mematuinya. Jadi hal ini terus berlangsung sampai 1615, ketika gubernur
Jendral Gerard Reijnst bersama Tuan Caspar Janszoon, Gubernur Ambon,
dengan armada sebelas kapal berlayar ke Kambello dan Leisidi, dan
memaksa penduduk kedua Negeri itu agar menolak orang-orang Inggris
dan orang asing lainya tinggal lebih lama di sana. Sebagai akibatnya, orang
Inggris meningalkan tempat itu yang termasuk kekuasaan Gubernur
Ambon.
Dalam konteks kedudukan daerah Hoamual Barat, Rompius
mengungkapkan, terdapat sebuah pegunungan berbatuan terdapat sudut
pantai, terletak sebuah Dusun Ulatu, dengan kira-kira 30 orang pria
dewasa adalah pelarian dari Desa Erang. Sedikit di Selatan Desa Erang,
masih ada sebuah Dusun, Temi. Kemudian satu mil di Selatan Erang,
terletak sebuah Desa Niboro (Limboro), Desa kelima dalam dalam urutan
Uli, disebuah bentangan panjang antara sungai besar membentuk sebuah
Soa antara Limboro dan Erang. Daerah ini kaya akan cengkeh, pala dan
tumbuhan buah-buahan tumbuh dimana-mana, sehingga di pasarkan di
Leisidi, dan dari Leisidi di bawah dengan Kora-Kora di Pasarkan di
Tarnate. (Sebagai jejak sejarah, hingga sekarang di hutan belantar Dusun
Erang, masih banyak dijumpai Ratusan pohon Durian usia ratusan tahun
tumbuh di sana, orang Erang sering menyebutnya dengan durian
peninggalan Hoamual).
Daerah Laisidi satu seper dua Mil Selatan Desa Erang, dimana tanah
Huomual bertemu yang merupakan bentangan sempit di lereng sebuah
Gunung pada sebuah lembah terbuka terletak ditepi sungai Wailisa,
sebagai Negeri ketiga. Daerah ini dibawah orang kaya bernama Imam
Swaki Latu Kole yang diangkat menjadi sengaji.
Rompius menyebutkan, Di Selatan Kambello, terdapat Negeri Esau. Negeri
yang yang digambarkan Rompius, yang tak jauh dari sebuah lobang batu,
yang masyarakatnya di kenal dengan Dusun Batu Lobang. Dan setengah
Mil Sebelah Utara Negeri Esau, terdapat Negeri Amaholu. Antara Negeri
Esau dan Amaholu, keduanya sejak lama di satukan ke dalam Soa Lesidi.
Negeri Lesidi terletak di Selatan Negeri Kambelo.