PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia
janin rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab
utama mortalitas dan morbilitas bagi bayi baru lahir.
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi yang baru lahir yang
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur dalam satu menit pertama
setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
kompikasi, seperti diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia,
eritroblastosis fetais, kelahiran kurang bulan (kehamilan < 34 minggu),
kelahiran lewat bulan, plasenta previa, solusio plasenta, korioamnionitis,
hidramnion, dan oligohidramnion, gawat janin serta pemberian obat anestesi
atau narkotika sebelum kelahiran.(Ummu Harist, 2005).
Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena
mudahnya terjadi gangguan atau masalah pada system tubuh yang akan
menjadi penyulit pada neonatus ini.
Insiden asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0 1,5%
tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insiden asfiksia pada bayi matur
berkisar 0,5% sedang bayi prematur 0,6%. Di Indonesia prevelen asfiksia
berkisar 0,3% kelahiran (1998), atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi
dilahirkan dengan asfiksia berat (Abd. Sukadi dkk).
Kematian bayi merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan
masyarakat. Angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh angka kematian
perinatal. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah komplikasi perinatal
(dibawah usia 7 hari), infeksi pernapasan akut, dan diare. Sekitar sepertiga
kematian balita dan separuh kematian bayi terjadi pada masa perinatal
(dibawah usia 7 hari), yang berkaitan dengan layanan penting selama
kehamilan dan persalinan (Unicef, 2006).
Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab
kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,
kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah
yaitu sebesar 40,68%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi
adalah kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterus) dan kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir), yaitu 25,13%. Hal ini dapat diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada
masa perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes, 2005).
Oleh karena itu orang tua (terutama ibu) harus dapat menjaga anak dari
masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan
baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai masalah / penyulit yang
mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan
menguasai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan
yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit
atau masalah yang terjadi.
Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam masalah
ini adalah bagaimana caranya memberikan asuhan kebidanan terhadap bayi
baru lahir secara fisiologis maupun patologis khusunya dalam penanganan
bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan kasus ini mempunyai tujuan yaitu melakukan pengkajian
sesuai standar kompetensi mata kuliah Asuhan Neonatus dan Neonatal di
lahan praktik.
2. Tujuan Khusus
tentang asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat dan
memperhatikan gejala klinis yang ada sehingga dapat memberikan
tindakan dan konseling yang adekuat dan dapat melakukan penulisan yang
berkaitan dengan masalah yang sama dengan menambah jumlah variabel
disamping variabel yang sudah ada.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi petugas kesehatan di lahan praktik dan dapat dijadikan
bahan masukan dan informasi, khususnya bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat.
3. Untuk Pendidikan
Bagi institusi diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menjadi
bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan dalam
pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan
menyesuaikan dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin.
Bayi baru lahir adalah organisme yang sedang tumbuh yang baru
kehidupan ekstra uteri.
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas segera secara spontan dan teratur setelah dilahirkan akibat
adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena
mudahnya terjadi gangguan atau masalah pada system tubuh yang akan
menjadi penyulit pada neonatus ini. Adapun penyulit yang dapat terjadi pada
masa neonatal ini yakni:
1. Perlukaan kelahiran (dapat timbul karena disebabkan oleh alat bantu saat
2.
3.
4.
5.
masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan
baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai msalah / penyulit yang
mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan
mengusai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan
yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit
atau masalah yang terjadi.
1. Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat
lengkap.
b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum
2. Ada juga yang mengklasifikasikan asfiksia neonatorum menurut ringan
beratnya, yaitu bebang bayi asfiksia neonatorum dibagi dalam dua tingkat,
sebagai berikut :
a. Asfiksia Livida (Bebang Biru)
Dengan gejala warna kulit kebiru-biruan, tonus otot cukup tegang dan
denyut jantung cukup kuat, lebih dari 100/menit.
b. Asfiksia Palida (Bebang Putih)
Dengan gejala warna kulit putih, tonus otot lemas, dan denyut jantung
kurang dari 100/menit.
Namun saat ini, derajat ringan beratnya bebang bayi (asfiksia
neonatorum) lebih tepat dinilai dengan cara penilaian menurut APGAR.
Setelah dilahirkan satu menit diperiksa keadaan denyut jantung, pernapasan,
tonus otot, reaksi pengisapan dan warna kulit dinilai menurut APGAR, yang
kemudian ditentukan dengan menjumlah nilai-nilai APGAR tersebut, yaitu :
-
B. Etiologi
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
Penyebab Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran
pernafasan seperti laryngitis difteri, tumor laring, asma bronkiale, atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, pneumonia,
COPD.
Trauma mekanik, yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya
trauma yang mengakibatkan emboli, pneumotoraks bilateral, sumbatan atau
halangan pada saluran napas dan sebagainya. Emboli terbagi atas 2 macam,
yaitu emboli lemak dan emboli udara. Emboli lemak disebabkan oleh fraktur
tulang panjang. Emboli udara disebabkan oleh terbukanya vena jugularis
akibat luka.
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan,
misalnya barbiturate, narkotika.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Penyakit Kronis
Hipertensi, penyakit jantung
Gangguan aliran darah uterus dimana berkurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurang pula pengaliran oksigen ke
placenta dan demikian pula ke janin mengalami hipoksia yang
menyebabkan asfiksia neonatorum. Terjadi karena gangguan pertukaran
gas serta O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dan dalam menghilangkan CO2. gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kelainan pada ibu selama kehamilan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang
buruk, penyakit menahun seperti hipertensi dan penyakit jantung. Pada
keadaan ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan
oksigenterasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan
dengan gangguan fungsi placenta.
2. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
aliran
darah
pada
uterus
akan
menyebabkan
5. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
a. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
6. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya
Antepartum
Primipara
Intrapartum
Malpresentasi
Prematuritas
Demam saat
Partus lama
BBLR
kehamilan
Mekonium dalam
Pertumbuhan janin
Hipertensi dalam
kehamilan
air ketuban
-
Ketuban pecah
Anemia
Perdarahan
Induksi oksitosin
antepartum
terhambat (IUGR)
dini
Riwayat kematian
neonates
sebelumnya
C. Patofisiologi
10
Frekuensi
0
Tidak ada
Skor APGAR
1
< 100 x/menit
Jantung
Usaha Bernafas
Tonus Otot
Tidak ada
Lumpuh
Tanda
2
> 100 x/menit
Menangis kuat
Gerakan aktif
fleksi
11
Refleks
Tidak ada
Gerakan sedikit
Gerakan
Warna Kulit
Biru/pucat
Tubuh kemerahan,
kuat/melawan
Seluruh tubuh
ekstremitas biru
kemerahan
12
13
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
Pada By. Ny. Dwi dengan Asfiksia Berat
Di Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura
I. Pengkajian Data
15
Hari/tanggal
Jam
: 14.00 WITA
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi
Nama Mahasiswa
: Salwa
A. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
Nama
Tanggal/Jam Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Orang Tua
Nama
Ayah
Tn. Mahmud
Ibu
Ny. Dwi Astuti
Umur
34 Tahun
29 Tahun
Suku/Bangsa
Banjar/Indonesia
Banjar/Indonesia
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
S1
S1
Pekerjaan
Swasta
Guru
Alamat
2. Keluhan Utama
Ibu
baru
melahirkan
seorang
bayi
Kehamilan ke
: II
Tempat ANC
: Bidan
Imunisasi TT
: Lengkap
16
: Fe, Kalk,
No.
1.
Keluhan
Kurang nafsu
UK
Tindakan
2 bulan Terapi B12
: Baik
Oleh
Bidan
makan
Ket
Masalah
teratasi
Persalinan ke
: II
: Letak sungsang
Cara persalinan
Lama persalinan
Kala I
: + 8 jam
Kala II
: + 45 menit
: Tidak menangis
BB lahir/PB lahir
: 2800 gram / 48 cm
1 Menit
1
1
0
0
0
2
5 Menit
1
1
0
0
1
3
10 Menit
1
1
1
0
1
4
5. Riwayat Kesehatan
17
Tempat Pelayanan
Rumah sakit R. Perinatologi
Hepatitis B
BCG
Polio 1
Combo 1
Polio 2
Combo 2
Polio 3
Combo 3
Polio 4
Campak
Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman
Frekuensi
: 2 Jam sekali
Banyaknya
Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi
: 1 kali/hari
Warna
: Hitam kehijauan
18
Konsistensi
: Lembek
Masalah
BAK
Frekuensi
: + 7 kali/hari
Warna
: Kuning jernih
Khas
: Pesing
Masalah
: Tidak ada
: 1 kali/hari
: Sesuai kebutuhan
: ya
: Ibu senang
: Ibu merasa
: Suami
: Ibu
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
: Lemah
b. Kesadaran
: Somnolen
c. Tanda vital
: Nadi
= 130 kali/menit
Pernapasan = 60 kali/menit
Suhu
= 360C
19
2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan
: 2800 gram
b. Panjang Badan
: 48 cm
c. Lingkar Kepala
-
: 33 cm
: 34 cm
: 36 cm
d. Lingkar Dada
: 33 cm
e. Lingkar Perut
: 26 cm
f. LILA
: 9 cm
g. Lingkar Kaki
: 11 cm
3. Pemeriksaan khusus
-
Kepala
Muka
Mata
tampak ikterik tidak tampak oedem pada kelopak mata, dan terjadi
miosis pada pupil serta refleks membuka mata lemah.
-
Telinga
pengeluaran serumen
-
Hidung
Mulut
Leher
kelenjar tyroid
-
Kulit
Dada
20
Abdomen
Genetalia
:(+)
:(-)
:(+)
:(-)
:(-)
:(-)
: Menangis
: Tidak ada
: Tidak ada
d. Adaptasi sosial
: Tidak ada
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Jumlah Leokosit
LED
:
Hasil
Satuan
17,4
gr%
3
12800
/mm
mm/jam
Normal
P= 13,5-18
W= 12,0-16
5000-10.000
P= 0-10
W= 0-15
21
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Stb/Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Jumlah Trombosit
Jumlah Eritrosit
GOLDA
0
2
5
68
22
3
%
%
%
%
%
%
48
239.000
/mm3
4,91
/mm3
0-1 %
1-3 %
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
P= 40-48
W= 37-43
150.000440.000
P= 4,6-6,2
W= 4,6-5,4 juta
AB
b. Rontgen
: Tidak ada
c. CT Scan
: Tidak ada
d. USG
: Tidak ada
C. Assesment
a.
Diagnosa Kebidanan
: N. Aterm
c. Kebutuhan
D. Planning
Tindakan yang dilakukan dengan segera, meliputi:
1. Tindakan Umum
-
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir
mudah mengalir, dengan menghisap lendir menggunakan section.
22
= 130 kali/menit
Pernapasan
= 60 kali/menit
Suhu
= 360C
23
Berat Badan
= 2800 gram
Panjang Badan
= 48 cm
Lingkar Kepala
= 34 cm
Lingkar Dada
= 33 cm
Lingkar Perut
= 26 cm
Lingkar Lengan
= 9 cm
Lingkar Kaki
= 11 cm
24
Data Perkembangan
Bayi baru Lahir pada saat Rawat Inap
di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura
No. Hari/Tanggal/Jam
Data Klien
1.
Rabu, 18 Juli 2012 By. Ny. Dwi
pukul 08.00 WITA
Catatan Perkembangan
S=O = k/u lemah
T : 370C
RR : 70 kali/menit
HR : 140 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = lendir darah
O2 nasal Lpm
OGT dialirkan
BAB/BAK (-/1 kali)
BB = 2800 gram
25
2.
Kamis, 19 Juli
2012 / pukul 14.00
WITA
26
3.
Jumat, 20 Juli
2012 / pukul 20.00
WITA
27
4.
Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=-
O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,90C
RR : 40 kali/menit
HR : 137 kali/menit
Puasa ( + )
Residu = lendir
BAB/BAK ( - /2kali)
BB = 2700 gram
O2 nasal Lpm
OGT dialirkan
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 5
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 1 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Melakukan cek residu/OGT/6
jam
Residu (+), Puasa (+)
Memberikan O2 nasal
Lpm
Menjaga PH dan kehangatan
S=-
5.
Minggu, 22 Juli
2012 / pukul 14.00
WITA
O = k/u Baik
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,50C
RR : 45 kali/menit
28
6.
HR : 130 kali/menit
Puasa ( - )
Mi-ASI (+) Refleks isap baik
Residu = ( - )
BAB/BAK ( - /2kali)
BB = 2750 gram
OGT (+) ditutup
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 6
P = Melakukan observasi keadaan
umum
Cek residu /6 jam
Mi-ASI 1 cc : 1 cc Aqua/3 jam
Memberikan terapi sesuai
jadwal
- Inj. Kalmetason 1 x 1/5
amp
- Inj. Taxegram 2 x 150 mg
- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp
- Inf. D5 Ns + D40% 2
vial + ca. gluconas 10 cc
+ KCl 5 cc dengan 8
tetes/menit
Menjaga PH dan kehangatan
S=O = k/u Baik
Menagis kuat, gerak aktif
T : 36,50C
RR : 40 kali/menit
HR : 132 kali/menit
Puasa ( - )
Mi-ASI (+)
Residu = ( - )
BAB/BAK ( 1 kali/2kali)
BB = 2750 gram
OGT (+) ditutup
A= N. aterm BBLC SMK Spt.
Bokong dengan Asfiksia Berat
Hr. 7
29
7.
Selasa, 24 Juli
2012 / pukul 08.00
WITA
30
8.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan (Nanny, L, V.2010. Hal 102).
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum adalah dengan resusitasi
bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
32
Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir adalah memastikan saluran nafas
terbuka dengan meletakkan bayi dalam proses yang benar, menghisap mulut
kemudian hidung dan bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan
terbuka. Dilanjutkan dengan rangsangan taktil dan bila perlu lakukan ventilasi
tekanan positif. Terakhir, rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
By. Ny. Dwi melakukan perawatan di ruang perinatologi untuk
mendapatkan tindakan yang adekuat dengan pemberian terapi seperti :
Inj.
Kalmetason 3 x 1/5 amp, Inj. Cefotaxime 2 x 150 mg, Inf. D 10% 8 tetes/menit
dan OGT tetap dialirkan Lpm. Hal ini dilakukan pada hari kedua, untuk
selanjutnya pemberian terapi sama saja. Namun, cairan yang diberikan lewat
infus diganti dengan Inf. D5 Ns + D40% 2 vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc
dengan 8 tetes/menit. Mengingat pada cek residu didapatkannya lendir darah
beserta terjadinya penurunan berat badan, hingga hari ke 3. Yang tadinya berat
badan bayi 2800 gram menjadi 2600 gram. Namun pada umur bayi hari ke 6,
terapi diganti dengan Inj. Taxegram 2 x 150 mg
Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp. Sampai akhirnya berat badan bayi menjadi 2750 gram
pada hari ke 7, terapi yang diberikan hanya lewat cairan infus dan Inj. Taxegram 2
x 150 mg, Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp dan OGT ditutup.
Dan pada umur bayi 8 hari semua terapi dihentikan, infus dilepas. Tapi
tetap diberikan obat per oral supramox 3 x 0,5 drop untuk mencegah terjadinya
infeksi pada bayi selama proses pemulihan di ruang perawatan. Hingga bayi pada
umur ke 9 hari, di izinkan dokter untuk pulang.
Dalam pemberian nutrisi biologis diberikan pada hari ke 7 dengan Mi-ASI
3 cc : 1cc aqua /3 jam dan untuk selanjutnya, bayi diajrkan untuk menetek pada
ibunya.
Adapun obat-obatan berikut digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
Ulsikur merupakan suatu antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel
parietalis dan dengan demikian secara efektif menghambat sekresi asam lambung
dalam pemberian ini ditunjukkan dalam pengobatan ulkus duodenum aktif.
33
BAB V
PENUTUP
34
masalah
yang
mempengaruhi
kesejahteraan
bayi
selama
atau
dari
laporan kasus
ini penulis
35
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatan kehamilannya
(untuk ibu hamil) agar tidak terjadi asfiksia terhadap janinnya.
4. Bagi Pendidikan
Diperlukan upaya peningkatan penyuluhan (promosi) kesehatan
kepada masyarakat tentang tanda-tanda bahaya yang bisa terjadi pada
bayi baru lahir khusunya dengan asfiksia sehingga masyarakat tahu
tentang resiko tinggi pada insiden tersebut dan dapat mendeteksinya
secara dini.
5. Bagi Rumah Sakit
a.
b.
36