Anda di halaman 1dari 19

0

EFFUSI PLEURA AKIBAT MALIGNANCY


1. Pengertian
Effusi Pleura adalah : Kumpulan cairan dalam rongga pleura yaitu anatara pleura
parietalis dan pleura viceralis yang berupa cairan transudat atau eksudat (Lab UPF
Ilmu Penyakit Paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994 : 3).
2. Faktor Penyebab
Menurut asalnya cairan yang terkumpul dalam rongga pleura ada dua yaitu :
berasal dari paru sendiri yang disebut eksudat dan cairan yang berasal dari luar paru
yang disebut transudat. Adapun penyebab adanya cairan eksudat antara lain :
a. Infeksi : Tuberkolosa Pneumonia
b. Tumor
c. Infark Paru
Sedangkan penyebab adanya cairan transudat antara lain :
a) Kegagalan jantung kognetif
b) Asites
c) Vena kava superior Syndrom
d) Tumor
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 20 cc yang
merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini
merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser
satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan
selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada
pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid

pada pleura viceralis. Cairan

kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh
system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel sel mesofelial. Jumlah
cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan
absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o
dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H 2o. Keseimbangan tersebut dapat
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus

1
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi
permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi
pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran
protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang kadang bisa juga
hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500
2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel polimorfonuklear, tapi kemudian
sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya
cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya
effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama
pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat , pergerakan dada
asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain
hal hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
4. Diagnosis
1. Klinis.
Cairan pleura yang kurang dari 300 cc tidak meberi tanda tanda fisik yang
nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada pemeriksaan
fisik seperti penurunan pergerakan hemithoraks yang sakit, fremitus suara dan
suara napas melemah.. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat
menyebabkan dada cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak
memenuhi seluruh rongga pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc : Suara
napas melemah atau menurun (mungkin menghilang sama sekali) dan
mediastinum terdorong ke arah paru yang sehat.
2. Radiologi
Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoskopi maupun foto thoraks PA tidak
tampak. Mungkin kelainan yang nampak hanya berupa penumpukan sinus
kontofrenikus. Pada effusi pleura subpulmonal , meskipun cairan pleura lebih
dari 300 cc, sinus kontofrenikus tidak tampat tumpul tetapi diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan dengan membuat foto
dada lateral dari sisi dada yang sakit.

2
Foto thoraks PA dan possi lateral dekubitus pada sisi yang sakit sering
memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan
subpulmonal yaitu nampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna
vertebralis atau berupa garis horisontal.
5. Pengelolaan
Pengelolaan efusi pleuran ditujuhkan pada pengobatan penyakit dasar dan
pengosongan cairan (Torasentesis)
Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga plera.
b. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan
cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
Kerugian :
a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam
cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.
: Dari gejala kardinal dapat di ketahui gambaran keadaan umum klien.
\ ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
b. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping
itu disertai nyeri dada yang semakin berat saat inspirasi dan saat miring ke sisi
yang sakit.
c. Riwayat Penyakit sekarang.
Adanya demam yang menyerupai influenza yang timbulnya berulang, batuk
lebih dari 2 minggu yang sifatnya non produktif, Nafsu makan menurun,
meriang, sesak napas dan nyeri dada.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Perlu dikaji adanya riwat penyakit TBC paru, kegagalan jantung kongestif,
pneumonia, infark paru, tumor paru.

3
e. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

: Didapatkan penggunaan otot bantu pernapasan, cuping hidung


melebar, iga melebar, rongga dada asimetris, cemmbung pada sisi
yang sakit, pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit.

Palpasi

: Pergerakan dada asimetris, fremitus raba melemah.

Perkusi

: Suara redup pada posisi yang sakit dan nyeri ketok

Auskultasi : Adanya suara tambahan,suara egofoni, suara pernapasan


melemah pada posisi yang sakit.
f. Kebutuhan sehari hari

Kebutuhan Nutrisi : Pada pola nutrisi akan ditemukan : nafsu makan


menurun yang diakibatkan oleh toksemia dan pada observasi ditemukan
klien kurus, berat badan tidak ideal, jaringan lemak tipis dan iga kelihatan.

Kebutuhan istirahat dan tidur : Klien dengan sesak dan nyeri kemungkinan
akan mengalami gangguan dalam pola tidur dan istirahat. Oleh karena itu
perlu dikaji lamanya istirahat dan tidur, kebiasaan sebelum tidur, posisi
tidur, sclera mata, apatis, kurang perhatian dan kurang respon.

Kebutuhan aktivitas : Klien dengan nyeri dada dan sesak mengalami


gangguan aktivitas / keterbatasan dalam aktivitas. Terutama dalam
memenuhi kebutuhan sehari hari ( ADL)

g. Pola Persepsi : Perlu di kaji tentang pandangan klien terhadap dirinyaserta


pandangan klien terhadap penyakit yang diderita.
II. Diagnosa keperawatan:
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Ketidakefektifan pernapasan sehubungan dengan expansi paru yang menurun.
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan penumpukan cairan pada
rongga pleura.
3. Gangguan

nutrisi ; Kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan tidak

adekuatnya asupan nutrisi.


4. Gangguan Istirahat dan tidur sehubungan dengan sesak napas dan nyeri.
5. Gangguan aktivitas sehubungan dengan sesak napas dan nyeri.
6. Cemas sehubungan dengan kurang pengetahuan.
III. Perencanaan
a. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan sehubngan dengan
adanya penurunan ekspansi paru (Penumpukan cairan dalam rongga

4
pleura)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn pernapasan
efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA
Normal
Intervensi :
1) Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut
terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk
ekspansi paru
mengurangi

yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga


peningkatan

volume

darah

paru

sehingga

memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.


2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan
napas.
Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga
dapat dimabil tindakkan penanganan segera.
3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi
aktivitas.
Rasional : Pengertian Klien akan mengundang partispasi klien dalam
mengatasi permahsalahan yang terjadi.
4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam aspirasi caian pleura (Puctie
pleura / WSD), Pemberian Oksigen dan Pemeriksaan Gas darah.
Rasional : Puctie Pleura / WSD mengurangi cairan dalam rongga pleura
sehingga tekanan dalan rongga pleura berkurang sehingga
eskpasi paru dapat maksimal.
b. Diagnosa

keperawatan

Gangaguan

rasa

nyaman

nyeri

dada

sehubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga pleura.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat
berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri dada, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit.
Intervensi :
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai
sistim saraf sentral.
2) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan yaituy miring ke sisi

5
yahg sakit.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan
gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka
terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.
3) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
klien untuk menangani nyeri.
4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distrasi merupakan teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
5) Oservasi gejala kardinal
Rasional
c. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang
di sediakan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan
sel baru.
2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di
tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk
mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik
klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang
nutrisi
3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang
mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di
tentukan.
4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan
berat badan yang diinginkan berat badan ideal.
Rasional : Diharapkan klien kooperatif.
5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.

6
Rasional

Dengan

penyajian

yang

menarik

diharapkan

dapat

meningkatkan selera makan.


6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga
diharapkan menambah rasa.
7) Monitor kenaikan berat badan
Rasional : dengan monitor

berat badan merupakan sarana untuk

mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.


d. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur sehubngan dengan
sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan perawatan diharapakn tidur terpenuhi
sesuai kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1) Lakukan koliborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
Rasional : dengan penambahan sublay O2 diharapkan sesak nafas
berkurang sehingga klen dapat istirahat.
2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan
yaitu kepala lebih tinggi:
Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan
sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi optimal.
3) Berikan penjelasan terhadao klien pentingnya istirahat tidur.
Rasional : dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan istirahat secara berlebihan.
4) Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran
lebih tenang.
5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien
mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
e. Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas sehubungan dengan sesak dan
nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan perawatan diharapkan klien dapat
melakukan aktivtas dengan bebas.

7
Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasonal : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3) Ajarkan pada klien menggunakan relaksasi yang merupakan salah satu
teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian
dengan optimal.
4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat
meningkatkan rasa nyeri.
6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
Diagnosa Keperawatan : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteia : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi :
1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya
mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami
keadaan diri yang sebenarnya.
2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun
tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi
kecemasan klien
3.

Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.


Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah
kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien
berkurang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN.
LAB/UPF Ilmu Penyakit Paru FK. Unair. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1994
Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 1986. Nursing
Care

Planning

Gidelines

For

Planning

Patient

care.

Second

Edition.Philadelphia FA. Davis. Company.


Med Muhammad Amin DKK. 1993. Pengantar ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga.
Soeparman, Sarwono Maspadji 1990. Ilmu Penyakit Dalam II Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Pengkajian Data
Nama mahasiswa : Subhan.
Tempat praktek

: Ruang Paru Laki-laki.

Tanggal praktek : 9 13 April 2001.


I. Identitas diri klien.
Nama

: Tn. Salmani.

Tempat/tanggal lahir : 1 Juli 1928.

Umur

: 70 tahun.

Jenis kelamin

: laki-laki.

Status Perkawinan

: Kawin.

Agama

: Islam.

Suku

: Jawa.

Pendidikan

: SR.

Pekerjaan

: Dagang.

Lama bekerja

Tanggal MRS

: 9 April 200

Keluarga terdekat

Pendidikan

: SMP.

Pekerjaan

: Dagang.

Alamat

Anak

: Babadan Rukun I/15 Surabaya.

II. Status kesehatan saat ini.


1.

Alasan kunjungan ke Rumah Sakit : timbulnya sesak nafas, bila aktifitas


semakin sesak dalam satu hari terakhir. Panas 4 hari, batuk + 4 hari, riak putih
encer, bercak darah - , nyeri dada +.

Keluhan utama saat ini (tanggal 9 April 2001):


Klien mengatakan saat ini masih terasa sesak tetapi sesaknya tidak seberat seperti
masuk rumah sakit.
Klien mengatakan : saya tidak nafsu makan.
Klien mengatakan semua orang yang sakit selalu tidak nafsu makan.
Klien mengatakan semua kebutuhan dibantu oleh anaknya seperti mau makan,
minum, BAK dan diseka di tempat tidur karena saya lemah.
Klien mengatakan kuatir terjadi sesak bila terlalu banyak aktifitas.
Timbulnya keluhan secara bertahap.
2.

Riwayat kesehatan yang lalu.

Pernah MRS di ruang Paru karena sesak, dirawat selama satu minggu; dengan
diagnosa ruangan Efusi Pleura Causa TB, diberi terapi Etambutol, Pirazinamid,
Rifampicin.
Ada kebiasaan merokok sehari antara 11-20 batang tetapi sekarang sudah tidak
merokok lagi.
Tidak pernah minum obat sendiri tanpa resep dokter.

1
Pola nutrisi: makan 3 kali sehari, pagi,siang dan malam/sore, porsi sedang sedang
saja, makanan yang dikonsumsi setiap hari adalah nasi putih, sayur dan ikan.
Makanan yang disukai: semua makanan suka, tidak pernah pantangan makan.
Perubahan berat badan : terjadi penurunan berat badan 6-7 kg.
Pola Eliminasi :
Buang Air Kecil : tidak pernah ada gangguan, sekarang bila pergi BAK di toilet
menggunakan kursi roda dan di dorong oleh anaknya. Frekuensi sehari 5-6 kali,
warna kuning muda dan jumlahnya kira-kira segelas.
Buang Air besar setiap hari 1 kali.
Pola tidur dan istirahat.
Tidak pernah ada gangguan, pada saat pertama kali masuk Rumah sakit klien tidak
bias tidur karena sesak, tetapi sekarang dapat beristirahat seperti di rumahnya sendiri.
Jumlah jam tidur sehari 8-9 jam.
Pola aktifitas.
Selama di rumah kegiatan klien hanya membantu anaknya berdagang, karena usianya
sudah tua.
Selama di rumah sakit, semua aktifityas dibantu oleh anaknya.
Pemeriksaan fisik.
TB

: 152 cm.
BSA

BB

: 38 kg.

: 1,28.

Hasil analisa cairan pleura tanggal 25 Maret 2001:


Rivalta

:+

Protein total

: 3,15 g/dl.

Warna

: kuning.

Kekeruhan

: keruh

Nonne

:+

Pandy

:+

Protein

: 1,455 mg/dl (15-45).

Glukosa

: 14 sel m3 (0-5).

Diff. Count poli

: 1,08 mg (40-

70).
Hitung sel

: 11 %

Diff. Count mono : 89 %


Secara inspeksi

Depan
Kanan
Bentuk pencembungan
+
Simetris
Palpasi
pergerakan +

kiri
+
-

Belakang
kanan
+
+

kiri
+
-

tertinggal
Fremitus raba lemah
Nyeri
Perkusi suara ketok sonor
Redup
Hipersonor

+
-

+
+
-

+
-

+
+
-

2
Nyeri ketok

Secara auskultasi.

Suara nafas : Vesikuler.

Suara Anforik tidak ada.

Suara tambahan paru: tidak ada.

Suara bisik kabur.

Suara percakapan kabur.

Fremitus raba menurun

Egofoni tidak ada.

Pemeriksaan tanda vital.


RR

: 28 kaliper menit.

Tensi

: 140/80 mmHg.

Suhu

: 37 0 C.

ANALISA DATA
Data Penunjang
Data Subyektif :

Kemungkinan Penyebab

Masalah

Klien mengatakan sekarang kadang


terasa sesak napas apalagi cairan
didada tidak diambil
DATA OBYEKTIF
Pada oservasi di dapatkan data tensi
/

80

140

mmHg suhu 37 0c Nadi 84 RR 28

X/ml

ada

batuk,

kalau

batu

mengeluarkan riak. Cairan pungsi


tanggal 9 April 2001 produksi 205 cc.
Suara fremitus menurun.
DATA SUBYEKTIF

Tidak

Klien mengatakan saya tidak ada nafsu asupan

adekuatnya Perubahan
nutrisi

makan, klien mengatakan sama orang berhubungan

yang nutrisi

kurang

dengan dari kebutuhan

sakit tidak ada nafsu makan, klien factor metabolisme.

tubuh.

lemah.
DATA OBYEKTIF
Klien menghabiskan makanan yang
disiapkan hanya porsi (makan pagi
tanggal 9 4 2001 )
TB : 152 kg BB : 38
HB : 13,5 kg Turgor kurang
Konjungtiva merah pucat.
DATA SUBYEKTIF

Kelemahan

Sindroma ADL

Klien menyatakan sama kebutuhan di

menurun.

Bantu oleh anaknya sepeti makan,


minum, BAK, di seka di tempat tidur.
Klien menyatakan

takut sesak jika

melakukan aktifitas.
DATA OBYEKTIF
Waktu makan siang klien minta untuk
di suap.
DATA SUBYEKTIF

Cemas

Klien mengatakan apakah penyakit kurangnya

sedang Cemas sedang


informasi

1
saya bias sembuh?

tentang

- Tanggal 10 4 2001 klien pemeriksaan

prosedur
dan

menanyakan saya mau di periksa penatalaksanaan terapi.


apa lagi.
- Klien mengatakan kapan saya bisa
pulang
- Diagnosa medis effusi pleura +
maligna.
DATA OBYEKTIF
Tanggal 9 4 2001 Diagnosa pleura.
Dan di konsultasikan ke urologi untuk
mengetahui adanya metartase.
Tanggal 11 4 2001 di lakukan
pungsi, tidak berhasil langsung di
lakukan fluoroskopi.
Tanggal 16 4 2001 direncanakan
untuk FOB.
Prnderita setiap diajak bicara tidak
pernah memandang pembicara. Selalu
menunduk.
Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi pola

nafas sehubungan dengan ekspensi paru yang tidak

maksimal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi yang berhubungan dengan factor metabolisme.
3) Sindroma ADL menurun sehubungan dengan adanya kelemahan.
4) Cemas sedang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pemeriksaan dan penatalaksanaan terapi.
Rencana Tindakan
1. Diagnosa perawatan : Resiko tinggi ketidak efektifan pola nafas sehubungan
dengan adanya ekspansi paru yang tudak maksimal.
Tujuan : Setelah mendapat perawatan di harapkan pemafasan efektif kembali.
Kriteria : Klien tidak mengeluh sesak
Frekuensi nafas 16 20 x/mt tidak ada tanda cianosis perencanaan.
1) Lakukan kaloborasi dengan dokter dalam tindakan fungsi pleura, pemberian
O2 dan analisa gas dalah.

2
Rasional : dengan tindakan pungtie pleura maka desakan cairan terhadap paru
akan berkurang sehingga paru dapat ekspensi secara maksimal.
2) Berikan posisi semi fowler
Rasional : Dengan posisi semi fowler penekanan perut terhadap diafragma
dapat berkurang sehingga memperluas ruangan yang dapat di isi oleh udara
dalam paru.
3) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidak efektifan
pernafasan.
Rasional : dengan gejala observasi gejala kardial dan monitor diharapkan
perkembangan klien dan lalainan dapat di ketahui secara dini.
4) Berikan penjelasan tentang sebab sebab sesak nafas.
Rasional : Dengar penjelasan diharapkan klien kooperatif.
2. Diagnosa perawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi akibat peningkatan metabolisme.
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria klien mau mengkonsumsi makanan sesuai dietnya, terjadi
kenaikan berat badan.
Perencanaan :
1) Jelaskan pada klien tentang pentignya nutrisi
Rasional

dengan

penjelasan

diharapkan

klien

terdorong

untuk

mengkonsumsi makanan yang disediakan.


2). Sajikan makanan dalam keadaan mekanik dan hangat
Rasional : cara penyajian makanan akan meningkatkan selera makan klien .
3). Anjurkan klien menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Di harapkan ada peningkatan rasa.
4). Tanyakan

makanan

kesukaan

klien

dan

anjurkan

keluarga

untuk

membawanya.
Rasional : Dengan tersedianya makanan kesukaannya akan menimgkatkan
selera sehingga makanan dapat di konsumsinya.
5) Monitor kenaikan berat badan, HB, turgor dan warna tonjungtiva.
Rasional : Dengan monitor hal diatas merupakan sarana untuk mengetahui
perkembangan asupan nutrisi klien.
3. Diagnosa perawatan : Sindroma ADL menurun sehubungan dengan Kelemahan.
Tujuan : Setelah mendapatkan perawatan klien dapat melakukan aktivitas sehari
hari dengan criteria klien mampu melakukan aktifitas sehari hari

3
dengan mandiri.
1) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Merupakan upaya melatih klien kearah kemandirian.
2)

Berikan latihan secara bertahap yaitu dari latihan pasif ke latihan aktif.
Rasional : Kemampuan aktif klien akan meningkatkan kemandirian klien .
3) Bantu keperluan klien atau libatkan kelurga jika klien tidak mampu
melakukannya.
Rasional : Diharapkan pemenhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
5) Berikan pujian saat klien mampu melakukannya sendiri.
Rasional : Diharapkan kepercayaan untuk melakukan aktifitas secara mandiri
meningkat .

4. Diagnoasa Keperawatan :cemas sedang sehubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan : Setelah mandapatkan perawatan diharapkan kecemasan bekurang.
Dengan kriteria klien mampu menjelaskan kembali tujuan pemeriksaan.
1) Berikan

dorongan

pada

klien

untuk

mendiskusikan

puasannya,

mengemukakan persepsi tentang kecemasan


Rasional : Diharapkan ada pemahaman diri sebelumnya.
2) Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik perawatan maupun
tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan tahu tujuan dan
pemeriksaan.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan yang berwewenang
menambah kepercayaan sehingga cemas berkurang.
4) Anjurkan klien untuk mengungkapkan kembali tujuan dilakukan pemeriksaan.
Rasional : Pasien mau dilakukan pemeriksaan dan mengerti terhadap tindakan
yang dilakukan.

Pelaksanaan:
WAKTU DX
Senin
I
9/4 /
2001
I
I

I
9/4/2001

2
2

PELAKSANAAN
PARAF
Melakukan koloborasi dengan dokter untuk pungsi plaura
yaitu dengan mempersiapkan pungtie pleura yang
selanjutnya di lakukan fungsi sebanyak 250 cc oleh dokter.
Menempatkan klien kembali ketempat tidur dengan posisi
setengah duduk dengan mengganjal kepala dengan
menggunakan tiga bantal.
Mengukur tensi, nadi, RR, suhu hasil tensi 120/ 80 nadi
84x /menit suhu 37 oc. Mengobservasi ekspansi dan
Fremitas di dapatkan ekspansi pada dada kanan tertinggal
fremitas raba menurun.
Menjelaskan pada klien timbulnya sesak nafas karena
adanya penumpukan cairan pada rongga pleura.
Menyuap klien yaitu nasi 1 piring ikan tahu dan daging
sayur sop. Klien hanya menghabiskan porsi nasi ikan
dihabiskan, minumnya minta susu habis gelas.
Memotifasi klien untuk selalu menghabiskan makanan yang
disediakan. Dan menanyakan makanan kesukaannya.
Respon : Klien mengatakan semua makanan suka tapi saya
tidak nafsu.
Menimbang berat badan klien. Hasil : BB : 38 kg.

9/4/2001

Melatih klien untuk mengambil minuman sendiri dan


meminumnya sendiri pakai sedotan.
Respon : klien mau dan menghabiskan minuan sebanyak
gelas.

9/4/2001

Berusaha untuk bersikap terbuka pada klien dan


menanyakan apa yang dirasakan dan pendapat klien tentang
penyakitnya saat ini. Hasilnya : Klien bingung mau
diapakan saja saya.
Menanyakan pada dokter tindakkan yang akan dilakukan.
Jam 11.00 rencana dlakukan punksi pleura dan menjelaskan
pada klien tujuan tindakkan tersebut.

10/4/2001 1
1 +3
1

Observasi RR, nadi dan suhu.


Hasil : RR = 24 x/mt, nadi = 80 x/mt, suhu = 36,7 0C.
Memotivasi klien untuk makan sendiri, sambil membantu
mendekatkan makanan ke dekat klien.
Membawa klien ke OK paru untuk dilakukan pungsie.
Hasil : 205 cc dilakukan oleh dokter.
Membawa klien kembali ke ruangan dengan memberi 2
bantal pada bagian kepala sambil menanyakan apakah
masih terasa sesak.
Klien menjawab setelah dilakukan pungsi terasa lebih enak
Memberi motivasi pada klien untuk menanyakan hal hal
yang berhubungan dengan penyakitnya kepada yang
berwewenang..

WAKTU DX
11/4/2001 2

3
4

PELAKSANAAN
PARAF
Menjelaskan kepada klien bahwa makanan merupakan
kebutuhan pokok dan penting bagi kesehatan dan
memotivasi serta membantu klien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Hasil : Klien hanya menghabiskan makanan setengah porsi
dan satu gelas susu.
Menghantar klien ke OK paru untuk dilakukan pungsi
pleura.
Hasil pungsi : tidak berhasil/tidak ada.
Dan langsung membawanya ke fluoroskopi untuk m,elihat
pengembangan paru dan gambaran cairan/massa pada
rongga pleura. Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi.
Memantau intake yang dikonsumsi klien.
Hasil : Klien menghabiskan makanan dari rumah sakit 1/2
porsi, susu 1 gelas danklien mengatakan nanti nasinya mau
dihabiskan lagi.
Klien mengatakan sekarang semua kebutuhan bisa
dilakukan sendiri. Tadi pagi sudah mandi di kamar mandi
karena bau sekali dan tadi malam terasa banyak keringat.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan
kepada klien tiap melakukan prosedur/tindakan/konsultasi.

Evaluasi tanggal 10 4 2001.


3.

Untuk diagnosa Ketidakefektifan pola nafas.


Data subyektif : Klien mengatakan setelah disedot sesak nafasnya berkurang dan
saya lebih enak tidur seperti ini.
Data obyektif : Pungtie pleura 250 cc, warna merah muda. Frekuensi nafas 24
x/mt. Fremitus menurun, perkusi redup pada dada kanan.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning : Rencana nomor 4 distop dan pertahankan rencana nomor 1 3.

4.

Untuk diagnosa : Perubahan nutrisi


Data subyektif : Klien mengatakan saya tidak nafsu makan, saya mau minumsusu
saja.
Data obyektif : Porsi makan yang disediakan dihabiskan porsi, minum susu
gelas, BB = 38 kg. Konjungtiva masih merah pucat, turgor
menurun.

Assesment
Planning

: Masalah belum teratasi.


: Rencana nomor 1,3,4 distop dan pertahankan nomor 2 dan 5.

3. Untuk diagnosa : Sindroma ADL menurun..


Data subyektif : Saya berusaha untuk makan, minum sendiri, untuk mandi masih
dibantu diseka.
Data obyektif : Saat makan pagi klien makan sendiri.

1
Assesment

: Masalah belum teratasi.

Planning

: Rencana 1-3 distop, pertahankan rencana nomor 4.

4. Untuk diagnosa : Cemas sedang.


Data subyetif : Klien mengatakan besok mau diapakan lagi saya, saya tidak
mengerti apa tujuan dari pemeriksaan.
Data obyektif : Klien tidak menatap perawat saat berbicara.
Assesment

: Masalah belum teratasi.

Planning

: Dipertahankan.

Evaluasi tanggal 11 April 2001.


1. Untuk diagnosa : Resiko Tinggi Ketidakefektifan Pola Nafas.
Data subyektif : Dada saya tadi disedot, kata dokter tidak ada cairan yang
keluar, saya sudah tidak sesak lagi, saya dapat tidur dengan
satu bantal.
Data obyektif : Pungtie pleura tidak ada, frekuensi nafas 20 x/mt. Klien tidur
dengan satu bantal, pergerakan dada simetris, fremitus sama,
pada fluoroskopi tampak warna kehitaman pada paru kanan.
Assesment

: Masalah teratasi.

Planning

: Rencana distop dan observasi gejala-gejala ketidakefektifan


pola nafas.

2. Untuk diagnosa : Perubahan Nutrisi.


Data subyektif : Saya tetap tidak ada nafsu makan, saya hanya banyak minum
susu.
Data obyektif : Porsi makan yang disediakan habis porsi. Klien mau
menghabiskan ikannya dan minum susu 1 gelas. BB = 38
kg.
Assesment : Belum teratasi masalahnya.
Planning : Pertahankan rencana nomor 2 dan 5.
5.

Untuk diagnosa : Cemas Sedang .


Data subyektif : Klien menanyakan kira-kira besok mau diperiksa apa lagi.
Data obyektif : Wajah klien sedih, klien tetap tidakndang lawan bicara.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning : Pertahankan rencana nomor 2

Anda mungkin juga menyukai