Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 14 TAHUN DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE II

Oleh :
Wida Pratiwi Oktavia

(G99141023)

Nurul Wahda Aulia

(G99141025)

Pembimbing:
Prof. Dr. B. Soebagyo,dr. Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
0

PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An.C Y

Umur

: 14 tahun

Berat badan

: 45 kg

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Nama Ayah

: Bp. S

Pekerjaan Ayah

: Pedagang

Agama

: Islam

Nama Ibu

: Ny. B

Pekerjaan Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Wonogiri

Tanggal masuk

: 15 Januari 2015

Tanggal pemeriksaan

: 15 Januari 2015

No. RM

: 01286609

II. ANAMNESIS
A.Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
I

II

III

14.00 WIB

18.30 WIB

senin

kamis

selasa rabu

12 Januari 2015

15 Januari 2015

Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan demam.


Demam dirasakan tinggi, mendadak dan terus-menerus, kemudian dibawa
ke bidan oleh orang tua pasien, oleh bidan diberi obat penurun panas,
1

demam turun namun naik lagi. Saat itu tidak didapatkan sesak napas, gusi
berdarah, mimisan, muntah darah dan buang air besar berwarna hitam.
Pasien mengeluhkan mual, namun tidak muntah. Pasien masih bisa makan
dan minum walaupun nafsu makannya berkurang. Buang air kecil berwarna
kuning jernih.
Sesaat sebelum masuk rumah sakit pasien muntah 1 kali sebanyak
gelas belimbing berisi makanan dan minuman. Pasien masih merasakan
demam, dan mereda setiap kali diberi obat penurun panas setelah itu
kembali panas.
Pasien dibawa ke rumah sakit Dr Moewardi, saat di IGD pasien masih
demam, didapatkan nyeri kepala, nyeri perut bagian tengah dan nyeri otot
atau sendi. Pasien juga mengeluhkan muncul ruam kemerahan di daerah
perut, tangan dan kaki, namun tidak didapatkan sesak napas, mimisan,
muntah darah dan buang air besar berwarna hitam. Nafsu makan pasien
masih berkurang dan malas minum. Buang air kecil berwarna kuning jernih
dan terakhir 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Demam Berdarah sebelumnya

: (-)

- Riwayat alergi obat dan makanan

: (-)

-Riwayat mondok

: (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


- Riwayat anggota keluarga Demam Berdarah : (-)
- Riwayat lingkungan Demam Berdarah

: (-)

- Riwayat alergi obat dan makanan

: (-)

E. Riwayat Kebiasaan & Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal
bersama keluarganya. Anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 2 orang

kakak perempuan dan penderita sendiri. Ayah pasien bekerja sebagai


pedagang, ibu pasien adalah ibu rumah tangga.
.
F. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien
merupakan anak yang diinginkan. Selama kehamilan ibu pasien teratur
periksa kehamilan di bidan, pertama kali periksa ke bidan pada umur
kehamilan 1 bulan. Pada trimester pertama dan kedua 1 kali sebulan.
Pada trimester ketiga, periksa ke bidan setiap 2 minggu sekali. Tidak
pernah

mengeluh

sakit

selama

kehamilan.

Ibu

pasien

tidak

mengkonsumsi obat-obatan atau jamu dan hanya mengkonsumsi vitamin


dari bidan.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan di bidan, lahir langsung menangis kuat,
dan tidak biru. Berat badan saat lahir 3000 gram, panjang badan saat lahir
42 cm. Usia ibu saat melahirkan 25 tahun.
H. Riwayat Post Natal
Setelah lahir pasien oleh ibunya rutin dibawa ke posyandu setiap
bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi lengkap di
puskesmas.
I. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi :
BCG
:1
bulan
Polio
: 0, 2, 3, 4
bulan
DPT
: 2, 3, 4
bulan
Hep-B
: 0, 2, 3, 4
bulan
Campak
:9
bulan
Kesan
: Imunisasi lengkap menurut Kemenkes.
J. Riwayat Tumbuh Kembang
Berat Badan saat lahir 3000 gram, Panjang Badan saat lahir 42 cm. Saat
ini umur pasien 14 tahun, dengan Berat Badan 45 kg dan Tinggi Badan
150 cm.
1. Senyum

: (+) mulai umur 2 bulan


3

2.
3.
4.
5.

Miring
Tengkurap
Duduk
Berjalan
Kesan

: (+) mulai umur 2 bulan


: (+) mulai umur 3 bulan
: (+) mulai umur 7 bulan
: (+) mulai umur 12 bulan
: Tumbuh kembang sesuai usia

K. Riwayat Nutrisi
1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan
lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya
sekali sehari satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.
3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI
jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur
bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.
ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk
jumlah menyesuaikan.
5. 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi
menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah
sudah bervariasi jumlah menyesuaikan.
Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup.
L. Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.
M. Pohon Keluarga

II
4 42th tahun thn

39 th

III
An. C, 14 th tahun

N. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
-

Keadaan umum

Derajat kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6

Derajat gizi

: tampak sakit sedang


:

Secara Klinis : Gizi kesan cukup


Secara Antropometri :
BB = 45 kg, TB = 169 cm, Usia= 14 tahun
BB/U =45/51 x 100% = 88,2% (BB/U = p25)
TB/U = 169/164 x 100% = 103% (TB/U = p75)
BB/TB = 45/56 x 100% = 80,30% (BB/TB = p10)
Kesan : Status Gizi baik secara antropometris.

b) Tanda vital
-

Laju Nadi

: 84x/menit, regular, isi tegangan cukup

Laju Pernafasan

: 24x/ menit, kedalaman cukup, reguler,


tipe torakoabdominal.

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Suhu

: 38,30C peraksila

c) Kulit
Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud
kelainan kulit (-)
d) Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, moon face (-),
oedem palpebra (-)

e) Mata
Odema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+).
f) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
g) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain (-/-),
tragus pain(-/-).
i) Mulut
Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-)
j) Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-).
k) Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-).
l) Lymphonodi
Retroaurikuler

: tidak membesar

Submandibuler

: tidak membesar

m) Toraks
Bentuk

: normochest, retraksi (-)

Cor

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

batas kiri atas

: SIC II LPSS

batas kiri bawah

: SIC IV LMCS

batas kanan atas

: SIC II LPSD

batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


6

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi

: sonor /sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+)


suara tambahan (-/-)

n) Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani, undulasi (-), pekak beralih (-),

Palpasi

: supel, hepar teraba 1 cm di bawah arcus costae


dextra, lien tidak teraba membesar, nyeri tekan
(+) di regio epigastrium, undulasi (-), pekak alih
(-)

o) Ekstremitas
Akral dingin

Oedem

Capillary refill time <2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba cukup
Rumple leed tes : (+)
O. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tanggal 15 Januari 2015 jam 20.00
7

Sianosis

Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

12.20

g/dl

12-15,6

Hct

53

33-45

AL

2.6

106 / L

4,5-14,5

AT

27

103 / L

150-450

AE

6.22

103/ L

3.80-5.80

MCV

81.2

/um

80,0-96,0

MCH

27.1

Pg

28,0-33,0

MCHC

32.2

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.2

11.6-14.5

MPV

7.3

Fl

7.2-11.1

PDW

19

25-65

Eosinofil

1.30

0,00-4,00

Basofil

0,30

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

66,80
28.50
7.40

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

Laboratorium darah tanggal 16 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

12.20

g/dl

12-15,6

Hct

50

33-45

AL

2.2

106 / L

4,5-14,5

AT

22

103 / L

150-450

AE

5.93

103/ L

3.80-5.80

MCV

84.2

/um

80,0-96,0

MCH

27.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

32.6

g/dl

33,0-36,0

Index Eritrosit

RDW

11.3

11.6-14.5

MPV

7.5

Fl

7.2-11.1

PDW

20

25-65

Eosinofil

3.30

0,00-4,00

Basofil

0,60

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

53,80
31.50
11.10

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Pemeriksaan urin tanggal 16 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Makroskopis
Warna

Yellow

Kejernihan

St.
cloudy

Kimia urin
Berat jenis

1,025

1,015-1,025

pH

6,0

4,5-8,0

Leukosit

Negatif

Nitrit

Protein

Negatif

mg/dl

Negatif

Glukosa

Normal

mg/dl

Normal

Keton

Negatif

mg/dl

Negatif

Urobilinogen

Normal

mg/dl

Normal

Bilirubin

Negatif

mg/dl

Negatif

Eritrosit

Negatif

/l

Negatif

Eritrosit

4,1

/ul

0-6.4

Leukosit

4,3

/LBP

0-12

/LPB

Negatif

/l

Negatif
Negatif

Makroskopis

Epitel :
Epitel Squamous

0-1

Epitel Transisional

/LPB

Negatif

Epitel bulat

/LPB

Negatif

Hyline

/LPK

03

Granulated

/LPK

Negatif

Leukosit

/LPK

Negatif

Silinder

Laboratorium feses tanggal 16 Januari 2015 jam 06.00 : Tinja berwarna kuning,
ampas > cairan. Dari analisis parasitologi tidak ditemukan parasit maupun jamur
pathogen

Laboratorium darah tanggal 16 Januari 2015 jam 14.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.20

g/dl

12-15,6

Hct

45

33-45

AL

2.5

106 / L

4,5-14,5

AT

27

103 / L

150-450

AE

5.53

103/ L

3.80-5.80

MCV

80.7

/um

80,0-96,0

MCH

29.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

36.6

g/dl

33,0-36,0

RDW

12.3

11.6-14.5

MPV

8.5

Fl

7.2-11.1

PDW

17

25-65

Index Eritrosit

10

Laboratorium darah tanggal 16 Januari 2015 jam 22.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

15.20

g/dl

12-15,6

Hct

46

33-45

AL

3.0

106 / L

4,5-14,5

AT

17

103 / L

150-450

AE

5.49

103/ L

3.80-5.80

MCV

84.2

/um

80,0-96,0

MCH

28.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

33.6

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.0

11.6-14.5

MPV

6.8

Fl

7.2-11.1

PDW

19

25-65

Eosinofil

2.30

0,00-4,00

Basofil

0,50

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

42,80
42.50
12.20

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

Laboratorium darah tanggal 17 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

12.20

g/dl

12-15,6

Hct

46

33-45

AL

3.0

106 / L

4,5-14,5

AT

14

103 / L

150-450

AE

5.40

103/ L

3.80-5.80

84.7

/um

80,0-96,0

Index Eritrosit
MCV

11

MCH

27.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

32.8

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.0

11.6-14.5

MPV

6.0

Fl

7.2-11.1

PDW

18

25-65

Eosinofil

1.70

0,00-4,00

Basofil

1,60

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

40,80
40.50
15.40

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Laboratorium darah tanggal 17 Januari 2015 jam 14.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.50

g/dl

12-15,6

Hct

44

33-45

AL

2.9

106 / L

4,5-14,5

AT

14

103 / L

150-450

AE

5.21

103/ L

3.80-5.80

MCV

84.6

/um

80,0-96,0

MCH

27.8

Pg

28,0-33,0

MCHC

32.9

g/dl

33,0-36,0

RDW

11

11.6-14.5

MPV

6.5

Fl

7.2-11.1

PDW

18

25-65

Eosinofil

2.00

0,00-4,00

Basofil

0,00

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit

34
57.00

%
%

18,00-74,00
60,00-66.00

Index Eritrosit

12

Monosit

7.00

0,00-6,00

Laboratorium darah tanggal 17 Januari 2015 jam 22.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.20

g/dl

12-15,6

Hct

43

33-45

AL

3.5

106 / L

4,5-14,5

AT

16

103 / L

150-450

AE

5.10

103/ L

3.80-5.80

MCV

83.7

/um

80,0-96,0

MCH

28.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

33.8

g/dl

33,0-36,0

RDW

10.8

11.6-14.5

MPV

6.8

Fl

7.2-11.1

PDW

20

25-65

Eosinofil

2.00

0,00-4,00

Basofil

0,00

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

38,80
52.00
8.00

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

Laboratorium darah tanggal 18 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.20

g/dl

12-15,6

Hct

44

33-45

AL

3.5

106 / L

4,5-14,5

AT

14

103 / L

150-450

AE

5.30

103/ L

3.80-5.80

Index Eritrosit
13

MCV

83.7

/um

80,0-96,0

MCH

27.7

Pg

28,0-33,0

MCHC

32.8

g/dl

33,0-36,0

RDW

10.8

11.6-14.5

MPV

6.8

Fl

7.2-11.1

PDW

19

25-65

Eosinofil

2.00

0,00-4,00

Basofil

0,00

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

38,80
53.00

%
%
%

18,00-74,00
33,00-48.00
0,00-6,00

5.00

Laboratorium darah tanggal 18 Januari 2015 jam 14.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.20

g/dl

12-15,6

Hct

42

33-45

AL

3.6

106 / L

4,5-14,5

AT

20

103 / L

150-450

AE

5.05

103/ L

3.80-5.80

MCV

83.6

/um

80,0-96,0

MCH

28.1

Pg

28,0-33,0

MCHC

33.6

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.00

11.6-14.5

MPV

9.1

Fl

7.2-11.1

PDW

20

25-65

Eosinofil

2.00

0,00-4,00

Basofil

0,00

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit

30.00
50.00

%
%

18,00-74,00
33,00-48.00

Index Eritrosit

14

Monosit

18.00

0,00-6,00

Laboratorium darah tanggal 19 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

14.10

g/dl

12-15,6

Hct

43

33-45

AL

4.5

106 / L

4,5-14,5

AT

16

103 / L

150-450

AE

5.14

103/ L

3.80-5.80

MCV

83.0

/um

80,0-96,0

MCH

27.4

Pg

28,0-33,0

MCHC

33.0

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.00

11.6-14.5

MPV

8.2

Fl

7.2-11.1

PDW

19

25-65

Eosinofil

2.20

0,00-4,00

Basofil

1.20

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

32,30
46.00
18.30

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

Index Eritrosit

Pemeriksaan urin tanggal 19 Januari 2015 jam 10.00


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Makroskopis
Warna

Yellow

Kejernihan

Clear

Kimia urin
Berat jenis

1,010

1,015-1,025

pH

7,6

4,5-8,0
15

Leukosit

Negatif

/l

Negatif

Nitrit

negatif

Protein

Negatif

mg/dl

Negatif

Glukosa

Normal

mg/dl

Normal

Keton

Negatif

mg/dl

Negatif

Urobilinogen

Normal

mg/dl

Normal

Bilirubin

Negatif

mg/dl

Negatif

Eritrosit

Negatif

/l

Negatif

Eritrosit

0.5

/ul

0-6.4

Leukosit

0.1

/LBP

0-12

Negatif

Makroskopis

Epitel :
Epitel Squamous

0-1

/LPB

Negatif

Epitel Transisional

0-1

/LPB

Negatif

Epitel bulat

/LPB

Negatif

Hyline

/LPK

03

Granulated

/LPK

Negatif

Leukosit

/LPK

Negatif

Silinder

Laboratorium darah tanggal 20 Januari 2015 jam 06.00


Pemeriksaan

8/9

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

13.90

g/dl

12-15,6

Hct

41

33-45

AL

4.7

106 / L

4,5-14,5

AT

54

103 / L

150-450

AE

4.86

103/ L

3.80-5.80

83.3

/um

80,0-96,0

Index Eritrosit
MCV

16

MCH

28.6

Pg

28,0-33,0

MCHC

34.3

g/dl

33,0-36,0

RDW

11.00

11.6-14.5

MPV

8.9

Fl

7.2-11.1

PDW

19

25-65

Eosinofil

1.40

0,00-4,00

Basofil

0.70

0,00-1,00

Netrofil
Limfosit
Monosit

39,30
45.90
12.70

%
%
%

18,00-74,00
60,00-66.00
0,00-6,00

17

P. RESUME
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, timbul mendadak, dan terus
menerus. Panas menurun setelah minum obat penurun panas, nyeri kepala
(+), nyeri otot atau sendi (+), mual (+), muntah (+) 1 kali gelas
belimbing, nyeri perut di bagian ulu hati (+), muncul ruam di daerah
perut, tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, gizi kesan baik. Tanda vital: S = 38,3 oC saat datang,
petechie (+) pada abdomen dan ekstremitas, hepar teraba 1 cm dibawah
arcus costae dextra, nyeri tekan perut di regio epigastrium.
Q. DAFTAR MASALAH
1. Demam mendadak tinggi kurang dari 7 hari
2. Mual (+) Muntah (-)
3. Nyeri di seluruh lapang perut terutama regio epigastrica
4. Petechie (+)
5. Trombositopeni
6. Hepatomegali
7. Peningkatan Hematokrit
8. Leukositosis

R. DIAGNOSIS BANDING
1. DHF grade II
2. DF dengan Perdarahan
3. Demam Chikungunya
4. Morbili

18

S. DIAGNOSIS KERJA
1. DHF grade II
2. Gizi Baik
T. PENATALAKSANAAN
1. Rawat bangsal bagian anak sub infeksi
2. Diet nasi lauk 2000 kkal/hari
3. Infus Asering 167 cc/jam (5 cc/kgBB/hari)
4. Paracetamol 3x 500 mg peroral (jika demam)
Monitoring
1.

KUVS dan TD per 4 jam

2.

Awasi tanda-tanda syok dan perdarahan GIT, dan saluran nafas

3.

Balance cairan per 8 jam

4.

Diuresis per 8 jam


Planning

1.

Cek DL2/ 8 jam

2.

Foto Thoraks RLD

3.

IgG dan IgM dengue

4.

Edukasi

5.

Motivasi keluarga tentang penatalaksanaan penyakitnya

6.

Kompres hangat bila panas

7.

Istirahat

8.

Banyak minum

19

U. PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

V. PROGRESS REPORT
DPH
0

Tanggal
15/1/15

Keluhan/KU/VS
Panas (+),
pusing (-),
mimisan(-),
mual (+)
muntah (-),
makan (+),
minum (+),
batuk(-),
pilek(-),
BAB(+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM,gizi
kesan baik
VS :
T: 110/70 mmHg
HR=108x/1
RR=24x/1
S=38,30C

Pemeriksaan / Diagnosis

PF Abdomen dan ext: petechie


(+) pada abdomen dan
ekstremitas, hepar teraba 1 cm

dibawah arcus costae dextra,


nyeri tekan perut di regio

epigastrium.
Lab Darah:
Hb : 12,2 g/dl
Ht : 53%
AT :27 x 103/L
AL : 2.6 x 106/L
Kesan : Hemokonsentrasi
menyongkong DHF grade II
Lingkar Perut : 62 cm
Ass :DHF grade II
Gizi baik

16/1/15

Panas (-),
pusing (-),
mimisan (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :

Terapi

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Cek DL2/ 8

jam

Cek urin &

feses

KUVS/TD/4

Jam

Lingkar perut : 62 cm

20

Infus Asering
167 cc/jam

Planning:

PF Abdomen dan ext: petechie


(+) pada abdomen dan
ekstremitas, hepar teraba 1 cm
dibawah arcus costae dextra,
nyeri tekan perut di regio
epigastrium.

Lab Darah:

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari

BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari
Infus Asering
167 cc/jam

T: 110/60mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

Hb : 15,2 g/dl
Ht : 46%
AT :17 x 103/L
AL :3.0 x 106/L
Kesan : Hemokonsentrasi

Ass :DHF grade II (demam


hari 4)
Gizi baik

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Planning:
Cek DL2/ 8
jam
KUVS/TD/4

Jam

II

17/1/15

Panas (-),
pusing (-),
mimisan (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

PF Abdomen dan ext: hepar

teraba 1 cm dibawah arcus


costae dextra, nyeri tekan

perut di regio epigastrium.


Lingkar perut : 62 cm
Lab Darah:
Hb : 14,2 g/dl
Ht : 43%
AT :16 x 103/L
AL :3.5 x 106/L
IgG + dan IgM + dengue.
Kesan : Menyongkong infeksi
dengue
Ass :DHF grade II (demam
hari 5)
Gizi baik

BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari

Infus Asering
135 cc/jam

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Planning:
III

18/10/15

Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan
perut di regio epigastrium.
Lingkar perut : 62 cm
Lab Darah:
Hb : 14,2 g/dl
Ht : 42%
AT :20 x103/L
AL :3.6 x 106/L
Ass :DHF grade II (demam
21

Cek DL2/ 8
jam
KUVS/TD/4
Jam

BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari

Awasi tandatanda perdarahan

S=36,50C

IV

19/1/15

Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 100/70mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

hari 6)
Gizi baik

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan

perut di regio epigastrium.

Infus Asering
135 cc/jam

Lingkar perut : 62 cm
Lab Darah:
Hb : 14,1 g/dl
Ht : 43%
AT :16 x 103/L
AL :4.5 x 106/L
Ass :DHF grade II (demam
hari 7)
Gizi baik

Planning:
jam

Panas (-),
mual muntah (-),
makan(+),
minum (+),
BAB (+),
BAK (+)
KU : sakit
sedang, CM, gizi
kesan cukup.
VS :
T: 120/80mmHg
HR=88x/1
RR=24x/1
S=36,50C

Jam

PF Abdomen dan ext: hepar


teraba 1 cm dibawah arcus
costae dextra, nyeri tekan

perut di regio epigastrium.


Lingkar perut : 62 cm
Lab Darah:
Hb : 13,9
Ht : 41%
AT :54 ribu
AL :4.7 x 106
Ass :DHF grade II (demam
hari 8)
Gizi baik

KUVS/TD/4

20/1/15

Cek DL2/ 8

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Cek urin dan
Feses rutin ulang
Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari

Infus Asering
135 cc/jam

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Planning:
Cek DL2/ 8

jam

KUVS/TD/4

Jam

22

BCD/8 Jam
Lingkar
Perut/hari
Awasi tandatanda perdarahan
Jika AT >
50.000 BLPL

Diet
nasi
lauk 2000 kkal/hari

Infus Asering
135 cc/jam

Paracetamol
3x 500 mg peroral
(jika demam)

Planning:

BLPL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot, dan atau nyeri sendi disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah DBD yang ditandai oleh
renjatan/syok.3
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
23

seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
Gambar 1. Epidemiologi infeksi dengue di kawasan Asia Tenggara

Dikutip dari : WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of Chase


Management And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember 2012: 6-7

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus


Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak
mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus dengue yaitu 1) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor di lingkungan, transportasi
vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) Pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
C. Etiologi
Etiologi penyakit demam berdarah dangue adalah virus dangue
termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe,
24

yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di
Indonesia. Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil
terhadap suhu dan faktor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus
DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid,
ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu
selubung protein E dan protein membrane M.
Jika seseorang ternfeksi dengan satu serotipe akan mendapatkan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi hanya 2-3 bulan
kekebalan untuk serotipe lain. Apabila terinfeksi dengan serotipe lain atau
beberapa serotipe akan mengakibatkan DHF / DSS.3
D. Patofisiologi / patogenesis3
Hipotesis infeksi heterolog sekunder ( the secondary heterologous
Infection hyphotesis atau the sequential infection hypothesis) sampai saat ini
masih dianut sebagai konsep patogenesis terjadinya DHF. Berdasarkan
hipotesis ini seseorang akan menderita DHF apabila mendapatkan infeksi
berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu
tertentu, yang berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun. Hipotesis lain yang
menentangnya adalah hipotesis virulensi virus, menurut hipotesis ini
perbedaan virulensi serotipe virus dengue adalah penyebab terjadinya DHF.
Kelemahan hipotesis pertama adalah ketika dilaporkan adanya kasus
DSS pada seorang anak wanita berusia 3 tahun di jakarta yang mengalami
infeksi primer. Kelemahan hipotesis kedua adalah tidak adanya bukti
eksperimental, baik percobaan binatang maupun kultur jaringan yang dapat
membuktikan perbedaan virulensi keempat serotiope virus dengue tersebut.
Hipotesis teori infeksi sekunder menyatakan secara tidak langsung bahwa
penderita yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita
DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai
virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
25

leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam
sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement
(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus
dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator inflamasi seperti TNF , IL-1,PAF, IL-6 dan
histamine

menyebabkan

peningkatan

permeabilitas

vaskuler

dan

mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma, protein dan elektrolit. Keadaan


ini dapat berkembang menjadi hipovolemia dan syok.
E. Klasifikasi
Dalam kriteria WHO tahun 1997 klasifikasi dengue dibagi menjadi 3
besar yaitu demam yang tidak terklasifikasikan, demam dengue dan demam
berdarah dengue dimana demam berdarah dengue di bagi lagi menjadi 4
derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4 merupakan dengue
shock syndrom.
Tabel 1. Derajat penyakit (WHO,1997)

26

Dikutip
dari : World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
Adanya kesulitan dalam pengklasifikasian dengue menurut WHO 1997
yang ditandai dengan semakin meningkatnya kasus dengue berat diklinis
yang tidak sesuai dengan kriteria WHO 1997 seperti ensefalopati. Hal ini
disebabkan karena klasifikasi ini terlalu luas sehingga menurut WHO, perlu
diadakannya pembaharuan, agar memudahkan diagnosis dan identifikasi
penggolongan tingkat derajat dengue untuk triase dan penanganan awal di
rumah sakit, sehingga penanganan pasien menjadi lebih cepat dan terarah.
Gambar dibawah ini merupakan kriteria WHO 2009.

Gambar 2. Pembagian klasifikasi kasus infeksi dengue menurut WHO


2009

27

Pada tahun 2011 SEARO menambahkan adanya kriteria expand karena


pada beberapa penyakit tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria WHO
2009, SEARO juga memperbaharui dalam mengklasifikasikan infeksi
dengue, klasifikasi tersebut berupa demam yang tidak terklasifikasikan,
demam dengue tanpa manifestasi perdarahan, demam dengue dengan
manifestasi perdarahan, demam berdarah dengue dengan kebocoran plasma,
demam berdarah dengue tanpa adanya tanda-tanda syok, demam berdarah
dengue diikuti syok, demam dengue dengan perluasan dari sindroma dengue.

Tabel 2. Pembagian klasifikasi infeksi dengue berdasarkan WHO-SEARO


dibandingkan dengan WHO 2009

28

29

30

Dikutip dari : WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of


Chase Management And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember
2012: 6-7

F. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatis. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti fase kritis selama 2-3
hari. pada fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi memiliki risiko
untuk terjadi syok jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.3

Secara garis besar infeksi dengue dibagi menjadi 3 fase


1. Fase febris
Pasien tiba-tiba mengalami demam tinggi, dalam fase demam akut biasanya
sekitar 2-7 hari dengan diikuti wajah kemerahan, eritema pada kulit, pegal
pada seluruh tubuh, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri retro orbital, fotofobia, ruam
makulopapular yang timbul pada 1-2 hari dan kemudian menghilang tanpa
bekas, serta nyeri kepala. Pada beberapa pasien terdapat nyeri tenggorokan,
faringitis, injeksi konjungtiva. Diikuti dengan anoreksia mual serta muntah
yang umumnya selalu diderita pasien. Pada fase ini bila didapatkan tes
torniquet (+) meningkatkan kemungkinan infeksi dengue.
2. Fase kritis
Terjadi ketika terjadi penurunan suhu badan sampai normal, biasanya hari ke
3-7 penyakit, akan terjadi peningkatan permeabilitas kapiler bersamaan
dengan peningkaya kadar hematokrit, hal ini merupakan tanda awal dari fase
kritis, periode kebocoran plasma biasanya berlangsung 24-48 jam yang
31

ditandai dengan peningkatan hematokrit, diikuti dengan leukopenia, dapat


pula terjadi efusi pleura dap asites. Syok terjadi ketika terjadi kehilangan
banyak plasma, nantinya dapat menyebabkan asidosis metabolik, DIC.
3. Fase penyembuhan
Apabila pasien bertahan dalam 24-48 jam di dalam fase kritis, akan terjadi
perbaikan bertahap dari cairan ekstravaskular.

Gambar 3. Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012
G. Pendekatan Diagnostik1
Pendekatan diagnosis pada pasien dengan febris kurang dari 6 hari,
dapat mendiagnosis infeksi dengue, berupa :
a. Isolasi virus;
b. Deteksi asam nukleus virus dengan menggunakan RT-PCR ;
c. Deteksi antigen virus.
32

Sedangkan apabila datang dengan febris > 6hari pilihan metode


diagnosis dengan imunoserologi, yaitu :
a. Hemaglutinasi Inhibisi ( HI);
b. Fiksasi komplemen ( CF);
c. Neutralization Test (NT);
d. MAC-ELISA;
e. Indirect IgG ELISA.
Tabel 3. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue

Dikutip dari : WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012
Tiga aspek utama yang harus dipertimbangkan untuk diagnosis dengue
secara adekuat :
a) virologi dan serologi yang berhubungan dengan waktu infeksi dengue
masa inkubasi adalah 4-10 hari setelah digit oleh nyamuk, pada infeksi
primer viremia terjadi 1-2 hari sebelum mulainya demam sampai hari ke
33

4-5. Antibodi spesifik Anti-dengue IgM dapat ditemukan saat hari ke 36, kemudian akan menetap dengan kadar yang rendah sampai 3 bulan
setelah demam. IgG akan meningkat pada hari ke 9-10 yang kemudian
akan bertahan dengan kadar rendah sampai 1 dekade dan hal ini dapat
mengetahui

kemungkinan

seseorang

pernah

terinfeksi

dengue

sebelumnya.
Tabel 4. Pemilihan metode diagnostik infeksi dengue disesuaikan dengan
sarana kesehatan

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012
b) jenis metode diagnostik dalam kaitannya dengan manifestasi klinis klinis
pada saat fase demam menunjukan sedang terjadinya viremia, beberapa
komponen virus terdapat dalam darah sehingga pilihan yang tepat adalah
RT-PCR, NS-1 Ag. Saat fase kritis dan penyembuhan dapat kita lihat
IgM spesifik bisa dengan menggunakan rapid Test, ELISA maupun
haemagglutination inhibition assay (HIA).
c) karakteristik sampel klinis
Virus dengue yang labil mudah dinonaktifkan pada suhu di atas 30 C,
sehingga harus berhati-hati selama transportasi dan penyimpanan
34

sampel. Sampel serum yang dikumpulkan selama 4 hari pertama demam


berguna untuk virus, genom dan deteksi antigen dengue. Sampel harus
cepat diangkut pada suhu 4 C ke laboratorium dan diproses secepat
mungkin. Serum steril tanpa antikoagulan berguna. Jika spesimen
pengiriman tidak dapat dilakukan dalam 24-48 jam pertama, pembekuan
pada -70 C dianjurkan.
H. Diagnosis Banding1
Beberapa panyakit infeksi maupun non-infeksi memiliki gejala
mirip demam dengue maupun severe dengue.
a. Influenza
b. Cikungunya
c. Infeksi primer HIV
d. SARS
e. Malaria
f. Demam tiroid
g. Hepatitis
h. Leptospirosis
I. Penatalaksanaan1
Diagnosis yang tepat harus dapat ditegakkan oleh tenaga kesehatan
yang bekerja pada fasilitas kesehatan primer. Protokol WHO untuk
manajemen infeksi dengue dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Step I Overall assessmen
1.1 History, including symptoms, past medical and family history
1.2 Physical examination, including full physical and mental assessment
1.3 Investigation, including routine laboratory tests and dengue-specific laboratory
Test
Step II Diagnosis, assessment of disease phase and severity
Step III Management
III. Disease notification
1
I Management decisions. Depending on the clinical manifestations and other
II.2 circumstances, patients
35

may (1):
- be sent home (Group A)
- be referred for in-hospital management (Group B)
- require emergency treatment and urgent referral (Group C)
Tabel 5. Manajemen infeksi dengue
Dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang harus terkandung :
a. Onset dari demam/ penyakit
b. Banyaknya cairan yang diminum
c. Diare
d. Urine output ( frekuensi, volume, BAK terakhir)
e. Gejala-gejala dari warning sign
f. Perubahan status mental/ adanya kejang/
g. Riwayat perjalanan ke daerah endemik dengue, riwayat keluarga/ tetangga
yang menderita dengue, kondisi kesehatan ataupun penyakit yang dimiliki
pasien (ibu menyusui, ibu hamil, obesitas, diabetes melitus, hipertensi,
HIV)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
a. Status mental
b. Status hidrasi
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan adanya takipneu/ pernapasan kusmaul/ efusi pleura
e. Pemeriksaan abdomen berupa adanya nyeri tekan/ hepatomegali/ asites
f. Periksa adakah kemerahan atau manifestasi perdarahan
g. Periksa Rumplee Leed
36

Pemeriksaan darah lengkap dapat normal pada pemeriksaan pertama kali


datang ke tenaga kesehatan, sehingga harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap
tiap hari sampai melewati fase kritis. Apabila tidak tersedia pemeriksaan darah
lengkap atau dalam keadaan epidemi, pemeriksaan darah lengkap dapat diperiksa
3 hari kemudian. Beberapa tes tambahan perlu diperiksa pada pasien yang memili
faktor risiko, berupa tes fungsi hati, GDS, elektrolit, ureum, kreatinin, AGD,
urinalisis serta EKG. Manajemen dari infeksi dengue dapat dilihat pada gambar
dibawah ini,
Penatalaksanaan Dengue menurut WHO 2012, membagi pasien menjadi 3
kriteria :
1. Kriteria A
Pasien dapat dipulangkan, dengan catatan mendapatkan cairan yang
adekuat dan BAK minimal 1x/6 jam, dan tidak ada tanda-tanda dari
warning sign. Pasien diharuskan bed rest, pasien yang datang pada
demam >3 hari diharuskan setiap hari ke sarana kesehatan untuk
diperiksa darah lengkap dan monitoring adanya gejala-gejala dari
warning sign, hal ini dilakukan sampai fase kritis terlewati. Berikan
pasien paracetamol untuk demamnya, dengan dosis 10 mg/kgbb/x,
kompres air hangat apibila demam tidak turun, dilarang memberikan
aspirin, ibuprufen atau NSAID lainnya maupun injeksi intramuskular, hal
ini dapat menyebabkan gastritis atau perdarahan. Apabila tidak ada
perbaikan maupun timbul gejala tambahan seperti nyeri perut, muntahmuntah, ekstremitas dingin, sesak napas, tidak BAK dalam 6 jam,
maupun perdarahan segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Indikasi rawat
inap pada pasien dengan manifestasi demam bila tidak mendapatkan
rehidrasi oral yang Ida adekuat, adanya anak kecil dirumah, serta pasien
dengan co-morbid.

37

2. Kriteria B
Pasien yang diharuskan untuk rawat inap untuk observasi lebih lanjut.
Dalam kriteria ini pasien dengan warning sign, pasien risiko tinggi,
pasien yang menunjukan gejala komplikasi, pasien yang tinggal sendiri,
serta pasien yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas kesehatan. Terapi
yang diberikan
Cek hematokrit sebelum diberikan cairan infus. Cairan infus yang
digunakan hanya yang bersifat isotonik seperti NaCl 0,9%, Ringer laktat
atau cairan Hartmanns. Mulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk 1-2 jam
pertama, kemudian kurangi menjadi 3-5ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam
selanjutnya, kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau
maintenan cairan sesuai manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali
hematrokit, jika tidak ada perbaikan atau terjadi peningkatan sedikit,
ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4 jam. Jika tanda vital
menurun dan terjadi peningkatan hematrokrit yang cepat, segera naikan
cairan 5-10ml/kgbb/jam selam 1-2 jam. Apabila perfusi jaringan dan
urine output baik ( 0,5ml/kg/jam) berikan cairan maintenance untuk 2448 jam. Monitor vital sign, balance cairan, hematrokit sebelum dan
sesudah pemberian cairan infus, atau setiap 6-12 jam sekali. Cek GDS,
profil ginjal, profil liver, profil koagulasi sesuai indikasi.
3. Kriteria C
Pasien dengan dengue berat, pasien dalam kriteria ini harus mendapat
pengobatan segera karena berada dalam fase kritis, berupa

Kebocoran plasma yang berat, mulai masuk ke dalam keadaan syok


dengan adanya ARDS

Perdarahan hebat

Multi organ failure

38

Pasien harus segera dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang memiliki


fasilitas transfusi darah. Segera ganti cairan isotonik dengan cairan kristaloid,
pada keadaan hipotensi syok boleh diberikan cairan koloid. Transfusi darah hanya
diberikan apabila adanya perdarahan hebat.
Penatalaksanaan syok
Gambar 6. Algoritma Penatalaksanaan Syok pada infeksi Dengue

Dikutip dari :WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva: WHO, 2012

39

Tujuan dari resusitasi cairan meliputi:

Meningkatkan sirkulasi pusat dan perifer - yaitu penurunan takikardia,


meningkatkan TD dan denyut nadi, ekstremitas hangat dan merah muda,
waktu pengisian kapiler <2 detik

Meningkatkan perfusi end-organ yaitu mencapai tingkat kesadaran stabil


dan output urine 0,5 ml / kg / jam atau penurunan asidosis metabolik.
Kapan harus menghentikan infus
Observasi tanda-tanda berhentinya kebocoran plasma yang dilihat dari :

TD, nadi dan perfusi perifer stabil

hematokrit menurun dengan denyut nadi yang baik

apyrexia (tanpa menggunakan antipiretik) selama lebih dari 24-48 jam;

gejala usus / gejala yang berhubungan dengan abdomen teratasi

peningkatan produksi urine.


Melanjutkan terapi cairan intravena melewati 48 jam dari fase kritis akan

menyebabkan pasien berisiko edema paru dan komplikasi lain seperti


tromboflebitis.
J. Penatalaksanaan dengue pada kelompok risiko
a) Dengue pada lansia
Sebuah penelitian surveilans menunjukan bahwa manifestasi klinis dari
dengue pada lansia mirip dengan dewasa muda, namun gejala yang lebih
sering timbul adalah perdarahan saluran cerna dan mikrohematuri. Insiden
demam, atralgia serta ruam lebih rendah pada orang tua. Gagal ginjal akut,
perdarahan gastrointestinal, efusi pleura, serta CHF dan edema pulmonal
lebih sering terjadi pada orang tua. kadar hemoglobin juga lebih rendah
dibandingkan dewasa.

40

b) Dengue dengan co-morbid


Pasien dengan penyakit diabetes melitus, hipertensi dan renal insufisiensi
berhubungan erat dengan angka kejadian severe dengue. Pada pasien
hipertensi terkadang tidak menunjukan adanya hipotensi jika mengalami
syok sehingga yang perlu diperhatikan adalah angka MAP, Jika terjadi
penurunan MAP 40% dari baseline perlu dicurigai adanya tanda-tanda
syok, jika pasien mengalami takikardia dapat diberikan - bloker,
sedangkan bila pasien mengalami takikardia perlu ditanyakan riwayat
pemberian Ca chanel bloker, karena efek sampingnya bera takitardia,
jangan salah mengangap sebagai satu respons dari keadaan syok
hipovelemik, harus diawasi secara ketat pemberian antihipertensi terutama
bila terdapat kebocoran plasma, juga perlu monitoring urine output. Pasien
dengan DM, infeksi dengue dapat mencetuskan KAD atau hiperglikemik
hiperosmolar, dimana manifestasi KAD mirip dengan warning sign pada
demam dengue yang berat, sehingga dapat terjadi kesalahan diagnostik,
pemberian ADO harus dihentikan terutama obat golongan metformin,
karena dapat memperburuk asidosis laktat dan syok dengue sehingga perlu
dipertimbangkan pemakain Short-acting insulin, monitor gula darah setiap
1-2 jam sampai mencapai target gula darah < 150 mg/dl kemudian
dilanjutkan setiap 4jam. Pasien yang memiliki penyakit CKD tetap
dilakukan terapi cairan yang adekuat sekaligus menstabilkan hemodinamik
setelah itu perlu dilakukan dialisis segera untuk mencegah terjadinya
asidosis metabolik dan elektrolit imbalance. Pada pasien yang memiliki
riwayat anemia hemolitik perlu dilakukan transfusi PRC atau whole blood.
K.

Kriteria pemulangan pasien3

Bebas demam dalam 48 jam

Peningkatan keadaan umum dan hemodinamik stabil

Peningkatan trombosit
41

Nilai hematokrit yang stabil tanpa pemberian cairan infus

Tidak ada distres respirasi

L. Komplikasi3
Penyebab komplikasi pada infeksi dengue adalah :
a) Kesalahan diagnosis pada primary Care sebagai pengobatan lini pertama
b) Ketidaktepatan monitoring dan misinterpretasi tanda-tanda vital
c) Kesalahan dalam monitoring terapi carang dan urine yang keluar
d) Keterlambatan dalam pengenalan tanda-tanda syok sehingga jatuh dalam
keadaan syok atau memperpanjang syok yang sudah terjadi
e) Keterlambatan dalam mengenal adanya perdarahan hebat
f) Terlalu sedikit atau terlalu banyak terapi cairan infus
g) Ketidakpedulian dalam tehnik aseptic dalam menangani pasien
Komplikasi dari infeksi dengue berupa :
1) Asidosis metabolik
2) Imbalance elektrolit
3) Efusi pleura dan asites
4) Edema pulmonal
5) ARDS
6) Ko-infeksi dan infeksi nasokomial
7) Sindrom hemofagositik

42

M. Prognosis
Prognosis DBD ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, jenis kelamin, dan keadaan nutrisi penderita.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila
dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada
syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50%. Tanda- tanda prognosis yang baik
pada DSS adalah pengeluaran urine yang cukup serta kembalinya nafsu
makan.

43

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO-TDR. Handbook for clinical management of dengue. Geneva: WHO,


2012.
2. World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
3. Suhendro, et al. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed
5, jilid III. Jakarta: Internal Publishing; 2006: 1732-1735
4. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia.
Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi:
WHO-SEARO, 2011. SEARO Technical Publication Series No. 60
5. Srikiatkhachorn Anon et al. DengueHow Best do Classify It. Clinical
Infectious Disease, 2011, 53(6):563567
6. Member of The Technical Working Group On The 2012 PPS. Revised
Guidelines on Fluid Management of DF/DHF
7. WHO-SEAR. Dengue In South-East Asia: An Appraisal Of Chase Management
And Vector Control. Dengue Buletin Volume 36. Desember 2012: 6-7

44

Anda mungkin juga menyukai