Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN DOKTER KELUARGA

Nama Pembimbing

: dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH

Nama Mahasiswa

: Pande Made Gustiana / 1070121049


I Gede Irwan Prayoga / 1070121050
I Gusti Ketut Hendra Sutirta Putra / 1070121051

I. Identifikasi Kasus
a. Identitas kasus
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
b. Identitas keluarga

: KD
: 66 tahun
: laki-laki
: menikah
: SD
: Supir
: Br. Baung, Sayan, Ubud

No. Nama

Umur

JK

Pendidika
n

Pekerjaan

Hubungan
dengan KK
Ayah Pasien

Made Ngayon

SD

Petani

Ketut Gabrug

SD

Petani

Ibu Pasien

I Ketut Sudarta

66

SD

Supir

Pasien

Wayan Wati

50

SMP

Pedagang

Istri

Wayan Widia

40

SMA

Supir

Anak Pertama

Satpam

Pasien
Anak Kedua

Made Wartawa

37

SMA

Ketut Ariana

32

SMA

Hotel

Pasien
Anak Keempat

Wayan Ariani

30

SMA

Villa

Pasien
Anak Kelima
Pasien

c. Bagan pedigree
3

5
7

10

11

12

Keterangan :
= pasien
= laki-laki

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

= perempuan
= meninggal

Ayah pasien
Ibu pasien
Saudara pertama pasien
Saudara kedua pasien
Saudara ketiga pasien
Pasien
Istri pasien

8. Anak pertama pasien


9. Anak kedua pasien
10. Anak ketiga pasien
11. Anak keempat pasien
12. Anak kelima pasien

K. tidur
K. tidur pasien

K. tidur
6

d. Denah Rumah

Merajan
WC K. tidur
3

K. tidur
4

K. tidur
WC

Bale tengah

K. tidur

K. tidur

2
5

WC

K. tidur

WC

WC

Dapur

Dapur

Keterangan :
1. Jalan
2. Pintu gerbang
3. Bale Daja
4. Rumah anak pasien yang pertama
5. Rumah anak pasien yang kedua
6. Rumah anak pasien yang keempat
e. Diagnosa kasus
II.

: Diabetes Mellitus (DM) tipe II dengan komplikasi neuropati.

Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin,
sehingga terjadi abormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Secara klinik Diabetes
mellitus adalah sindrom yang merupakan gabungan kumpulan gejala-gejala klinik yang
meliputi aspek metabolik dan vaskuler yaitu hiperglikemi puasa dan post prandial,
aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, serta hampir semua organ tubuh
akan terkena dampaknya. Walaupun pada diabetes melitus ditemukan gangguan
metabolisme semua sumber makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat .Oleh karena itu diagnosis diabetes
melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.
2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel sel pankreas
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;

perifer .

a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran


glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena sebagian
besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin, sehingga
terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel.
b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel -sel tubulus melakukan reabsorpsi, sehingga akan menyebabkan
glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.
c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah
turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal ginjal
sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
e. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya
timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk
mengatasi dehidrasi.
f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan kebutuhan sumber energi untuk sel
menigkat akibatnya nafsu makan meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan
makanan yang berlebihan)
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besarbesaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah
sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel.
h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran kearah katabolisme
protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka melemah sehingga
terjadi penurunan berat badan.
2.3

Manifestasi Klinis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya


DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini
(PERKENI, 2006) :
1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria (pengeluaran urin

yang berlebihan),

polidipsia (rasa haus dan minum yang berlebihan), polifagia (selalu merasa lapar),
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa : badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit
sembuh, dan keputihan.
2.4 Tipe Diabetes Mellitus
2.4.1 Diabetes Mellitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe I terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan penderita DM Tipe I bergantung
pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar
pasien tetap sehat. Secara global DM Tipe I tidak begitu umum, hanya kira-kira
10-20 % dari semua penderita DM.

2.4.2 Diabetes Mellitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)


DM Tipe II adalah DM yang paling sering dijumpai di masyarakat. Pada diabetes
melitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
DM Tipe II biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu
dengan DM Tipe II adalah orang yang obesitas atau dengan riwayat obesitas.
Penyakit DM Tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah
atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe II yang
cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah :
a. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Anggota


keluarga penderita DM memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM
dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat menderita DM.
Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang
tersebut memiliki resiko 40 % menderita DM.
b. Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 40 tahun karena risiko
terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan
mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe II biasanya terjadi pada
usia 40 tahun. Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun
2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia 40 tahun dan 10 orang (4%)
yang berusia < 40 tahun.
c. Jenis Kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM, sehubungan dengan
paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor risiko untuk terjadinya
penyakit DM.
d. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)
Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan
penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan
meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula. Perkembangan pola makan
yang salah dapat mempercepat peningkatan jumlah penderita DM.
Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting untuk diperhatikan,
sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe II berkaitan dengan obesitas.
Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra
akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin
sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan
30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang dengan IMT normal (22
Kg/m2). Bila IMT 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali
lipat.
e. Kurang Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan

kemungkinan

untuk

menderita

DM.

Pada

saat

tubuh

melakukan

aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga


gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan
hormon insulin juga akan berkurang.
2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus
2.6.1 Komplikasi Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan
gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya
timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu
tinggi (hiperglikemia).
2.6.2 Komplikasi Kronik
Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah
tetap tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai
kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,
gangguan fungsi ginjal (nephropathy), gangguan saraf (neuropathy), dan
kerusakan pada retina (retinopathy).
2.7 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus
Upaya pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan primordial yaitu
pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki faktor risiko
untuk terjadinya DM. Pencegahan primer dengan edukasi, latihan jasmani,
perencanaan pola makan. Pencegahan primer ditujukan kepada mereka yang belum
terkena DM namun memiliki faktor risiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya
DM.
Pencegahan sekunder melalui pengobatan sebagai upaya untuk mencegah agar
tidak terjadi komplikasi walaupun sudah menderita DM. Pencegahan tersier yaitu
usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi
komplikasi.
2.8 Prognosis
Prognosis dari pasien dengan diabetes militus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan dari
pasien dalam melakukan kontrol terhadap penyakitnya. Usaha untuk menjaga kadar
glukosa tetap normal pada pasien diabetes memiliki prognosis yang lebih baik. Pasien
yang menerima perawatan secara intensif memiliki risiko komplikasi mikrovaskular

dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Secara keseluruhan tingkat kematian
pasien dengan diabetes meningkat 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang tidak
mederita diabetes. Pasien dengan diabetes harus menjaga kadar glukosa darahnya
tetap normal untuk menurunkan risiko komplikasi.
III.

Kegiatan Kunjungan Rumah


a. Jadwal kunjungan rumah :
8 Januari 2015
9 Januari 2015
b. Hal yang dilakukan saat kunjungan :
Wawancara mendalam dengan pasien untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan.

Memberikan KIE dan konseling dengan tujuan dapat mengubah pola pikir pasien
mengenai masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan melakukan pendekatan

dengan anggota keluarga pasien agar mampu memantau kondisi pasien.


Observasi lingkungan rumah dengan tujuan untuk mengetahui adanya faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien.

IV. Perjalanan Penyakit Kasus


a. Riwayat penyakit pasien
Keluhan utama : Luka pada telapak kaki kiri yang tidak kunjung sembuh
Riwayat penyakit sekarang
Pada saat di wawancara, pasien mengeluh luka pada telapak kaki kiri sejak 1 tahun
yang lalu di dekat luka yang sebelumnya sudah mengering. Berdasarkan wawancara,
awalnya pasien mengalami luka pada kaki karena menginjak batu yang runcing saat
akan pergi ke tegalan. Namun pasien mengabaikan luka tersebut. Pasien mengaku
sering tidak merasakan jika alas kaki yang digunakan terlepas. Setelah beberapa
bulan, luka tidak kunjung sembuh malah tambah membesar dan semakin dalam.
Karena belum mengganggu pekerjaannya, pasien tidak memeriksakan luka tersebut.
Sekitar 2 bulan kemudian, pasien kemudian berobat ke Puskesmas. Sampai saat ini
pasien masih melakukan pengobatan DM dan perawatan luka di puskesmas. Selain
keluhan luka di kakinya, pasien juga mengeluh penglihatannya kabur sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien tergolong orang yang malas berolahraga karena pasien lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Pasien juga memiliki kebiasaan
makan nasi dan jajanan bali yang banyak karena menurutnya dengan konsumsi nasi
yang banyak menyebabkan pasien bertenaga. Saat itu, berat badan pasien 90 kg

dengan tinggi badan 172 cm. Pasien mengatakan dirinya tidak suka mengkonsumsi
buah dan sayur. Pasien sering minum kopi manis, dalam sehari pasien minum kopi
sebanyak 2-3 kali. Untuk saat ini pasien hanya mampu beraktifitas ringan di
rumahnya.

Riwayat penyakit dahulu


Pada tahun 2008 pasien sudah merasakan gejala gejala DM berupa sering buang
air kecil pada malam hari (8 kali), sering merasa lapar, sering merasa haus. Pasien
mendengar dari anaknya jika sering kencing malam hari menandakan bahwa pasien
mengalami gejala kencing manis. Akan tetapi pasien tidak mengecek kadar gula
darahnya oleh karena pasien belum pernah mengalami penyakit serius. Pasien
didiagnosis DM pada tahun 2009, dimana saat itu pasien memeriksakan dirinya
sekitar bulan Juni ke dokter dan diketahui gula darah pasien mencapai 400mg/dl.
Pada saat itu pasien tidak rutin berobat. Pada bulan Agustus tahun 2009 pasien
pingsan dirawat di RSUP Sanglah, kadar gulanya saat itu mencapai 420mg/dl.
Pasien pulang paksa dari RSUD Sanglah karena tidak ada biaya. Tahun 2012 pasien
melakukan pengobatan DM dan perawatan luka di RSUD Sanjiwani. Saat
melakukan perawatan di sanjiwani pasien merasa kurang mendapat perawatan
karena harus menunggu lama dan jarak yang jauh, akhirnya pasien memutuskan

untuk kontrol di dipuskesmas.


Riwayat keluarga
Menurut pasien, ayah pasien dulunya juga menderita diabetes mellitus, akan tetapi
ayahnya meninggal karena sakit jantung. Di keluarga tidak ada yang menderita
hipertensi, penyakit hati, ginjal, paru-paru dan penyakit kronis lainnya. Salah satu
anak pasien meninggal karena penyakit diare pada umur 2 tahun 5 bulan.

Riwayat Pengobatan
Luka pada telapak kaki kiri pasien dilakukan rawat luka dengan menggunakan NaCl
kemudian ditutup dengan perban. Di UPT Kesmas Ubud II pasien diberikan obat
DM oral berupa Glibenklamid dan Metformin.

Hasil pemeriksaan fisik diagnostik

Kunjungan pertama
Kondisi umum pasien terlihat baik, namun pasien agak susah berjalan karena
kainya terasa kaku, luka pada telapak kaki kiri tidak terlalu sakit tapi cukup
mengganggu saat berjalan. Luka tersebut dibalut perban yang diganti setiap hari.
Tanda vital :

Tekanan darah : 130/80 mmHg


Suhu : 36.6 0C
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
TB / BB : 172 cm / 69 kg
BMI : Sekarang: 23,1 (normal)
Sebelum didiagnosis DM: 30,4 (obesitas)
GDS : 206 mg/dl

Kunjungan kedua
Kondisi umum pada kunjungan kedua juga didapatkan hal yang sama dengan
kunjungan pertama, namun, rasa sakit di bagian lutut masih kaku dan terasa sakit
bila berdiri dalam waktu yang lama.
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Suhu : 37 0C
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
GDS : 208 mg/dl

b. Persepsi sakit menurut pasien dan keluarga


Menurut pasien dan keluarganya penyakit DM yang dialami pasien murni karena hal
medis, bukan karena hal-hal non medis. Pasien menganggap bahwa pola makan
berlebihan dan kurang olahraga membuatnya menderita DM. Pasien dan

Pasien

beranggapan penyakit DM sulit disembuhkan karena setiap pasien mengalami luka


pada kaki, luka tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Menurut pasien
dan keluarganya komplikasi neuropati terjadi karena penyakit yang diderita pasien
terlalu lama. Pasien dan keluarga sadar bahwa penderita DM harus rutin meminum
obat, menjaga pola makan, dan rutin kontrol ke tenaga kesehatan. Penglihatan kabur
dianggap terjadi karena faktor usia. Penglihatan kabur dianggap terjadi karena faktor
usia
c. Persepsi kesembuhan menurut pasien dan keluarga
Pasien dan keluarganya mengaharapkan penyakit DM yang diderita pasien bisa sembuh
secara total. Saat ini pasien dan istrinya menganggap kadar gula darah pasien sudah
terkontrol karena pasien sudah teratur di dalam melakukan pengobatan maupun kontrol
ke puskesmas, pasien juga sudah melakukan diet rendah karbohidrat dan mengurangi
asupan glukosa.
Pasien dan keluarga sadar bahwa penderita DM harus rutin meminum obat, menjaga
pola makan, dan rutin kontrol ke tenaga kesehatan.

V. LATAR BELAKANG PENYAKIT KASUS


a. Faktor kondisi fisik pada kasus
Genetik
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa dari riwayat keluarga pasien ada yang

menderita DM yaitu ayah kandung pasien.


Umur
Saat ini pasien berumur 66 tahun dan menderita DM. Risiko DM akan meningkat
seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini berkaitan dengan intoleransi glukosa
yang disebabkan oleh menurunnya kemampuan sel B pankreas dalam

memproduksi insulin.
Obesitas
Pasien memiliki riwayat obesitas. Saat pasien bekerja sebagai petani, pasien
memiliki berat badan 90 kg dengan tinggi badan 172. Hasil perhitungan BMI
menunjukkan bahwa pasien masuk dalam kategori obesitas.

Kebiasaan
Sebelum menderita DM, pasien tergolong orang yang malas berolahraga karena
pasien lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Pasien juga memiliki
kebiasaan makan nasi dan jajanan bali yang banyak karena menurutnya dengan
konsumsi nasi yang banyak menyebabkan pasien bertenaga. Saat itu, berat badan
pasien 90 kg dengan tinggi badan 172 cm. Pasien mengatakan dirinya tidak suka
mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien sering minum kopi manis, dalam sehari
pasien minum kopi sebanyak 2-3 kali. Untuk saat ini pasien hanya mampu
beraktifitas ringan di rumahnya.

b. Faktor lingkungan fisik


Tidak ditemukan adanya faktor lingkungan fisik sebagai salah satu penyebab penyakit
yang diderita oleh pasien.
c. Peran keluarga
Pasien tinggal bersama istri dan anak laki - lakinya yang cukup berperan di dalam
menunjang dalam hal pengobatan pasien. Istri dan menantu pasien selalu
mengingatkan pasien untuk Sedangkan anak laki-laki pasien biasanya mengantarkan
pasien ke puskesmas untuk berobat. lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
mengurangi asupan karbohidrat. Tetapi keluarga pasien jarang mengawasi pasien
meminum obat.
d. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui pada kasus adalah :

1. Pasien merupakan penderita DM tipe II dengan luka pada telapak kaki kiri yang
sudah diderita selama 1 tahun, disertai komplikasi neuropati dan penglihatan yang
kabur
2. Pasien belum mengerti tentang harapan kesembuhan dari penyakit diabetes militus
dan fungsi obat yang diminum.
3. Karena komplikasi neuropati, pasien sering tidak sadar jika alas kakinya terlepas,
sehingga lukanya menjadi kotor.
4. Tidak ada yang mengawasi pasien untuk minum obat.
VI. Simpulan

Pasien belum mengerti mengenai harapan kesembuhan penyakit yang dideritanya


Saat ini pasien sudah melakukan diet rendah karbohidrat dan melakukan perawatan
luka yang rutin di puskesmas.

VII. Saran
Pasien harus diberikan pemahaman mengenai penyakit diabetes mellitus, terutama

mengenai harapan kesembuhannya dan fungsi obat yang diminum.


Pasien harus diberikan pemahaman mengenai cara membersihkan luka di rumah, agar

tidak mengalami infeksi berulang akibat luka yang kotor.


Diet rendah karbohidrat tetap dilakukan dan diharapkan pasien tetap rutin
menggunakan obat-obatan yang telah dianjurkan oleh dokter.

Anda mungkin juga menyukai