Anda di halaman 1dari 21

Abstrak: Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan

masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar,
menyerap anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada
sektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi
bahkan internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya. Campak dan
diare adalah dua penyakit yang pada umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak
ditangani dengan baik dan dideteksi secara dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar.
Dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, melaporkan hasil data cakupan program pelayanan kesehatan.
Kata kunci: KLB, campak, diare, penyelidikan epidemiologi

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,yang pada
hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan
oleh manusia yang cerdas dan sehat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh tersedianya sumber-daya manusia yang sehat, trampil dan ahli, serta
memiliki perencanaan kesehatan dan pembiayaan terpadu dengan justifikasi kuat dan logis
yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Sejalan dengan pesatnya
perkembangan IPTEK serta majunya sarana transportasi akan mempengaruhi gaya hidup,
kondisi lingkungan dan perkembangan berbagai pola penyakit, terutama penyakit menular
yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) serta penyakit-penyakit tidak menular
yang terkait dengan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat. Berbagai penyakit yang semula
tidak menjadi masalah disuatu wilayah dengan cepat akan menjadi masalah di wilayah yang
lain atau sebaliknya.Salah satu masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah Kejadian Luar
Biasa. KLB adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan
peristiwa peningkatan suatu penyakit.

Page | 1

PENGERTIAN KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) didefinisikan sebagai timbulnya dan/atau meningkatnya suatu
kejadian kesakitan dan /atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompokpenduduk dalam kurun waktu tertentu (undang-undang wabah, 1969). Pengertian
secara epidemiologi dimaksudkan apakah terjadi peningkatan frekuensi kasus dalam arti
epidemiologi deskriptif yaitu menurut waktu, tempat dan orang. Berbeda dengan KLB,
wabah harus mencakup frekuensi kasus yang tinggi, daerah yang luas dan periode waktu
yang lebih lama dengan dampak yang ditimbulkan lebih berat.1
Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP
Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
dinyatakan:

Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan
yang lazim pada wilayah dan periode tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

KLB

(kejadian

luar

biasa)

adalah

timbulnya

atau

meningkatnya

kejadian

morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah dan


periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91):
Suatu kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:1
a. Timbulnya suatu penyakit/menular sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit / kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih,
bila dibandingkan dengan angka rata-rata pebulan dalam tahun sebelumnya.
e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
f. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR periode sebelumnya.
Faktor Risiko
Page | 2

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :


Pada usia 4 bula bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. Hal ini akan meningkatkab
risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat
kekbalan terhadap infeksi.
Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan meningkatkan
risiko pencemaran kiman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman
akan cepat berkembang bila susu tidak segera diminum.
Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan
makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat
baik bagi perkembangan mikroba.
Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar (BAB)
akan memungkinkan kontaminasi langsung.
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan seseorang beresiko menderita campak :
Tidak menerima vaksinasi. Orang yang belum menerima vaksin untuk campak jauh lebih
mungkin untuk menderita penyakit campak.
Melakukan perjalanan internasional. Orang yang tidak menerima vaksin yang melakukan
perjalanan ke Negara Negara berkembang yang kasus campak sangat tinggi
Kekurangan vitamin A. Orang yang tidak punya cukup vitamin A dalam diet mereka lebih
mungkin untuk menderita campak dan memiliki gejala yang lebih parah.

Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)


Sebagian KLB tergolong dalam letusan kejadian yang bersumber dari makanan/minuman dan
air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau kejadian yang tak diketahui sebabsebabnya. Menurut Undang-Undang wabah Kejadian Luar Biasa digolongkan sebagai
berikut:
a. Menurut penyebabnya:
-

Toxin

Infeksi

Toxin Biologis

Toxin Kimia
Page | 3

b. Menurut Sumbernya:
-

Sumber dari manusia, seperti jalan

nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni,

muntahan dan lain-lain


-

Bersumber dari kegiatan manusia, seperti toxin biologis dan kimia (pembuangan
tempe bongkrek, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan asin dengan racun).

Bersumber binatang, seperti binatang

piaraan, ikan, binatang mengerat. Contoh

penyakit: salmonella, cacing dan parasit lainnya.


-

Bersumber dari serangga, seperti lalat, kecoa, dan sebagainya.

Bersumber dari udara seperti streptococcus, pencemaran udara dan lain-lain

Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat , misalnya salmonella

Bersumber dari air, seperti vibrio cholera, salmonella

Bersumber dari makanan/minuman, seperti keracunan singkong, jamur makanan


kaleng.

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Penyelidikan epidemiologi berkaitan dengan input, proses, output, dan efek. Input berkaitan
dengan jenis dan sumber data. Data yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi:
Data umum, meliputi jumlah penduduk, jumlah kelahiran, kesakitan, kematian, luas
wilayah, mata pencaharian, dan sebagainya. Pada kasus 1, data umum diperoleh dari
monografi Kecamatan Bojong Gede.
Data penduduk sasaran yang disesuaikan dengan program yang dibina. Pada kasus
campak, sasaran program imunisasi campak adalah balita. Pada kasus diare, sasaran
program kesehatan lingkungan adalah wilayah Kecamatan Bojong Gede.
Data sumber daya berupa sarana, dana, dan tenaga.
Data cakupan program adalah jumlah penduduk yang mendapat pelayanan di wilayah
kerja Puskesmas.
Setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah dan dianalisa. Hal ini disebut proses. Di
tingkat pelaksana program (misalnya di Puskesmas), pengolahan data hanya dilakukan
sampai dengan analisis data sesuai dengan kegiatan program pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di tempat tersebut. Untuk program pelayanan kesehatan terpadu, cakupan yang
dihitung, antara lain:

Page | 4

Cakupan KIA dianalisis melalui perhitungan jumlah kunjungan baru ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan anak balita dibagi dengan jumlah ibu hamil, ibu menyusui, bayi, atau
anak balita sebagai penduduk sasaran.

Cakupan gizi berupa hasil bagi antara jumlah balita yang datang dan ditimbang (D)
dengan jumlah semua balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S). Selain perhitungan
D/S tersebut, masih ada perhitungan lain yang dapat dipakai untuk menghitung cakupan
gizi. Hasil D/S ini dipakai untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat. Rumus
perhitungan: Cakupan Gizi = (Jumlah D : Jumlah S) x 100%

Cakupan imunisasi adalah hasil pencapaian kegiatan imunisasi (bagian program P2M),
dengan membandingkan jumlah penduduk yang telah diberikan imunisasi DPT1, polio 3,
campak, BCG, dan TT2 dengan jumlah masing-masing penduduk sasaran imunisasi.
Penduduk sasaran untuk imunisasi TT adalah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS),
dan penduduk sasaran untuk imunisasi dasar adalah bayi yang berumur 3 12 bulan.
Berdasarkan kasus 1, hasil cakupan imunisasi Kecamatan Bojong Gede sebesar 45%
masih rendah apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam buku
stratifikasi Puskesmas 1987, yaitu 80%. Contoh analisis cakupan kegiatan imunisasi
campak yang didasarkan pada buku catatan imunisasi didistribusikan berdasarkan tempat
(bagaimana penyebaran cakupan imunisasi campak di tiap-tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas?), waktu (bagaimana penilaian hasil cakupan setiap bulan, triwulan, atau
enam bulan? kapan terjadi penurunan hasil cakupan atau kapan cakupan yang terendah?),
dan orang: (kelompok penduduk yang mana cakupan imunisasinya terendah). Hal ini
dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan, pendidikan penduduk (sosial ekonominya) di
suatu wilayah atau yang lainnya. Rumus perhitungan:
o

Cakupan Imunisasi TT = (Jumlah bumil yang mendapat TT : Jumlah semua bumil) x 100%

Cakupan Imunisasi Dasar = (Jumlah bayi yang diimunisasi : Jumlah semua bayi) x 100%

Cakupan Imunisasi Campak = (Jumlah bayi yang diimunisasi campak : Jumlah semua bayi) x
100%

Cakupan program penanggulangan diare dianalisis dengan menghitung jumlah balita


yang menderita diare atau mencret dan mendapat pengobatan garam oralit dibagi dengan
semua balita yang menderita diare. Jumlah balita yang menderita didapatkan dari laporan
kader, kunjungan balita di posyandu, atau puskesmas. Laporan kejadian diare memang
leboh sukar didapatkan karena tidak semua penderita berobat kepada petugas Puskesmas
(provider), sehingga sering dipakai angka perkiraan berdasarkan besarnya angka insiden
Page | 5

diare di suatu wilayah. Sedangkan kasus yang berobat atau yang memperoleh oralit
dicatat dalam laporan mingguan puskesmas atau laporan posyandu. Rumus perhitungan:
Cakupan Diare = (Jumlah balita diare yang diobati : Jumlah semua balita yang diare) x 100%

SURVEILLANCE
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu
definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi
serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya

kegiatan

pengumpulan dan pengolahan data.


Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi

yang

terintegrasi

antara

unit-unit

penyelenggara

surveilans

dengan

laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program
kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota,
Propinsi dan Pusat.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional
masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan
tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan
antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan
yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan fisik dan mental.
1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Page | 6

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor
resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko
untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadapa masalah kesehatan dan faktor
resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan fisik dan mental
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap maslah kesehatan dan faktor
resiko untuk upaya mendukung program kesehatan fisik-mental.2
EPIDEMIOLOGI
Dalam bidang epidemiologi, terdapat tiga model yang dikenal, yaitu segitiga epidemiologi,
jaring-jaring sebab akibat, dan roda. Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar yang
terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai digunakan di dunia. Segitiga epidemiologi
yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
Agent-Host-Environment (AHE)
Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan konsep
berbagai permasalahan kesehatan, termasuk terjadinya penyakit.

Gambar 1. Model Segitiga Epidemiologi


Sumber: Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi commnity oriented ke
family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 253 61

A. HOST (pejamu)3,4,5

Page | 7

Yang dimaksud dengan faktor pejamu ialah semua faktor yang terdapat pada diri manusia
yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut
banyak macam, antara lain:
Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal pelbagai macam penyakit yang dapat diturunkan
seperti misalanya penyakit alergis, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit
kelainan darah.
Mekanisme pertahanan tubuh
Secara umum mekanisme pertahanan tubuh dapat dibedakan atas 2 macam yakni
pertahanan tubuh umum dan pertahan tubuh khusus. Jika kedua pertahanan tubuh ini
baik, tentu dalam batas-batas tertentu beberapa jenis penyakit akan dapat diatasi.
Umur
Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur
tertentu saja. Misalnya penyakit campak, polio dan dipteri yang banyak ditemukan
pada anak.
Jenis kelamin
Beberapa jenis penyakit tertentu hanya pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya
tumor prostat yang ditemukan pada laki laki sedangkan tumor leher rahim ditemukan
pada wanita.
Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu,
seperti misalnya penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.

Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit
ketegangan jiwa daripada bawahan atau karyawan lainnya.
Kebiasaan kebiasaan hidup
seseorang yang biasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah terkena penyakit
infeksi daripada sebalaiknya.
Keadaan fisiologis tubuh
Kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.
Tingkah laku (behavior)
Page | 8

Gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.
B. AGENT (bibit penyakit)3,4,5
Yang dimaksud dengan bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang
kehadirannya atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan
suatu penyakit. Substansi dan element yang dimaksud banyak macamnya, yang secara
sederhana dapat dikelompokkan dalam 5 macam yakni:
Golongan nutrient.
Yang dimaksud dengan golongan nutrient adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melangsungkan fungsi kehidupan.
Golongan kimia
Adalah zat kimia yang ditemukan dalam (exogenous chemical substance) dan atau zat
kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance)
Golongan fisik
Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bisisng,
kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis dpat menimbulkan
pelabagai macam penyakit.
Golongan mekanik
Sama seperti golongan fisisk. Bedanya, pada golonga mekanik unsure capur tangan
manusia lebih banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan
dan lain sebagainya.
Golongan biologic

Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologic dapat berupa jasat renic (micro
organisme) dan atau yang bukan jasat renik baik yang berasal dari hewan atau yang
berasala dari tumbuh- tumbuhan. Misalnya: protozoa, bakteri, virua, jamur, metazoan
(arthropoda dan helminthes).
Jika penyakit penyakit tergolong dalam kelompok biotis, maka penyakit yang ditimbulkan
disebut dengan nama penyakit infekasi (infectious diseases). Penyakit infeksi ini ada yang
bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula yang tidak bersifat menular (non
communicable desease). Berat ringannya suatu penyakit infeksi yang dialami ditentukan oleh
sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat dibedakan 4 macam:
1. Patogenisiti
Page | 9

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul
penyakit. Jika kemampuan ini tidak dimiliki, penyakit tidak akan muncul.
2. Virulensi
Yang dimaksud dengan virulensi ialah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang
ditimbulkan, maka bibit penyakit tersebut termasuk dalam golongan bibit penyakit yang
virulen.
3. Antigenesiti
Kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antigen)
pada diri pejamu. Apabila antigen ini banyak dihasilkan, maka bibit penyakit memiliki
antigenisitas yang tinggi.
4. Infektiviti
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, berkembang biak
dan bertempat tinggal dalam diri pejamu.
C. LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)3,4,5
Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruhpengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara
umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:
Lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat
disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi

Lingkungan non- fisik


Ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia. Misalnya
social budaya, norma, nilai dan adat istiadat.
Peran lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacammacam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental
reservoir).
Penyebab
Page | 10

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :5


1) Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
2) Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp (1-2%), Vibri cholera, dll
3) Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium (4-11%)
4) Keracuanan makanan
5) Malabsorbsi.
6) Alergi : makanan, susu sapi.
7) Imunodefisiensi : AIDS
PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu
kejadian luar biasa yang sedang terjadi. 1 Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap atau waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data
kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai
upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data
untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.

Gambar 2. Program Penangggulangan KLB


Sumber: Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 949/Menkes/SK/VIII/2004. Pedoman penyelengaraan
sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa. Agustus 2004.

Page | 11

Tahapan penanggulangan KLB, yaitu:


1. Isolasi Kasus
Untuk mengisolasi kasus, kita harus mengetahui penyakit apa yang mengalami peningkatan
angka kesakitan atau kematian dalam suatu wilayah. Untuk mengetahui jenis penyakit, kita
harus dapat mengenal cepat gejala dari tiap penyakit, yaitu:
Campak
Demam merupakan gejala khas dari campak. Demam timbul secara bertahap dan meningkat
sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu
menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24 48 jam pertama diikuti dengan turunya
suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan
suhu tubuh yang cepat mencapai 40oC pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh.
Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya
dicari gejala Kopliks spot.7 Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Kopliks spot yang
merupakan tanda patognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. 6 Lesi ini telah
didiskripsi oleh Koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil
berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan.
Timbulnya Kopliks spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar
terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis.
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam
dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping atas
leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian
menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke
ekstremitas atas, dada, daerah perut, dan punggung mencapai kaki pada hari ketiga. Setelah
tiga atau empat hari, lesi yang tersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Dengan
menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman
atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna
keputihan.
Diare
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi toksin akan
menyebabkan diare sekretorik dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai atau
tanpa nyeri (kejang perut), dengan feses lembek/cair.8 Umumnya gejala diare sekretorik
Page | 12

timbul dalam beberapa jam setelah makan/minum yang terkontaminasi. Diare sekretorik yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan
seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, serta suara
menjadi serak. Sedangkan kehilangan karbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Gangguan
kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda
denyut nadi yang cepat (>120/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur. Bakteri
yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut diare inflamasi dengan gejala mual,
muntah, dan demam yang tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus, diare yang disertai lendir dan
darah.
2. Mengobati Kasus
Pada kasus Campak, pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik, yaitu antipiretik bila
suhu tinggi, sedatif, obat antitusif, dan memperbaiki keadaan umum dengan memperhatikan
asupan cairan dan kalori serta pengobatan terhadap komplikasi.

Pada kasus Diare, ada tiga tahapan penatalaksanaan, yaitu:


Rehidrasi oral
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima di seluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk diare. Larutan
rehidrasi yang optimal harus dapat mengganti air, natrium, kalium, dan bikarbonat, dan
larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik.10 Penambahan glukosa ke dalam
larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kotransportasi natrium
yang digabungkan dengan glukosa, yang maksimal apabila konsentrasi glukosa tidak
lebih daripada 110 sampai 140 mmol/L. 10 Kontraindikasi pemakaian TRO adalah syok,
volume tinja lebih dari 10 mL/kg/jam, ileus, atau intoleransi monosakarida.
Pemulihan diet

Page | 13

Setelah rehidrasi yang adekuat tercapai, masalah berikutnya yang perlu diatasi adalah
pemulihan makanan yang normal sesuai usia. Pilihan makanan awal mungkin mencakup
makanan yang mudah diserap, misalnya nasi dan mi gandum serta makanan
komplementer, seperti pisang (yang banyak mengandung kalium).10
Obat antidiare
Terdapat tiga kategori obat diare, yaitu obat intralumen, antimotilitas, dan antisekretorik.
Obat intralumen yang paling luas digunakan adalah suspensi tanah liat atau silikat yang
berfungsi sebagai adsorben (penyerap). Opiat, termasuk paregorik serta obat sintetik,
seperti kodein, difenoksilat, dan loperamid sering digunakan sebagai obat antimotilitas
untuk pengobatan diare ringan pada orang dewasa sehingga karena efek sampingnya
jangan digunakan pada anak-anak. Okteotrid sangat efektif dalam menghambat diare
sekretorik yang berkaitan dengan tumor penghasil hormon dan dalam mengurangi volume
diare akibat AIDS.10
3. Pencegahan Kasus
Ada tingkat pelaksanaan tindakan pencegahan dalam pengendalian penyakit, yaitu:
Pencegahan primer, tujuannya untuk mencegah awitan suatu penyakit selama masa
prapatogenesis. Pencegahan primer meliputi health promotion dan spesific protection.
Health promotion merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih
sehat sehingga tidak menjadi sakit, seperti perilaku sehat (cuci tangan sebelum makan),
olahraga, kebersihan lingkungan, dll). Spesific protection merupakan tindakan preventif
yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga tidak sakit dengan menggunakan suatu
alat pelindung khusus, seperti melakukan vaksinasi terhadap penyakit tertentu.
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.11 Program imunisasi nasional dikenal
sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau expanded program on
immunisation (EPI) dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977.12 Program PPI
merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen
internasional, yaitu universal child immunisation (UCI). Target UCI 80-80-80 merupakan
tujuan antara (intermediate goal), yang berarti cakupan imunisasi unutk BCG, DPT, polio,
campak, dan hepatitis B harus mencapai 80%, baik di tingkat nasional, propinsi, dan
kabupaten bahkan di setiap desa.12 Pada kasus 1, cakupan imunisasi dasar masih rendah

Page | 14

yaitu sebesar 60 dari target 90 persen, terutama imunisasi campak baru mencapai 45%.
Maka tidak heran terjadi KLB campak di Kecamatan Bojong Gede.

Gambar 3. Jadwal imunisasi

Pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit sebelum
penyakit itu berkembang dan disabilitas menjadi parah. Salah satu tindakan pencegahan
sekunder yang paling penting adalah skrinning kesehatan. Tujuan skrinning ini bukan
untuk mencegah terjadinya tetapi lebih untuk mendeteksi keberadaannya selama masa
patogenesis awal, sehingga intervensi (pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas
dapat dilakukan.
Pencegahan tersier bertujuan untuk melatih kembali, mendidik kembali, dan
merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan pencegahan
tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya masa patogenesis.
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
a. Program wajib antara lain:

Promosi Kesehatan (Promkes)


1. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
2. Sosialisasi Program Kesehatan
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Page | 15

Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :


1. Surveilens Epidemiologi
2. Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS
(Infeksi Menular Seksual), Rabies

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


1. ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
2. Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

Upaya Peningkatan Gizi


1. Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

Kesehatan Lingkungan :
1. Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air
minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah
2. Survey Jentik Nyamuk
Air
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah
dimasak (Peraturan Mentri Kesehatan No. 416 Tahun 1990) menurut UNICEF
2007, air minum terlindung adalah air ledeng, keran umum, air hujan atau mata
air dan sumur tertutup yang jaraknya 10 meter dari pembuangan kotoran dan
pembuangan sampah. Sumber air tidak terlindung termasuk air dari penjual
keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air yang tidak
terlindung. Hubungan diare dengan air dimana air yang telah tercemar kotoran
baik dari sampah, tinja maupun kotoran hewan.
Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh
adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin
banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya
bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning , air buangan dari pabrik ,
selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.

Page | 16

Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa
kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu
yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun
asam anorganik.
Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang
didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air.
Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya rendah akan
terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit. Contoh air alam yang terasa
asam adalah air gambut (rawa)
Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa,
senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif.
Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu bakteri yang
biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri lain yang dapat
menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus, paratyphus, dan
hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu hingga mendidih, bakteri tersebut akan
mati.
Jamban
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh pemakainya
Page | 17

b. Program Pengembangan Puskesmas :

Program pengembangan ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai


kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan
1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan
2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus
3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan
4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling
5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil
6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani.13
c. Program Penunjang Puskesmas
Harus menjadi penunjang baik dari upaya kesehatan wajib atau upaya kesehatan
pengembangan. Terdiri dari:
1. Laboratorium medis
2. Laboratorium kesehatan masyarakat
3. Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)

Definisi SP2TP15
Adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas
meliputi keadaan fisik, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil telah
dicapai. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan
kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu)dengan
konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu
memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang
lebih tinggi, guna mendukung.

Tujuan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar
semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang
diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Jenis Pelaporan Terpadu Puskesmas


Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
Page | 18

2. Laporan

mingguan

untuk

melaporkan

kegiatan

penyakit

yang

sedang

ditanggulangi
3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.
HEALTH PROMOTION (PROMOSI KESEHATAN)
Penyuluhan mengenai PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat ) dan diare :
Perorangan :
-

adanya penyuluhan perorangan kepada setiap penderita diare yang berobat di BPU
puskesmas secara wawancara

kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

kepada penderita/keluarganya di puskesmas

kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas

Kelompok :
-

adanya penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu berupa ceramah


mengenai PHBS dan diare

Penyuluhan melalui media massa


-

TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk.II, I, dan pusat)

Penyuluhan kepada perorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan


hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan:

Tentang gejala diare dan pengobatannya.

Pengguanaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin, dan
kuah sayur.

Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diare

Menggerakan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penting terutama sebelum
musim penularan (musim kemarau) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala
wilayah setempat. Di Puskesmas kegiatan ini seyogyanya diintegrasikan dalam program
sanitasi Lingkungan.
KESIMPULAN
Dalam penyelidikan epidemiologi (PE), setiap kasus penyakit yang dinyatakan sebagai
KLB/wabah dapat diketahui penyebab, tahu cara terjadinya, tahu sumber terjadinya dan tahu
Page | 19

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pada induvidu sebagai host dari kasus penyakit
yang terjadi. Dengan mengerti dan memahami ini semua maka upaya pencegahan dapat
dilakukan, kasus penyakit tidak akan muncul dengan penyebab yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lapau Buchari. Prinsip dan metode epidemiologi. Edisi ke 2. Jakarta: balai penerbit
FKUI;2011.h. 71-81.
2. Gde muninjaya. Manajemen

kesehatan.

Jakarta:Penerbit

buku

kedokteran

EGC;1999.h.80-120.
3. Sungkar, Saleha. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 57 Nomor 6 Juni. IDI.
Jakarta. 2007
4. Sungkar, Saleha. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 55 Nomor 4 April. IDI.
Jakarta. 2005
5. World Health Organization Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian /Organisasi kesehatan Dunia (WHO): Alih Bahas,
Monica Ester; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Yasmin Asih. Ed.2. Jakarta: EGC, 1999
Page | 20

6. Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi


commnity oriented ke family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 25361.
7. Soegijanto S. Campak. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS,
Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjamtmiko. Pedoman imunisasi di Indonesia.
Edisi ke-3. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 171 7.
8. Budi Setiawan. Diare akut karena infeksi. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-3.
Jakarta: InternaPublishing; 2009. h. 2836 42.
9. Bickley LS. Bates: buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2009. h. 392 406.
10. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009. h. 13 42.
11. Notoatmojo S. Kesehatan masyarakat : ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011. h.
4453.
12. McKenzie JF, Pinger RR. Kesehatan masyarakat : suatu pengantar. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 2006. h. 97 107.
13. Program kesehatan puskesmas. Edisi 2 mei 2007. Diunduh dari
http://www.puskel.com/5-upaya-dasar-program-kesehatan-lingkungan-di-puskesmas
14. Syarat Air Bersih. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38270/4/Chapter%20II.pdf
15. Pencatatan dan pelaporan. Diunduh dari:
https://www.scribd.com/doc/99274506/Sistem-Pencatatan-Dan-Pelaporan-Terpadu

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Lampiran
    Lampiran
    Dokumen13 halaman
    Lampiran
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case Asma Bronkiale
    Case Asma Bronkiale
    Dokumen19 halaman
    Case Asma Bronkiale
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Dokumen33 halaman
    Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Iva
    Iva
    Dokumen33 halaman
    Iva
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • CASE
    CASE
    Dokumen12 halaman
    CASE
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen1 halaman
    LAPKAS
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Lampiran IVA
    Lampiran IVA
    Dokumen13 halaman
    Lampiran IVA
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen4 halaman
    Wawancara
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • ANAK
    ANAK
    Dokumen13 halaman
    ANAK
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Dokumen33 halaman
    Appendisitis Akut
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen48 halaman
    PPT
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen33 halaman
    Presentasi Kasus
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Dokumen48 halaman
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Don Gibson
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen48 halaman
    PPT
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case 2
    Case 2
    Dokumen36 halaman
    Case 2
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen17 halaman
    Wawancara
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • KETUBAN PECAH DINI Case 1 DR Widiarso DONE
    KETUBAN PECAH DINI Case 1 DR Widiarso DONE
    Dokumen20 halaman
    KETUBAN PECAH DINI Case 1 DR Widiarso DONE
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Dokumen48 halaman
    Case 1 DR - Widiarso - KPD DONE
    Don Gibson
    Belum ada peringkat
  • Spss Laporan
    Spss Laporan
    Dokumen29 halaman
    Spss Laporan
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PBL Makalah
    PBL Makalah
    Dokumen39 halaman
    PBL Makalah
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah 22
    Makalah 22
    Dokumen21 halaman
    Makalah 22
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL
    Makalah PBL
    Dokumen60 halaman
    Makalah PBL
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 22
    Makalah Blok 22
    Dokumen29 halaman
    Makalah Blok 22
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL Blok 20
    Makalah PBL Blok 20
    Dokumen15 halaman
    Makalah PBL Blok 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • 26
    26
    Dokumen25 halaman
    26
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • PBL 20
    PBL 20
    Dokumen29 halaman
    PBL 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat
  • Blok 20
    Blok 20
    Dokumen17 halaman
    Blok 20
    Stefany Fany
    Belum ada peringkat