Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan
gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan
rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving.
Merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang
bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi
disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk
layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun
dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa.
Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem
yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit
dan sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan
satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem.
Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat,
dimana tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time
saving is life and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit
yang dituju.
1.2 Tujuan Penulisan Referat
Untuk mengetahui tentang sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri
dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah
Sakit. Pelayananberpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life
and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
2.2 Tujuan
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota. Masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan

kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian
kegiatan yang harus dikembangkan sedemikiran rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi. Cakuoan pelayanan kesehatan yang
perlu dikembangkan meliputi
a. Penanggulangan ditempat kejadian.
b. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.
c. Penyediaan sarana komunikasi.
d. Rujukan
e. Upaya PPGD ditempat rujukan (UGD dan ICU)
f. Upaya pembiayaan penderita
2.3 Komponen dan Fase dalam SPGDT
a. Komponen / fase Deteksi
b. Komponen / fase Supresi
c. Komponen / fase Pra Rumah Sakit
d. Komponen / fase Rumah Sakit
e. Komponen / fase Rehabilitas
f. Komponen Penanggulangan Bencana
g. Komponen Evaluasi/Quality control
h. Komponen Dana
2.3.1 Fase deteksi
Pada fase ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan kemingkan yang akan
menyebabkan terjadinya kegawat daruratan dapat dideteksi dengan melihat keadaan
jalan raya atau tempat tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti tingkungan tajam
pada jalanan, gedung umum rawan rubuh, tempat kerja di pabrik yang
membahayakan, tempat wisata alam, tempat bermain atau olahraga, daerah rawan
gempa, pantai dengan ombak yang besar, dan dapat di deteksi dengan melihat alat
pelindung diri seperti helm yang kualitasnya buruk, ban motor yang tidak sesuai.

2.3.2

Fase Supresi

Pada fase ini lebih ditekankan terhadap perbaikan atau pencegehan untuk
meminimalisir terjadinya korban bencana setelah dilakukan fase deteksi terlebih
dahulu
Memperbaiki kontruksi jalan
Aturan lalu lintas lebih diperketat
Perbaikan kualitas alat pelindung diri seperti helm
Pemberian Batas batas bahaya pada wisata alam
Meminimalisir factor yang menyebabkan kecelakan ditempat kerja
Pengetatan peraturan keselamatan kerja
Membuat disaster mapping.
Dll
2.3.3 Fase Pra RS
Dalam Fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat tergantung
beberapa komponen antara lain:
2.3.3.1 Komunikasi
1). Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah

pusat komunikasi ambulan gawat darurat


pusat emergency
pusat komunikasi kerumah sakit
pusat komunikasi polisi
pusat komunikasi pemadam kebakaran

2). Fasilitas komunikasi seperti telfon gengam radio, telepon dll


3). Tugas pusat komunikasi

menerima permintaan penolong


mengirim ambulan terdekat
mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
monitor kesiapan rumah sakit terutama UGD dan ICU

4). Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari :

komunikasi kesehatan
system komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan
dibidang teknis administrative
komunikasi medis
system komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan
dibidang teknis madis.
a. Tujuan
Untuk mempercepat dan mempermudah penyampain dan penerimaan
data pasien gawat darurat sehingga persiapan sudah bisa dilaksanakan
sebelum pasien dating menuju ke tempat pelayanan kesehatan.
b. Fungsi komunikasi medis
- Untuk mempermudah masyarakat dalam meminta pertolongan ke
-

sarana kesehatan
Sebagai control informasi dan penghubung antara penolong
ditempat kejadian dengan sarana kesehatan yang lebih memadai,
informasi akan diberukan selama kejadian sampai pejalanan ke

tempat sarana kesehatan


Sebagai pengatur dan memonitor rujukan dari pukesmas kerumah

sakit atau rumah sakit ke rumah sakit lainya


- Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana
c. Sarana komunikasi
Yang dimaksut dengan sarana komunikasi adalah sentral
komunikasi atau pusat komunikasi dimana fungsi dari pusat
komunikasi adalah mengkoordinir penanggulangan pertolongan gawat
darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke RS yang memiliki
saranan prasarana yang memadai yaitu dengan :
a. Menerima dan menganalisa permintaan pertolongan
b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian

c. Menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas


yang tersedia (tempat tidur kosong) pada saat itu yang dapat
diberikan untuk pasien gawa darurat
d. Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
o Menjadi pusat komando dalam penanggulangan madis
korban bencana
o Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota
lain, instasi lain, kalau perlu dengan Negara lain
e. Syarat syarat sentral komunikasi
o Mempunyai nomer telfon kusus 3 digit
o Mudah dihubungi dan pelayanan 24 jam
o Dilayani oleh tenaga madis yang terampil dan
berpengalaman
2.3.3.2 Pendidikan
1). Pada orang awam
Orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien yang
mendapat musibah atau trauma, mereka adalah masyarakat pada umumnya, anggota
pramuka, PMR, guru, ibu rumah tangga, pengemudi, tukang becak dll,
kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah mengetahui cara
minta tolong misal menghubungi petugas medis terdekat atau dengan menguhungi
118, mengetahui cara resusitasi jantung, mengetahui cara menghentikan pendarahan,
mengetahui cara memasang bidai, mengetahui cara transportasi yang baik
2). Pada orang awam khusus
Yang dimaksudkan orang awam khusus adalah orang awam yang telah
mendapatkan pengetahuan tentang penanggulanan kasus gawat darurat sebelum
6

korban dibawa kerumah sakit oleh ambulan, mereka terdiri dari polisi, TNI,
DLLAJR, search and rescue (SAR) kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam
khusus adalah mengetahui dasar penyakit jantung dan tatalaksana awal, mengetahui
penyakit syaraf dan tatalaksanan atau tindakan awal. Mengetahui tanda tanda
kegawadaruratan dan penatalaksanaan awal ditempat sampai ketempat rujukan
3). Pada dokter dan perawat
dalam kasus ini tenaga medis harus mampu mananggulangi penderita gawat darurat
dengan gangguan
a. System pernafasan
- Mengatasi obstruksi jalan nafas
- Membuka jalan nafas
- Memberi nafas buatan
- Melakukan RJP dengan didahului penilaian ABCD
b. System sirkulasi
- Mengenal tanda tanda aritmia dan infark jantung
- Pertolongan pertama pada henti jantung
- Memasang infuse dan transfusi
- Rawat infuse
- Tatalaksana aritmia dan infark jantung
c. System vaskuler
- Menghentikan perdarahan
-

Memasang infus atau transfusi

- Merawat infuse
d. System saraf
- Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
- Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
e. System pencernaan
- Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan
- tanda perdarahan intraabdomen
- Persiapan operasi segera(cito)
- Kumbah lambung pada pasien keracunan
f. System perkemihan

g.
h.

i.

j.

k.

- Pertolongan pertama pada payah ginjal akut


- Pemasangan kateter
System integumen atau toksikologi
- Pertolongan pertama pada luka bakar
- Pertolongan pertama pada gigitan binatang
Sytem endokrin
- Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia
- Pertolongan pertama pasien kritis tiroid
- dll
System muskuluskeletal
- Mengenal patah tulang dan dislokasi
- Memasang bidai
- Mentransportasikan pasien ke rumah sakit
- dll
System penginderaan
- Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga
- Melakukan irigasi mata dan telinga
- dll
Pada anak
- Perolongan pertama pada anak dengan kejang
- Pertolongan pertama pada anak dengan asma
- Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi
- dll

2.3.3.3 Transportasi
1.) Syarat transportasi penderita
a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:
-

Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi


Perdarahan harus dihentikan
Luka harus ditutup
Patah tulang apakah memerlukan piksasi

b) Selama transportasi harus dimonito


-

Kesadaran
Pernapasan
Tekanan darah dan denyut nadi
Daerah perlukaan

c) Syarat kendaraan
-

Penderita dapat terlentang


8

Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat
bergerak.
Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar
Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah
sakit
Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari
ambulan lain

d) Syarat alat yang harus ada adalah


-

resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat obatan dan infuse,balut dan


bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk bayi) dan alat alat
persalinan.

e) Syarat personal
-

Dua orang perawat yang mengemudi


Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi

f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:


-

Ambulans transportasi
Ambulans gawat darurat
Ambulans rumah sakit lapangan
Ambulans pelayanan medik bergerak
Kereta jenazah

g) Alat pelindung diri


Keamanan penolong merupakan hal yang sangat
penting,sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai
APD antara lain:
Sarung tangan lateks

o Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat


menularkan
o penyakit
Kaca mata pelindung

o Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit


kedalam
Tubuh manusia
Baju pelindung
o Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan
tubuh
melalui pakaian
Masker penolong
o Mencegah penularan penyakit melalui udara
Masker Resusitasi Jantung Paru
o Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan
napas
Helm
o Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm
dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat
melakukan pertolongan
Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan tugasnya ada
beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:
Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang sekitarnya
Dapat menjangkau penderita
Dapat mengenali dan mengatasi masalah yangmengancam nyawa
Meminta bantuan atau rujukan
Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya
Ikut menjaga kerahasian medis penderita
Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

10

Kualifikasi pelaku pertolongan pertama, Agar dapat menjalankan tugas


seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

Jujur dan bertanggung jawab


Kematangan emosi
Memiliki sikap professional
Kemampuan bersosialisasi

Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara berkesinambungan


mengikuti kursus penmyegaran.

Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik

Mempunyai rasa bangga.

2). Cara transportasi

Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi selamat

Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati hati dan


menaati peraturan lalu lintas

2.3.4 Fase Rumah Sakit


2.3.4.1 puskesmas
Ada puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan:
Resusitasi
Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun

pembedahan minor
Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik

seperti pemeriksaan hb,leukosit dan gula darah


Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga

perawat dalam satu shift


2.3.4.2 Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat
Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung pada:
1) Keadaan penderita waktu tiba di IGD
o Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah sakit

11

IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra


rumah sakit
2) Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga:
o Masyrakat mudah mencapainya
o Kegiatan mudah dikontrol
o Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada infeksi
o

silang
o Dapat menanggulangi keadaan bencana
3) kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:
a) Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk resusitasi
o Suction manual atau otomatis
o Oksigen
o Respirator manual atau otomatis
o Laringoskop
o Pipa endotrakeal
o Pipa nasotrakeal
o Gudel
o Spuit dan jarum
o Cuff set
o EKG
o Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah
o Cairan dextrose 50% ampul
o Morfhin-pepthidin-adrenalin
o Tandu dapat posisi tredelenburg
o Cricothyrotomy dan trakheastomi set
o Gunting
o Jarum intra cardiac,dan lain lain
b) Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi penderita:
o WSD set atau jarum fungsi
o Bidai segala ukuiran
o Sonde lambung
o Foley kateter segala ukuran
o Venaseksi set
o X-ray
o Verban untuk luka bakar
c) Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi
Alat alat periksa pengobatan mata
Slip lamp

12

THT set
Traction kit
Gips
Obstetric genekologi set
Laboratorium urine
Bone set
Pembedahan minor set
Thoracotomy set
Benang benang atau jarum segala ukuran
d) kemampuan dan keterampilan
Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani penderita
yaitu CS,keamanan,penerangan,kasir
Golongan kedua,yang langsung menangani penderita yaitu
perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang punggung IGD
2.3.5

Fase Rehabilitas

Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun bencana harus


dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga mereka dapat kembali
berfungsi di dalam kehidupan masyarakat
2.3.6

Penanggulangan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh

13

factor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak psikologis maka
setiap rumah sakit harus mempunyai disaster plan sebagai upaya persiapan jika terjadi
bencana.
Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid Respone dan Rapid
Assesment.
1.

Rapid Response
a. Daerah Urban:
- Keamanan ada polri jumlah 110
- Rescue ada dinas kebakaran ada 113
- Kesehatan ada UGD ada 118
Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah satu

atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehingga terbiasa
bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehari hari maupun dalam keadaan
bencana.
b. Daerah Rural :
Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :
- Babinsa
- Hansip
- Puskesmas
2. Rapid Assesment
Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus
didapat dalam 2-4 jam.
3. Evaluasi/Quality assurance/control.
- Memonitor penanggulangan penderita.
- Mengevaluasi terus-menerus

14

Kebutuhan untuk pengembangan


Dampak pada morbiditas dan mortalitas
Tujuan yaitu melakukan Quality Management Program.Untuk itu semua system harus
ditunjang pleh program assesment and improvement baik untuk fase pra RS maupun
Fase RS/UGD dan
penanggulangan bencana. Selain itu juga harus dilakukan kriteria audit yang
menjamin kualitas pelayanan medis.
4. Dana
Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:
-

Pemerintah
Swasta
Modal Asing.

Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan
dapat diperoleh dari ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia
yang dapat musibah baik trauma maupun nontrauma, sumber dananya yaitu:
Jasa raharja
Pegawai negri
Pegawai swasta
Orang mampu
Askes
Astek
Asuransi komersial

15

Subsidi PEMDA.
2.4 Undang undang yang mengatur dalam system penanggulangan gawat darura
terpadu
2.4.1 UU kesehatan Np.36/2009
Pelayanan kesehatan pada bencana
Pasal 82
1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumberdaya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana
3. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup
pelayanan kegawat daruratan yang bertujuan untuk menyeamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan lebih lanjut
4. Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana
yang dimaksud pada ayat 1
5. Pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 bersumber dari
anggaran pendapatan belanja Negara (APBN),anggaran pendapatan
belanja dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai
dengan undang undang

Pasal 83

16

1. Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus


ditunjukan untuk penyelamatan jiwa pencegahaan kecacatan lebih lanjut,
dan kepentingan terbaik bagi pasien.
2. Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagimana
yang dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

2.4.2 UU penanggulanagan bancana No.24/2007


Bab satu tentang ketentuan umum
Pasal 1 ayat 10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan penggurusan penggungsi serta
pemulihan sarana pra sarana.
2.4.3 UU Kesehatan No 36/2009
Bab 2 pasal 4 tentang kesehatan pembukaan point b
Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkat
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan bedasarkan
prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangaka
pembentuk sumberdaya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa bagi pembangunan nasional
Pasal 32 ayat 1

17

Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun


swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu
Pasal 32 ayat 2
Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan
swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka.
2.4.4 UU Kesehatan No 36/2009 Bab 1 ketentuan umum
Profesi kesehataan (tenaga kesehatan) seperti dokter dan perawat dan profesi
kesehatan lainya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan
pada kasus kasusu kegawat daruratan dan bencana. Yang disebut dengan tenaga
kesehatan dalam undang undang kesehatan no 36 tahun 2009 bab 1 ketentuan umum
pasal 1 ayat 6 : setiap orang yang mengapdikan diri dalam bidang kesehatan dan atau
keterampilan meleluai pendidikan dibindang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melaukan upaya kesehatan pasal ini mempertegas
bahwa petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam
pelayanan dawar darurat yang terjadi baik dalam keadaaan sehari haari maupun
dalam keadaan bencana
2.4.5 UU Rumah sakit No.44/2009
Dalam undang undang rumah sakit nomor 44 tahun 2009 bab 1 ketentuan
umum pasal 1 ayat 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat
darurat. Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat

18

darurat kepada pasien atau penderita dengan didukung oleh sarana, pra sarana dan
sumber daya manusia dalam pengelolahan pelayanan gawat darurat.
2.4.6 Pemenkes No 152/Menkes/Per/IV/2007
Pemenkes No 152/Menkes/Per/IV/2007. Tentang izin dan penyelenggaraan
praktik kedokteran dan kedokteran gigi, BAB VII pasal 37 ayat (2). Dokter atau
dokter gigi yang diminta untuk memberikan pelayanan medis oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan bakti sosial, penanganan korban bencana, atau tugas kenegaraan
tidak memerlukan izin praktik tetapi harus member tahukan kepada dinas kesehatan
kabupaten/ kota tempat kegiatan dilakukan. Dari penjelasan undang undang diatas
dokter berkewajiban memeberi pelayanan kesehatan terhadap penanganan korban
bencana jika diminta.
Disisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standart operasi
prosedur, petunjuk pelaksanaan, kebijakan dan aturan aturan dalam system pelayanan
kegawat daruratan harus dijadikan pedoman. Bagi profesi kedokteran pelatihan
kegawat daruratan dapat juga di jadikan sebagai aspek legalitas dan kompentesi
dalam melaksanaakan pelayanan gawat darurat.
2.5 Triage
Triage adalah pengelompokan korban bedasarkan berat ringanya trauma atau
penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Tujuan dari triage adalah
dapat menangani korban dengan cepat dan cermat serta tepat sesuai dengan sumber
daya yang ada dan juga bedasarkan prioritas berat ringan nya trauma atau penyakit
pasien sehingga
2.5.1 Macam macam korban :
19

Korban masal : merupakan korban yang lebih dari satu tetapi bukan

karena bencana dan harus ditolong lebih dari 1 penolong


Korban bencana : merupakan korban akibat dari adanya bencana yang
terjadi dan biasnnya jumlah korban lebih banyak dari korban masal

2.5.2 Prinsip prinsip triage :


time saving is life saving (waktu respon diusahakan sependek mungkin)
the right patient , to the right place at the right time serta melakukan yang terbaik
mungkin dengan jumlah korban yang lebih banyak dengan seleksi korban bedasarkan

Ancaman jiwa yang mematikan dalam hitungan menit


Dapat mati dalam hitungan jam
Trauma ringan
Sudah meninggal

Dari yang hidup dibuat prioritas bertujuan untuk menentukan dan mendahulukan
penatalaksanaan terhadap pasien dengan ancaman jiwa yang lebih besar
tingkat prioritas :

Prioritas 1 (prioritas tertinggi) digolongkan menjadi dua warna merah dengan


biru. Warna merah untuk berat nya kondisi pasien dan warna biru untuk
kondisi sangat berat, mengancam jiwa atau fungsi vital memerlukan resusitasi
dan tindakan bedah segera. Penanganan dan pemindahan bersifat segera
terutama dikarenakan karena gangguan jalan nafas (Airway) pernafasan

20

(Breathing) dan sirkulasi (Circulation). Contoh keadaan darurat tersebut


seperti obstruksi jalan nafas , tension peneumothorak, syock hemoragik, luka

bakar grade 2 dan 3 >25%


Prioritas 2 (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau fungsi
vital jika tidak segera di tangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera dalam waktu singkat jangan sampai terlambat
contoh : patah tulang besar, luka bakar grade 2-3 <25%, trauma thoraks atau

abdomen, laserasi luas, trauma bola mata


Prioritas 3 (rendah) warna hijau. Hanya perlu penanganan biasa tidak
membutuhkan tindakan segera. Penganan dan pemindahan bersifat terakhir.

Contoh luka superficial dan luka luka ringan


Prioritas 0 warna hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil luka sangat
parah , hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung, trauma kepala yang
bersifat kritis dan harapan hidup sudah tidak memungkinkan.

2.5.3 Penilaian dalam triage

Primary survey (A, B, C). untuk menentukan prioritas 1 dan seterusnya


Secondary survey (head to toe) untuk menentukan prioritas 1,2,3,0 dan

selanjutya
Monitoring korban akan kemungkinan terjadi perubahan dari keadaan korban
seperti derajat kesadaranya dan vital sign, serta tanda tanda lain yang bisa di

di ambil dari A,B,C


Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban

2.5.4 Perencanaan triage

21

Persiapan sebelum bencana


Pengorganisasian personal (tim triage
Pengorganisasian ruang dan tempat
Pengorganisasian sarana dan peralatan
Pengorganisasian suplai
Pelatihan
Komunikasi

2.5.5 Pemimpin triage


Pemimpin triage tidak harus dokter, tergantung sumberdaya manusia di
tempat kejadian Keputusan triage harus dihargai, diskusi setelah tindakan, hindari
untuk tidak memutuskan sesuatu, tugas dari pemimpin triage adalah :

Melakukan primary survey


Menentukan prioritas
Menentukan pertolongan yang harus diberikan

2.5.6 Tim triage

Harus bertanggung jawab


Mencegah kerusakan lebih lanjut atau semakin parah
Pilah dan pilih korban
Memberi pelayanan serta pelindungan terhadap korban

2.5.6 Dokumentasi madis atau rekam medis

Informasi dasar : nama, umur , jenis kelamin , cedera, penyebab cedera,

pertolongan pertama yang telah diberikan


Tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu, respirasi, kesadaran
Diagnosis singkat lengkap
Kategori triage
Urutan tindakan preoperative secara lengkap.

22

BAB III
KESIMPULAN
SPGDT atau singkatan dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
merupakan suatu program dalam penanggulangan gawat darurat yang biasanya
diakibatkan oleh suatu bencana yang memakan korban. dengan Adanya SPGDT yang
terdiri dari unsure pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan Rumah sakit, dan
pelayanan Antar Rumah sakit diharapkan banyak korban yang bisa diselamatkan,
koordinasi serta komunikasi setiap penyedia pelayanan yang dibantu oleh pusat
pelayanan diharapkan dapat mempermudah penangganan pasien dengan respon yang
cepat, terutama waktu penanganan semakin singkat karena sudah terkoordinir dengan
tepat dan cermat, bertujuan untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya

23

Landasan dasar pelaksanaan SPDGT yaitu UU kesehatan Np.36/2009, UU


penanggulanagan bancana No.24/2007, UU Rumah sakit No.44/2009, Pemenkes No
152/Menkes/Per/IV/2007 dengan tertuangannya landasan pelaksanaan SPGDT dalam
undang undang bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan dan keselamatan
pasien yang mendapat bencana, dalam hal ini semua koordinasi mulai dari
masyarakat sampai rumah sakit diharapkan memberikan kontribusi mereka dalam
pelaksaanan penanggulangan gawat darurat, sehingga korban dalam bencana akan
tertangani secara keseluruhan dan tepat.
Dalam bencana selalu ada korban maka dari itu perlu dibentuk triage untuk
menentukan prioritas bertujuan untuk menentukan dan mendahulukan
penatalaksanaan terhadap pasien dengan ancaman jiwa yang lebih besar. Triage
berguna untuk memilah korban korban bencana sehingga mempermudah petugas
pelayanan kesehatan untuk memprioritaskan pemberian bantuan hidup dasar dan
penatalaksanaan secepat mungkin bagi korban hidup yang jiwanya sangat terancam.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1999.Triage Officers Course. Singapore : Department of Emergency


Medicine Singapore General Hospital

Girsang, R. 2005. Evaluasi Factor Factor Yang Berhubungan Dengan Waktu


Tanggap Petugas Kesehatan Di instalasi Gawat darurat Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2005. Tesis, Sekolah Pascasarjana,
Universitas Sumatra Utara, Medan

Hamurwono, Guntur bambang. 2002, kebijakan Depkes Dalam Pengembangan

25

SPGDT. Disampaikan dalam rangka pemantapan SPGDT untuk menunjang


Safe community. Cisura

Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:


EGC

Kemenkes RI. 2009. Tentang Rumah Sakit. UU. No44, Jakarta


Kemenkes RI.2009. Kesehatan. Jakarta. UU. No.36, jakarta
Pemenkes RI. 2007. Izin dan Penyelenggaraan Praktik Kedokteran dan Kedokteran
gigi. Jakarta

Pemenkes RI.2007. Penanggulanagan bancana UU.No.24, Jakarta

Randy, Candra. 2012. Konsep Triase. Available at


http//:www.chandrarandy.wordpress.com/2012/10/07/konsep-triage/
Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK
Unud
_______2006, Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
terpadu/General Emergency Life Support (GELS). Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku PPK PERKI
    Buku PPK PERKI
    Dokumen378 halaman
    Buku PPK PERKI
    Reli Giusman
    100% (10)
  • Konsensus Tatalaksana PUA Cetak PDF
    Konsensus Tatalaksana PUA Cetak PDF
    Dokumen84 halaman
    Konsensus Tatalaksana PUA Cetak PDF
    Muhammad Fajarulhuda
    Belum ada peringkat
  • Soal Radiologi
    Soal Radiologi
    Dokumen9 halaman
    Soal Radiologi
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen14 halaman
    Bab 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Ortopedi
    Soal Ortopedi
    Dokumen13 halaman
    Soal Ortopedi
    Areza Eka Permana
    100% (1)
  • Soal Pakar Bedah Umum 2
    Soal Pakar Bedah Umum 2
    Dokumen13 halaman
    Soal Pakar Bedah Umum 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Refrat Partus Lama
    Presentasi Refrat Partus Lama
    Dokumen19 halaman
    Presentasi Refrat Partus Lama
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Morning Report Pasien Igd 16 Februari 2017
    Morning Report Pasien Igd 16 Februari 2017
    Dokumen34 halaman
    Morning Report Pasien Igd 16 Februari 2017
    Roff PaperFold
    Belum ada peringkat
  • Ikd 1
    Ikd 1
    Dokumen61 halaman
    Ikd 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • MR 5-8-2016
    MR 5-8-2016
    Dokumen38 halaman
    MR 5-8-2016
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • 2017 PanduanPraktikKlinis
    2017 PanduanPraktikKlinis
    Dokumen37 halaman
    2017 PanduanPraktikKlinis
    Yanita Dikaningrum
    Belum ada peringkat
  • Reesponsi
    Reesponsi
    Dokumen5 halaman
    Reesponsi
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • VeR Hidup
    VeR Hidup
    Dokumen2 halaman
    VeR Hidup
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Breeding Place Anopheles
    Breeding Place Anopheles
    Dokumen6 halaman
    Breeding Place Anopheles
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Kamar Mandi Sehat
    Kamar Mandi Sehat
    Dokumen1 halaman
    Kamar Mandi Sehat
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Fish Bone Minipro Aririfah Fix
    Fish Bone Minipro Aririfah Fix
    Dokumen2 halaman
    Fish Bone Minipro Aririfah Fix
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Pakar Bedah Umum 1
    Soal Pakar Bedah Umum 1
    Dokumen11 halaman
    Soal Pakar Bedah Umum 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Bab 1revisi
    Bab 1revisi
    Dokumen18 halaman
    Bab 1revisi
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal KHEK 1
    Soal KHEK 1
    Dokumen12 halaman
    Soal KHEK 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal KHEK 2
    Soal KHEK 2
    Dokumen13 halaman
    Soal KHEK 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Mata 1
    Soal Mata 1
    Dokumen7 halaman
    Soal Mata 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Neuro 1
    Soal Neuro 1
    Dokumen9 halaman
    Soal Neuro 1
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Psikiatri
    Soal Psikiatri
    Dokumen15 halaman
    Soal Psikiatri
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Mata 2
    Soal Mata 2
    Dokumen7 halaman
    Soal Mata 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Farmakologi
    Soal Farmakologi
    Dokumen8 halaman
    Soal Farmakologi
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal IKA
    Soal IKA
    Dokumen16 halaman
    Soal IKA
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Neuro 2
    Soal Neuro 2
    Dokumen9 halaman
    Soal Neuro 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal IKM 2
    Soal IKM 2
    Dokumen10 halaman
    Soal IKM 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat
  • Soal Mata 2
    Soal Mata 2
    Dokumen7 halaman
    Soal Mata 2
    Areza Eka Permana
    Belum ada peringkat