Oleh :
Wida Pratiwi Oktavia
(G99141023)
(G99141025)
Pembimbing:
Prof. Dr. B. Soebagyo,dr. Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
0
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An.C Y
Umur
: 14 tahun
Berat badan
: 45 kg
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Nama Ayah
: Bp. S
Pekerjaan Ayah
: Pedagang
Agama
: Islam
Nama Ibu
: Ny. B
Pekerjaan Ibu
Alamat
: Wonogiri
Tanggal masuk
: 15 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan
: 15 Januari 2015
No. RM
: 01286609
II. ANAMNESIS
A.Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I
II
III
14.00 WIB
18.30 WIB
senin
kamis
selasa rabu
12 Januari 2015
15 Januari 2015
demam turun namun naik lagi. Saat itu tidak didapatkan sesak napas, gusi
berdarah, mimisan, muntah darah dan buang air besar berwarna hitam.
Pasien mengeluhkan mual, namun tidak muntah. Pasien masih bisa makan
dan minum walaupun nafsu makannya berkurang. Buang air kecil berwarna
kuning jernih.
Sesaat sebelum masuk rumah sakit pasien muntah 1 kali sebanyak
gelas belimbing berisi makanan dan minuman. Pasien masih merasakan
demam, dan mereda setiap kali diberi obat penurun panas setelah itu
kembali panas.
Pasien dibawa ke rumah sakit Dr Moewardi, saat di IGD pasien masih
demam, didapatkan nyeri kepala, nyeri perut bagian tengah dan nyeri otot
atau sendi. Pasien juga mengeluhkan muncul ruam kemerahan di daerah
perut, tangan dan kaki, namun tidak didapatkan sesak napas, mimisan,
muntah darah dan buang air besar berwarna hitam. Nafsu makan pasien
masih berkurang dan malas minum. Buang air kecil berwarna kuning jernih
dan terakhir 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Demam Berdarah sebelumnya
: (-)
: (-)
-Riwayat mondok
: (-)
: (-)
: (-)
mengeluh
sakit
selama
kehamilan.
Ibu
pasien
tidak
2.
3.
4.
5.
Miring
Tengkurap
Duduk
Berjalan
Kesan
K. Riwayat Nutrisi
1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan
lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya
sekali sehari satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI
jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.
ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk
jumlah menyesuaikan.
5. 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi
menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah
sudah bervariasi jumlah menyesuaikan.
Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup.
L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.
M. Pohon Keluarga
II
4 42th tahun thn
39 th
III
An. C, 14 th tahun
N. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
-
Keadaan umum
Derajat gizi
b) Tanda vital
-
Laju Nadi
Laju Pernafasan
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Suhu
: 38,30C peraksila
c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud
kelainan kulit (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, moon face (-),
oedem palpebra (-)
e) Mata
Odema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain (-/-),
tragus pain(-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-)
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-).
k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-).
l) Lymphonodi
Retroaurikuler
: tidak membesar
Submandibuler
: tidak membesar
m) Toraks
Bentuk
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SIC II LPSS
: SIC IV LMCS
: SIC II LPSD
: SIC IV LPSD
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
n) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o) Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Pemeriksaan
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
12.20
g/dl
12-15,6
Hct
53
33-45
AL
2.6
106 / L
4,5-14,5
AT
27
103 / L
150-450
AE
6.22
103/ L
3.80-5.80
MCV
81.2
/um
80,0-96,0
MCH
27.1
Pg
28,0-33,0
MCHC
32.2
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.2
11.6-14.5
MPV
7.3
Fl
7.2-11.1
PDW
19
25-65
Eosinofil
1.30
0,00-4,00
Basofil
0,30
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
66,80
28.50
7.40
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
12.20
g/dl
12-15,6
Hct
50
33-45
AL
2.2
106 / L
4,5-14,5
AT
22
103 / L
150-450
AE
5.93
103/ L
3.80-5.80
MCV
84.2
/um
80,0-96,0
MCH
27.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
32.6
g/dl
33,0-36,0
Index Eritrosit
RDW
11.3
11.6-14.5
MPV
7.5
Fl
7.2-11.1
PDW
20
25-65
Eosinofil
3.30
0,00-4,00
Basofil
0,60
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
53,80
31.50
11.10
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Hasil
Satuan
Rujukan
Makroskopis
Warna
Yellow
Kejernihan
St.
cloudy
Kimia urin
Berat jenis
1,025
1,015-1,025
pH
6,0
4,5-8,0
Leukosit
Negatif
Nitrit
Protein
Negatif
mg/dl
Negatif
Glukosa
Normal
mg/dl
Normal
Keton
Negatif
mg/dl
Negatif
Urobilinogen
Normal
mg/dl
Normal
Bilirubin
Negatif
mg/dl
Negatif
Eritrosit
Negatif
/l
Negatif
Eritrosit
4,1
/ul
0-6.4
Leukosit
4,3
/LBP
0-12
/LPB
Negatif
/l
Negatif
Negatif
Makroskopis
Epitel :
Epitel Squamous
0-1
Epitel Transisional
/LPB
Negatif
Epitel bulat
/LPB
Negatif
Hyline
/LPK
03
Granulated
/LPK
Negatif
Leukosit
/LPK
Negatif
Silinder
Laboratorium feses tanggal 16 Januari 2015 jam 06.00 : Tinja berwarna kuning,
ampas > cairan. Dari analisis parasitologi tidak ditemukan parasit maupun jamur
pathogen
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.20
g/dl
12-15,6
Hct
45
33-45
AL
2.5
106 / L
4,5-14,5
AT
27
103 / L
150-450
AE
5.53
103/ L
3.80-5.80
MCV
80.7
/um
80,0-96,0
MCH
29.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
36.6
g/dl
33,0-36,0
RDW
12.3
11.6-14.5
MPV
8.5
Fl
7.2-11.1
PDW
17
25-65
Index Eritrosit
10
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
15.20
g/dl
12-15,6
Hct
46
33-45
AL
3.0
106 / L
4,5-14,5
AT
17
103 / L
150-450
AE
5.49
103/ L
3.80-5.80
MCV
84.2
/um
80,0-96,0
MCH
28.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
33.6
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.0
11.6-14.5
MPV
6.8
Fl
7.2-11.1
PDW
19
25-65
Eosinofil
2.30
0,00-4,00
Basofil
0,50
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
42,80
42.50
12.20
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
12.20
g/dl
12-15,6
Hct
46
33-45
AL
3.0
106 / L
4,5-14,5
AT
14
103 / L
150-450
AE
5.40
103/ L
3.80-5.80
84.7
/um
80,0-96,0
Index Eritrosit
MCV
11
MCH
27.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
32.8
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.0
11.6-14.5
MPV
6.0
Fl
7.2-11.1
PDW
18
25-65
Eosinofil
1.70
0,00-4,00
Basofil
1,60
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
40,80
40.50
15.40
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.50
g/dl
12-15,6
Hct
44
33-45
AL
2.9
106 / L
4,5-14,5
AT
14
103 / L
150-450
AE
5.21
103/ L
3.80-5.80
MCV
84.6
/um
80,0-96,0
MCH
27.8
Pg
28,0-33,0
MCHC
32.9
g/dl
33,0-36,0
RDW
11
11.6-14.5
MPV
6.5
Fl
7.2-11.1
PDW
18
25-65
Eosinofil
2.00
0,00-4,00
Basofil
0,00
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
34
57.00
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
Index Eritrosit
12
Monosit
7.00
0,00-6,00
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.20
g/dl
12-15,6
Hct
43
33-45
AL
3.5
106 / L
4,5-14,5
AT
16
103 / L
150-450
AE
5.10
103/ L
3.80-5.80
MCV
83.7
/um
80,0-96,0
MCH
28.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
33.8
g/dl
33,0-36,0
RDW
10.8
11.6-14.5
MPV
6.8
Fl
7.2-11.1
PDW
20
25-65
Eosinofil
2.00
0,00-4,00
Basofil
0,00
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
38,80
52.00
8.00
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.20
g/dl
12-15,6
Hct
44
33-45
AL
3.5
106 / L
4,5-14,5
AT
14
103 / L
150-450
AE
5.30
103/ L
3.80-5.80
Index Eritrosit
13
MCV
83.7
/um
80,0-96,0
MCH
27.7
Pg
28,0-33,0
MCHC
32.8
g/dl
33,0-36,0
RDW
10.8
11.6-14.5
MPV
6.8
Fl
7.2-11.1
PDW
19
25-65
Eosinofil
2.00
0,00-4,00
Basofil
0,00
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
38,80
53.00
%
%
%
18,00-74,00
33,00-48.00
0,00-6,00
5.00
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.20
g/dl
12-15,6
Hct
42
33-45
AL
3.6
106 / L
4,5-14,5
AT
20
103 / L
150-450
AE
5.05
103/ L
3.80-5.80
MCV
83.6
/um
80,0-96,0
MCH
28.1
Pg
28,0-33,0
MCHC
33.6
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.00
11.6-14.5
MPV
9.1
Fl
7.2-11.1
PDW
20
25-65
Eosinofil
2.00
0,00-4,00
Basofil
0,00
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
30.00
50.00
%
%
18,00-74,00
33,00-48.00
Index Eritrosit
14
Monosit
18.00
0,00-6,00
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
14.10
g/dl
12-15,6
Hct
43
33-45
AL
4.5
106 / L
4,5-14,5
AT
16
103 / L
150-450
AE
5.14
103/ L
3.80-5.80
MCV
83.0
/um
80,0-96,0
MCH
27.4
Pg
28,0-33,0
MCHC
33.0
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.00
11.6-14.5
MPV
8.2
Fl
7.2-11.1
PDW
19
25-65
Eosinofil
2.20
0,00-4,00
Basofil
1.20
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
32,30
46.00
18.30
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
Index Eritrosit
Hasil
Satuan
Rujukan
Makroskopis
Warna
Yellow
Kejernihan
Clear
Kimia urin
Berat jenis
1,010
1,015-1,025
pH
7,6
4,5-8,0
15
Leukosit
Negatif
/l
Negatif
Nitrit
negatif
Protein
Negatif
mg/dl
Negatif
Glukosa
Normal
mg/dl
Normal
Keton
Negatif
mg/dl
Negatif
Urobilinogen
Normal
mg/dl
Normal
Bilirubin
Negatif
mg/dl
Negatif
Eritrosit
Negatif
/l
Negatif
Eritrosit
0.5
/ul
0-6.4
Leukosit
0.1
/LBP
0-12
Negatif
Makroskopis
Epitel :
Epitel Squamous
0-1
/LPB
Negatif
Epitel Transisional
0-1
/LPB
Negatif
Epitel bulat
/LPB
Negatif
Hyline
/LPK
03
Granulated
/LPK
Negatif
Leukosit
/LPK
Negatif
Silinder
8/9
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
13.90
g/dl
12-15,6
Hct
41
33-45
AL
4.7
106 / L
4,5-14,5
AT
54
103 / L
150-450
AE
4.86
103/ L
3.80-5.80
83.3
/um
80,0-96,0
Index Eritrosit
MCV
16
MCH
28.6
Pg
28,0-33,0
MCHC
34.3
g/dl
33,0-36,0
RDW
11.00
11.6-14.5
MPV
8.9
Fl
7.2-11.1
PDW
19
25-65
Eosinofil
1.40
0,00-4,00
Basofil
0.70
0,00-1,00
Netrofil
Limfosit
Monosit
39,30
45.90
12.70
%
%
%
18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00
17
P. RESUME
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, timbul mendadak, dan terus
menerus. Panas menurun setelah minum obat penurun panas, nyeri kepala
(+), nyeri otot atau sendi (+), mual (+), muntah (+) 1 kali gelas
belimbing, nyeri perut di bagian ulu hati (+), muncul ruam di daerah
perut, tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: S = 38,3 oC saat datang,
petechie (+) pada abdomen dan ekstremitas, hepar teraba 1 cm dibawah
arcus costae dextra, nyeri tekan perut di regio epigastrium.
Q. DAFTAR MASALAH
1. Demam mendadak tinggi kurang dari 7 hari
2. Mual (+) Muntah (-)
3. Nyeri di seluruh lapang perut terutama regio epigastrica
4. Petechie (+)
5. Trombositopeni
6. Hepatomegali
7. Peningkatan Hematokrit
8. Leukositosis
R. DIAGNOSIS BANDING
1. DHF grade II
2. DF dengan Perdarahan
3. Demam Chikungunya
4. Morbili
18
S. DIAGNOSIS KERJA
1. DHF grade II
2. Gizi Baik
T. PENATALAKSANAAN
1. Rawat bangsal bagian anak sub infeksi
2. Diet nasi lauk 2000 kkal/hari
3. Infus Asering 167 cc/jam (5 cc/kgBB/hari)
4. Paracetamol 3x 500 mg peroral (jika demam)
Monitoring
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Edukasi
5.
6.
7.
Istirahat
8.
Banyak minum
19
U. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
V. PROGRESS REPORT
DPH
0
Tanggal
15/1/15
Keluhan/KU/VS
Panas (+),
pusing (-),
mimisan(-),
mual (+)
muntah (-),
makan (+),
minum (+),
batuk(-),
pilek(-),
BAB(+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM,gizi
kesan baik
VS :
T: 110/70 mmHg
HR=108x/1
RR=24x/1
S=38,30C
Pemeriksaan / Diagnosis
epigastrium.
Lab Darah:
Hb : 12,2 g/dl
Ht : 53%
AT :27 x 103/L
AL : 2.6 x 106/L
Kesan : Hemokonsentrasi
menyongkong DHF grade II
Lingkar Perut : 62 cm
Ass :DHF grade II
Gizi baik
16/1/15
Panas (-),
pusing (-),
mimisan (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
Terapi
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Cek DL2/ 8
jam
feses
KUVS/TD/4
Jam
Lingkar perut : 62 cm
20
Infus Asering
167 cc/jam
Planning:
Lab Darah:
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
167 cc/jam
T: 110/60mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Hb : 15,2 g/dl
Ht : 46%
AT :17 x 103/L
AL :3.0 x 106/L
Kesan : Hemokonsentrasi
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Planning:
Cek DL2/ 8
jam
KUVS/TD/4
Jam
II
17/1/15
Panas (-),
pusing (-),
mimisan (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
135 cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Planning:
III
18/10/15
Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
Cek DL2/ 8
jam
KUVS/TD/4
Jam
BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
S=36,50C
IV
19/1/15
Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
hari 6)
Gizi baik
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
135 cc/jam
Lingkar perut : 62 cm
Lab Darah:
Hb : 14,1 g/dl
Ht : 43%
AT :16 x 103/L
AL :4.5 x 106/L
Ass :DHF grade II (demam
hari 7)
Gizi baik
Planning:
jam
Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 120/80mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C
Jam
KUVS/TD/4
20/1/15
Cek DL2/ 8
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Cek urin dan
Feses rutin ulang
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
135 cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Planning:
Cek DL2/ 8
jam
KUVS/TD/4
Jam
22
BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Jika AT >
50.000 BLPL
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
135 cc/jam
Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)
Planning:
BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot, dan atau nyeri sendi disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah DBD yang ditandai oleh
renjatan/syok.3
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
23
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
Gambar 1. Epidemiologi infeksi dengue di kawasan Asia Tenggara
yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di
Indonesia. Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil
terhadap suhu dan faktor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus
DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid,
ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu
selubung protein E dan protein membrane M.
Jika seseorang ternfeksi dengan satu serotipe akan mendapatkan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi hanya 2-3 bulan
kekebalan untuk serotipe lain. Apabila terinfeksi dengan serotipe lain atau
beberapa serotipe akan mengakibatkan DHF / DSS.3
D. Patofisiologi / patogenesis3
Hipotesis infeksi heterolog sekunder ( the secondary heterologous
Infection hyphotesis atau the sequential infection hypothesis) sampai saat ini
masih dianut sebagai konsep patogenesis terjadinya DHF. Berdasarkan
hipotesis ini seseorang akan menderita DHF apabila mendapatkan infeksi
berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu
tertentu, yang berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun. Hipotesis lain yang
menentangnya adalah hipotesis virulensi virus, menurut hipotesis ini
perbedaan virulensi serotipe virus dengue adalah penyebab terjadinya DHF.
Kelemahan hipotesis pertama adalah ketika dilaporkan adanya kasus
DSS pada seorang anak wanita berusia 3 tahun di jakarta yang mengalami
infeksi primer. Kelemahan hipotesis kedua adalah tidak adanya bukti
eksperimental, baik percobaan binatang maupun kultur jaringan yang dapat
membuktikan perbedaan virulensi keempat serotiope virus dengue tersebut.
Hipotesis teori infeksi sekunder menyatakan secara tidak langsung bahwa
penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita
DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai
virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
25
leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam
sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement
(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus
dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1,PAF, IL-6 dan
histamine
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas
vaskuler
dan
26
Dikutip
dari : World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
Adanya kesulitan dalam pengklasifikasian dengue menurut WHO 1997
yang ditandai dengan semakin meningkatnya kasus dengue berat diklinis
yang tidak sesuai dengan kriteria WHO 1997 seperti ensefalopati. Hal ini
disebabkan karena klasifikasi ini terlalu luas sehingga menurut WHO, perlu
diadakannya pembaharuan, agar memudahkan diagnosis dan identifikasi
penggolongan tingkat derajat dengue untuk triase dan penanganan awal di
rumah sakit, sehingga penanganan pasien menjadi lebih cepat dan terarah.
Gambar dibawah ini merupakan kriteria WHO 2009.
27
28
29
30
F. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatis. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti fase kritis selama 2-3
hari. pada fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi memiliki risiko
untuk terjadi syok jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.3
4-5. Antibodi spesifik Anti-dengue IgM dapat ditemukan saat hari ke 36, kemudian akan menetap dengan kadar yang rendah sampai 3 bulan
setelah demam. IgG akan meningkat pada hari ke 9-10 yang kemudian
akan bertahan dengan kadar rendah sampai 1 dekade dan hal ini dapat
mengetahui
kemungkinan
seseorang
pernah
terinfeksi
dengue
sebelumnya.
Tabel 4. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue disesuaikan dengan
sarana kesehatan
may (1):
- be sent home (Group A)
- be referred for in-hospital management (Group B)
- require emergency treatment and urgent referral (Group C)
Tabel 5. Manajemen infeksi dengue
Dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang harus terkandung :
a. Onset dari demam/ penyakit
b. Banyaknya cairan yang diminum
c. Diare
d. Urine output ( frekuensi, volume, BAK terakhir)
e. Gejala-gejala dari warning sign
f. Perubahan status mental/ adanya kejang/
g. Riwayat perjalanan ke daerah endemik dengue, riwayat keluarga/ tetangga
yang menderita dengue, kondisi kesehatan ataupun penyakit yang dimiliki
pasien (ibu menyusui, ibu hamil, obesitas, diabetes melitus, hipertensi,
HIV)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
a. Status mental
b. Status hidrasi
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan adanya takipneu/ pernapasan kusmaul/ efusi pleura
e. Pemeriksaan abdomen berupa adanya nyeri tekan/ hepatomegali/ asites
f. Periksa adakah kemerahan atau manifestasi perdarahan
g. Periksa Rumplee Leed
36
37
2. Kriteria B
Pasien yang diharuskan untuk rawat inap untuk observasi lebih lanjut.
Dalam kriteria ini pasien dengan warning sign, pasien risiko tinggi,
pasien yang menunjukan gejala komplikasi, pasien yang tinggal sendiri,
serta pasien yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan. Terapi
yang diberikan
Cek hematokrit sebelum diberikan cairan infus. Cairan infus yang
digunakan hanya yang bersifat isotonik seperti NaCl 0,9%, Ringer laktat
atau cairan Hartmanns. Mulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk 1-2 jam
pertama, kemudian kurangi menjadi 3-5ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam
selanjutnya, kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau
maintenan cairan sesuai manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali
hematrokit, jika tidak ada perbaikan atau terjadi peningkatan sedikit,
ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
menurun dan terjadi peningkatan hematrokrit yang cepat, segera naikan
cairan 5-10ml/kgbb/jam selam 1-2 jam. Apabila perfusi jaringan dan
urine output baik ( 0,5ml/kg/jam) berikan cairan maintenance untuk 2448 jam. Monitor vital sign, balance cairan, hematrokit sebelum dan
sesudah pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS,
profil ginjal, profil liver, profil koagulasi sesuai indikasi.
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus mendapat
pengobatan segera karena berada dalam fase kritis, berupa
Perdarahan hebat
38
39
40
Peningkatan trombosit
41
L. Komplikasi3
Penyebab komplikasi pada infeksi dengue adalah :
a) Kesalahan diagnosis pada primary Care sebagai pengobatan lini pertama
b) Ketidaktepatan monitoring dan misinterpretasi tanda-tanda vital
c) Kesalahan dalam monitoring terapi carang dan urine yang keluar
d) Keterlambatan dalam pengenalan tanda-tanda syok sehingga jatuh dalam
keadaan syok atau memperpanjang syok yang sudah terjadi
e) Keterlambatan dalam mengenal adanya perdarahan hebat
f) Terlalu sedikit atau terlalu banyak terapi cairan infus
g) Ketidakpedulian dalam tehnik aseptic dalam menangani pasien
Komplikasi dari infeksi dengue berupa :
1) Asidosis metabolik
2) Imbalance elektrolit
3) Efusi pleura dan asites
4) Edema pulmonal
5) ARDS
6) Ko-infeksi dan infeksi nasokomial
7) Sindrom hemofagositik
42
M. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, jenis kelamin, dan keadaan nutrisi penderita.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila
dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada
syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50%. Tanda- tanda prognosis yang baik
pada DSS adalah pengeluaran urine yang cukup serta kembalinya nafsu
makan.
43
DAFTAR PUSTAKA
44