Disusun oleh:
Nama
NIM
: 10.IK.096
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.
23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan
perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan
visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran rakyat.com)
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari
30% dari jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah
dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa
Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran,
Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak
politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar
individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan,
organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu
karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit
yang sadar untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita
gangguan jiwa yang sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke
rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal lagi di rumah sakit karena
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga mereka
merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak
sedikit yang memilih kabur.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah
BAB II
KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI NEURO
1. Anatomi Fisiologi Sistem Limbik
Istilah Limbik berarti batas atau tepi yang diperkenalkan oleh Brica pada
tahun 1878 untuk menunjuk pada dua girus yang membentuk limbus atau batas
disekitar diensefalon. Sistem Limbik merupakan suatu konsep fungsional dan tidak
memiliki definisi yang diterima secara umum. Struktur kortikal utama adalah girus
singuli, girus hipokampus, dan hipokampus. Bagian subkortikal mencakup
amigdala, traktus dan bulbus olfaktorius, serta septum. Beberapa ahli menyertakan
hipotalamus dan bagian-bagian thalamus dalam system limbic ini karena
hubungan fungsionalnya yang erat.Sistem limbic mempunyai hubungan timbale
balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa tingkat integrasi
termasuk neokorteks, hipotalamus, system aktivasi retikularis batang otak. Sistem
ini dipengaruhi oleh masukan dari semua system sensorik terintegrasi dan
selanjutnya dinyatakan sebagai suatu pola tingkah laku melalui hipotalamusyang
mengkoordinasi renpons autonom, somatic dan endokrin. Sistim limbic diyakini
ikut berperan dalam ingatan, karena lesi pada hipokampus dapat mengakibatkan
hilangnya ingatan baru.
2. Anatomi Fisiologi Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus
interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti.
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol
dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic ,Sangat
kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh
antara system syaraf dan endokrin.
hipofisis
untuk
mempertahankan
cairan,
mempertahankan
h.
a.
Neuron penghasil
oksitoksin
dan
vasopressin
sebaliknya
menuju
ke
c.
d.
e.
Saraf-Saraf Spinal
Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7 segmen servikalis, 12 torakal,
5 lumbal, 5 sakral, dan 5 segmen koksigeus. Medulla spinalis mempunyai 31
pasang sarf spinal masing-masing segmen mempunyai satu untuk setiap sisi
b.
tubuh.
Kolumna Vertebra
Kolumna vertebra melindungi medulla spinalis, memungkinkan gerakan kepala
dan tungkai dan menstabilkan struktur tulang untuk ambulasi. Vertebra terpisah
oleh potongan-potongan kecuali servikal pertama dan kedua, sacral dan tulang
belakang koksigeus.
Struktur Medulla Spinalis
c.
Medula Spinalis dikelilingi oleh oleh meningen, dura, arakhnoid, dan pia mater.
Diantara dura mater dan kanalis vertebralis terdapat ruang epidural. Medulla
spinalis berbentuk struktur H dengan badan sel saraf (substansia grisea)
dikelilingi traktus asenden dan desenden (substansia alba). Substansia alba
berfungsi sebagai jaras konduksi impuls aferen dan eferen antara berbagai
tingkat medulla spinalis dan otak. Bagian bawah yang berbentuk H meluas dari
bagian atas dan bersamaan menuju bagian tanduk anterior. Keadaan tanduk ini
berupa sel yang mempunyai serabut yang membentuk ujung akar anterior
(motorik) dan berfungsi untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas reflex dari
otot-otot yang berhubungan dengan medulla spinalis.
Pada bagian torakal medulla spinalis adalah projeksi dari masing-masing sisi
dibagian crossbar H substansia grisea yang disebut tanduk lateral. Tanduk
lateral mengandung sel-sel yang memberikan reaksi serabut autonom bagian
simpatis.
d.
Traktus Spinalis
Substansia alba membentuk bagian medulla spinalis yang besar dan dapat
terbagi menjadi 3 kelompok serabut disebut jaras atau traktus, yaitu :
1)
2)
3)
yang didapat pada daerah sebelum pusat korteks. Bagian ini menyilang di
medulla oblongata yang disebut piramida
4. Anatomi Fisiologi Medulla Oblongata
System Medulla Oblongata Merupakan bagian batang otak yang berbentuk
pyramid diantara medula spinalis dan pons. Terletak di bagian bawah dan belakang
tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas medula oblongata
Medulla oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak kee medulla
spinalis dan serabut-serabut sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan serabutserabut tersebut menyilang pada daerah ini. Pons juga berisi pusat-pusat terpenting
dalam mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul
saraf otak kelima sampai kedelapan.
Medulla oblobgata berfungsi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Komponen Saraf
Sensorik
Sensirik
Motorik
IV troklearis
V Trigeminus
Motorik
Motorik
Fungsi
Penciuman
Penglihatan
Mengangkat kelopak mata atas
Kontriksi pupil
Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
Otot temporalis dan master ( menutup
rahang, mengunyah, gerakan rahang
Sensorik
ke lateral )
Kulit wajah dan 2/3 depan kulit
kepala, mukosa mata, mukosa hidung,
VI Abdusend
VII Fasialis
Motorik
Motorik
VIII Vestibulokoklearis
Cabang vestibularis
Cabang koklearis
IX glosofaringeus
X
vagus
XI asesorius
XII hipoglosus
Sensorik
Sensorik
sensorik
Motorik
Keseimbangan
Pendengaran
Faring : menelan, reflex muntah
Parotis : salivasi
Faring, lidah posterior
Faring, laring : menelan, reflek
Sensorik
Motorik
Sensorik
Motorik
Motorik
muntah
Faring, laring : reflex muntah, visera
leher
Pergerakan kepala dan bahu
Gerakan lidah
b.
SSO mengatur aktifitas alat-alat dalam (viseral) yang dalam keadaan normal
diluar kesadaran, misalnya sirkulasi, pencernaan, berkeringat, dan ukuran pupil.
4)
keringat
Neuron yang secara anatomis simpatis yang berakhir pada pembuluh darah fi
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A.
DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan
menganalisa kesesuaian prilaku dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah
evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu
yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri,
kemampuan diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
(Townsend, Mary C, 1998). Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang
kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri
negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
B.
RENTANG RESPON
(suliswati dkk,2005:91)
a.
Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
b.
c.
dirinya.
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
d.
e.
C.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1.
tubuh
Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2.
Faktor predisposisi gangguan harga diri
a.
Penolakan dari orang lain
d.
b.
c.
Kurang penghargaan
Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti,
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
Peran yang terlalu banyak
4.
Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a.
Ketidak percayaan orang tua pada anak
b.
Tekanan dari teman sebaya
c.
Perubahan dari struktur sosial
d.
D.
FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal
maupun eksternal klien, yaitu :
a.
b.
c.
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
d.
e.
E.
POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
2.
3.
4.
5.
6.
Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
7.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
G. MEKANISME KOPING
1.
Jangka pendek
a.
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas
b.
c.
ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang
d.
2.
Jangka panjang
a.
Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan
b.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
H.
Isolasi
Projeksi
Pergeseran ( displasement )
Peretakan ( splitting )
Berbalik marah pada diri sendiri
Amuk
PERILAKU
1.
Mengkritik diri sendiri
2.
Penurunan produktivitas
3.
Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.
Gangguan dalam berhubungan
5.
Rasa penting yang berlebihan
6.
Perasaan tidak mampu
7.
Rasa bersalah
8.
Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9.
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
12. Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri
14. Pengurangan diri
15. Menarik diri secara social
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)
I. Konsep Psikofarmaka
1. Chlorpromazine ( CPZ )
a. Indikasi
: 3 x100 mg
darah,
epilepsi,
kelainan
jantung,
febris,
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi
Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1.
Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2.
Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
3.
Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan
sebelumnya,
apakah
pernah
melakukan
atau
mengalami
Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5.
Psikososial
a. Genogram. Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri. Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
d. Identitas diri. Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.
e. Fungsi peran. Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri. Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan
tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri. Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak
pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak
sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai
harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial. Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien,
tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam
Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan.
3)
Aktivitas motorik
a) Lesu, tegang, gelisah.
b) Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c) Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d) Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak
terkontrol klien
e) Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
f) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4) Alam perasaan
a) Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b) Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c) Khawatir : objeknya belum jelas
5) Afek
a)
Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b)
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c)
Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d)
Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6) Interaksi selama wawancara
a)
b)
c)
d)
dengan spontan
Mudah tersinggung
Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau
e)
f)
tidak ramah
Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
g)
h)
tujuan
Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
c)
tujuan
Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
d)
e)
yang lainnya.
Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
menghilangkannya.
Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi
c)
tertentu.
Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
d)
e)
f)
g)
terhadap
kenyataan
Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
6.Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada
tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
3)
4)
saja terjadi.
Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
5)
ingatnya.
Tingkat konsentrasi
diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau
sekarang
Kebutuhan persiapan pulang
o Makan
Aspek medis
Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah yaitu :
o Isolasi sosial : menarik diri
o Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
o Gangguan citra tubuh
Pohon masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Batasan karakteristik
1) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon
terhadap kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi
diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan,
kegunaan )
2) Minor
(1) Pengungkapan diri yang negatif
(2) Ekpresi malu
(3) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi /
kejadian
(4) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
(5) Pengabaian diri
(6) Isolasi sosial
(7) (Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
2. Isolasi sosial : menarik diri
a. Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki
perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap
peristiwa ( kehilangan, perubahan ).
b.
Batasan karakteristik
1) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif
dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif
menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa, tidak berguna)
2) Minor
(1) Pernyataan negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan membuat keputusan
(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi diri
( Carpenito .L.J, 1998 : 853)
3. Gangguan citra tubuh
a. Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami
gangguan dalam cara penerapan citra diri seseorang.
b. Batasan karakteristik
1) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau
dalam struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan,
bersalah, reaksi mendadak)
2) Minor
(1) Tidak terlihat pada bagian tubuh
(2) Tidak menyentuh bgian tubuh
(3) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4) Perubahan dalam keterlibatan sosial
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan,
(6)
(7)
(8)
(9)
Diagnosa
keperawatan
X
1.
Perencanaan
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
TUM :
Isolasi sosial : Klien dapat berhubungan Setelah ... kali pertemuan / lebih
a.
menarik
berhubungan
dengan
harga
rendah
optimal
percaya
dibina :
(b.d) TUK 1 :
diri Klien
saling
a.
dapat
membina
b.
terapeutik
b.
c.
dapat
d.
d.
e.
f.
Klien
mau
mengungkapkan
perasaannya.
g.
TUK 2 :
Klien
mengidentifikasi
mengidentifikasikan
aspek
dapat
kemampuan
dimiliki klien
Hindari
memberi
penilaian
negatif,
digunakan
b.
Diskusikan
kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan.
TUK 4 :
Klien dapat menetapkan Setelah ... kali pertemuan, klien
a.
dapat
sesuai
kemampuan
dengan
b.
dilakukan
Tingkatkan
setiap
kegiatan
hari
sesuai
sesuai
dengan
toleransi
c.
TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan Setelah
kali
pertemuan,
klien
a.
Beri
kesempatan
untuk
melakukan
kegiatan sesuai dengan melakukan sesuai kondisi sakit dan kegiatan sesuai rencana
kondisi
sakit
dan kemampuanya
b.
kemampuannya
melakukan tindakan
c.
Diskusikan
kemampuan
pelaksanaan
kegiatan di rumah
TUK 6
Klien
dapat Setelah
memanfaatkan
dua
kali
sistem memanfaatkan
interaksi
sistem
klien
a.
rendah
b.
II
TUM :
Kurang
Klien
motivasi
dirinya sendiri
dapat
mearawat Setelah
menunjukkan
defisit Klien
perawtan diri
...
kali
interaksi
tanda-tanda
kepada perawat :
dapat
a.
b.
f.
komunikasi
terapeutik :
prinsip
yang dihadapi
e.
f.
g.
h.
i.
Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
mengetahui Dalam tiga kali pertemuan klien dapat Diskusikan dengan klien:
menyebutkan:
Gangguan
yang
dialami
melakukan menyebutkan
perawatan diri
Klien
frekuensi
perawatan diri:
b.
4.
Mandi
Frekunsi mandi
2)
Gosok gigi
3)
Keramas
Frekunsi keramas
4)
Ganti pakaian
5)
Berhias
Frekunsi berhias
6)
Gunting kuku
b.
Mandi
diri:
2)
Gosok gigi
1)
Cara mandi
3)
Keramas
2)
4)
Ganti pakaian
3)
Cara keramas
5)
Berhias
4)
6)
Gunting kuku
5)
Cara berhias
c.
6)
Cara gunting kuku
dapat Dalam dua kali interaksai
keperawatan
kliena.
diri
1)
yang positif
Bantu lien saat perawatan diri:
Mandi
5.
2)
Gosok gigi
a. Mandi
3)
Keramas
b. Gosok gigi
4)
Ganti pakaian
c. Keramas
5)
Berhias
d. Ganti pakaian
6)
Gunting kuku
e. Berhias
b.
f. Gunting kuku
dapat Dalam tiga kali
Klien
interaksi
klien
a.
perawatan diri
Pantau klien
dalam
melaksanakan
yang mandiri:
1)
Mandi
2)
Gosok gigi
3)
Keramas
4)
Ganti pakaian
5)
Berhias
6)
Gunting kuku
Klien
membantu
1)
menjelasakan
Penyebab
meningkatkan perawatan
klien
tidak
meaksanakan
diri
perawatan diri
b.
2)
dirumah
sakit
dalam
menjaga
menyiapkan sarana perawatan diri perawatan diri dan kemajuan yang telah
klien: sabun mandi, shampo, pasta dialami klien
gigi, sikat gigi, handuk, pakaian3)
bersih, sandal dan alat berhias.
c.
Keluarga
b.
1)
2)
c.
1)
2)
3)
4)
Berikan pujian atas keberhasilan klien
Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Depkes RI.
D.Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam
implementasi :
1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
2. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam situasi yang tepat.
3. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari :
a.
b.
dipertanggung jawabkan.
Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien.
c.
a)
b)
c)
d.
Fase Orientasi
Memberi salam terapeutik
Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa keperawatan.
Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya.
Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah
ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
e. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan
berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a)
Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri
dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau muncul masalah baru atau data
yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama
dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi
baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif. Klien dan keluarga juga
dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien akan mencapai tingkat
aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a)
Klien mampu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b)
1)
2)
3)
Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien.
Klien menilai kemampuan yang digunakan.
Klien membuat rencana kegiatan
Klien membuat rencana kegiatan
Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Melakukan kegiatan hidup sehari hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
Meminta bantuan keluarga
Melakukan follow up secara teratur
Keluarga mampu :
Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
Menolong klien menggunakan obat dan follow up