LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada
tahun 1976. Secara literal istilah metakognisi yaitu thinking about thinking yang
berarti Berpikir mengenai pemikiran. Flavell (zsoy & Ataman, 2009:68)
menyatakan bahwa Metacognition means an individuals awareness of his own
thinking processes and his ability to control these processes. Metakognisi berarti
kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya dan kemampuannya untuk
mengontrol
proses
menyatakan bahwa
2. Komponen Metakognisi
Flavell (1979: 907 909) membagi metakognisi menjadi dua bagian yaitu
pengetahuan metakognitif dan pengalaman metakognitif.
8
a. Pengetahuan metakognitif.
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan individu dan kesadaran
tentang masalah-masalah kognitif yang diperoleh dari pengalaman dan disimpan
dalam memori jangka panjang. Flavell membagi metakognitif menjadi 3 bagian
yaitu pengetahuan diri (person), pengetahuan tugas (task) dan pengetahuan
strategi (strategy). Pengetahuan diri meliputi apa yang diketahui mengenai diri
sendiri dan orang lain sebagai bagian dari kognitif. Pengetahuan diri dibagi
menjadi 3 subbagian yaitu pengetahuan intraindividual (pengetahuan tentang diri
sendiri),
strategi,
pengetahuan
tentang
tugas
kognitif
(pengetahuan
10
memisahkan (mencari) pengertian dari suatu teks, atau memahami apa yang
didengar dalam pembelajaran dikelas atau buku yang dibaca dan cara lainnya.
Strategi metakognitif dibagi menjadi 3 bagian yaitu latihan, penguraian (elaborasi)
dan pengaturan ( organisasi).
a) Strategi latihan meliputi mengulang kata - kata atau ucapan secara terus
menerus. Secara umum bukan strategi yang efektif untuk sampai pada
pemahaman tertinggi dalam suatu pembelajaran.
b) Strategi elaborasi meliputi penggunaan mnemonics untuk mengingat tugas
seperti teknik yang terdiri dari meringkas, menguraikan dengan kata kata
sendiri, dan memilih ide dari sebuah teks. Strategi elaborasi lebih baik
dalam membantu siswa untuk
mereka,
meregulasi
kognisi mereka (membaca berkali kali apa yang tidak mereka mengerti,
kembali dan memperbaiki, memperhitungkan kesalahan yang dibuat oleh
mereka).
2) Pengetahuan tugas kognitif (pengetahuan kontekstual dan pengetahuan
kondisional)
Setiap siswa menghasilkan pengetahuan dari pembelajaran yang berbeda,
strategi berpikir yang berbeda. Pengetahuan ini menggambarkan secara umum apa
strategi yang digunakan dan bagaimana menggunanakannya dengan pengetahuan
prosedural.
untuk
11
12
13
untuk
pengetahuan
metakognitif
dan
pengalaman
metakognitif
2.
Aspek
Pengetahuan
Definisi
Pengetahuan siswa mengenai strategi dan kemampuan
deklaratif
Pengetahuan
prosedural
No
3.
kondisional
Perencanaan
6.
Strategi
manajemen
keterampilan
mengorganisasikan,
atau
menguraikan
strategi
dan
dalam
meringkas
informasi
Pemahaman
monitoring
7.
cara
Aspek
Pengetahuan
4.
5.
bagaimana
Strategi debugging
memperbaiki
14
8.
Evaluasi
bentuk
yang
sederhana,
kemampuan
yang
terbatas
untuk
15
16
sedemikian
rupa
sehingga
mereka
dengan
mudah
dapat
belum
memiliki
prosedur
atau
algoritma
tertentu
untuk
17
apakah pernyataan itu benar atau salah?. Dalam penelitian ini disajikan jenis
masalah menemukan (problem to find).
b. Pemecahan Masalah Matematika
Memecahkan masalah tidak hanya menjadi tujuan yang harus dicapai
dalam suatu pembelajaran tetapi juga merupakan alat yang dipakai untuk
menghadapi masalah yang dihadapi (Iswahyudi, 2012:10). Pemecahan
masalah sendiri merupakan bagian dari matematika dan tidak bisa
dipisahkan dari matematika. Pemecahan masalah dalam matematika akan
membantu pencapaian tujuan pembelajaran dalam matematika.
Pemecahan masalah adalah menggunakan (mentransfer) pengetahuan
dan keterampilan yang sudah ada untuk menjawab pertanyaan atau situasi
yang belum terjawab (Ormrod, 2009:392). Sedangkan menurut Woolbolk
(2009:74) pemecahan masalah didefenisikan sebagai memformulasikan
jawaban baru, yang lebih dari sekedar penerapan sederhana dari aturan
aturan yang sudah dipelajari sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat tahapan Polya
dalam pemecahan masalah. Polya (Polamato, 2005:36) membagi pemecahan
masalah
menjadi
empat
bagian
antara
lain
memahami
masalah
kesadaran, dan kontrol terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam memecahkan
18
19
2. Memikirkan
Rencana
(Devising A
Plan).
Pemahaman
Monitoring.
3. Melaksanaka Pengetahuan
n Rencana
Prosedural
(Carrying
Out the Plan).
Strategi
Debugging
dalam mengingat
atau tidak dapat
informasi yang
didapatkan pada
soal.
3. Dirinya adalah
seorang yang
mampu untuk
mengerti atau tidak
mengerti sesuatu
dengan baik.
Memiliki kemampuan
Subjek sadar tentang :
1. Pertimbangan
untuk menilai atau
berbagai strategi
menduga strategi
sebelum
pembelajaran yang
memecahkan
digunakan.
suatu masalah.
2. Kegunaan strategi
strategi saat
memecahkan
suatu masalah.
Pengetahuan siswa
Subjek sadar tentang :
tentang bagaimana cara 1. Strategi
mengimplementasikan
sebelumnya yang
strategi pembelajaran.
telah dipelajari dan
dapat membantu
dalam
memecahkan
masalah.
2. Penggunaan
strategi secara
otomatis.
Strategi yang
Subjek sadar tentang :
1. Perubahan yang
digunakan untuk
harus dilakukan
memperbaiki
saat menggunakan
pemahaman dan
strategi yang salah.
pengetahuan yang
2. Evaluasi mengenai
salah.
kebingungan dalam
berasumsi.
3. Pengulangan
kembali informasi
yang tidak jelas.
20
Pengetahuan
Kondisional
4. Memeriksa
Kembali
Jawaban
(Looking
Back).
6.
Evaluasi.
Pengetahuan siswa
Subjek sadar tentang :
mengenai kapan dan
1. Kapan suatu
mengapa menggunakan
strategi akan
strategi pembelajaran
menjadi efektif.
2. Alasan
penggunaan
strategi pada
berbagai situasi.
Menganalisis
Subjek sadar tentang :
1. Strategi lain dalam
pengetahuan dan
memecahkan
strategi yang lebih
suatu masalah.
efektif setelah
2. Seberapa baik
pembelajaran.
kerja yang
dilakukan dalam
memecahkan
suatu masalah.
3. Pertimbangan
semua pilihan
dalam
memecahkan
suatu masalah.
21
Hal yang penting bagi para siswa adalah untuk termotivasi secara internal,
guna menangani masalah dan gigih dalam menemukan suatu pemecahan.
Beberapa siswa menghindari masalah atau terlalu mudah menyerah. Suatu tugas
penting bagi guru adalah untuk memikirkan atau mengarahkan siswanya menuju
permasalahan yang berarti bagi mereka dan mendorong serta mendukung mereka
dalam menemukan pemecahan. Siswa jauh lebih termotivasi untuk memecahkan
masalah yang dapat mereka hubungkan kedalam kehidupan personal mereka
dibandingkan masalah masalah buku pelajaran yang tidak mempunyai arti
personal bagi mereka. Pendekatan berbasis masalah mengambil pendekatan dunia
nyata dan personal.
b. Kurangnya kontrol emosi
Emosi dapat memfasilitasi atau membatasi seseorang dalam menggunakan
kemampuan metakognisinya untuk memecahkan masalah. Barron & Harackwicz
(Santrock, 2010 : 374) menyatakan bahwa pada saat orang sangat termotivasi,
pemecah masalah yang baik selalu mampu mengontrol emosinya dan
berkonsentrasi pada solusi suatu masalah. Terlalu banyak kegelisahan atau
ketakutan dapat membatasi kemampuan murid untuk memecahkan masalah.
Individu yang kompeten dapat memecahkan masalah biasanya tidak takut
membuat kesalahan. Brown (Louca, 2003 : 11) juga menyatakan bahwa
pengalaman metakognisi seseorang sangat dipengaruhi oleh kecemasan,
ketakutan, ketertarikan. Anxiety (kecemasan) adalah perasaan takut dan
kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Kecemasan akan terjadi
ketika seseorang telah terjebak dalam kosnstruknya yang buruk. Normal jika
murid kadang merasa khawatir atau cemas saat menghadapi kesulitan di sekolah
seperti saat akan mengerjakan ujian. Menurut Bandura (Santrock, 2010:529)
bahwa para periset telah menemukan banyak murid sukses punya kecemasan pada
level moderat. Menurut Wigfield & Eccles (Santrock, 2010:529) menyatakan
bahwa beberapa murid yang punya tingkat kecemasan tinggi dan konstan bisa
mengganggu kemampuan mereka untuk meraih prestasi. Misalnya kecemasan
menghadapi ujian diperkirakan akan menurunkan prestasi sekitar 10 juta anak dan
remaja. Kaitannya dengan kesulitan metakognisi maka siswa yang sulit untuk
mengontrol emosinya baik kecemasan, ketakutan maupun ketertarikannya
terhadap sesuatu maka akan membuatnya sulit untuk menggunakan kemampuan
22
23
f. Kurangnya latihan
Santrock (2010 : 343) menyatakan bahwa dibutuhkan waktu, pedoman dan
bimbingan dari guru untuk belajar menggunakan kemampuan metakognisi sebagai
strategi dalam memecahkan masalah. Dengan latihan, siswa dapat menggunakan
strategi lebih cepat dan kompeten. Latihan berarti siswa menggunakan strategi
efektif berkali kali sehingga mereka mampu melakukannya secara otomatis.
Untuk menjalankan strategi secara efektif, mereka perlu menyimpan strategi itu
dalam memori jangka panjang dan latihan intensif akan memungkinkan hal
tersebut. Sebaliknya jika siswa tidak melakukan latihan berkali kali maka akan
sulit untuk menemukan strategi yang tepat ketika memecahkan masalah.
g. Pembelajaran yang kurang mengarahkan siswa pada penggunaan strategi
metakognisi.
Menurut Pressley (Santrock, 2010:342) kunci pendidikan adalah membantu
murid mempelajari serangkaian strategi yang dapat menghasilkan solusi dari suatu
masalah. Pemikir yang baik menggunakan strategi secara rutin untuk
memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga tahu kapan dan dimana harus
menggunakan suatu strategi (pengetahuan kondisional). Memahami kapan dan
dimana harus menggunakan strategi kerap muncul dari aktivitas monitoring yang
dilakukan siswa terhadap situasi pembelajarannya.
Ketika siswa diberikan instruksi tentang strategi yang efektif mereka
seringkali dapat mengaplikasikan strategi tersebut. Siswa sangat terbantu jika guru
mencontohkan strategi yang tepat dan menerangkannya secara lisan. Kemudian
siswa berlatih menggunakan strategi tersebut dengan dibimbing oleh guru sampai
siswa
dapat
melakukannya
dengan
lancar.
Agar
bisa
efektif
dalam
24
pembelajaran maka akan terasa sulit bagi siswa untuk dapat menggunakan strategi
secara efektif dalam memecahkan masalah.
a.
7. Tipe Kepribadian
Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan
pemikiran, kajian atau temuan temuan (hasil praktik penanganan kasus) para
ahli. Dalam kehidupan sehari hari kata kepribadian digunakan untuk
menggambarkan: (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti saya seorang yang
terbuka atau saya seorang yang pendiam, (2) kesan umum seseorang tentang
diri anda atau orang lain, seperti dia agresif atau dia jujur, (3) fungsi-fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti : dia baikatau dia pendendam
(Hasanah, 2013 : 15)
Menurut Sujanto (Agustina, 2013), kata kepribadian berasal dari kata
personality (bahasa inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa latin) yang
berarti kedok atau topeng. Santrock (2011:177) menyatakan kepribadian merujuk
pada pemikiran, emosi dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Koentjaraningrat (Agustina,
2013; 13) Kepribadian sebagai susunan unsur unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap tiap individu
manusia. Hal yang sama juga dikatakan oleh Kamenskaya & Kukharev
(Agustina, 2013 : 14) yang menyatakan bahwa :
Personality is a dynamic organization, inside the person of phsychophysical
systems that create a persons characteristic patterns of behavior, thoughts
and feeling. In other words, personality is a complex combination of traits
and characteristics that determines our expectations, self perceptions,
values and attitudes, and predicts our reaction to people, subjects and even.
Makna kalimat diatas adalah kepribadian adalah organisasi dinamis,
didalam orang itu, sistem psikofisik yang menciptakan pola karakteristik
seseorang dari perilaku, pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, kepribadian
adalah kombinasi kompleks dari sifat sifat dan karaketristik yang menentukan
harapan, persepsi diri, nilai dan sikap serta memprediksi reaksi kita terhadap
orang, subjek dan peristiwa.
25
26
27
28
29
dimana subyek penelitian ini terdiri dari siswa kelas 5 SD dengan rata rata umur
adalah 11.2 tahun. Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa
digunakan soal untuk tes prestasi yang diadaptasi dari Mathematical Problem
Solving Achievement Test (MPSAT). Kemudian pengukuran keterampilan dan
pengetahuan metakognisi menggunakan angket Mathematical Problem Solving
Achievement Test and Turkish version of Metacognitive Skills and Knowledge
Assessment (MSA-TR) yang diambil dari Metacognitive Skills and Knowledge
Assessment. Angket tersebut terdiri dari 160 item dengan skor minimum adalah 0
dan skor maksimum adalah 360. Angket metakognisi terdiri dari dua komponen
metakognisi yaitu pengetahuan dan keterampilan dan terdiri dari tujuh indikator
metakognisi yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan
kondisional, prediksi, perencanaan, pengontrolan dan evaluasi. Adapun hasil dari
penelitian ini yang didapat dari tabel ANOVA yaitu [F (1,45) = 23.389, p < 0.05].
Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan strategi metakognisi dalam kelompok
eksperimen menyebabkan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dalam pengetahuan dan keterampilan metakognisi. Hasil
yang diperoleh menunjukan skor mengenai MSA-TR untuk analisis metakognisi
pada kegiatan pemecahan masalah meningkat bila dibandingkan sebelum
perlakuan dan terbukti lebih efektif dibandingkan kelompok yang tidak terkena
perlakuan terutama dalam hal pengembangan keterampilan metakognisi. Efek
perhitungan hasil juga menunjukan perlakuan memiliki efek besar (F = 0.446).
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan dalam hal strategi
metakognisi dalam pembelajaran matematika akan meningkatkan pembelajaran
matematika. Dalam hubungannya dengan analisis metakognisi terhadap
kemampuan pemecahan masalah, pemberian perlakuan (strategi metakognisi)
pada kelompok eksperimen memberikan perbedaan hasil kemampuan pemecahan
masalah dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan (strategi
metakognisi). Pemberian srategi metakognisi terhadap kelas eksperimen ternyata
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah.
Sehingga
dapat
30
31
bahwa
pembelajaran
dengan
strategi
metakognisi
dapat
32
metakognisi pada laki laki lebih tinggi dari perempuan dimana rata ratanya
yaitu 3.391 lebih tinggi dibanding perempuan yang rata ratanya adalah 2.963.
0.05
Hasil yang sama juga ditunjukan dari nilai T yaitu 5.03 (
dengan
kemampuan
matematika
rendah.
Hasil
penelitian
ini
33
membuat
rencana
melaksanakan rencana
34
berpikir kritis dan menggali jurnal paling sedikit dilakukan. Hal ini
mengindikasikan bahwa penggalian jurnal tidak mendorong siswa untuk
membantu mereka dalam tulisan tulisan dan menambah wawasan mereka
sehingga cenderung melakukan kesalahan. Ketika mempertimbangkan bahwa
siswa dapat mengevaluasi cara berpikir dan bertindak secara maksimal,
tampaknya peserta didik dapat mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesalahan dan
keberhasilan dalam pembelajaran matematika tetapi mereka tidak terus menerus
mengembangkan
pengetahuan
mereka.
Kenyataan
bahwa
peserta
didik
35
sesuai dengan
36
Menurut
tipologi
Hippocrates-Galenus
kepribadian
37
38
sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan
baik hati, menyembunyikan emosi dan bahagia menerima kehidupan.
Kaitannya dengan kemampuan metakognisi dalam memecahkan masalah,
adanya perbedaan tipe kepribadian juga menimbulkan perbedaan kemampuan
metakognisi dan adanya perbebedaan pula dalam menggunakan strategi
metakognisi.
Tipe kepribadian choleris. Jika dilihat dari caranya dalam bekerja, tipe
orang ini tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami masalah, menyadari
langkah langkah yang digunakan, menyadari kesalahan yang dilakukan
menyadari seberapa baik hasil kerjanya hal ini dikarenakan karena sifatnya bisa
mengorganisir sesuatu dengan baik dan melihat seluruh gambaran dengan baik.
Tipe ini juga tidak mengalami kesulitan dalam membuat rencana pemecahan
masalah karena dia terbiasa dalam membuat target. Dalam menyelesaikan
masalah pun tipe ini sering lebih unggul, karena dia sering mencari pemecahan
masalah praktis, apalagi dalam keadaan darurat, karena sifatnya yang aktif dan
tidak emosional dalam bertindak, dia dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Tipe kepribadian sanguinis. Tipe orang ini akan mengalami kesulitan dalam
memahami masalah karena sifatnya yang tidak teliti dan tidak cermat dalam
memahami sesuatu. Dalam membuat rencana pemecahan masalah tipe orang ini
tidak akan mengalami kesulitan karena sifatnya yang inovatif, punya energi dan
selalu memulai sesuatu dengan cara yang cemerlang. Sedangkan dalam
melaksanakan rencana pemecahan masalah, tipe orang ini akan mengalami
kesulitan karena sifatnya yang tidak teliti dan tidak cermat.
Tipe kepribadian melancholis. Tipe ini tidak akan mengalami kesulitan
dalam memahami masalah, membuat rencana penyelesaian karena sifatnya yang
teratur, perfeksionis, selalu melihat masalah. Siswa tidak akan mengalami masalah
dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah dan evaluasi karena tipenya
yang serius dan tekun, cenderung jenius penuh kesadaran dan idealis. Namun jika
rasa bimbang dalam dirinya besar maka akan membuat tipe orang ini sulit dalam
menyelesaikan masalah.
Tipe kepribadian phlegmatis. tidak akan mengalami kesulitan dalam
memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menjalankan penyelesaian
39
karena tipenya yang mantap dan cakap, punya kemampuan administratif, dan
selalu menemukan cara yang mudah dalam menyelesaikan masalah. Namun jika
tipe ini tidak tertarik dengan masalah yang dihadapi maka ia akan mengalami
kesulitan dalam memahami masalah sampai mengevaluasi masalah.
Dari penjelasan tersebut, dapat terlihat bahwa masing masing tipe
kepribadian memiliki kesulitan yang berbeda dalam menggunakan kemampuan
metakognisinya. Dengan mengetahui kesulitan metakognisi yang dialami oleh
masing masing siswa dengan tipe kepribadian yang berbeda maka akan
membantu mereka juga untuk meminimalkan semua itu sehingga berdampak pada
perkembangan yang baik dalam menyelesaikan masalah.