merupakan gabungan kumpulan gejala-gejala klinik yang
meliputi aspek metabolik dan vaskuler yaitu hiperglikemi puasa dan post prandial,
aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, serta hampir semua organ tubuh
akan terkena dampaknya. Walaupun pada diabetes melitus ditemukan gangguan
metabolisme semua sumber makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat .Oleh karena itu diagnosis diabetes
melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.
2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel sel pankreas
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
perifer .
Manifestasi Klinis
yang berlebihan),
polidipsia (rasa haus dan minum yang berlebihan), polifagia (selalu merasa lapar),
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa : badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit
sembuh, dan keputihan.
2.4 Tipe Diabetes Mellitus
2.4.1 Diabetes Mellitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe I terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan penderita DM Tipe I bergantung
pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar
pasien tetap sehat. Secara global DM Tipe I tidak begitu umum, hanya kira-kira
10-20 % dari semua penderita DM.
kemungkinan
untuk
menderita
DM.
Pada
saat
tubuh
melakukan
dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Secara keseluruhan tingkat kematian
pasien dengan diabetes meningkat 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang tidak
mederita diabetes. Pasien dengan diabetes harus menjaga kadar glukosa darahnya
tetap normal untuk menurunkan risiko komplikasi.
III.
Memberikan KIE dan konseling dengan tujuan dapat mengubah pola pikir pasien
mengenai masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan melakukan pendekatan
dengan tinggi badan 172 cm. Pasien mengatakan dirinya tidak suka mengkonsumsi
buah dan sayur. Pasien sering minum kopi manis, dalam sehari pasien minum kopi
sebanyak 2-3 kali. Untuk saat ini pasien hanya mampu beraktifitas ringan di
rumahnya.
Riwayat Pengobatan
Luka pada telapak kaki kiri pasien dilakukan rawat luka dengan menggunakan NaCl
kemudian ditutup dengan perban. Di UPT Kesmas Ubud II pasien diberikan obat
DM oral berupa Glibenklamid dan Metformin.
Kunjungan pertama
Kondisi umum pasien terlihat baik, namun pasien agak susah berjalan karena
kainya terasa kaku, luka pada telapak kaki kiri tidak terlalu sakit tapi cukup
mengganggu saat berjalan. Luka tersebut dibalut perban yang diganti setiap hari.
Tanda vital :
Kunjungan kedua
Kondisi umum pada kunjungan kedua juga didapatkan hal yang sama dengan
kunjungan pertama, namun, rasa sakit di bagian lutut masih kaku dan terasa sakit
bila berdiri dalam waktu yang lama.
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Suhu : 37 0C
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
GDS : 208 mg/dl
Pasien
memproduksi insulin.
Obesitas
Pasien memiliki riwayat obesitas. Saat pasien bekerja sebagai petani, pasien
memiliki berat badan 90 kg dengan tinggi badan 172. Hasil perhitungan BMI
menunjukkan bahwa pasien masuk dalam kategori obesitas.
Kebiasaan
Sebelum menderita DM, pasien tergolong orang yang malas berolahraga karena
pasien lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Pasien juga memiliki
kebiasaan makan nasi dan jajanan bali yang banyak karena menurutnya dengan
konsumsi nasi yang banyak menyebabkan pasien bertenaga. Saat itu, berat badan
pasien 90 kg dengan tinggi badan 172 cm. Pasien mengatakan dirinya tidak suka
mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien sering minum kopi manis, dalam sehari
pasien minum kopi sebanyak 2-3 kali. Untuk saat ini pasien hanya mampu
beraktifitas ringan di rumahnya.
1. Pasien merupakan penderita DM tipe II dengan luka pada telapak kaki kiri yang
sudah diderita selama 1 tahun, disertai komplikasi neuropati dan penglihatan yang
kabur
2. Pasien belum mengerti tentang harapan kesembuhan dari penyakit diabetes militus
dan fungsi obat yang diminum.
3. Karena komplikasi neuropati, pasien sering tidak sadar jika alas kakinya terlepas,
sehingga lukanya menjadi kotor.
4. Tidak ada yang mengawasi pasien untuk minum obat.
VI. Simpulan
VII. Saran
Pasien harus diberikan pemahaman mengenai penyakit diabetes mellitus, terutama