Anda di halaman 1dari 5

UPAYA KESEHATAN SEKOLAH

(UKS)

A. Latar Belakang
Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan


strategis dalam upaya kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak
usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup
lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak
(99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah
12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah
(Depdiknas, 2007). Dari segi populasi, upaya kesehatan di sekolah dapat
menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat
umum/keluarga.

Di dalam tatanan pelayanan kesehatan, Guru UKS secara langsung berhubungan


dengan Promosi kesehatan di sekolah yang merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama:

1. Penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,


2. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
3. Upaya pendidikan yang berkesinambungan.

Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.

B. Sejarah Singkat UKS


UKS dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project dijakarta dan bekasi yang
merupakan kerjasama antara Depkes, Depdikbud dan Depdagri. Pada tahun 1980
ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara depdikbud dan depkes, tentang
kelompok kerja UKS. Untuk mencapai kemantapan pembinaan secara terpadu
ditetapkan SKB Mendikbud, Menkes, Menag dan Mendagri tanggal 3 september
1984;
1. Pokok kebijaksanaan dan pengembangan UKS Nomor 408 a/U/1984,
No.319a/Menkes/SKB/VI/1984, N0.74/Th/1984, N0.61/1084.
2. Tentang Tim Pembina UKS Nomor 408a/U/1048,
N0.319a/Menkes/SKB/VI/1984, No 74a/1984, No. 61/1984 yang
disempurnakan dengan Nomor 0372a/P/1989, No.
390a/Menkes/SKB/VI/1089, No.140a/Th/1989, No.30a Tahun 1989 tanggal
12 juni 1989.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


DI SEKOLAH

Tidak ada seorang pun yang dapat memperkirakan kapan kecelakaan atau
serangan sakit mendadak akan terjadi. Dalam kondisi seperti itu, kita perlu
tanggap akan situasi tersebut. Melakukan pertolongan pertama penting dilakukan.
Dengan peralatan minimal pertolongan pertama bisa sangat membantu. Oleh
karena itu penting bagi tenaga medis UKS mengetahui dan mempelajari
penanganan awal untuk kasus kecelakaan di sekolah.

A. Mimisan (Epistaksis)

1. Definisi
Mimisan atau dalam bahasa kedokterannya disebut Epistaksis merupakan
gejala yang sangat sering dijumpai pada anak anak, walau demikian banyak
orang tua yang ketakutan dan bingung bila anaknya kedapatan sedang
mimisan.

Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala


dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena bermacam sebab
dari yang ringan sampai yang berat.

Mimisan merupakan gejala keluarnya darah dari hidung yang dapat terjadi
akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan yang
terjadi di tempat lain dari tubuh. Kelainan lokal dapat berupa trauma misalnya
mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing di hidung, dan iritasi gas
yang merangsang.

2. Penanganan
Apabila menemui hidung berdarah atau mimisan, lakukan pertolongan
pertama sebagai berikut:
a. Mintalah pasien untuk duduk dengan badan condong ke depan. Jaga mulut
tetap terbuka supaya udara masih dapat masuk dalam paru-paru meskipun
hidung tersumbat oleh darah.
b. Tekan atau pencet hidung selama 15 menit. Tekan di bawah tulang hidung
pada bagian ujungnya, lepaskan perlahan
c. Jangan biarkan korban melesitkan hidung. Apabila perdarahan terus
berlangsung, tekan atau pencet lagi selama 5 menit dan pastikan korban
tidak menelan darah yang keluar
d. Ambil kain basah atau es yang dibungkus dengan kain. Tempelkan pada
hidung pasien untuk mempersempit pembuluh darah
e. Bila perdarahan berlanjut atau ada tanda patah tulang hidung, segera bawa
ke pelayanan kesehatan terdekat.

B. Pingsan Karena Cuaca Panas (Heat Exhaustion dan Heat Stroke)

Heat Exhaustion
Keringat bekerja sebagai natural air conditioner, keringat yang keluar dari kulit,
akan berefek mendinginkan tubuh. Kemampuan system pendingin kita dapat
gagal jika kita paksakan pada kondisi panas dan lembab.
Heat exhaustion ini umumnya disebabkan karena aktivitas-aktivitas dalam jangka
waktu yang lama di luar ruangan pada hari yang panas. Biasanya, orang yang
mengalami heat exhaustion ini juga kurang minum air putih sehingga terjadi
dehidrasi. Kondisi ini tidak berbahaya. Namun, apabila terus berulang maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

1. Tanda dan gejala:


a. Dingin, kulit pucat
b. Berkeringat
c. Mulut kering
d. Fatigue dan lemas
e. Pusing
f. Nyeri kepala
g. Mual, kadang sampai muntah
h. Kram otot
i. Denyut nadi lemah dan cepat

2. Penanganan
a. Penderita dibaringkan ke tempat sejuk dengan kepala lebih rendah,
pakaian dilonggarkan
b. Beri minum air dingin
c. Beri angin segar
d. Bila keadaan cepat teratasi, biasanya keadaan umum pasien segera
membaik; tetapi bila tidak membaik dapat memberat menjadi heat stroke
Heat Stroke
Heat stroke, bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan. Jika sistem pendingin
tubuh gagal, suhu tubuh meningkat dengan cepat, menimbulkan kondisi
emergency. Pada kondisi ini, pasien harus segera dibawa ke layanan kesehatan
terdekat.
1. Tanda dan gejala:
a. Suhu tubuh tinggi, 104o F atau lebih (40o C atau lebih)
b. Kulit kering, panas dan berwarna merah
c. Tidak berkeringat
d. Nafas dalam dan cepat, kemudian nafas dangkal dan nadi kecil
e. Pupil mata dilatasi
f. Bingung, halusinasi
g. Penurunan kesadaran

Pada anak dan dewasa dapat menimbulkan heat stroke pada cuaca yang sangat
panas. Heat stroke pada anak tidak hanya berkaitan dengan suhu dan
kelembaban tinggi, tetapi juga karena kurangnya asupan cairan.

2. Penanganan
a. Turunkan suhu tubuh segera dengan cara memindahkan pasien ke tempat
sejuk dan berventilasi baik (gunakan kipas angin) dan pakaian di
tanggalkan
b. Mambasuh tubuh pasien dengan air dingin
c. Lakukan massage (pijatan) kulit untuk mengatasi efek penyempitan
pembuluh darah (vasokontriksi) dari air dingin dan mempercepat aliran
darah
d. Periksa suhu setiap 10 menit dan usahakan suhu di bawah 400C namun
jangan sampai suhu dibawah 38,5o C
e. Bila keadaan belum membaik dan suhu tidak menurun, segera bawa ke
layanan kesehatan terdekat.

C. Perdarahan
Saat terjadi trauma (jatuh, terbentur dan jenis trauma lain) sangat mungkin terjadi
perdarahan, maka tindakan mengontrol perdarahan merupakan prioritas pada
pertolongan pertama.
Penanganan perdarahan :
1. Angkat bagian yang berdarah untukmengurangi derasnya aliran darah
2. Lindungi luka dengan perban tekan yang bersih (dengan tekanan yang cukup)
3. Segera bawa pasien ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai