PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001
akurat pada buku kesehatan jamaah, ketepatan dan kecepatan diagnosis pada keadaan
emergensi, serta kecepatan dan ketepatan penanggulangan kasus gawat darurat.6
Setiap tahun, sekitar 200.000 jemaah haji Indonesia diberangkatkan ke Tanah
Suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji dengan kondisi kesehatan
yang bervariasi, ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor
risiko. Penyakit kronik yang diidap jamaah, terutama yang lansia, menjadi catatan
penting bagi petugas kesehatan yang mendampingi, seperti diabetes, hipertensi,
penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan pencernaan, penyakit tulang
dan sendi, serta penyakit saraf seperti post stroke Kelompok jamaah ini disebut
sebagai risiko tinggi (risti). Sebab,
komplikasi fatal
aktifitas fisik pada cuaca yang sangat panas atau sangat dingin dengan kepadatan
manusia dan polusi udara yang tinggi.7
Hipertensi merupakan merupakan salah satu faktor utama kematian karena
gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan kematian 20-50% dari seluruh
kematian. Terdapat pula hubungan langsung antara risiko kardiovaskuler dan tekanan
darah dimana semakin tinggi tekanan darah semakin besar risiko terkena stroke dan
jantung koroner. Pasien yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus rentan
terhadap komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Sindroma resisten terhadap insulin
ditandai dengan hipertensi, dislipidemia, hiperinsulinemia dan obesitas sentral. DM
merupakan penyakit yang sangat mudah kerja sama dengan penyakit lainnya
khususnya kolesterol dan hipertensi sehingga dapat membentuk segita penyakit DM-
kardiovaskuler dan stroke. Jumlah penderita yang sudah bergabung dalam segitiga
penyakit ini mencapai 3 juta, tersebar di lebih 50 negara di dunia.8
Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan dalam sepuluh tahun
terakhir angka kematian jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,50,9 per hari per 10.000 jemaah.5
Menurut penelitian Suprapto (2002) dengan desain cross sectional
pada
jemaah haji asal Embarkasi Adisumarsono Surakarta tahun 2001 diketahui jemaah
haji usia lanjut (21,81%), hipertensi (14,67%) dan DM (3,75%). Dan yang
menunjukkan hubungan keberadaan risiko tinggi terhadap kematian jemaah haji
adalah usia lanjut dan hipertensi.9
Menurut Profil Kesehatan Haji Indonesia 2008, pada tahun 2005 jemaah wafat
mencapai 2,3 (436 orang), tahun 2006 meningkat 3,15 ( 647 orang) , tahun 2007
sekitar 2,4 (462 orang) dan tahun 2008 menurun menjadi 2,0 (437 orang).
Peyebab kematian terbanyak adalah penyakit sistem kardiovaskuler dan pernafasan.
Penyakit Kardiovaskuler dibagi atas Atelosklerosis, Hipertensi, dan Penyakit Jantung
Koroner. Hipertensi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan
hidup penduduk. Proporsi jemaah haji risiko tinggi tiap tahunnya berkisar 10-30 %,
jemaah haji usia lanjut sekitar 28,78%, sedangkan hipertensi berkisar 25-37%.5
Menurut Penelitian Arsyad Ramli Ali (2009) di kabupaten Poliwali Mandar, dari 305
calon jemaah haji Poliwali Mandar penyakit hipertensi menempati urutan yang
pertama sebesar 44,9% (137 orang).10,11,12
Berdasarkan Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan tahun
2008, Proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah 30,14 % (1189
orang) dan terdapat 12,20 % (363 orang) jemaah haji hipertensi asal kota Medan,
sedangkan tahun 2009 proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah
12,1 % (974 orang) dan 41,3% (403 orang) jemaah haji asal kota Medan.13,14,15
Data yang diperoleh dari SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu)
Asrama Haji Medan dapat diketahui bahwa angka kematian jemaah haji pada tahun
2008 sebesar (1,6) atau 13 orang dari 8.090 orang jemaah haji, pada tahun 2009
sebesar (2,8) atau 23 orang dari 8.057 orang jemaah haji, sedangkan pada tahun
2010 sebesar (3,15) atau 26 orang dari 8.237 orang jemaah haji. Dari 26 orang
jemaah haji yang meninggal, penyebab
berdasarkan
derajat hipertensi.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi dan masukan bagi Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP)
Kelas I Medan dan segala instansi yang terkait untuk menyusun perencanaan
dan program kegiatan sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
haji.
b. Sebagai bahan sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis
mengenai hipertensi dan bahan informasi kepada peneliti lain yang akan
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.