Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak

anak

adalah

bagian

dari

hak

asasi

manusia

yang

wajib

dijamin,dilindungi,dan dipenuhi oleh orang tua,keluarga,masyarakat,pemerintah


dan negara.Mendapatkan Air susu ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi
yang harus dipenuhi.Hak bayi mendapat ASI eksklusif diartikan mendapat ASI
sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001,yaitu bayi
mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan,selanjutnya diberikan MPASI dan pemberian diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (IDAI Cab.DKI
Jakarta,2008).
Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi
pada tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau 4,61 per 1.000 kelahiran hidup,
tahun 2008 turun menjadi 638 atau 4,39 per 1.000 KH. Untuk tahun 2009 ini
jumlah kematian bayi turun menjadi 495 atau 3,31per 1000 kelahiran hidup
sedangkan pada tahun 2010 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan sebesar
854 bayi atau 5,8 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil pengumpulan data profil
kesehatan tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan menjadi 868
bayi atau 5.90 per 1000 kelahiran hidup maka masih perlu peran dari semua pihak
yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut sehingga target (Milinium
Development Goals) MDGs khususnya penurunan angka kematian dapat tercapai.
(Dinkes,2012)
Menurut laporan tahun 2000 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih kurang
1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari
1

15 persen bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif selama empat bulan dan sering
kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hasil
penelitian menunjukkan, gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan anak
usia di bawah lima tahun (balita) antara lain akibat kekurangan gizi sejak dalam
kandungan (pertumbuhan janin yang terhambat), pemberian makanan pendamping
ASI terlalu dini atau terlambat serta tidak cukup mengandung energi dan zat gizi
terutama mineral, dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif (BKKBN 2004).
ASI selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi
melalui berbagai komponen zat kekebalan yang dikandungnya. Berbagai telaah
ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap komposisi ASI dan pengaruhnya
terhadap kesehatan bayi. Efektifitas ASI dalam mengendalikan infeksi dapat
dibuktikan dengan berkurangnya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Penelitian oleh
badan kesehatan dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI sampai usia 2
tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat penyakit diare dan infeksi
saluran napas akut. (Tumbelaka,2008)
Sejak awal kelahiran ,bayi hanya diberikan ASI dan selanjutnya disusui
sesering mungkin tanpa dibatasi. Bayi dapat mengukur sendiri kemampuan dan
kebutuhan cairan yang diperlukan. Kita hanya perlu meluangkan waktu dan
member kesempatan padanya umtuk mendapat yang terbaik yang ia butuhkan.
(Roesli,2008).

Untuk pertumbuhannya, seorang bayi memerlukan nutrisi yang

adekuat, sehingga dapat menjamin tumbuh kembang berlangsung seoptimal


mungkin. Nutrisi terbaik bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya adalah ASI.
WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI eksklusif dari sejak lahir

sampai usia 6 bulan dan bayi harus sering disusui tanpa dibatasi waktu . (Rini
Sekartini,2008).
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan mikroorganisme
patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan masalah. Infeksi
gastointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang
mendapat pengganti air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan
komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain,
karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa.
(Matondang dkk,2008)
Penelitian penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India dengan
menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian infeksi lebih sedikit
secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang diberi ASI
manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI (kontrol)
banyak

mengalami

diare,

pneumonia,

sepsis,

dan

meningitis

(Tumbelaka,dkk,2008).
Berdasarkan

uraian di atas, angka kejadian diare akibat masih rendahnya

pemberian ASI eksklusif pada bayi masih cukup tinggi di negara berkembang
khususnya di Indonesia, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
hubungan pola pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi 0-6
bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan
2. Bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare
pada bayi umur 0-6 bulan
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
3

Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian


diare pada bayi umur 0-6 bulan.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Keilmuan
a. Memberikan informasi kepada institusi tempat penelitian diadakan, tentang
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi
umur 0-6 bulan
b. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihakpihak yang memerlukan informasi berkaitan dengan data-data yang
dikumpulkan.
c. Hasil penelitian sebagai bahan masukan dan pertimbangan ilmiah bagi
penelitian dengan topik yang sama dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti
b. Dapat menambah pengalaman dan pengembangan diri peneliti di bidang
penelitian,khususnya dalam penyelesaian studi.

Anda mungkin juga menyukai