ABSTRACT
Aedes aegypti is a main vector that caused DHF. The most effective method used
to eradicate Aedes aegypti is by killing Aedes aegypti mosquito larval. The purpose of
this research was to find out the effect of methanol in biduris bark (Calotropis gigantea
L.) on mortality of Aedes aegypti mosquito larval. The method is Complete Randomized
Design (CRD) with 6 treatments and 4 repetitions. The treatments consisted of C.
gigantea L. bark methanol extract using concentration 125 ppm, 500 ppm, 1000 ppm,
and 1500 ppm, positive control (abate 100 ppm) and negative control (aquades). Data
were analyzed using Analysis of Variant (Anova), followed by Least Significant
Different Test, and Probit Analysis. The result of research showed that methanol extract
of C. gigantea L. bark could cause mortality on Aedes aegypti larval whith F-value was
627,857 (p<0,01). The result of Least Significant Different Test showed that C. gigantea
L. bark methanol extract was significantly different from the negative control but was
not significantly different from the positive control. The result of Probit Analysis showed
that the value of LC 50 on C. gigantea L. bark methanol extract was 92 ppm and LC 90
153 ppm. The mortality of Aedes aegypti larval was caused by C. gigantea L. bark
methanol extract that contained terpenoid, saponin and kumarin that had been
identificated by phytochemical test. Methanol extract of C. gigantea L. bark influenced
the mortality of Aedes agypti larval.
Keyword : Aedes aegypti, Calotropis gigantea L., DHF
PENDAHULUAN
Aedes aegypti adalah vektor
utama penyebab penyakit DHF
(Dengue Hemorrhagic Fever) atau yang
lebih dikenal dengan demam berdarah
(Sembel, 2009). Sampai saat ini
penyakit demam berdarah yang
disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti
masih merupakan masalah yang besar
dalam bidang sosial maupun ekonomi
(Sembiring, 2009). Banyak cara yang
telah dilakukan untuk memberantas
nyamuk Aedes aegypti karena telah
terbukti bahwa pemberantasan nyamuk
Aedes aegypti adalah cara terbaik untuk
mengendalikan penyakit demam
berdarah (Muhlisin dan Pratiwi, 2006).
Pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti telah dilakukan dengan berbagai
cara salah satunya adalah pengasapan
atau fogging. Namun, fogging hanya
dapat mematikan nyamuk dewasa dan
tidak dapat memberantas larva nyamuk.
Sedangkan menurut Muhlisin dan
Pratiwi (2006) cara paling baik dalam
pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
adalah dengan pemberantasan larva
nyamuk. Penggunaan anti nyamuk juga
tidak dapat membunuh larva nyamuk
Aedes aegypti akan tetapi dapat
memberikan efek berbahaya bagi tubuh
manusia (Dipalaya et al., 2009).
Sampai sekarang pemberantasan
nyamuk Aedes aegypti masih
dititikberatkan pada penggunaan
larvasidal sintetik, namun penggunaan
insektisida sintetik secara terus-menerus
dan berulang-ulang dapat menimbulkan
resistensi dari hama yang diberantas dan
pencemaran lingkungan. Insektisida
sintetik mengandung bahan kimia yang
sulit terdegradasi di alam sehingga
residunya dapat mencemari lingkungan
dan dapat menurunkan kualitas
lingkungan (Achmad, 2004). Akibat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh
insektisida sintetik telah merangsang
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah sejumlah larva Aedes
aegypti instar IV yang diambil secara
random dari populasi larva Aedes
aegypti yang telah dibiakkan di
Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala. Besar sampel yang digunakan
pada tiap perlakuan adalah 10 ekor yang
diletakkan pada masing-masing
perlakuan, yaitu enam perlakuan dengan
empat kali pengulangan. Jadi total
sampel yang diperlukan adalah 240
larva.
Variabel Penelitian
Variabel Independen
Variabel independen yang diuji
dalam penelitian ini yaitu ekstrak
metanol batang biduri (C. gigantea L.)
dengan konsentrasi 125 ppm, 500 ppm,
1000 ppm, dan 1500 ppm.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang diuji
dalam penelitian ini adalah 240 larva
Aedes aegypti yang mati pada interval
waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, hingga 24
jam setelah pemberian ekstrak metanol
batang C. gigantea L.
Uji Fitokimia
Dilakukan uji fitokimia berupa uji
alkaloid, uji terpenoid, steroid, saponin,
dan uji flavonoid di Laboratorium
Kimia Organik Fakultas Matematika
Uji Hayati
Cara melakukan uji hayati adalah
ekstrak metanol batang biduri
ditimbang sesuai dengan konsentrasi
yang dibutuhkan dimasukkan ke dalam
labu ukur dan ditambahkan aquades
hingga mencapai volume 100 mL.
Ekstrak Batang biduri tidak mudah larut
dalam air sehingga perlu ditambahkan
larutan C. M. C. Kemudian 10 ekor
larva dimasukkan dalam tiap wadah
yang telah diisi berbagai macam
konsentrasi ekstrak, kontrol positif, dan
kontrol negatif dengan empat kali
ulangan (Amris, 2011).
Total unit percobaan yang
dilakukan sebanyak 16 unit perlakuan
konsentrasi ekstrak dan 8 unit perlakuan
kontrol, dan jumlah kematian larva
Aedes aegypti diamati dan dicatat pada
interval waktu 1, 2, 3, hingga 24 jam
setelah aplikasi perlakuan (Amris,
2011).
Analisis Data Penelitian
Data besarnya kematian larva
Aedes aegypti instar IV setelah 24 jam
pengamatan diolah dengan analis varian
(Anava). Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) dan uji Duncan digunakan untuk
mengetahui pengaruh antar perlakuan,
sedangkan untuk mendapatkan
konsentrasi efektif (LC 50 dan LC 90)
dianalisis dengan Uji Regresi Probit.
Semua analisis data diolah dengan
menggunakan analisis komputerisasi.
Hasil Penelitian
Tabel 4.2 Hasil pengujian larvasida ekstrak metanol batang C. gigantea L. dengan
berbagai konsentrasi selama 24 jam
Konsentrasi
125 ppm
500 ppm
1000 ppm
1500 ppm
Kontrol (+)
Kontrol (-)
30
40
40
40
40
1
XSD
7,50,57
100
100
100
100
0,253,65
Tabel 4.3 Hasil Analisis Varian (Anava) kematian larva Aedes aegypti akibat pemberian
ekstrak metanol batang C. gigantea L.
SV
DB
Perlakuan
Galat
5
18
Total
23
JK
305,20
8
1,750
306,95
8
KT
61,042
0,097
F
Hitung
627,85
7
F Tabel
0,05
F Tabel
0.01
2,77
4,248
K.Neg
P1
P2
10.0000
P3
10.0000
P4
10.0000
K.Pos
10.0000
Sig.
7.5000
1.000
1.000
1.000
Mean
(I)Perlakuan
(J)Perlakuan
Difference
Std.error
Sig.
(I-J)
LSD
P1
P2
P3
P4
K.Pos
interval
Lower
Upper
P2
-2.50000*
.22048
.000
bound
-2.9632
bound
-2.0368
P3
-2.50000*
.22048
.000
-2.9632
-2.0368
P4
-2.50000*
.22048
.000
-2.9632
-2.0368
K.Pos
-2.50000*
.22048
.000
-2.9632
-2.0368
K.Neg
P1
7.25000*
2.50000*
.22048
.22048
.000
.000
6.7868
2.0368
7.7132
2.9632
P3
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
P4
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Pos
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Neg
P1
9.75000*
2.50000*
.22048
.22048
.000
.000
9.2868
2.0368
10.2132
2.9632
P2
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
P4
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Pos
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Neg
P1
9.75000*
2.50000*
.22048
.22048
.000
.000
9.2868
2.0368
10.2132
2.9632
P2
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
P3
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Pos
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
K.Neg
P1
9.75000*
2.50000*
.22048
.22048
.000
.000
9.2868
2.0368
10.2132
2.9632
P2
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
P3
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
P4
.00000
.22048
1.000
-.4632
.4632
.000
9.2868
10.2132
K.Neg
9.75000*
.22048
K.Ne
P1
-7.25000*
.22048
.000
-7.7132
-6.7868
P2
-9.75000*
.22048
.000
-10.2132
-9.2868
P3
-9.75000*
.22048
.000
-10.2132
-9.2868
P4
-9.75000*
.22048
.000
-10.2132
-9.2868
K.Pos
-9.75000*
.000
-10.2132
-9.2868
PEMBAHASAN
Ekstraksi batang biduri (C.
gigantea L.) sebanyak 1000 g yang
telah dikeringkan selama 7 hari dan
dimaserasi dengan pelarut metanol
diperoleh ekstrak metanol batang C.
gigantea L. yang berwarna hijau tua
sebanyak 11, 7 g. Hasil ekstraksi batang
C. gigantea L ini sebagian digunakan
untuk uji fitokimia dan selebihnya
digunakan untuk uji aktivitas
larvasidanya.
hasil uji fitokimia sampel segar
dan ekstrak metanol batang C. gigantea
L. mengandung senyawa metabolit
sekunder alkaloid, steroid, terpenoid,
saponin, dan kumarin. Hasil yang
didapatkan dari uji fitokimia batang C.
gigantea L. sejalan dengan hasil
penelitian yang dilaporkan oleh Lodhi
et al (2009)
bahwa batang C. gigantea L.
mengandung Alkaloid, saponin,
terpenoid dan kumarin, kecuali steroid
dan flavonoid. Adanya keragaman
kandungan metabolit sekunder dari hajil
uji fitokimia batang C. gigantea L.
salah satunya disebabkan oleh faktor
lingkungan tempat tumbuh dan interaksi
antara tanaman dan lingkungannya
(Kutchan, 2011).
Berdasarkan uji Anava didapatkan
Fhitung >F tabel yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang sangat nyata
dari pemberian ekstrak metanol batang
C. gigantea L. terhadap kematian larva
Aedes aegypti. Untuk melihat validitas
dari hasil penelitian maka hasil uji
.22048
SARAN
a) Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang isolasi dan
karakterisasi senyawa aktif
larvasida ekstrak metanol batang
C. gigantea L. terhadap larva
Aedes aegypti instar IV.
b) Perlu dilakukan uji lanjutan
untuk melihat toksisitas terhadap
organisme lain.