TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
Pengertian
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai
lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Infeksi Menular
Seksual (PMS).
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala
klinis maupun asimptomatis (Daili, 2009). Penyebab infeksi menular seksual ini
sangat beragam dan setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau
penyakit spesifik yang beragam pula.
2.
Penyebab IMS
Menurut Dwidjoseputro
(2009),
infeksi
menular
seksual
dapat
trachomatis,
Haemophilus
ducreyi,
Calymmatobacterium
c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes
Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus (banyak tipe),
Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum contagiosum virus, dan virusvirus enterik lainnya.
d. Dari golongan ekoparasit, yakni Pthirus pubis, Sarcoptes scabei.
e. Dari golongan jamur Candida albicans
3.
Penularan IMS
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak
dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat jelas
ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena
hubungan seksual (vaginal, oral, anal). Penularan IMS juga dapat terjadi dengan
media lain seperti darah melalui berbagai cara, yaitu (Daili, 2009):
a. Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV
b. Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba
c. Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja
d. Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
e. Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan
menyisakan darah pada alat).
f. Penularan juga pada terjadi dari ibu kepada bayi pada saat hamil, saat
melahirkan dan saat menyusui. Penularan karena mencium atau pada saat
menimang bayi dengan IMS kongenital jarang sekali terjadi.
4.
Diagnosis IMS
Pemeriksaan klinis pada IMS memiliki 3 prinsip yaitu anamnese,
waktu menanyakan riwayat seksual. Hal yang sangat penting dijaga adalah
kerahasiaan terhadap hasil anamnese pasien. Pertanyaan yang diajukan kepada
pasien dengan dugaan IMS meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik dengan
penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan pasangan setelah
mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak seksual, cara
melakukan kontak seksual, dan apakah pasangan juga mengalami keluhan atau
gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di
daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, misalnya
erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut bawah, gangguan
haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus memperhatikan hal
penting seperti kerahasiaan pribadi pasien, sumber cahaya yang baik untuk dokter
pemeriksa dan selalu harus menggunakan sarung tangan setiap kali memeriksa
pasien. Pada pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula
inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya.
Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya, adanya
pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya. Lakukan inspeksi skrotum, apakah
asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Dan
akhirnya perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah
perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut.
Berbeda dengan pasien pria, organ reproduksi wanita terdapat dalam rongga
pelvik sehingga pemeriksaan tidak segampang pria. Pemeriksaan meliputi
inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai
keadaan di dalam vagina, gunakan spekulum dengan memberitahukannya kepada
pasien terlebih dahulu.
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan dengan
menggunakan sengkelit maupun lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan dengan
spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan
ke kaca objek bersih.
10
laki antara lain rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning
kehijauan dan ujung penis agak merah dan bengkak.
b. Sifilis
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual
atau penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular (misalnya : baju,
handuk dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman
Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya seperti
selaput lender , anus, bibir, lidah dan mulut .penularan biasanya melalui kontak
seksual tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan congenital
sifilis (penularan melalui kontak ibu dan anak dalam uterus) (Daili, 2009).
c. Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah agen chlamydia pertama yang di temukan
dalam tubuh manusia .Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907. Infeksi
chamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila
terjadi pada ibu ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektropik ,infertilitas,
dan abortus. Gejala klinis pada pria seperti secret atau cairan tubuh uretra dapat
disertai eritema meatus dan pada wanita;duh tubuh serviks seropurulen, serviks
mudah berdarah (Daili, 2009).
d. Herpes genital
Saat ini di kenal dua macam herpes yaitu herpes zoster dan herpes
simplek. Kedua herpes ini berasal dari virus berbeda. Herpes zoster disebabkan
oleh virus Varicella, sedangkan herpes simpleks disebabkan oleh herpes simplex
virus (HSV). Gejala klinis yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex adalah
herpes genital pertama ;diawaali dengan bintil lentingan dan luka atau erosi
11
berkelompok, diatas dasar kemerahan, sangat nyeri, perbesaran kelenjar lipat paha
dan disertai gejala sistemik. Herpes genital kambuhan ; timbul bila ada factor
pencetus yaitu daya tahan tubuh menurun, stress pikiran, senggama berlebihan,
kelelahan (Daili, 2009).
e. Kondiloma akuminatal (kutil genitalis)
Kutil Genitalis merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,penis
atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual .Kutil genitalis sering
ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat,bisa terinfeksi
bakteri,bias merupakan petunjuk adanya gangguan system kekebalan (Daili,
2009).
6. Penularan IMS
Beberapa cara penularan IMS menurut Depkes, R.I (2006), yaitu melalui:
a. Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom
b. Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom
c. Seks oral tanpa menggunakan kondom
IMS (Infeksi Menular Seksual) tidak dapat menular melalui :
a. Duduk disamping orang yang terkena IMS
b. Menggunakan WC Umum
c. Menggunakan kolam renang umum
d. Memegang gagang pintu
e. Salaman
f. Bersin-bersin
g. Keringat
12
13
14
b. Upaya preventif
1) Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan
pekerja seks komersial (PSK).
2) Bila merasa terkena IMS, hindari melakukan hubungan seksual.
3) Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom.
4) Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok risiko tinggi.
5) Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita IMS.
c. Upaya kuratif
15
perlakuan
yang
wajar
terhadap
penderita
IMS,
tidak
16
B.
Gonorrhoeae
17
2. Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria,
mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke
invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria,
biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai
rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa
gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra
18
3. Gejala klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati sendiri tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Gejala dan tanda pada pasien laki-laki
dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret
purulen, disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki akan
19
memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Pada
beberapa kasus laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret
vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh
dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko
mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka tanda-tanda infeksi meluas
biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada
perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering
berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan
nyeri. Infeksi yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii
menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen dan
gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering
ditemukan karena perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering
asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis
dengan eksudat
20
d. Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar, umumnya
terjadi pada wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan
pasangan yang terinfeksi
e. Rasa sakit pada sendi
f. Munculnya ruam pada telapak tangan
g. Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan
pasangan yang terinfeksi)
Gejala atau keluhan yang dirasakan pria dan wanita adalah:
a. Pada pria
1) Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar
ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan
diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disuria, polakisurua,
keluar duh tubuh dari ujung uretra yang terkadang disertai darah dan perasaan
nyeri saat ereksi.
2) Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang
dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan butir pus
atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus
tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
3) Prostatitis
21
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot
uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan
obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan intermiten,
tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam
dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
b. Pada Wanita
1) Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen.
2) Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan
dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi
rekuren atau menjadi kista.
4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra
pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi. Pemeriksaan ini akan menunjukkan Neisseria gonorrhoeae yang
22
merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun
luar sel leukosit.
b. Kultur untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media
pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan
bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada
pasien wanita.
c. Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi
merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi
dapat dibedakan Neisseria gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa
saja.
d. Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak
perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
e. Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi
ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas
kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan
gelas kedua tampak jernih (Daili, 2009).
5. Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan
faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis, parauretritis,
littritis, dan cowperitis. Selain itu dapat pula terjadi prostatitis, vesikulitis,
23
24
mata. Penyebaran ke katup jantung da sendi lutut biasanya melalui aliran darah
dan penyebaran ke mata biasanya melalui tangan yang tidak dicuci secara bersih
(misalnya: setelah membersihkan alat kelamin langsung mengucek mata). Selain
itu penyebaran infeksi ke mata dapat terjadi saat ibu yang menderita gonore
melahirkan, biasanya bayinya akan tertular dan lokasi tersering adalah mata.
Selain memperhatikan gejala-gejala yang muncul, Gonore hanya dapat
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dengan bahan usapan dari cairan
dari alat kemaluan yang terinfeksi gonore. Biasanya dari hasil pemeriksaan
laboratorium, wanita yang terkena infeksi gonore juga terinfeksi clamidia (juga
mmerupakan peyakit menular seksual). Pengobatan gonore cukup sederhana.
Sampai saat ini pengobatan dengan penyuntikan antibiotik penisilin (cukup sekali
saja) masih dapat menyembuhkan gonore. Namun demikian ada beberapa jenis
bakteri gonore yang kebal terhadap penisilin. Untuk jenis yang kebal ini dapat
diobati dengan antibiotik minum atau suntik yang lebih baru seperti golongan
sefalosporin dan fluoroquinolon. Pengobatan gonore pada wanita disertai dengan
pengobatan untuk clamidia. Selain mengobati penderita, pasangan sexualnya
(suami atau istrinya) juga ikut diobati sebagai pencegahan terjadinya infeksi
berulang. Oleh karena bakteri gonore tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka
pencegahannya cukup mudah, yaitu dengan menggunakan kondom dalam
berhubungan seksual, termasuk juga apabila melakukan hubungan seksual secara
oral.
C.
1. Pengertian
25
26
dari mengulangi dan elemen transposabel. Satu set inti 60.000 gen proteincoding diidentifikasi, yang berarti Trichomonas vaginalis memiliki salah satu
coding kapasitas tertinggi di antara eukariota. Intron ditemukan di 65 gen, RNA
transfer yang ditemukan untuk semua dua puluh asam amino, dan sekitar 250
DNA ribosom diidentifikasi dalam genom ini. Ada enam kromosom di
Trichomonas vaginalis. Sebuah penemuan yang menarik adalah bahwa mesin
transkripsi eukariot ini muncul lebih metazoan dari protozoa. Genom ini juga
menunjukkan terdapat 152 kasus transfer gen prokariot-to-eukariot lateral yang
mungkin. Genom membantu dengan penemuan jalur metabolisme yang tidak
diketahui, klasifikasi mekanisme patogen, dan identifikasi fungsi yang tidak
diketahui organel di Trichomonas Vaginalis (Dwidjoseputro, 2009).
3. Struktur sel dan metabolisme
Trichomonas vaginalis bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dengan ratarata lama 10m dan lebar 7m. Munculnya protozoa ini diubah oleh kondisi
physiochemical. Dalam kultur murni, bentuknya lebih seragam seperti berbentuk
buah pir atau oval. Sebagai parasit, tampaknya lebih amoeboid ketika melekat
pada sel epitel vagina. Ini memiliki lima flagella empat di antaranya berada di
anterior dan flagela lainnya yang tergabung dalam membran bergelombang.
Flagela dan membran bergelombang berkontribusi terhadap motilitasnya. Dalam
kondisi
pertumbuhan
yang
tidak
menguntungkan,
trichomonad
dapat
27
28
kerusakan
jaringan
dicatat
dalam
infeksi
Trikomoniasis
(Dwidjoseputro, 2009).
Sementara Trichomonas Vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme
dapat bertahan hingga 24 jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini
memiliki kemampuan untuk bertahan pada fomites dengan permukaan lembab
selama 1 sampai 2 jam.
5. Diagnosa
Diagnosis Trikomoniasis secara tradisional bergantung pada pengamatan
mikroskopik motil protozoa dari sampel vagina atau serviks dan dari sekresi
uretra atau prostat. Teknik ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1836 oleh
Donne. Trichomonas Vaginalis dapat dibedakan atas dasar gerakan dendeng khas.
Pada kesempatan tersebut, gerakan flagellar juga dapat dicatat. Sensitivitas tes ini
bervariasi dari 38% menjadi 82% dan tergantung pada ukuran inokulum karena
kurang dari 104 organisme / mL tidak akan terlihat. Selain itu, kebutuhan untuk
spesimen untuk tetap lembab dan pengalaman pengamat adalah variabel penting.
Ukuran trichomonad yang kurang lebih sama seperti yang dari limfosit (10 pM
sampai 20 pM) atau neutrofil kecil, ketika tidak motil, trichomonad bisa sulit
untuk membedakan dari inti sel epitel vagina (Baktiar, 2009).
Motilitas sangat tergantung pada suhu spesimen. Pada suhu kamar dalam
phosphate-buffered saline, organisme akan tetap hidup selama lebih dari 6 jam,
29
30
dalam kontak dengan trichomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada
perempuan dan pria (Dwidjoseputro, 2009).
a. Tanda dan gejala pada perempuan
1) Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan ketika berhubungan seks.
2) Suatu perubahan dalam vagina mungkin ada sedikit atau banyak, dan
mungkin tebal atau tipis, atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin
memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak menyenangkan.
3) Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini
jarang terjadi.
4) Nyeri ketika buang air.
b. Tanda dan gejala pada pria
1) Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.
2) Nyeri atau sensasi terbakar, ketika melewati urin.
3) Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi
4) Peradangan kulup (ini jarang terjadi).
7. Pengobatan
Infeksi diobati dan disembuhkan dengan metronidazole atau tinidazol.
Metronidazole biasanya akan diresepkan untuk jangka waktu 7 hari dan tinidazol
sebagai kursus dua hari, yang tampaknya memiliki tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi daripada pilihan dosis tunggal. Obat harus diresepkan untuk setiap
pasangan seksual juga karena mereka mungkin pembawa asimtomatik.
8. Pencegahan
31
Kandidiasis Genitalis
1.
Pengertian
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida,
disebabkan
oleh
jamur
Candida
albicans.
Candidiasis
biasanya
32
2.
Penyebab
Jamur Candida albicans. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit
atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak
ditularkan melalui hubungan seksual. Candidiasis genitalis lebih sering terjadi
terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB dan obat-obat
lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan
pertumbuhan Candida. Candidiasis lebih sering ditemukan pada wanita hamil
atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis. Selain itu,
pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker) dan
penyakit yang menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS) juga mempermudah
terjadinya penyakit ini (Dwidjoseputro, 2009).
3.
Gejala
Kandidiasis genitalis biasanya menyebabkan gatal atau iritasi pada vagina
dan vulva dan bisa disertai pengeluaran sekret dari vagina. Iritasinya berat, tetapi
sekretnya sedikit. Vulva tampak kemerahan dan bengkak. Kulitnya kasar dan
pecah-pecah. Dinding vagina biasanya tertutup oleh bahan seperti keju yang
berwarna putih, tapi bisa juga tampak normal. Pria biasanya tidak menunjukkan
gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis) dan pada kulitnya (pada pira
yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi, terutama setelah melakukan
hubungan seksual. Kadang-kadang keluar sedikit sekret dari penis. Ujung penis
dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil dan bisa tertutup oleh bahan
seperti keju yang berwarna putih.
Gejala candidiasis mungkin bervariasi tergantung pada daerah yang
terkena/terpapar. Infeksi pada vagina atau vulva dapat menyebabkan rasa gatal
33
yang parah, rasa terbakar, rasa sakit, dan iritasi, dan menimbulkan bercak keputihputihan atau abu-abu keputih-putihan pada kulit/dinding vagina, sering dengan
tampilan seperti curd/keju. Gejala juga hadir seperti yang ditimbulkan oleh
bacterial vaginosis. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of
Obstetrics and Gynecology, hanya 33 persen perempuan yang benar-benar
mengobati infeksi ragi, sedangkan sisanya hanya fokus mengobati bacterial
vaginosis (Trichomonas Vaginalis) atau infeksi campuran. Gejala infeksi pada
laki-laki yaitu iritasi dengan kemaluan berwarna merah di dekat kepala penis atau
pada kulup, gatal, atau sensasi rasa terbakar. Candidiasis pada penis dapat juga
memiliki menimbulkan warna putih, meskipun jarang.
4.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap contoh bahan dari vagina atau penis. Bisa juga dibuat biakan dari bahan
tersebut.
5.
Pengobatan
Pada wanita, pengobatan dilakukan melalui pencucian vagina dengan
sabun dan air, mengeringkannya dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim
anti jamur yang mengandung klotrimazol, mikonazol, butokonazol atau tiokonazol
dan terkonazol. Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol
yang diberikan per-oral (melalui mulut). Pada pria, penis (dan kulitnya pada lakilaki yang tidak disunat) harus dicuci dan dikeringkan sebelum diolesi dengan krim
anti jamur (misalnya yang mengandung nistatin). Kadang-kadang wanita yang
memakai pil KB harus menghentikan pemakaiannya untuk beberapa bulan,
34
35