tidak hanya disebabkan bercar ateroma tetapi dapat ditambah oleh thrombosis
atau penonjolan mendadak yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam bercak
tersebut.Selain itu terdapat penyakit lain yang dapat menyebabkan pengurangan
aliran darah arterial misalnya pada aortitis luetica (pembentukan jaringan granulasi
sekitar muara a.coronaria), perdarahan dalam dinding aorta (aneurysma dissecans),
penyakit Buerger, polyarteritis nodosa dan arteritis rheumatic.Perubahan
hemodinamik aorta dapat mengurangi aliran darah ke dalam a.coronaria. Stenosis
katup aorta dapat mengurangi aliran darah koroner karena fibrosis katup yang
meluas ke ostium a.coronaria. Juga regurgitasi aorta dengan dilatasi katup pda
penyakit rheuma dan syphilis dengan tekanan diastolic yang rendah.
Penyakit jantung arteriosklerotik (arteriosclerotic heart disease = ASHD)Jantung lebih kecil dari normal, tetapi dapat normal. Pada kompensasi yang
berlangsung lama terjsadi hipertrofi dan akhirnya dilatasi jantung.- Hipertensi,
hipertensi dapat membantu terjadinya pembesaran jantung.Etiologi dan
EpidemiologiInsidens: usia lanjut.Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih
yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah
menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit
yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan
dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau
ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah
bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya
mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk
ateroma. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah
bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar
dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan
kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus).
Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan
akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di
tempat lain (emboli).Gejala Klinik- Penyakit jantung arteriosklerotik yang
terkompensasi sama sekali tidak menimbulkan gejala dan dapat berlangsung
berpuluh-puluh tahun. Diagnosis ditegakkan bila terdapat interkurensi oleh angina
pectoris atau infark miokardium.- Pada usia lanjut, terdapat bising mitral atau
aorta atau perubahan EKG yang menunjukan kerusakan miokardium.Sebelum
terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis
biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya,
sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika
aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian
tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang
memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan. Gejala awal dari penyempitan
arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat
mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama berolah raga, seseorang
dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke jantung berkurang;
atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya (klaudikasio
interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. Yang khas adalah bahwa
gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul secara mendadak.Diagnosis
Diagnosis berdasarkan kelainan aterosklerotik a.coronaria dan berbagai perubahan
terjadi pada cabang a.coronaria kiri yang menurun, menyebabkan infark myocardium pada daerah
yang dibekali oleh kolateral itu. Hal ini disebut infark paradoksal (paradoxic infarction).Komplikasi:1.
Pericarditis fibrinosa atau fibrino-hemorrhagica. Biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga.
Lokalisasinya pada daerah di atas daerah nekrotik atau dapat pula menyeluruh. Dengan
menyembuhnya suatu infark, pericarditisnya biasa menghilang pula, tetapi kadang-kadang terjadi
organisasinya dan menimbulkan perlekatan-perlekatan fibrotik.2. Bila endokardium ventrikel terkena,
biasanya menyebabkan penebalan fibrotik dan trombosis mural yang menyebabkan embolus perifer.3.
Ruptura infark dapat terjadi, biasanya pada akhir minggu pertama atau permulaan minggu kedua,
pada waktu fokus iskemik paling lunak. Kebanyakan ruptura menyebabkan perdarahan keras
pericardial dan tamponade jantung. Ruptura septum interventrikulorum menyebabkan shunt kiri ke
kanan.4. Pada infark yang luas, daerah fibrotik dapat mengembang dalam waktu berbulan-bulan atau
bertahun-tahun dan menimbulkan aneurisma jantung. Trombosis mural sering terjadi pada aneurisma
tersebut.MCI atau IMA dapat dibagi dua menjadi: infark miokard akut dengan elevasi STdan infark
miokard akut tanpa elevasi ST.Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI).PatofisiologiSTEMI
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada
plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika thrombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, di mana injuri ini
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.Pada sebagian besar
kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi
lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologist menunjukkan plak koroner cenderung
mengalami rupture jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core).. Pada
STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang dipercaya menjadi dasar
sehingga STEMI memberikan respons terhadap terapi trombolitik.Selanjutnya lokasi rupture plak,
berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu akrivasi trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi
fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang
larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul
multivalent yang dapat mengikat dua platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan
silang platelet dan agregasi.Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel
yang rusak. FAktor VII dan X diaktifasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit)kemudian akan
mengalami oklusi oleh thrombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin.Pada konsisi yang
jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli koroner,
abnormalitas congenital, spasme koroner, dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.Gejala KlinikAnamnesis nyeri dada yang khas. Hampir pada setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum
terjadi STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress emosi, penyakit medis atau bedah. Walaupun STEMI
bisa terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa
jam setelah bangun tidur. Sifat nyeri dada angina sebagai berikut:o Lokasi: substernal, retrosternal,
dan prekordial.o Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.o Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang
bawah, gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan.o Nyeri membaik atau
hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.o Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin,
dan sesudah makan.o Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas
dan lemas.o Dd/: perikarditis akut, emboli paru, diseksi aorta akut, kostokondritis, dan gangguan
gastrointestinal.o STEMI tanpa nyeri dapat dijumpai pada diabetes mellitus dan usia lanjut.- Pasien
gelisah dan banyak berkeringat dingin, ekstremitas pucat.- Hiperaktifitas sistem saraf simpatis
( takikardia dan/atau hipotensi), hiperaktifitas sistem saraf parasimpatis (bradikardi dan/atau
hipotensi).Diagnosis- Disfungsi ventricular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan split paradoksal bunyi jantung dua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late
sistolik dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai 38 derajat C dapat dijumpai dalam
minggu pertama pasca STEMI.- Gambaran EKG adanya elevasi ST 2mm, minimal pada 2 sadapan
prekordial yang berdampingan atau 1mm pada 2 sadapan ekstremitas. Pemeriksaan EKG 12 sadapan
harus dilakukan segera dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD.- Pemeriksaan enzim jantung,
terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis, namun keputusan memberikan terapi
revaskularisasi tak perlu menunggu hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam tatalaksana IMA,
prinsip utama penatalaksanaan adalah time is muscle.Biomarker Molekul untuk Evaluasi Pasien Infark
Miokard dengan Elevasi STBiomarkerRentang waktu untuk meningkatRerata waktu elevasi puncak
Waktu kembali ke rentang normalSering digunakan di praktek klinikCK-MB3-12 jam24 jam48-72 jam
cTnI3-12 jam24 jam5-10 haricTnT3-12 jam12 jam-2 hari5-14 hariJarang digunakan di praktek klinik
Myoglobin1-4 jam6-7 jam24 hariCK-MB tissue isoform2-6 jam18 jamTak diketahuiCK-MM tissue isoform
1-6 jam12 jam38 jamPenatalaksanaanPerbaikan iskemia dan pemulihan aliran darah koroner dapat
tercapai dengan pemberian obat trombolitik atau angioplasty koroner transluminal perkutaneus
primer (primary pervutaneous transluminal coronay angioplasty, PCTA).- Oksigen. Pada STEMI tanpa
komplikasi dapat diberkan selama 6 jam.- Nitrogliserin. Sublingual. Dosis 0,4 mg dapat diberikan
sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Dapat juga diberikan secara intravena untuk mengendalikan
hipertensi dan edema paru.- Mengurangi atau menghilangkan nyeri dada. Menggunakan morfin 2-4 mg
dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg, aspirin, penyekat beta
(metoprolol).- Fibrinolisis (Streptokinase, tissue plaminogen activator, reteplase, tenekteplase)Antitrombotik.- PEI.Infark Miokard Akut tanpa Elevasi STAngina pectoris tak stabil (unstable angina =
UA) dan infark miokard akut tanpa elevasi ST (non ST elevation myocardial infarction = NSTEMI)
diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi.PatofisiologiNSTEMI dapat
disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang
diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya rupture plak yang tak stabil. Plak
yuang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah,
fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung rupture
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada
lokasi rupture plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses
inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF alfa, dan IL-6. Selanjutnya
IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.Tiga faktor patofisiologi yang terjadi pada NSTEMI:
Penilaian terhadap pertanda:1. Ketidakstabilan plak dan nekrosis otot yang terjadi akibat
mikroembolisasi,Cardiac-spesific troponin2. Inflamasi vascular,C-reactive protein3. Kerusakan
ventrikel kiri.brain natriuretic peptideGejala Klinik- Nyeri dada seperti pada STEMI.- Gejala tidak
khas: dispneu, mual, diaphoresis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.Diagnosis
Gambaran elektrokardiogram (EKG), secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting
yang menentukan risiko pada pasien. Baik depresi segmen ST maupun perubahan troponin T keduanya
memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan NSTEMI.Biomarker kerusakan miokard.
Troponin T atau troponin I merupakan petanda nekrosis miokard yang lebih disukai, karena lebih
spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK dan CKMB. Pada pasien dengan IMA,
peningkatan awal troponin pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu.
PenatalaksanaanPasien NSTEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama tetapi harus dipertimbangkan pada setiap
pasien NSTEMI yaitu:1. Terapi antiiskemia. (Nitrat sublingual atau spray bukal jika pasien mengalami
nyeri dada iskemia, penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60 kali/menit,
antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau diltiazem
direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada persisten atau rekuren setelah terapi nittat dosis
penuh dan penyekat beta dan pda pasien dengan kontraindikasi penyekat beta).2. Terapi anti-platelet
(aspirin dan klopidogrel) /antikoagulan (UFH/unfaractionated heparimn, LMWH/low molecular weigh
heparin).3. Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi)4. Perawatan sebelum meninggalkan RS
dan sesudah perawatan RS.PencegahanSedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah oleh penderita: Berhenti merokok
Menurunkan berat badan Mengendalikan tekanan darah Menurunkan kadar kolesterol darah dengan
diet atau dengan obat Melakukan olah raga secara teratur.