Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia
janin rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab
utama mortalitas dan morbilitas bagi bayi baru lahir.
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi yang baru lahir yang
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur dalam satu menit pertama
setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
kompikasi, seperti diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia,
eritroblastosis fetais, kelahiran kurang bulan (kehamilan < 34 minggu),
kelahiran lewat bulan, plasenta previa, solusio plasenta, korioamnionitis,
hidramnion, dan oligohidramnion, gawat janin serta pemberian obat anestesi
atau narkotika sebelum kelahiran.(Ummu Harist, 2005).
Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena
mudahnya terjadi gangguan atau masalah pada system tubuh yang akan
menjadi penyulit pada neonatus ini.
Insiden asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0 1,5%
tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insiden asfiksia pada bayi matur
berkisar 0,5% sedang bayi prematur 0,6%. Di Indonesia prevelen asfiksia
berkisar 0,3% kelahiran (1998), atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi
dilahirkan dengan asfiksia berat (Abd. Sukadi dkk).
Kematian bayi merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan
masyarakat. Angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh angka kematian
perinatal. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah komplikasi perinatal
(dibawah usia 7 hari), infeksi pernapasan akut, dan diare. Sekitar sepertiga

kematian balita dan separuh kematian bayi terjadi pada masa perinatal
(dibawah usia 7 hari), yang berkaitan dengan layanan penting selama
kehamilan dan persalinan (Unicef, 2006).
Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab
kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,
kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah
yaitu sebesar 40,68%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi
adalah kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterus) dan kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir), yaitu 25,13%. Hal ini dapat diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada
masa perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes, 2005).
Oleh karena itu orang tua (terutama ibu) harus dapat menjaga anak dari
masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan
baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai masalah / penyulit yang
mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan
menguasai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan
yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit
atau masalah yang terjadi.
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam masalah
ini adalah bagaimana caranya memberikan asuhan kebidanan terhadap bayi
baru lahir secara fisiologis maupun patologis khusunya dalam penanganan
bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan kasus ini mempunyai tujuan yaitu melakukan pengkajian
sesuai standar kompetensi mata kuliah Asuhan Neonatus dan Neonatal di
lahan praktik.
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian/pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir dan


mengidentifikasi data untuk membedakan data normal dan patologis
dari hasil pengkajian khususnya pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat
b. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dengan memberikan
tujuan dari setiap tindakan yang direncanakan dengan tepat.
c. Melakukan tindakan sesuai standard an prosedur.
d. Melakukan evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan dari tindakan
yang telah dilakukan.
C. Manfaat
Manfaat dari laporan kasus ini, khususnya dalam memberikan asuhan
kebidanan terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Untuk Pembaca dan Penulis
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan mahasiswa, terutama dalam

mendeteksi secara klinis

tentang asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat dan
memperhatikan gejala klinis yang ada sehingga dapat memberikan
tindakan dan konseling yang adekuat dan dapat melakukan penulisan yang
berkaitan dengan masalah yang sama dengan menambah jumlah variabel
disamping variabel yang sudah ada.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi petugas kesehatan di lahan praktik dan dapat dijadikan
bahan masukan dan informasi, khususnya bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat.

3. Untuk Pendidikan
Bagi institusi diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menjadi
bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan dalam
pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat

supaya dapat di implementasikan oleh mahasiswa setelah menyelesaikan


pendidikan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan
menyesuaikan dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin.
Bayi baru lahir adalah organisme yang sedang tumbuh yang baru
kehidupan ekstra uteri.
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas segera secara spontan dan teratur setelah dilahirkan akibat
adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena
mudahnya terjadi gangguan atau masalah pada system tubuh yang akan
menjadi penyulit pada neonatus ini. Adapun penyulit yang dapat terjadi pada
masa neonatal ini yakni:
1. Perlukaan kelahiran (dapat timbul karena disebabkan oleh alat bantu saat
2.
3.
4.
5.

persalinan, misal: forcep dan vacum).


Asfiksia neonatorum.
Kelainan congenital.
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Adanya penyakit-penyakit dalam masa neonatal ini (mis: meningitis,
pneumonia, dll).
Oleh karena itu orang tua (terutama ibu) harus dapat menjaga anak dari

masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan
baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai msalah / penyulit yang
mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan
mengusai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan
yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit
atau masalah yang terjadi.
1. Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat

dan tidak memiliki masalah istimewa.

b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada

pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit,


tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'

frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis


berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
a. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir

lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum
2. Ada juga yang mengklasifikasikan asfiksia neonatorum menurut ringan

beratnya, yaitu bebang bayi asfiksia neonatorum dibagi dalam dua tingkat,
sebagai berikut :
a. Asfiksia Livida (Bebang Biru)
Dengan gejala warna kulit kebiru-biruan, tonus otot cukup tegang dan
denyut jantung cukup kuat, lebih dari 100/menit.
b. Asfiksia Palida (Bebang Putih)
Dengan gejala warna kulit putih, tonus otot lemas, dan denyut jantung
kurang dari 100/menit.
Namun saat ini, derajat ringan beratnya bebang bayi (asfiksia
neonatorum) lebih tepat dinilai dengan cara penilaian menurut APGAR.
Setelah dilahirkan satu menit diperiksa keadaan denyut jantung, pernapasan,
tonus otot, reaksi pengisapan dan warna kulit dinilai menurut APGAR, yang
kemudian ditentukan dengan menjumlah nilai-nilai APGAR tersebut, yaitu :
-

Nilai APGAR 4-6, disebut Asfiksia ringan-sedang. Biasanya didapatkan


frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau biru,
refleks masih ada.

Nilai APGAR 0-3, disebut Asfiksia berat. Didapatkan frekuensi jantung


kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, biru dan kadang-kadang pucat,
refleks rangsang tidak ada.

B. Etiologi
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
Penyebab Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran
pernafasan seperti laryngitis difteri, tumor laring, asma bronkiale, atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, pneumonia,
COPD.
Trauma mekanik, yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya
trauma yang mengakibatkan emboli, pneumotoraks bilateral, sumbatan atau
halangan pada saluran napas dan sebagainya. Emboli terbagi atas 2 macam,
yaitu emboli lemak dan emboli udara. Emboli lemak disebabkan oleh fraktur
tulang panjang. Emboli udara disebabkan oleh terbukanya vena jugularis
akibat luka.
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan,
misalnya barbiturate, narkotika.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Penyakit Kronis
Hipertensi, penyakit jantung
Gangguan aliran darah uterus dimana berkurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurang pula pengaliran oksigen ke
placenta dan demikian pula ke janin mengalami hipoksia yang
menyebabkan asfiksia neonatorum. Terjadi karena gangguan pertukaran
gas serta O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dan dalam menghilangkan CO2. gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kelainan pada ibu selama kehamilan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang
buruk, penyakit menahun seperti hipertensi dan penyakit jantung. Pada
keadaan ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan
oksigenterasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan
dengan gangguan fungsi placenta.
2. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu

Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau


anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
c. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya

aliran

darah

pada

uterus

akan

menyebabkan

berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini


sering ditemukan pada :
1) Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
3) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
3. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta
dan lain-lain.
4. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat
antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

5. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
a. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

6. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya

asfiksia terkait beberapa kondisi yang

berhubungan dengan kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, antara


lain adalah :
a. Penyakit ibu seperti diabetes, hipertensi dalam kehamilan, penyakit
hati dan ginjal serta penyakit kolagen dan pembuluh darah.
b. Factor janin seperti prematuritas, pertumbuhan janin terhambat/IUGR
dan cacat bawaan, serta
c. Proses persalinan dan melahirkan seperti gawat janin dengan atau
tanpa meconium dalam cairan keetuban, serta penggunaan anestesi dan
analgesik golongan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa factor resiko asfiksia neonatorum dengan
kategori-kategori antara lain: factor resiko antepartum, intrapartum dan
karakteristik janinnya.
Tabel Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum
Faktor Resiko
Faktor Resiko
Faktor Resiko Janin
-

Antepartum
Primipara

Intrapartum
Malpresentasi

Prematuritas

Demam saat

Partus lama

BBLR

kehamilan

Mekonium dalam

Pertumbuhan janin

Hipertensi dalam
kehamilan

air ketuban
-

Ketuban pecah

Anemia

Perdarahan

Induksi oksitosin

antepartum

Prolapse tali pusat

terhambat (IUGR)

dini

Riwayat kematian
neonates
sebelumnya

C. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin


pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi Primarg gasping yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme
dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung
akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang
adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru
sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami

10

gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh


berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
D. Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini:
1. DJJ lebih dari 100x/mnt/kurang dari l00x/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
lain.
4. Depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada
otot-otot jantung atau sel-sel otak.
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan.
7. Takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbs cairan paru-paru
atau nafas tidak teratur/megap-megap
8. Sianosis 9warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam pembuluh
darah.
9. Penurunan terhadap spinkters.
10. Pucat.
Penilaian APGAR Score

Frekuensi

0
Tidak ada

Skor APGAR
1
< 100 x/menit

Jantung
Usaha Bernafas
Tonus Otot

Tidak ada
Lumpuh

Lambat tak teratur


Ekstremitas agak

Tanda

2
> 100 x/menit
Menangis kuat
Gerakan aktif

fleksi

11

Refleks

Tidak ada

Gerakan sedikit

Gerakan

Warna Kulit

Biru/pucat

Tubuh kemerahan,

kuat/melawan
Seluruh tubuh

ekstremitas biru

kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE


d. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
e. Asfiksia ringan sedang (Nilai APGAR 4 6)
f. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 9
g. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
E. Komplikasi
Komplikasi dari asfiksia neonatorum meliputi berbagai organ yaitu:
1. Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan cerebral
palsy (CP)
2. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonates, perdaraha
paru, edema paru
3. Gastrointestinal: enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh
5. Hematologi: DIC

F. Gejala Dan Tanda


1. Pernafasan cepat
2. Pernafasan cuping hidung
3. Cyanosis
4. Nadi cepat
5. Nilai apgar kurang dari 6
G. Penatalaksanaan Klinis
Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.
Segera setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus

12

dicegah atau dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar


lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi
evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas
bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya
kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi
belum berusaha untuk nafas, rangsangan harus segera dikerjakan, dapat berupa
rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon
Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.
Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia adalah :
1. Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan
menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk
yang kering.
2. Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir
3. Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas
bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam
paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:
a. Ekstensi kepala dan lehert sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.
b. Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas
bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan
penghisap lendir Delee.
c. Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan
lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan
merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan
pernafasan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka
diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan
taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun
prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang
betul.
Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan
taktil, yaitu:

13

1. Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi.


Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami
depresi pernafasan yang ringan.
2. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada
punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan
kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang
ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok.
Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya
dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi,
dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.
H. Diagnosis

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan


ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan
Denyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160
denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar,
artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih
jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi sungsang
tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan
gangguan. Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi
untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang
dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin
dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya.
I. Prognosis

14

Asfiksia livida lebih baik dari pallida. Prognosis tergantung pada


kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak, bayi yang dalam keadaan
asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan kemungkinannya cacat mental
seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.
1. Asfiksia Ringan : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.
2. Asfikisia Berat

: Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama

kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai


koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi mental.
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik

BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan
Pada By. Ny. Dwi dengan Asfiksia Berat
Di Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura
I. Pengkajian Data

15

Hari/tanggal

: Selasa, 17 juli 2012

Jam

: 14.00 WITA

Tempat Pengkajian

: Ruang Perinatologi

Nama Mahasiswa

: Salwa

A. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
Nama

: By. Ny. Dwi Astuti

Tanggal/Jam Lahir

: 17 Juli 2012 / 14.00 WITA

Jenis Kelamin

: Perempuan

Orang Tua

Nama

Ayah
Tn. Mahmud

Ibu
Ny. Dwi Astuti

Umur

34 Tahun

29 Tahun

Suku/Bangsa

Banjar/Indonesia

Banjar/Indonesia

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

S1

S1

Pekerjaan

Swasta

Guru

Alamat

Jl. Bawahan Sebrang Rt. 2

Jl. Bawahan Sebrang Rt. 2

2. Keluhan Utama

Ibu

baru

melahirkan

seorang

bayi

perempuan dengan letak sungsang, ibu melahirkan secara normal dan


bayi tidak menangis serta terdapat lendir darah pada jalan nafas bayi.
3. Riwayat Prenatal

Kehamilan ke

: II

Tempat ANC

: Bidan

Imunisasi TT

: Lengkap

16

Obat-obatan yang diminum selama hamil

: Fe, Kalk,

Vit.C & B12

Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilan

Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil

No.
1.

Keluhan
Kurang nafsu

UK
Tindakan
2 bulan Terapi B12

: Baik

Oleh
Bidan

makan

Ket
Masalah
teratasi

4. Riwayat Intra Natal


-

Persalinan ke

: II

Tempat dan penolong persalinan

: Rumah sakit / oleh bidan

Masalah saat persalinan

: Letak sungsang

Cara persalinan

: Spontan presentasi bokong

Lama persalinan

Kala I

: + 8 jam

Kala II

: + 45 menit

Keadaan bayi saat lahir


Segera menangis/tidak

: Tidak menangis

BB lahir/PB lahir

: 2800 gram / 48 cm

Penilaian APGAR Score


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Aspek Yang Dinilai


Pernapasan
Denyut Jantung
Refleks
Tonus Otot
Warna Kulit
Total

1 Menit
1
1
0
0
0
2

5 Menit
1
1
0
0
1
3

10 Menit
1
1
1
0
1
4

5. Riwayat Kesehatan

17

a. Riwayat kesehatan bayi


Ibu mengatakan bahwa bayi lahir spontan dengan presentasi
bokong, bayi tidak menangis dan tampak biru
b. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan bahwa dari ibu ataupun keluarga tidak memiliki
penyakit keturunan seperti : Asma, Jantung, Diabetes Mellitus,
Penyakit menular seperti : Hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit
kronis lainnya.
6. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi
Umur Diberikan
Vitamin K
Segera setalah lahir

Tempat Pelayanan
Rumah sakit R. Perinatologi

Hepatitis B

BCG

Polio 1

Combo 1

Polio 2

Combo 2

Polio 3

Combo 3

Polio 4

Campak

7. Data Kebutuhan Biologis


-

Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman

: MP-PASI dan ASI

Frekuensi

: 2 Jam sekali

Banyaknya

: Sesuai umur bayi

Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi

: 1 kali/hari

Warna

: Hitam kehijauan

18

Konsistensi

: Lembek

Masalah

: Susah buang air besar

BAK

Frekuensi

: + 7 kali/hari

Warna

: Kuning jernih

Khas

: Pesing

Masalah

: Tidak ada

Kebutuhan Personal Hygiene


Frekuensi mandi

: 1 kali/hari

Frekuensi ganti pakaian

: Sesuai kebutuhan

Penggunaan popok anti tembus

: ya

8. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga


a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi

: Ibu senang

dengan kelahiran bayi


b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi

: Ibu merasa

cemas dengan keadaan bayinya


c. Pengambil keputusan dalam keluarga

: Suami

d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi

: Ibu

mengetahui bagaimana cara untuk merawat bayinya dari


pengalaman sebelumnya
e. Kebiasaan atau ritual dalam keluarga berkaitan dengan kelahiran

dan perawatan bayi

: Tasmiah dan Aqiqah

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum

: Lemah

b. Kesadaran

: Somnolen

c. Tanda vital

: Nadi

= 130 kali/menit

Pernapasan = 60 kali/menit
Suhu

= 360C

19

2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan

: 2800 gram

b. Panjang Badan

: 48 cm

c. Lingkar Kepala
-

Circumferentio sub occipito bregmatika

: 33 cm

Circumferentio fronto occypitalis

: 34 cm

Circumferentio mento occypitalis

: 36 cm

d. Lingkar Dada

: 33 cm

e. Lingkar Perut

: 26 cm

f. LILA

: 9 cm

g. Lingkar Kaki

: 11 cm

3. Pemeriksaan khusus
-

Kepala

: Tidak tampak lecet, ubun-ubun datar,

sutura tidak tumpang tindih dan tidak tampak trauma persalinan


seperti : caput suksedeneum
-

Muka

: Bentuk simetris dan tidak tampak paralysis wajah

Mata

: Bentuk simetris dan posisi normal serta tidak

tampak ikterik tidak tampak oedem pada kelopak mata, dan terjadi
miosis pada pupil serta refleks membuka mata lemah.
-

Telinga

: Bentuk simetris dan posisi normal serta tidak ada

pengeluaran serumen
-

Hidung

Mulut

: Terdapat pernapasan cuping hidung


: Bibir tampak sianosis dan tidak tampak

kelainan kongenital seperti labiopalatokizis dan labiokizis


-

Leher

: Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan

kelenjar tyroid
-

Kulit

: Warna kulit tampak pucat dan sianosis

Dada

: Puting susu menonjol, terdapat retraksi dinding

dada dan terdapat pernapasan yang irregular.

20

Abdomen

: Tidak tampak perdarahan tali pusat atau tanda-

tanda infeksi dan tidak tampak benjolan


-

Ekstremitas : Bentuk simetris, jari-jari lengkap (tidak ada


sindaktil dan polidaktil), gerak tampak lemah, tampak sianosis
dan tidak ada fraktur

Genetalia

: Anus berlubang dan labia mayora serta labia

minora tampak membuka


4. Pemeriksaan Repleks Primitif
a. Refleks morro / refleks gerakan mendadak

:(+)

b. Refleks rooting / refleks menoleh

:(-)

c. Refleks grasping / refleks menggenggam

:(+)

d. Refleks sucking / refleks menghisap

:(-)

e. Refleks tonick neck / refleks mengankat kepala

:(-)

f. Refleks Babinsky / refleks digoreskan ditelapak kaki

:(-)

5. Pemeriksaan Perkembangan Bayi


a. Kemampuan bahasa bayi

: Menangis

b. Kemampuan motorik halus

: Tidak ada

c. Kemampuan motorik kasar

: Tidak ada

d. Adaptasi sosial

: Tidak ada

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Jumlah Leokosit
LED

:
Hasil

Satuan

17,4

gr%
3

12800

/mm

mm/jam

Normal
P= 13,5-18
W= 12,0-16
5000-10.000
P= 0-10
W= 0-15

21

Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Stb/Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Jumlah Trombosit
Jumlah Eritrosit
GOLDA

0
2
5
68
22
3

%
%
%
%
%
%

48

239.000

/mm3

4,91

/mm3

0-1 %
1-3 %
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
P= 40-48
W= 37-43
150.000440.000
P= 4,6-6,2
W= 4,6-5,4 juta

AB

b. Rontgen

: Tidak ada

c. CT Scan

: Tidak ada

d. USG

: Tidak ada

C. Assesment
a.

Diagnosa Kebidanan

: N. Aterm

BBLC SMK SPT Bokong dengan Asfiksia


Berat
b. Masalah

: Bayi sesak nafas

c. Kebutuhan

: Pemberian O2, Infus, dan perawatan BBL

D. Planning
Tindakan yang dilakukan dengan segera, meliputi:
1. Tindakan Umum
-

Meletakkan bayi ditempat yang hangat

Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir
mudah mengalir, dengan menghisap lendir menggunakan section.

22

Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak


memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tanda achiles. (Rangsangan Taktil).

Mempertahankan suhu tubuh.

Memberikan O2 Lpm, OGT dialirkan.

keluarga mengetahui tentang tindakan yang dilakukan oleh bidan.


2. Memberitahu keluarga tentang pemeriksaan umum pada bayi bahwa bayi
mengalmai masalah dengan hasil sebagai berikut:
Nadi

= 130 kali/menit

Pernapasan

= 60 kali/menit

Suhu

= 360C

keluarga mengetahui hasil pemeriksaan umum pada bayinya bahwa


bayinya dalam keadaan bermasalah.
3. Memberitahu keluarga tentang keadaan yang dialami oleh bayi saat ini
bahwa bayi mengalami asfiksia neonatorum dengan tingkat berat, dimana
itu merupakan kegawatdaruratan berupa depresi pernapasan yang berlanjut
sehingga menimbulkan berbagai komplikasi, dan bayi mengalami
kegagalan bernafas secara spontan dan teratur sesaat sesudah lahir.
keluarga mengetahui keadaan bayinya bahwa bayi mengalami asfiksia
tingkat berat.
4. Memberitahu keluarga tindakan apa yang akan dilakukan pada bayinya,
sebagai berikut:
Tindakan yang akan kami lakukan adalah pemasangan infus pada bayi dan
perawatan bayi di inkubator untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih lanjut.
keluarga bersedia bayinya untuk dilakukan perawatan dirumah sakit.

23

5. Melakukan pengukuran antropometri bahwa keadaan bayi dalam keadaan


normal dengan hasil sebagai berikut:
-

Berat Badan

= 2800 gram

Panjang Badan

= 48 cm

Lingkar Kepala

= 34 cm

Lingkar Dada

= 33 cm

Lingkar Perut

= 26 cm

Lingkar Lengan

= 9 cm

Lingkar Kaki

= 11 cm

keluarga mengetahui hasil pengukuran yang dilakukan oleh bidan dan


mengetahui bahwa keadaan bayinya dalam keadaan normal.
6. Memberikan terapi sesuai protab.
a. Memberikan Injeksi Neo K. 1 mg / IM
b. Memberikan Salep Mata Gentamycin
c. Memasang Infus D 10 % 8 tetes/menit
d. Memberikan Injeksi Cefotaxime 2 x 125 mg / IV
e. Memasang OGT pada bayi
keluarga mengetahui tentang terapi yang diberikan pada bayi oleh
bidan.
7. Melakukan perawatan bayi di incubator dan menjaga kehangatan pada
bayi
keluarga mengetahui dan bersedia bahwa bayinya dirawat di
incubator.
8. Memberikan support kepada keluarga untuk tidak terlalu cemas akan
keadaan bayi saat ini, dan yakinkan keluarga bahwa bayinya dapat
mengalami kesembuhan secara total.
keluarga senang atas support yang diberikan bidan.

24

9. Melakukan perawatan di rumah sakit.


a. Cek residu/ 6 jam
b. Observasi tanda-tanda vital, keadaan umum, infus, OGT dan
pemberian obat pada bayi
c. Memberi kehangatan dan menjaga PH
d. Memberi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene pada bayi
e. Melakukan kolaborasi dengan Tim Medis.
keluarga mengetahui dan menyetujui bayinya dilakukan perawatan oleh
tim medis.

Data Perkembangan
Bayi baru Lahir pada saat Rawat Inap
di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura
No. Hari/Tanggal/Jam
Data Klien
1.
Rabu, 18 Juli 2012 By. Ny. Dwi
pukul 08.00 WITA

Catatan Perkembangan
S=O = k/u lemah
T : 370C
RR : 70 kali/menit
HR : 140 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = lendir darah
O2 nasal Lpm
OGT dialirkan
BAB/BAK (-/1 kali)
BB = 2800 gram

25

2.

Kamis, 19 Juli
2012 / pukul 14.00
WITA

By. Ny. Dwi

A= N. aterm BBLC SMK Spt.


Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 2
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 3 x 1/5
amp
- Inj. Cefotaxime 2 x 150
mg
- Inf. D 10% 8 tetes/menit
Melakukan cek residu/OGT/6
jam
Memberikan O2 nasal Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=O = k/u lemah
Menangis (+), gerak (<) aktif
T : 36,10C
RR : 50 kali/menit
HR : 140 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = keruh
BAB/BAK (1 kali/1kali)
BB = 2700 gram
O2 nasal Lpm
OGT (+) dialirkan
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 3
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 3 x 1/5
amp
- Inj. Cefotaxime 2 x 150
mg
- Inf. D5 Ns + D40% 2

26

3.

Jumat, 20 Juli
2012 / pukul 20.00
WITA

By. Ny. Dwi

vial + ca. gluconas 10 cc


+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Melakukan cek residu/OGT/6
jam
Residu (+), Puasa (+)
Memberikan O2 nasal
Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=O = k/u lemah
Menangis (+), gerak (<) aktif
T : 36,20C
RR : 54 kali/menit
HR : 135 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = lendir
BAB/BAK (2 kali/3kali)
BB = 2600 gram
O2 nasal Lpm
OGT dialirkan
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 4
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 3 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Melakukan cek residu/OGT/6
jam
Residu (+), Puasa (+)
Memberikan O2 nasal

27

4.

Sabtu, 21 Juli 2012

By. Ny. Dwi

Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=-

By. Ny. Dwi

O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,90C
RR : 40 kali/menit
HR : 137 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = lendir
BAB/BAK ( - /2kali)
BB = 2700 gram
O2 nasal Lpm
OGT dialirkan
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 5
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 1 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Melakukan cek residu/OGT/6
jam
Residu (+), Puasa (+)
Memberikan O2 nasal
Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=-

pukul 08.00 WITA

5.

Minggu, 22 Juli
2012 / pukul 14.00
WITA

O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,50C
RR : 45 kali/menit

28

6.

Senin, 23 Juli 2012


Pukul 20.00 WITA

By. Ny. Dwi

HR : 130 kali/menit
Puasa ( - )
Mi-ASI (+) Refleks isap baik
Residu = ( - )
BAB/BAK ( - /2kali)
BB = 2750 gram
OGT (+) ditutup
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 6
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Cek residu /6 jam
Mi-ASI 1 cc : 1 cc Aqua/3 jam
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 1 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Menjaga PH dan kehangatan
S=O = k/u Baik
Menagis kuat, gerak aktif
T : 36,50C
RR : 40 kali/menit
HR : 132 kali/menit
Puasa ( - )
Mi-ASI (+)
Residu = ( - )
BAB/BAK ( 1 kali/2kali)
BB = 2750 gram
OGT (+) ditutup
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 7

29

7.

Selasa, 24 Juli
2012 / pukul 08.00
WITA

By. Ny. Dwi

P = Melakukan observasi keadaan


umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 1 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Cek residu /6jam
Residu (-)
Mi-ASI 3 cc : 1cc aqua /3 jam
Menjaga PH dan kehangatan
S=O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 360C
RR : 45 kali/menit
HR : 139 kali/menit
Puasa ( - )
Residu = ( - )
BAB/BAK ( 1 kali/3kali)
BB = 2750 gram
OGT off
Infus ( - )
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 8
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Obat per oral supramox
drop 3 x 0,5 ml
Menjaga PH dan kehangatan
Melatih bayi menetek pada
ibunya.
Memandikan bayi dan

30

8.

Rabu, 25 Juli 2012


Pukul 14.00 WITA

By. Ny. Dwi

Perawatan tali pusat


Pelepasan infus
S=O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,50C
RR : 40 kali/menit
HR : 135 kali/menit
BAB/BAK ( 1 kali/3kali)
BB = 2800 gram
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 9
P=
- Memberitahu ibu bahwa
bayi dalam keadaan baik
dan boleh pulang.
- Menganjurkan ibu untuk
tetap menjaga pola nutrisi
bayi dengan ASI.
- Menganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan pada
bayinya.
- Apabila terjadi tandatanda bahaya pada bayi
seperti demam, kejang
segera ke pelayanan
kesehatan terdekat untuk
memeriksakan keadaan
bayinya.
- Menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan
ulang 4 hari kemudian ke
dokter anak atau apabila
ada keluhan.
( pasien pulang )

31

BAB IV
PEMBAHASAN

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir

yang

mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan (Nanny, L, V.2010. Hal 102).
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum adalah dengan resusitasi
bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

32

Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir adalah memastikan saluran nafas
terbuka dengan meletakkan bayi dalam proses yang benar, menghisap mulut
kemudian hidung dan bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan
terbuka. Dilanjutkan dengan rangsangan taktil dan bila perlu lakukan ventilasi
tekanan positif. Terakhir, rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
By. Ny. Dwi melakukan perawatan di ruang perinatologi untuk
mendapatkan tindakan yang adekuat dengan pemberian terapi seperti :

Inj.

Kalmetason 3 x 1/5 amp, Inj. Cefotaxime 2 x 150 mg, Inf. D 10% 8 tetes/menit
dan OGT tetap dialirkan Lpm. Hal ini dilakukan pada hari kedua, untuk
selanjutnya pemberian terapi sama saja. Namun, cairan yang diberikan lewat
infus diganti dengan Inf. D5 Ns + D40% 2 vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc
dengan 8 tetes/menit. Mengingat pada cek residu didapatkannya lendir darah
beserta terjadinya penurunan berat badan, hingga hari ke 3. Yang tadinya berat
badan bayi 2800 gram menjadi 2600 gram. Namun pada umur bayi hari ke 6,
terapi diganti dengan Inj. Taxegram 2 x 150 mg
Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp. Sampai akhirnya berat badan bayi menjadi 2750 gram
pada hari ke 7, terapi yang diberikan hanya lewat cairan infus dan Inj. Taxegram 2
x 150 mg, Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp dan OGT ditutup.
Dan pada umur bayi 8 hari semua terapi dihentikan, infus dilepas. Tapi
tetap diberikan obat per oral supramox 3 x 0,5 drop untuk mencegah terjadinya
infeksi pada bayi selama proses pemulihan di ruang perawatan. Hingga bayi pada
umur ke 9 hari, di izinkan dokter untuk pulang.
Dalam pemberian nutrisi biologis diberikan pada hari ke 7 dengan Mi-ASI
3 cc : 1cc aqua /3 jam dan untuk selanjutnya, bayi diajrkan untuk menetek pada
ibunya.
Adapun obat-obatan berikut digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
Ulsikur merupakan suatu antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel
parietalis dan dengan demikian secara efektif menghambat sekresi asam lambung
dalam pemberian ini ditunjukkan dalam pengobatan ulkus duodenum aktif.

33

Penggunaan selektif dari cefotaxime pada neonatus dengan riwayat depresi


dan asfiksia neonatal dan suspect yang menunjukkan bakteri gram pada kultur
penyebab sepsis dan meningitis.
Taxegram diindikasikan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan
oleh strain-strain mikroorganisme yang sensitif pada kondisi seperti infeksi
saluran pernapasan bawah.
Dalam pelaksanaan asuhan pada bayi Ny. Dwi dengan asfiksia berat
dilakukan sesuai perencanaan yaitu pemasangan O2 liter, pemberian antibiotik
yaitu cefotaxime, dan bayi ditempatkan pada inkubator. Pada tahap evaluasi
setelah memberikan asuhan pada bayi dengan asfiksia berat diharapkan keadaan
umum bayi baik, pernafasan normal 40 -60 kali/menit, dan tidak terjadi hipotermi.
Pada bayi Ny. Dwi keadaan bayi sekarang, keadaan umum bayi baik,
pernafasan 40 kali/menit, tidak hipotermi. Maka tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek di lapangan.

BAB V
PENUTUP

Sebagai akhir dari penulisan laporan kasus ini, penulis menyajikan


kesimpulan dari Bab I hingga pembahasan pada Bab IV serta penulis juga
memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dengan hasil laporan kasus ini.
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan danteratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan tali pusat, atau

34

masalah

yang

mempengaruhi

kesejahteraan

bayi

selama

atau

sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).


Etiologinya dari beberapa faktor, faktor dari ibu, faktor tali pusat,
dan faktor dari bayi itu sendiri. Manifestasi Klinisnya adalah Distres
pernafasan (apnu atau megap-megap), detak jantung < 100x/menit,
refleks/respon bayi lemah, tonus otot menurun, serta warna kuit biru atau
pucat. Berdasarkan skor APGAR menit pertama, asfiksia pada neonatus
dibagi menjadi : Asfiksia ringan : skor APGAR 4-6, Asfiksia berat : skor
APGAR 0-3.
Tindakan yang lazim dikerjakan adalah dengan resusitasi. Tindakan
umum yang bisa dilakukan seperti pengawasan suhu, pembersihan jalan
nafas serta rangsangan untuk menimbulkan pernafasan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi asfiksia berat
memiliki dampak yang buruk dan total dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi cerebral palsi, retardasi mental IQ rendah dan lain-lain.
Walaupun angka prevelensinya rendah sekitar 1,4% dari jumlah kelahiran
normal tetapi merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas bagi bayi baru
lahir.
B. Saran
Berdasarkan hasil laporan kasus dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka sebagai penutup

dari

laporan kasus

ini penulis

memberikan beberapa saran antara lain :


1. Bagi Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan khususnya bidan harus lebih waspada dan tanggap
dengan adanya asfiksia neonatorum sehingga dapat segera diberi
penanganan.
2. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa lebih memahami, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat menangani asfiksia neonatorum dan Bagi
mahasiswa lain dapat melakukan pelaporan yang berkaitan dengan
masalah yang sama dengan menambah jumlah variabel disamping
variabel yang sudah ada.

35

3. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatan kehamilannya
(untuk ibu hamil) agar tidak terjadi asfiksia terhadap janinnya.
4. Bagi Pendidikan
Diperlukan upaya peningkatan penyuluhan (promosi) kesehatan
kepada masyarakat tentang tanda-tanda bahaya yang bisa terjadi pada
bayi baru lahir khusunya dengan asfiksia sehingga masyarakat tahu
tentang resiko tinggi pada insiden tersebut dan dapat mendeteksinya
secara dini.
5. Bagi Rumah Sakit
a.

Penjelasan tentang penyakit dan komplikasi


yang dapat timbul.

b.

Berikan pelayanan kesehatan secara tepat,


cepat & dalam keramahan.

36

Anda mungkin juga menyukai