Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Infeksi Menular Seksual (IMS)

1.

Pengertian
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di

antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai
lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Infeksi Menular
Seksual (PMS).
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala
klinis maupun asimptomatis (Daili, 2009). Penyebab infeksi menular seksual ini
sangat beragam dan setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau
penyakit spesifik yang beragam pula.
2.

Penyebab IMS
Menurut Dwidjoseputro

(2009),

infeksi

menular

seksual

dapat

diklasifikasikan menurut agen penyebabnya, yaitu:


a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Chlamydia

trachomatis,

Haemophilus

ducreyi,

Calymmatobacterium

granulomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella


vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus grup
B, Mobiluncus sp.
b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, dan protozoa enterik lainnya.

c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes
Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus (banyak tipe),
Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum contagiosum virus, dan virusvirus enterik lainnya.
d. Dari golongan ekoparasit, yakni Pthirus pubis, Sarcoptes scabei.
e. Dari golongan jamur Candida albicans

3.

Penularan IMS
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak

dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat jelas
ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena
hubungan seksual (vaginal, oral, anal). Penularan IMS juga dapat terjadi dengan
media lain seperti darah melalui berbagai cara, yaitu (Daili, 2009):
a. Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV
b. Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba
c. Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja
d. Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
e. Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan
menyisakan darah pada alat).
f. Penularan juga pada terjadi dari ibu kepada bayi pada saat hamil, saat
melahirkan dan saat menyusui. Penularan karena mencium atau pada saat
menimang bayi dengan IMS kongenital jarang sekali terjadi.
4.

Diagnosis IMS
Pemeriksaan klinis pada IMS memiliki 3 prinsip yaitu anamnese,

pemeriksaan fisik dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium (Daili,


2009). Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan informasi penting terutama pada

waktu menanyakan riwayat seksual. Hal yang sangat penting dijaga adalah
kerahasiaan terhadap hasil anamnese pasien. Pertanyaan yang diajukan kepada
pasien dengan dugaan IMS meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik dengan
penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan pasangan setelah
mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak seksual, cara
melakukan kontak seksual, dan apakah pasangan juga mengalami keluhan atau
gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di
daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, misalnya
erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut bawah, gangguan
haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus memperhatikan hal
penting seperti kerahasiaan pribadi pasien, sumber cahaya yang baik untuk dokter
pemeriksa dan selalu harus menggunakan sarung tangan setiap kali memeriksa
pasien. Pada pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula
inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya.
Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya, adanya
pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya. Lakukan inspeksi skrotum, apakah
asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Dan

akhirnya perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah
perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut.
Berbeda dengan pasien pria, organ reproduksi wanita terdapat dalam rongga
pelvik sehingga pemeriksaan tidak segampang pria. Pemeriksaan meliputi
inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai
keadaan di dalam vagina, gunakan spekulum dengan memberitahukannya kepada
pasien terlebih dahulu.
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan dengan
menggunakan sengkelit maupun lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan dengan
spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan
ke kaca objek bersih.

5. Jenis jenis infeksi menular seksual


Beberapa penyakit infeksi menular seksual yang sering terjadi menurut
Fahmi (2008) adalah :
a. Gonore (kencing nanah)
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit
ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan
menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae. Gejala akibat
penyakit ini pada wanita antara lain keputihan kental berwarna kekuningan, rasa
nyeri di rongga panggul dan dapat juga tanpa gejala, sedangkan gejala pada laki

10

laki antara lain rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning
kehijauan dan ujung penis agak merah dan bengkak.
b. Sifilis
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual
atau penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular (misalnya : baju,
handuk dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman
Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya seperti
selaput lender , anus, bibir, lidah dan mulut .penularan biasanya melalui kontak
seksual tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan congenital
sifilis (penularan melalui kontak ibu dan anak dalam uterus) (Daili, 2009).
c. Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah agen chlamydia pertama yang di temukan
dalam tubuh manusia .Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907. Infeksi
chamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila
terjadi pada ibu ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektropik ,infertilitas,
dan abortus. Gejala klinis pada pria seperti secret atau cairan tubuh uretra dapat
disertai eritema meatus dan pada wanita;duh tubuh serviks seropurulen, serviks
mudah berdarah (Daili, 2009).
d. Herpes genital
Saat ini di kenal dua macam herpes yaitu herpes zoster dan herpes
simplek. Kedua herpes ini berasal dari virus berbeda. Herpes zoster disebabkan
oleh virus Varicella, sedangkan herpes simpleks disebabkan oleh herpes simplex
virus (HSV). Gejala klinis yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex adalah
herpes genital pertama ;diawaali dengan bintil lentingan dan luka atau erosi

11

berkelompok, diatas dasar kemerahan, sangat nyeri, perbesaran kelenjar lipat paha
dan disertai gejala sistemik. Herpes genital kambuhan ; timbul bila ada factor
pencetus yaitu daya tahan tubuh menurun, stress pikiran, senggama berlebihan,
kelelahan (Daili, 2009).
e. Kondiloma akuminatal (kutil genitalis)
Kutil Genitalis merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,penis
atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual .Kutil genitalis sering
ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat,bisa terinfeksi
bakteri,bias merupakan petunjuk adanya gangguan system kekebalan (Daili,
2009).
6. Penularan IMS
Beberapa cara penularan IMS menurut Depkes, R.I (2006), yaitu melalui:
a. Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom
b. Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom
c. Seks oral tanpa menggunakan kondom
IMS (Infeksi Menular Seksual) tidak dapat menular melalui :
a. Duduk disamping orang yang terkena IMS
b. Menggunakan WC Umum
c. Menggunakan kolam renang umum
d. Memegang gagang pintu
e. Salaman
f. Bersin-bersin
g. Keringat

12

7. Cara mencegah infeksi menular seksual


Menurut Depkes R.I (2006), langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah
menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi)
b. Menghindari berganti-ganti pasangan seksual
c. Memakai kondom dengan benar dan konsisten
Prinsip umum pengendalian IMS adalah:
Tujuan utama memutuskan rantai penularan infeksi IMS dan mencegah
berkembangnya IMS dan komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui (Daili, 2009):
a. Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan
masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi.
b. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku
risiko tinggi.
c. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjutan untuk
mencari pengobatan yang tepat.
d. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik
untuk yang simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan seksualnya.
Menurut Depkes, R.I (2006), tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan, seperti:
a. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang
sehat, pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan
monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.
b. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS
pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan

13

penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan


berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara
penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
c. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan
pengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan
tentang gejala-gejala IMS dan cara-cara penyebarannya.
8. Bahaya infeksi menular seksual
Ditjen PPM dan PLP (2007) ada beberapa bahaya yang dapat ditimbulkan jika
seseorang terdeteksi mengidap IMS yaitu:
a. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit.
b. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan.
c. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran.
d. IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim.
e. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati.
f. IMS dapat menular kepada bayi.
g. IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS.
h. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan.
i. Beberapa IMS seperti halnya HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian
9. Upaya pengendalian IMS
IMS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk
dikendalikan secara cepat dan tepat, karena mempunyai dampak selain pada aspek
kesehatan juga politik dan sosial ekonomi. Kegagalan diagnosa dan terapi pada
tahap dini mengakibatkan terjadinya komplikasi serius seperti infertilitas

14

kehamilan ektopik, disfungsi seksual, kematian janin, infeksi neonatus, bayi


BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kecacatan bahkan kematian.
Prinsip umum pengendalian IMS adalah bertujuan untuk memutus rantai
penularan infeksi IMS dan mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya.
Tujuan tersebut dapat dicapai bila ada penyatuan semua sumber daya dan dana
untuk kegiatan pengendalian IMS, termasuk HIV/ AIDS (Depkes R.I, 2006).
Upaya tersebut meliputi:
a. Upaya promotif
1) Pendidikan seks yang tepat untuk mengikis ketidaktahuan tentang seksualitas
dan IMS.
2) Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama untuk tidak
berhubungan seks selain pasangannya.
3) Menjaga keharmonisan hubungan suami istri tidak menyeleweng untuk
meningkatkan ketahanan keluarga.

b. Upaya preventif
1) Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan
pekerja seks komersial (PSK).
2) Bila merasa terkena IMS, hindari melakukan hubungan seksual.
3) Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom.
4) Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok risiko tinggi.
5) Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita IMS.
c. Upaya kuratif

15

1) Peningkatan kemampuan diagnosis dan pengobatan IMS yang tepat.


2) Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik
simtomatik maupun asimtomatik.
d. Upaya rehabilitatif
Memberikan

perlakuan

yang

wajar

terhadap

penderita

IMS,

tidak

mengucilkannya, terutama oleh keluarga dan partnernya, untuk mendukung


kesembuhannya.
10. Pengobatan infeksi menular seksual
Berdasarkan Depkes R.I (2006), yang harus dilakukan seseorang jika
terkena atau curiga terkena IMS setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
adalah
a. Setiap IMS obatnya berbeda. Jadi periksakan diri ke dokter untuk mengetahui
jenis penyakit dan pengobatannya karena tidak sembarangan obat bisa dipakai
untuk mengobati semuanya.
b. Selalu minum obat yang diberikan dokter sesuai dengan aturan yang
diberikan. Habiskan obat yang diberikan walupun sakitnya sudah berkurang.
Karena hal tersebut dapat berbahaya, sering bibit penyakit belum mati
sehingga dapat menyebabkan bibit penyakit tersebut menjadi kebal terhadap
obat yang diberikan.
c. Selama pengobatan jangan melakukan hubungan seks dulu supaya luka-luka
IMS dapat sembuh. Kalupun berhubungan seks sebaiknya gunakan kondom.
d. Periksakan diri ke dokter jika obat sudah habis untuk memastikan IMS yang di
derita benar-benar sudah sembuh. Dan bawalah pasangan seksual anda agar
tidak tertular ulang.

16

B.

Gonorrhoeae

1. Definisi Neisseria Gonorrhoeae


Neisseria gonorrhoeae adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus
yang merupakan penyebab infeksi saluran urogenitalis. Kuman ini bersifat
fastidious dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap serta baik. Akan tetapi,
ia juga rentan terhadap kepanasan dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan
hidup lama di luar host-nya. Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual
dan masa inkubasi terjadi sekitar 25 hari.
Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan
dengan cirri-ciri bulat, lonjong, dengan sisi saling berhadapan seperti biji kopi,
bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 m tidak
berflagel. tidak berspora dan tidak berkapsul . Masing-masing cocci berbentuk
ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan.
Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan
bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70%
DNA homolog, tidak memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci
paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang
kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang
udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan
berbeda dari neisseriae lain. Gonococcus biasanya menghasilkan koloni yang
lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser
pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Dunia bacteria, filum
proteobakteria, kelas beta Proteobakteria, Ordo Neisseriales, Famili Neisseriaceae,

17

Genus Neisseria dan Spesies (Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitides,


Neisseria pharyngis, Neisseria catarrhalis). N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis
bersifat pathogen sedangkan yang dua lainnya bersifat komensalisme.
Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan.
Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non
motil, berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal;
ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini
adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam
sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak
memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid.

2. Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria,
mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke
invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria,
biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai
rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa
gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra

18

dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke


tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan,
kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci
kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang
dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit
tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh
meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum
tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya
resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba
lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan
urasil untuk pertumbuhannya (Daili, 2009).

3. Gejala klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati sendiri tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Gejala dan tanda pada pasien laki-laki
dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret
purulen, disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki akan

19

memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Pada
beberapa kasus laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret
vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh
dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko
mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka tanda-tanda infeksi meluas
biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada
perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering
berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan
nyeri. Infeksi yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii
menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen dan
gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering
ditemukan karena perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering
asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis

dengan eksudat

mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonore pada perianus


biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau menimbulkan
ekskoriasi dan nyeri perianus serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan
dinding rectum (Daili, 2009).
Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai berikut:
a. Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina
b. Demam
c. Muntah-muntah

20

d. Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar, umumnya
terjadi pada wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan
pasangan yang terinfeksi
e. Rasa sakit pada sendi
f. Munculnya ruam pada telapak tangan
g. Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan
pasangan yang terinfeksi)
Gejala atau keluhan yang dirasakan pria dan wanita adalah:
a. Pada pria
1) Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar
ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan
diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disuria, polakisurua,
keluar duh tubuh dari ujung uretra yang terkadang disertai darah dan perasaan
nyeri saat ereksi.

2) Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang
dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan butir pus
atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus
tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
3) Prostatitis

21

Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot
uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan
obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan intermiten,
tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam
dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
b. Pada Wanita
1) Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen.
2) Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan
dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi
rekuren atau menjadi kista.

4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra
pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi. Pemeriksaan ini akan menunjukkan Neisseria gonorrhoeae yang

22

merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun
luar sel leukosit.
b. Kultur untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media
pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan
bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada
pasien wanita.
c. Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi
merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi
dapat dibedakan Neisseria gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa
saja.
d. Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak
perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
e. Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi
ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas
kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan
gelas kedua tampak jernih (Daili, 2009).
5. Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan
faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis, parauretritis,
littritis, dan cowperitis. Selain itu dapat pula terjadi prostatitis, vesikulitis,

23

funikulitis, epididimitis yang dapat menimbulkan infertilitas. Sementara pada


wanita dapat terjadi servisitis gonore yang dapat menimbulkan komplikasi
salpingitis ataupun penyakit radang panggul dan radang tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Dapat pula terjadi komplikasi
diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan
dermatitis. Infeksi gonore pada mata dapat menyebabkan konjungtivitis hingga
kebutaan.
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah
dan mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum
dari gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius
pada organ reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan infertilitas. Selain itu,
kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel telur yang sudah
dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini berkembang
biak di dalam saluran falopii atau yang disebut kehamilan di luar kandungan,
suatu hal yang dapat mengancam nyawa sang ibu apabila tidak terdeteksi secara
dini.
Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada
bayinya ketika sang bayi melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu
mengidap gonorrhea, mata bayi ditetesi obat untuk mencegah infeksi
gonococcus yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena adanya resiko infeksi
Ibu dan bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes
gonorrhea setidaknya sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila
tidak ditangani secara serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi. Gonore
dapat menyebar ke tempat lain seperti ke katup jantung, ke sendi lutut dan ke

24

mata. Penyebaran ke katup jantung da sendi lutut biasanya melalui aliran darah
dan penyebaran ke mata biasanya melalui tangan yang tidak dicuci secara bersih
(misalnya: setelah membersihkan alat kelamin langsung mengucek mata). Selain
itu penyebaran infeksi ke mata dapat terjadi saat ibu yang menderita gonore
melahirkan, biasanya bayinya akan tertular dan lokasi tersering adalah mata.
Selain memperhatikan gejala-gejala yang muncul, Gonore hanya dapat
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dengan bahan usapan dari cairan
dari alat kemaluan yang terinfeksi gonore. Biasanya dari hasil pemeriksaan
laboratorium, wanita yang terkena infeksi gonore juga terinfeksi clamidia (juga
mmerupakan peyakit menular seksual). Pengobatan gonore cukup sederhana.
Sampai saat ini pengobatan dengan penyuntikan antibiotik penisilin (cukup sekali
saja) masih dapat menyembuhkan gonore. Namun demikian ada beberapa jenis
bakteri gonore yang kebal terhadap penisilin. Untuk jenis yang kebal ini dapat
diobati dengan antibiotik minum atau suntik yang lebih baru seperti golongan
sefalosporin dan fluoroquinolon. Pengobatan gonore pada wanita disertai dengan
pengobatan untuk clamidia. Selain mengobati penderita, pasangan sexualnya
(suami atau istrinya) juga ikut diobati sebagai pencegahan terjadinya infeksi
berulang. Oleh karena bakteri gonore tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka
pencegahannya cukup mudah, yaitu dengan menggunakan kondom dalam
berhubungan seksual, termasuk juga apabila melakukan hubungan seksual secara
oral.
C.

Protozoa Trichomonas vaginalis

1. Pengertian

25

Trichomonas vaginalis adalah anaerobik, protozoa flagellated, bentuk


mikroorganisme. Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis dan
yang paling umum infeksi protozoa patogen manusia di negara-negara industri.
Tingkat infeksi antara pria dan wanita adalah sama dengan perempuan
menunjukkan gejala sementara infeksi pada pria biasanya asimptomatik.
Transmisi terjadi secara langsung karena trofozoit tidak memiliki kista. WHO
memperkirakan bahwa 160 juta kasus infeksi diperoleh setiap tahunnya di seluruh
dunia. Perkiraan kasus Trikomonaiasis adalah antara 5 dan 8 juta infeksi baru
setiap tahun, dengan tingkat estimasi kasus asimtomatik setinggi 50%. Biasanya
pengobatan terdiri dari metronidazol dan tinidazol (Baktiar, 2009).
Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual (IMS). Hal ini
kadang-kadang disebut sebagai trichomonas atau trichomoniasis, atau disingkat
menjadi TV. Trikomoniasis adalah penyakit yang sangat umum menular seksual
(PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, motil sebuah, golongan
protozoa (Baktiar, 2009).
Gejala lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, meskipun
perempuan dan laki-laki mungkin asimtomatik. Peradangan kelamin yang
berhubungan dengan infeksi Trichomonas vaginalis memfasilitasi human
immunodeficiency virus (HIV) transmisi, dan penyakit ini juga diakui sebagai
penyebab potensial dari hasil kehamilan, infertilitas pria dan wanita, dan atipikal
radang panggul.
2. Struktur genom
Trichomonas vaginalis genom parabasalid pertama yang dijelaskan.
Genomnya adalah sekitar 160 megabases dalam ukuran dengan setidaknya 65%

26

dari mengulangi dan elemen transposabel. Satu set inti 60.000 gen proteincoding diidentifikasi, yang berarti Trichomonas vaginalis memiliki salah satu
coding kapasitas tertinggi di antara eukariota. Intron ditemukan di 65 gen, RNA
transfer yang ditemukan untuk semua dua puluh asam amino, dan sekitar 250
DNA ribosom diidentifikasi dalam genom ini. Ada enam kromosom di
Trichomonas vaginalis. Sebuah penemuan yang menarik adalah bahwa mesin
transkripsi eukariot ini muncul lebih metazoan dari protozoa. Genom ini juga
menunjukkan terdapat 152 kasus transfer gen prokariot-to-eukariot lateral yang
mungkin. Genom membantu dengan penemuan jalur metabolisme yang tidak
diketahui, klasifikasi mekanisme patogen, dan identifikasi fungsi yang tidak
diketahui organel di Trichomonas Vaginalis (Dwidjoseputro, 2009).
3. Struktur sel dan metabolisme
Trichomonas vaginalis bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dengan ratarata lama 10m dan lebar 7m. Munculnya protozoa ini diubah oleh kondisi
physiochemical. Dalam kultur murni, bentuknya lebih seragam seperti berbentuk
buah pir atau oval. Sebagai parasit, tampaknya lebih amoeboid ketika melekat
pada sel epitel vagina. Ini memiliki lima flagella empat di antaranya berada di
anterior dan flagela lainnya yang tergabung dalam membran bergelombang.
Flagela dan membran bergelombang berkontribusi terhadap motilitasnya. Dalam
kondisi

pertumbuhan

yang

tidak

menguntungkan,

trichomonad

dapat

mengumpulkan dan internalisasi flagela-nya. Sitoskeleton terbuat dari tubulin dan


aktin serat. Inti, dikelilingi oleh amplop nuklir berpori, terletak di ujung anterior.
Sebuah hialin tipis, batang-seperti struktur yang disebut axostyle dimulai pada
nukleus dan membagi protozoa longitudinal. Ini menjorok melalui bagian

27

posterior protozoa, berakhir di titik yang tajam. Axostyle membantu jangkar


protozoa ke sel epitel vagina. Trichomonas vaginalis ada sebagai trophozite dan
tidak memiliki tahap fibrosis. Struktur menarik trichomonad ini hydrogenosome
nya yang memainkan peranan penting dalam metabolisme (Dwidjoseputro, 2009).
Sumber energi utama Trichomonas vaginalis berasal dari metabolisme
karbohidrat fermentasi bawah kedua kondisi anaerobik dan aerobik. Produk
meliputi asetat, laktat, malat, gliserol, CO2, dan H2 (di bawah kondisi anaerob).
Metabolisme terjadi dalam sitoplasma di mana glukosa diubah menjadi
phosphoenolpyruvate dan kemudian menjadi piruvat, dan dalam hydrogenosome
ganda membraned. Hydrogenosome adalah situs oksidasi fermentasi piruvat. Hal
ini juga menghasilkan ATP oleh fosforilasi tingkat substrat, menghasilkan
hidrogen, dan proses setengah dari karbohidrat dari sel. Metabolisme
Trichomonas vaginalis sangat menyerupai bakteri anaerob dari bakteri aerobik.
Trichomonad dapat beradaptasi metabolisme menurut sumber karbon yang
tersedia. Ia memiliki energi pemeliharaan tinggi, menggunakan sampai setengah
dari karbon untuk mempertahankan homeostasis internal. Hal ini penting karena
lingkungan vagina selalu berubah sehubungan dengan pH, hormon, dan pasokan
hara. Jika ada sumber membatasi karbon, Trichomonas vaginalis dapat
menggunakan metabolisme asam amino untuk mempertahankan pertumbuhan dan
survival (Dwidjoseputro, 2009).
4. Morfologi
Trichomonas Vaginalis trofozoit berbentuk oval serta flagellated, atau
"pir. Hal ini sedikit lebih besar dari sel darah putih, berukuran 9 X 7 m. Lima
flagela muncul dekat cytostome, empat dari ini segera memperpanjang di luar sel

28

bersama-sama, sedangkan flagela kelima membungkus mundur sepanjang


permukaan organisme. Fungsionalitas dari flagela kelima tidak diketahui. Selain
itu, proyek mencolok axostyle duri-seperti seberang bundel empat flagela,
axostyle dapat digunakan untuk dipasang pada permukaan dan juga dapat
menyebabkan

kerusakan

jaringan

dicatat

dalam

infeksi

Trikomoniasis

(Dwidjoseputro, 2009).
Sementara Trichomonas Vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme
dapat bertahan hingga 24 jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini
memiliki kemampuan untuk bertahan pada fomites dengan permukaan lembab
selama 1 sampai 2 jam.
5. Diagnosa
Diagnosis Trikomoniasis secara tradisional bergantung pada pengamatan
mikroskopik motil protozoa dari sampel vagina atau serviks dan dari sekresi
uretra atau prostat. Teknik ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1836 oleh
Donne. Trichomonas Vaginalis dapat dibedakan atas dasar gerakan dendeng khas.
Pada kesempatan tersebut, gerakan flagellar juga dapat dicatat. Sensitivitas tes ini
bervariasi dari 38% menjadi 82% dan tergantung pada ukuran inokulum karena
kurang dari 104 organisme / mL tidak akan terlihat. Selain itu, kebutuhan untuk
spesimen untuk tetap lembab dan pengalaman pengamat adalah variabel penting.
Ukuran trichomonad yang kurang lebih sama seperti yang dari limfosit (10 pM
sampai 20 pM) atau neutrofil kecil, ketika tidak motil, trichomonad bisa sulit
untuk membedakan dari inti sel epitel vagina (Baktiar, 2009).
Motilitas sangat tergantung pada suhu spesimen. Pada suhu kamar dalam
phosphate-buffered saline, organisme akan tetap hidup selama lebih dari 6 jam,

29

namun motilitas organisme menjadi signifikan dilemahkan. Pemeriksaan ini


preparat basah jelas merupakan tes yang paling hemat biaya diagnostik, tetapi
kurangnya sensitivitas berkontribusi terhadap underdiagnosis penyakit. Karena
organisme yang layak diperlukan, penundaan transportasi dan penguapan air dari
spesimen mengurangi motilitas dan, akibatnya, sensitivitas diagnostik.
6. Patologi
Trichomonas Vaginalis menyerang mukosa urogenital manusia di mana
menginduksi peradangan. Ada banyak mekanisme yang dianggap bertanggung
jawab untuk sukses kolonisasi: mengikat dan degradasi komponen dari lendir dan
protein matriks ekstraseluler, mengikat sel inang termasuk sel epitel vagina dan
sel-sel kekebalan, fagositosis bakteri vagina dan sel inang, dan endositosis protein
host. Trichomonas Vaginalis parasit ini juga berfungsi sebagai vektor untuk
penyebaran organisme lain, membawa patogen menempel ke permukaan mereka
ke dalam tuba tubes (Dwidjoseputro, 2009).
Trikomoniasis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena pria
memiliki infeksi tanpa gejala. Bagi wanita, gejala yang berbusa, debit tipis hijaukuning vagina, iritasi vulvovaginal, nyeri vagina, dan kemerahan dari vagina.
Perempuan juga memiliki prevalensi lebih tinggi dari kanker serviks invasif ketika
mereka memiliki trikomoniasis. Selama kehamilan, ada peningkatan risiko bayi
prematur dan berat badan rendah. Pria memiliki uretritis non-gonoccocal dan
prostatitis kronis. Infeksi ini telah ditemukan terkait dengan kanker prostat. Kedua
jenis kelamin, ada kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV dan infertilitas.
Infeksi Trichomonas Vaginalis, biasanya ditularkan secara seksual (masa inkubasi
3-28 hari). Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu satu bulan datang ke

30

dalam kontak dengan trichomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada
perempuan dan pria (Dwidjoseputro, 2009).
a. Tanda dan gejala pada perempuan
1) Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan ketika berhubungan seks.
2) Suatu perubahan dalam vagina mungkin ada sedikit atau banyak, dan
mungkin tebal atau tipis, atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin
memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak menyenangkan.
3) Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini
jarang terjadi.
4) Nyeri ketika buang air.
b. Tanda dan gejala pada pria
1) Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.
2) Nyeri atau sensasi terbakar, ketika melewati urin.
3) Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi
4) Peradangan kulup (ini jarang terjadi).

7. Pengobatan
Infeksi diobati dan disembuhkan dengan metronidazole atau tinidazol.
Metronidazole biasanya akan diresepkan untuk jangka waktu 7 hari dan tinidazol
sebagai kursus dua hari, yang tampaknya memiliki tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi daripada pilihan dosis tunggal. Obat harus diresepkan untuk setiap
pasangan seksual juga karena mereka mungkin pembawa asimtomatik.
8. Pencegahan

31

Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui terinfeksi


dengan IMS apapun, penggunaan kondom laki-laki atau perempuan untuk setiap
episode hubungan seksual, menghindari hubungan seksual dengan banyak
pasangan dan menghindari asupan alkohol yang tinggi, yang dapat meningkatkan
risiko hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tanpa menggunakan
kondom.
D.

Kandidiasis Genitalis

1.

Pengertian
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida,

terutama Candida albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi


dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut,
tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru, atau
saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik misalnya septikemia,
endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga bervariasi dari
iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis.
Karena Candida albicans merupakan spesies endogen, maka penyakitnya
merupakan infeksi oportunistik (Dwidjoseputro, 2009).
Candidiasis juga dikenal dengan nama moniliasis, thrush atau infeksi
yeast

disebabkan

oleh

jamur

Candida

albicans.

Candidiasis

biasanya

menimbulkan gejala peradangan, gatal, dan perih didaerah kemaluan. Juga


terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur. Walaupun fungus selalu
terdapat sampai taraf tertentu, biasanya tidak menimbulkan gejala selama
lingkungan vagina terjaga normal (Baktiar, 2009).

32

2.

Penyebab
Jamur Candida albicans. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit

atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak
ditularkan melalui hubungan seksual. Candidiasis genitalis lebih sering terjadi
terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB dan obat-obat
lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan
pertumbuhan Candida. Candidiasis lebih sering ditemukan pada wanita hamil
atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis. Selain itu,
pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker) dan
penyakit yang menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS) juga mempermudah
terjadinya penyakit ini (Dwidjoseputro, 2009).
3.

Gejala
Kandidiasis genitalis biasanya menyebabkan gatal atau iritasi pada vagina

dan vulva dan bisa disertai pengeluaran sekret dari vagina. Iritasinya berat, tetapi
sekretnya sedikit. Vulva tampak kemerahan dan bengkak. Kulitnya kasar dan
pecah-pecah. Dinding vagina biasanya tertutup oleh bahan seperti keju yang
berwarna putih, tapi bisa juga tampak normal. Pria biasanya tidak menunjukkan
gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis) dan pada kulitnya (pada pira
yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi, terutama setelah melakukan
hubungan seksual. Kadang-kadang keluar sedikit sekret dari penis. Ujung penis
dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil dan bisa tertutup oleh bahan
seperti keju yang berwarna putih.
Gejala candidiasis mungkin bervariasi tergantung pada daerah yang
terkena/terpapar. Infeksi pada vagina atau vulva dapat menyebabkan rasa gatal

33

yang parah, rasa terbakar, rasa sakit, dan iritasi, dan menimbulkan bercak keputihputihan atau abu-abu keputih-putihan pada kulit/dinding vagina, sering dengan
tampilan seperti curd/keju. Gejala juga hadir seperti yang ditimbulkan oleh
bacterial vaginosis. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of
Obstetrics and Gynecology, hanya 33 persen perempuan yang benar-benar
mengobati infeksi ragi, sedangkan sisanya hanya fokus mengobati bacterial
vaginosis (Trichomonas Vaginalis) atau infeksi campuran. Gejala infeksi pada
laki-laki yaitu iritasi dengan kemaluan berwarna merah di dekat kepala penis atau
pada kulup, gatal, atau sensasi rasa terbakar. Candidiasis pada penis dapat juga
memiliki menimbulkan warna putih, meskipun jarang.
4.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik

terhadap contoh bahan dari vagina atau penis. Bisa juga dibuat biakan dari bahan
tersebut.
5.

Pengobatan
Pada wanita, pengobatan dilakukan melalui pencucian vagina dengan

sabun dan air, mengeringkannya dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim
anti jamur yang mengandung klotrimazol, mikonazol, butokonazol atau tiokonazol
dan terkonazol. Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol
yang diberikan per-oral (melalui mulut). Pada pria, penis (dan kulitnya pada lakilaki yang tidak disunat) harus dicuci dan dikeringkan sebelum diolesi dengan krim
anti jamur (misalnya yang mengandung nistatin). Kadang-kadang wanita yang
memakai pil KB harus menghentikan pemakaiannya untuk beberapa bulan,

34

selama pengobatan Candidiasis vaginalis, karena bisa memperburuk infeksi.


Wanita yang tidak dapat menghindar dari resiko infeksi ini (misalnya pada
gangguan sistem kekebalan atau pemakaian antibiotik jangka panjang), mungkin
memerlukan obat anti jamur atau pengobatan pencegahan lainnya (Baktiar, 2009).

35

Anda mungkin juga menyukai