kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh
system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel sel mesofelial. Jumlah
cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan
absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o
dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H 2o. Keseimbangan tersebut dapat
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
1
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi
permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi
pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran
protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang kadang bisa juga
hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500
2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel polimorfonuklear, tapi kemudian
sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya
cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya
effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama
pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat , pergerakan dada
asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain
hal hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
4. Diagnosis
1. Klinis.
Cairan pleura yang kurang dari 300 cc tidak meberi tanda tanda fisik yang
nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada pemeriksaan
fisik seperti penurunan pergerakan hemithoraks yang sakit, fremitus suara dan
suara napas melemah.. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat
menyebabkan dada cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak
memenuhi seluruh rongga pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc : Suara
napas melemah atau menurun (mungkin menghilang sama sekali) dan
mediastinum terdorong ke arah paru yang sehat.
2. Radiologi
Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoskopi maupun foto thoraks PA tidak
tampak. Mungkin kelainan yang nampak hanya berupa penumpukan sinus
kontofrenikus. Pada effusi pleura subpulmonal , meskipun cairan pleura lebih
dari 300 cc, sinus kontofrenikus tidak tampat tumpul tetapi diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan dengan membuat foto
dada lateral dari sisi dada yang sakit.
2
Foto thoraks PA dan possi lateral dekubitus pada sisi yang sakit sering
memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan
subpulmonal yaitu nampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna
vertebralis atau berupa garis horisontal.
5. Pengelolaan
Pengelolaan efusi pleuran ditujuhkan pada pengobatan penyakit dasar dan
pengosongan cairan (Torasentesis)
Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga plera.
b. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan
cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
Kerugian :
a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam
cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.
: Dari gejala kardinal dapat di ketahui gambaran keadaan umum klien.
\ ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
b. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping
itu disertai nyeri dada yang semakin berat saat inspirasi dan saat miring ke sisi
yang sakit.
c. Riwayat Penyakit sekarang.
Adanya demam yang menyerupai influenza yang timbulnya berulang, batuk
lebih dari 2 minggu yang sifatnya non produktif, Nafsu makan menurun,
meriang, sesak napas dan nyeri dada.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Perlu dikaji adanya riwat penyakit TBC paru, kegagalan jantung kongestif,
pneumonia, infark paru, tumor paru.
3
e. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kebutuhan istirahat dan tidur : Klien dengan sesak dan nyeri kemungkinan
akan mengalami gangguan dalam pola tidur dan istirahat. Oleh karena itu
perlu dikaji lamanya istirahat dan tidur, kebiasaan sebelum tidur, posisi
tidur, sclera mata, apatis, kurang perhatian dan kurang respon.
sehubungan tidak
4
pleura)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn pernapasan
efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA
Normal
Intervensi :
1) Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut
terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk
ekspansi paru
mengurangi
volume
darah
paru
sehingga
keperawatan
Gangaguan
rasa
nyaman
nyeri
dada
5
yahg sakit.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan
gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka
terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.
3) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
klien untuk menangani nyeri.
4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distrasi merupakan teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
5) Oservasi gejala kardinal
Rasional
c. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang
di sediakan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan
sel baru.
2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di
tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk
mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik
klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang
nutrisi
3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang
mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di
tentukan.
4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan
berat badan yang diinginkan berat badan ideal.
Rasional : Diharapkan klien kooperatif.
5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
6
Rasional
Dengan
penyajian
yang
menarik
diharapkan
dapat
7
Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasonal : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3) Ajarkan pada klien menggunakan relaksasi yang merupakan salah satu
teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian
dengan optimal.
4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat
meningkatkan rasa nyeri.
6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
Diagnosa Keperawatan : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteia : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi :
1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya
mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami
keadaan diri yang sebenarnya.
2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun
tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi
kecemasan klien
3.
DAFTAR KEPUSTAKAAN.
LAB/UPF Ilmu Penyakit Paru FK. Unair. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1994
Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 1986. Nursing
Care
Planning
Gidelines
For
Planning
Patient
care.
Second
Pengkajian Data
Nama mahasiswa : Subhan.
Tempat praktek
: Tn. Salmani.
Umur
: 70 tahun.
Jenis kelamin
: laki-laki.
Status Perkawinan
: Kawin.
Agama
: Islam.
Suku
: Jawa.
Pendidikan
: SR.
Pekerjaan
: Dagang.
Lama bekerja
Tanggal MRS
: 9 April 200
Keluarga terdekat
Pendidikan
: SMP.
Pekerjaan
: Dagang.
Alamat
Anak
Pernah MRS di ruang Paru karena sesak, dirawat selama satu minggu; dengan
diagnosa ruangan Efusi Pleura Causa TB, diberi terapi Etambutol, Pirazinamid,
Rifampicin.
Ada kebiasaan merokok sehari antara 11-20 batang tetapi sekarang sudah tidak
merokok lagi.
Tidak pernah minum obat sendiri tanpa resep dokter.
1
Pola nutrisi: makan 3 kali sehari, pagi,siang dan malam/sore, porsi sedang sedang
saja, makanan yang dikonsumsi setiap hari adalah nasi putih, sayur dan ikan.
Makanan yang disukai: semua makanan suka, tidak pernah pantangan makan.
Perubahan berat badan : terjadi penurunan berat badan 6-7 kg.
Pola Eliminasi :
Buang Air Kecil : tidak pernah ada gangguan, sekarang bila pergi BAK di toilet
menggunakan kursi roda dan di dorong oleh anaknya. Frekuensi sehari 5-6 kali,
warna kuning muda dan jumlahnya kira-kira segelas.
Buang Air besar setiap hari 1 kali.
Pola tidur dan istirahat.
Tidak pernah ada gangguan, pada saat pertama kali masuk Rumah sakit klien tidak
bias tidur karena sesak, tetapi sekarang dapat beristirahat seperti di rumahnya sendiri.
Jumlah jam tidur sehari 8-9 jam.
Pola aktifitas.
Selama di rumah kegiatan klien hanya membantu anaknya berdagang, karena usianya
sudah tua.
Selama di rumah sakit, semua aktifityas dibantu oleh anaknya.
Pemeriksaan fisik.
TB
: 152 cm.
BSA
BB
: 38 kg.
: 1,28.
:+
Protein total
: 3,15 g/dl.
Warna
: kuning.
Kekeruhan
: keruh
Nonne
:+
Pandy
:+
Protein
Glukosa
: 14 sel m3 (0-5).
: 1,08 mg (40-
70).
Hitung sel
: 11 %
Depan
Kanan
Bentuk pencembungan
+
Simetris
Palpasi
pergerakan +
kiri
+
-
Belakang
kanan
+
+
kiri
+
-
tertinggal
Fremitus raba lemah
Nyeri
Perkusi suara ketok sonor
Redup
Hipersonor
+
-
+
+
-
+
-
+
+
-
2
Nyeri ketok
Secara auskultasi.
: 28 kaliper menit.
Tensi
: 140/80 mmHg.
Suhu
: 37 0 C.
ANALISA DATA
Data Penunjang
Data Subyektif :
Kemungkinan Penyebab
Masalah
80
140
X/ml
ada
batuk,
kalau
batu
Tidak
adekuatnya Perubahan
nutrisi
yang nutrisi
kurang
tubuh.
lemah.
DATA OBYEKTIF
Klien menghabiskan makanan yang
disiapkan hanya porsi (makan pagi
tanggal 9 4 2001 )
TB : 152 kg BB : 38
HB : 13,5 kg Turgor kurang
Konjungtiva merah pucat.
DATA SUBYEKTIF
Kelemahan
Sindroma ADL
menurun.
melakukan aktifitas.
DATA OBYEKTIF
Waktu makan siang klien minta untuk
di suap.
DATA SUBYEKTIF
Cemas
1
saya bias sembuh?
tentang
prosedur
dan
maksimal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi yang berhubungan dengan factor metabolisme.
3) Sindroma ADL menurun sehubungan dengan adanya kelemahan.
4) Cemas sedang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pemeriksaan dan penatalaksanaan terapi.
Rencana Tindakan
1. Diagnosa perawatan : Resiko tinggi ketidak efektifan pola nafas sehubungan
dengan adanya ekspansi paru yang tudak maksimal.
Tujuan : Setelah mendapat perawatan di harapkan pemafasan efektif kembali.
Kriteria : Klien tidak mengeluh sesak
Frekuensi nafas 16 20 x/mt tidak ada tanda cianosis perencanaan.
1) Lakukan kaloborasi dengan dokter dalam tindakan fungsi pleura, pemberian
O2 dan analisa gas dalah.
2
Rasional : dengan tindakan pungtie pleura maka desakan cairan terhadap paru
akan berkurang sehingga paru dapat ekspensi secara maksimal.
2) Berikan posisi semi fowler
Rasional : Dengan posisi semi fowler penekanan perut terhadap diafragma
dapat berkurang sehingga memperluas ruangan yang dapat di isi oleh udara
dalam paru.
3) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidak efektifan
pernafasan.
Rasional : dengan gejala observasi gejala kardial dan monitor diharapkan
perkembangan klien dan lalainan dapat di ketahui secara dini.
4) Berikan penjelasan tentang sebab sebab sesak nafas.
Rasional : Dengar penjelasan diharapkan klien kooperatif.
2. Diagnosa perawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi akibat peningkatan metabolisme.
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria klien mau mengkonsumsi makanan sesuai dietnya, terjadi
kenaikan berat badan.
Perencanaan :
1) Jelaskan pada klien tentang pentignya nutrisi
Rasional
dengan
penjelasan
diharapkan
klien
terdorong
untuk
makanan
kesukaan
klien
dan
anjurkan
keluarga
untuk
membawanya.
Rasional : Dengan tersedianya makanan kesukaannya akan menimgkatkan
selera sehingga makanan dapat di konsumsinya.
5) Monitor kenaikan berat badan, HB, turgor dan warna tonjungtiva.
Rasional : Dengan monitor hal diatas merupakan sarana untuk mengetahui
perkembangan asupan nutrisi klien.
3. Diagnosa perawatan : Sindroma ADL menurun sehubungan dengan Kelemahan.
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan klien dapat melakukan aktivitas sehari
hari dengan criteria klien mampu melakukan aktifitas sehari hari
3
dengan mandiri.
1) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Merupakan upaya melatih klien kearah kemandirian.
2)
Berikan latihan secara bertahap yaitu dari latihan pasif ke latihan aktif.
Rasional : Kemampuan aktif klien akan meningkatkan kemandirian klien .
3) Bantu keperluan klien atau libatkan kelurga jika klien tidak mampu
melakukannya.
Rasional : Diharapkan pemenhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
5) Berikan pujian saat klien mampu melakukannya sendiri.
Rasional : Diharapkan kepercayaan untuk melakukan aktifitas secara mandiri
meningkat .
dorongan
pada
klien
untuk
mendiskusikan
puasannya,
Pelaksanaan:
WAKTU DX
Senin
I
9/4 /
2001
I
I
I
9/4/2001
2
2
PELAKSANAAN
PARAF
Melakukan koloborasi dengan dokter untuk pungsi plaura
yaitu dengan mempersiapkan pungtie pleura yang
selanjutnya di lakukan fungsi sebanyak 250 cc oleh dokter.
Menempatkan klien kembali ketempat tidur dengan posisi
setengah duduk dengan mengganjal kepala dengan
menggunakan tiga bantal.
Mengukur tensi, nadi, RR, suhu hasil tensi 120/ 80 nadi
84x /menit suhu 37 oc. Mengobservasi ekspansi dan
Fremitas di dapatkan ekspansi pada dada kanan tertinggal
fremitas raba menurun.
Menjelaskan pada klien timbulnya sesak nafas karena
adanya penumpukan cairan pada rongga pleura.
Menyuap klien yaitu nasi 1 piring ikan tahu dan daging
sayur sop. Klien hanya menghabiskan porsi nasi ikan
dihabiskan, minumnya minta susu habis gelas.
Memotifasi klien untuk selalu menghabiskan makanan yang
disediakan. Dan menanyakan makanan kesukaannya.
Respon : Klien mengatakan semua makanan suka tapi saya
tidak nafsu.
Menimbang berat badan klien. Hasil : BB : 38 kg.
9/4/2001
9/4/2001
10/4/2001 1
1 +3
1
WAKTU DX
11/4/2001 2
3
4
PELAKSANAAN
PARAF
Menjelaskan kepada klien bahwa makanan merupakan
kebutuhan pokok dan penting bagi kesehatan dan
memotivasi serta membantu klien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Hasil : Klien hanya menghabiskan makanan setengah porsi
dan satu gelas susu.
Menghantar klien ke OK paru untuk dilakukan pungsi
pleura.
Hasil pungsi : tidak berhasil/tidak ada.
Dan langsung membawanya ke fluoroskopi untuk m,elihat
pengembangan paru dan gambaran cairan/massa pada
rongga pleura. Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi.
Memantau intake yang dikonsumsi klien.
Hasil : Klien menghabiskan makanan dari rumah sakit 1/2
porsi, susu 1 gelas danklien mengatakan nanti nasinya mau
dihabiskan lagi.
Klien mengatakan sekarang semua kebutuhan bisa
dilakukan sendiri. Tadi pagi sudah mandi di kamar mandi
karena bau sekali dan tadi malam terasa banyak keringat.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan
kepada klien tiap melakukan prosedur/tindakan/konsultasi.
4.
Assesment
Planning
1
Assesment
Planning
Planning
: Dipertahankan.
: Masalah teratasi.
Planning