Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tanpa kita sadari sejak dari lahir kita terkait baik secara personal maupun
emosional dengan makanan. Berjalan dengan waktu kebanyakan orang akan merasa
mendapatkan kenyamanan dan kepuasan yang sangat dari makanan. Perasaan nyaman
ini baik secara biologis maupun psikologis. Makan adalah suatu kebutuhan bagi
setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses
metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung mempengaruhi
status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang mengalami perilaku makan
menyimpang, dan hal ini banyak terjadi pada kalangan perempuan dibandingkan lakilaki.
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatri dengan akibat psikologis dan
medis yang serius. Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa (AN), bulimia
nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang di defenisikan sebagai gangguan
prilaku makan atau perilaku dalam mengkontrol berat badan. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 4
th
menjadi tiga jenis gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa
(BN), dan binge-eating (BED).
Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak
remaja dan wanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakteristik makan
sebanyak-banyaknya dan tahap akhir dari proses makannya dengan memuntahkan apa
yang dimakan dan dapat menyebabkan komplikasi medis. Dengan demikian, pasien
dengan bulimia nervosa sering hadir dalam keadaan perawatan primer. Penanda
bulimia nervosa yang berguna dalam membuat diagnosis yaitu pemeriksaan fisik dan
th
ditandai dengan episode berulang dari pesta makan diikuti dengan 1 atau lebih
perilaku kompensasi untuk menghilangkan kalori (muntah, obat pencahar, puasa, dll)
yang terjadi rata-rata minimal dua kali seminggu selama 3 bulan atau lebih. Pasien
yang tidak memenuhi kriteria frekuensi atau panjang dapat didiagnosis dengan DSM
IV gangguan makan yang tidak disebutkan secara spesifik.
Bulimia nervosa juga digambarkan menjadi 2 subtipe yang berbeda:
pembersihan dan tidak dibersihkan. Dengan subtipe membersihkan, pasien
melakukan beberapa metode untuk menghilangkan makanan dari tubuh mereka. Hal
ini yang paling sering dilakukan dengan menginduksi diri agar muntah tetapi bisa
termasuk penyalahgunaan laksatif, enema, atau diuretik. Bulimia nonpurging
menggunakan latihan puasa atau berlebihan sebagai kompensasi utama tetapi tidak
secara teratur membersihkan. Terlepas dari subtipe, pasien penderita bulimia
memiliki evaluasi negatif sel, menempatkan kepentingan tidak pantas di berat badan
dan citra tubuh.
1.2 TUJUAN dan MANFAAT
1. Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, skining dan manifestasi klinis,
komplikasi dan komorbiditas pskiatrik serta untuk mengetahui penilaian fisik
laboratorium dan penatalaksanaan bulimia nervosa.
2. Memenuhi tugas peaper kepaniteraan klinik Psikiatri RS Haji Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang
artinya extreme hunger alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran
para bulimics (orang yang bulimia), mereka cenderung makan dalam jumlah banyak
dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai
kompensasi dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara
yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan
banyak. Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh
episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan. Penyelaan sosial dan
gangguan fisik yaitu, nyeri abdomen atau mual-mual, menghentikan pesta makan
yang sering diikuti oleh perasaan bersalah, depresi, atau muak terhadap diri sendiri.
Orang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti mencahar ( muntah
yang diinduksi sendiri, pemakaian laksatif yang berulang, atau pemakaian diuretika),
puasa, atau latihan yang berat. Namun pasien bulimia nervosa mampu
mempertahankan berat badan yang normal.
DSM-IV membagikan Bulimia nervosa dalam dua bentuk yaitu purging dan
nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan
secara sengaja. Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan
menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain.
Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah
berat badan. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain
cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau berolahraga secara
berlebihan. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung
dibakar dan habis. Menurut kriteria diagnostik dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders edisi keempat ( DSM-IV), pesta makan dan perilaku
kompensasi harus terjadi dengan rata-rata sekurangnya dua kali seminggu selama tiga
bulan.
2.2 Epidemiologi
Bullimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita di bandingkan pada
laki-laki, Diperkirakan bulimia nervosa terjadi pada sekitar satu sampai tiga persen
pada wanita muda. Onsetnya lebih sering pada masa remaja atau pada masa dewasa
muda.
Prevalensi bulimia nervosa untuk wanita di Amerika Serikat adalah 2%
sampai 3%, namun dapat mencapai 10% pada populasi yang rentan, seperti perguruan
tinggi yang khusus untuk wanita. Gejala yang kadang ditemukan pada bullimia
nervosa, seperti episode pesta makan dan mencahar yang terisolasi, telah dilaporkan
pada hampir 40 persen wanita perguruan tinggi. Kejadian pada pria hanya
sepersepuluh dari wanita. Secara demografis, sebagian besar pasien dengan bulimia
nervosa masih lajang, berpendidikan perguruan tinggi, dan dipertengahan usia 20
tahunan.
Namun,
kebanyakan
pasien
mulai
mengalami
gejala
bulimia nervosa selama masa pubertas. Bulimia terjadi pada 2,3% perempuan kulit
putih, dan
0,40%
pada
wanita
kulit
hitam.
Faktor
risiko
untuk bulimia
Bullimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan
gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang
yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian,
memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual.
2.3 Etiologi
Faktor genetik, Pada umumnya para peneliti percaya bahwa faktor hereditas
berpengaruh terhadap gangguan pola makan. Neurotransmitter tertentu, suatu
senyawa kimia yang menghantarkan impuls syaraf, pada orang yang bulimia
kadarnya tidak normal sehingga para peneliti ini beranggapan ada kelainan pada
sistem syaraf pusat yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Neurotransmitter
yang
abnormal
tersebut
adalah
serotonin,
yang
juga
dipercaya
sebagai
toko, dan labilitas emosional (termasuk usaha bunuh diri) adalah berhubungan dengan
bulimia nervosa. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak
terkendali yang dilakukannya sebagai ego-distonik dibandingkan pasien dengan
anoreksia nervosa sehingga pasien dengan bulimia nervosa lebih cepat mencari
bantuan.
2.4. Skrining
Kuisioner (BITE) adalah tes singkat untuk deteksi dan deskripsi bulimia
nervosa. BITE ini terdiri dari satu set 33 pertanyaan (30 ya / tidak jenis dan 3
penilaian respon) yang secara bersamaan menilai kehadiran dan relatif keparahan
gangguan makan. BITE ini dibagi menjadi 2 bagian, skala gejala dan skala
keparahan. Skala gejala terdiri dari 30 pertanyaan ya / tidak, 1 poin diberikan untuk
setiap jawaban "ya", dan skor 20 atau lebih mengindikasikan gangguan makan. 3
pertanyaan lain(respon) membentuk skala keparahan dan meminta pasien untuk
menilai frekuensi tindakan mereka. Skor 5 atau lebih pada bagian ini dianggap
signifikan secara klinis, dan skor 10 atau lebih dianggap parah. BITE mengambil
rata-rata 10 menit untuk menyelesaikan dan dapat segera dicetak oleh
praktisi. Meskipun tidak dimaksudkan untuk skrining dalam perawatan primer,
instrumen ini dapat digunakan untuk melacak tingkat keparahan penyakit pada
pasien.
2.5 Diagnosis dan Gejala Klinis
Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM IV, Diagnostic
and Kriteria Statistical Disorders, ec.4.
A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut ini
i.
jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada
waktu dan situasi yang serupa.
ii.
tersebut (misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa
atau berapa banyak yang dimakannya).
B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah kenaikan berat
badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif, enema, atau
medika lain, puasa, atau olahraga berat.
C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi dengan ratarata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.1,2
Gejala gejala bulimia nervosa yaitu1-4 :
Makan dalam jumlah yang berlebihan.
Terobsesi dengan makanan dan kalori.
Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan makanan
- makanan yang telah ditelan.
Bersikap penuh rahasia.
Merasa kehilangan kontrol.
Menurut DSM-IV, ciri penting dari bulimia nervosa adalah episode rekuren
pesta makan; suatu perasaan tidak adanya pengendalian terhadap makan selama pesta
makan; muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif atau diuretik,
berpuasa, atau latihan berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan; dan
penilaian diri sendiri yang persisten yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat
badan. Pesta makan biasanya mendahului muntah dengan kira-kira satu tahun.2,4,5
Muntah adalah sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari
ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas
kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan
memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat
badan. Depresi sering kali mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta
makan (postbinge anguish). Selama pesta makannya pasien makan makanan yang
manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering.
Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat, dan kadang-kadang
tidak dikunyah. 2,4,5
Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah dalam rentang berat badan yang
normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya,
khawatir terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya
tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah aktif secara seksual,
dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa. Pika dan perebutan selama makan
kadang-kadang ditemukan dalam riwayat pasien bulimia nervosa.2
Mirip dengan anoreksia nervosa, orang yang menderita bulima nervosa juga
mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan
penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran
penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan
masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.2
Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan
meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap
asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat
penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat
diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh.2
Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan bulimia nervosa dan
simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan
bulimia nervosa mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan
mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa
malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari
keluarga dan teman-teman.
2.7
Diagnosis Banding
Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dibuat jika perilaku pesta makan dan
mencahar terjadi semata-mata selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus tersebut
diagnosis adalah anoreksia nervosa, tipe pesta makan/mencahar.
Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak menderita penyakit neurologis,
seperti kejang ekuivalen-epileptik, sindrom Kluver-Bucy, atau sindrom Kleine-Levin.
Sindrome Kleine Levin terdiri dari hipesomnia periodik yang berlangsung dua sampai
tiga minggu dan hiperfagia, seperti pada bulimia nervosa, onset biasanya selama masa
remaja.
1.
Sindroma Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah
agnosia visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan
mulut, ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku
seksual (hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
2.
Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodic yang berlangsung
dua sampai tiga minggu atau hiperfagia seperti pada bullimia nervosa. Onset biasanya
selama masa remaja. Sindroma lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang kadang-kadang pesta makan, tetapi
makan adalah disertai dengan tanda lain dari gangguan.
2.8 Penatalaksanaan
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola makan
seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari teman
sebaya, dan lain-lain. Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal
penyembuhan kelainan bulimia. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam
penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah
dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan tempat
penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan, kadang-kadang dibutuhkan
dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan vitamin dan mineral
bagi penderita. Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa hasil, satusatunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk diopname,
terutama bagi penderita anoreksia. Itu dilakukan jika berat badan penderita menurun
hingga 25% dari berat normal atau jika organ-organ vital dalam tubuh mengalami
cedera. Ingatlah bahwa pola makan sehat adalah cara hidup yang terbaik. Jangan
biarkan diri kita di bawah tekanan sosial atau teman sebaya. Satu lagi yang
terpenting, tetaplah percaya diri sebab nilai personaliti kita tidak ditentukan oleh
seberapa kurus atau gemuknya tubuh kita.
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk Psikotherapi
individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan
farmakoterapi.
Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis
yang memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan
muntah dan mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki
3 fase yang memerlukan waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama,
pasien diajarkan tentang bulimia nervosa yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit ini diantaranya tindakan pengaturan frekuensi dan pola makan dengan cara
menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau pengetahuan tentang purging
pada sesi terapi ini. Pada fase kedua, pasien diajarkan dalam kebebasan memilih
makanan dan diberi tambahan waktu untuk memperbaiki makanan disfungsional
dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada fase ketiga, tujuannya ialah maintenance dan
mencegah kekambuhan.
Pada terapi CBT (Cognitive behavioral therapy) di dapatkan 45 % pasien
berhenti bingeing and purging dan 35 % tidak lagi memenuhi kriteria bulimia
nervosa. Pada 31 %- 44% pasien mengalami kekambuhan dalam waktu 4 bulan
setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy). kekambuhan ini diduga akibat
motivasi rendah selama terapi dan makanan yang terlalu khusus yang menyebabkan
peningkatan frequensi muntah sebelum terapi.
Terapi Farmakologi
Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan mencahar terlepas
dari adanya suatu gangguan mood. Jadi, untuk siklus pesta makan dan mencahar yang
sukar yang tidak responsif terhadap psikoterapi saja, antidepresan telah digunakan
dengan berhasil. Imipramine (tofranil), desipramine (Norpramin), trazodone
(desyrel), dan inhibitor monoamin oksidas telah membantu. Fluoxetine (Prozac) juga
menjanjikan sebagai terapi yang efektif.2 Obat fluoxetine dengan dosis 60 mg / hari
yang mempunyai efek dapat menurukan respon muntah dan memperbaiki gangguan
makan. Fluoxetine dilaporkan dapat menurunkan respon muntah dan memperbaiki
gangguan makanan dalam 4 minggu terapi. Penggunaan terapi fluoxetine selama 1
tahun di laporkan dapat menurunkan kekambuhan dan efeknya lebih tinggi dari pada
placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus dengan gangguan makan dilaporkan bahwa
sertraline memiliki efek dapat memulihkan berat badan dan mengurangi gangguan
makan. Pada citalopram memiliki efek dalam mengobati gangguan makan.
Sedangkan pada milnacipran, obat anti depresan, kedua serotonergik dan
noradrenergic mempunyai efek dalam menguangi gejala bulimia pada beberapa kasus
yg tidak tertangani. Tetapi sampai saat ini hanya fluoksetin, yang merupakan satusatunya obat yang dibenrkan Oleh U.S food and Drug Administration sebagai terapi
Bulimia Nervosa.
Pemberian kombinasi CBT dengan obat fluoxetine terbukti lebih unggul dari
pada pemberian CBT saja atau Obat fluoxetine saja. Yang bila kedua pengobatan
dikombinasi memiliki efek menurunkan frekuensi dan keparahan muntah serta dapat
mengurangi gangguan makan, pada penelitian terbaru di laporkan pasien yang sudah
di terapi dengan kombinasi CBT dan obat fluoxetine dapat memperbaiki
penyusesuaian dalam lingkungan sosial yang lebih baik hingga 10 tahun setelah
menerima terapi kombinasi tersebut bila dibandingkan dgn terapi bulimia yg
menggunakan placebo. Pada pasien yang tidak berespon pada terapi CBT, fluoxetine
telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala bulimia. Mengingat penelitian ini,
pengobatan saat ini yang digunakan untuk terapi bulimia nervosa terdiri dari rawat
jalan berbasis CBT dan terapi fluoxetine.1
Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai
tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang
salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan
secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan
penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin,
dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain
dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara
tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar
yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan
kebutuhan penderita.
Berikut adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
keadaan yang sudah membaik :
1. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk
makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu
merupakan respon yang fisiologis.
2. Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa lapar
yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
3. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan
terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat
berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek
pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang
paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien
terhadap penampilan dan berat badannya.
Primary care, dokter seharusnya mempertimbangkan dalam merujuk pasien
ke perawatan lebih khusus pada pasien gangguan makanan yang persistent, gangguan
psikis, perilaku yang merugikan diri sendiri atau keinginan bunuh diri.
2.9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati adatidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala
ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong
untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif
bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu
tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk
berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini
jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi
komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian
dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama
pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat
membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi.
Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :
1. Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid
wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang
asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai
sikap
dan
prilaku
terhadap
remaja.
4. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media
tentang berat dan bentuk badan ideal
apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi,
penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini.
Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris dan
juga terasa sedikit nyeri. dan sialadenosis (non-inflamatory saliva glands
enlargement) sekitar 10-66% yang biasanya disebabkan oleh kelainan sistemik seperti
diabetes mellitus, alakoholik, anoreksia nervosa dan bullimia nervosa. Tidak seperti
anoreksia nervosa, pada bulimia nervosa tidak terjadi gangguan densitas mineral
tulang, hanya saja gangguan densitas tulang ini tergantung pada usia menarche,
amenorrhhea, dan berat badan (semakin kurus semakin beresiko). Hipertropi parotid
dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah, malnutrisi, dan disfungsi
autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya pembesaran kelenjar tersebut adalah
tidak menginduksi muntah, dengan demikian ukuran kelenjar parotis dan
submandibular akan berkurang secara perlahan dalam beberapa bulan. Terapi lain
yang bisa dilakukan adalah kompres hangat pada kelenjar tersebut, mencoba
menggunakan pilocarpin oral untuk menstimulasi pengeluaran air liur.
Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan
perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena
terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah.
Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada
AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas.
Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat
pada pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk
menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut.
Konstipasi, tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut
kembung dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan
mengkonsumsi laksative. Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya.
Tidak jarang pasien justru mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa
dengan mengkonsumsi laksative maka berat badan akan semakin berkurang,
sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap motilitas kolon. Secara umum,
dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak makan secara bertahap
maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu. Penatalaksanaan
untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien agar minum air
yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram perhari,
laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu sampai dua kali perhari,
kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa
sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin
terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi.
Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya paling
banyak terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang terdapat
muntah darah berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung. Hal ini
disebut Boerhaaves sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang merupakan
dampak dari muntah yang dipaksakan, kondisi seperti ini jarang ditemukan, namun
sangat berbahaya.
Ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan
secara sadar, yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi,
dan ditelan lagi, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan
Barretts esofagus.
Masalah pada jantung
Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN,
manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus
takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi
yang terjadi.
Masalah Endokrin
Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi
termasuk amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan
menstruasi disebabkan oleh karena gangguan release hormon gonadotropin dan
leptin.
tua buruk dan harapan orangtua tinggi. Meskipun gejala utama dari gangguan ini
adalah gangguan kebiasaan makan dan persepsi diri, komorbiditas signifikan
menyulitkan identifikasi dan pengobatan bulimia nervosa.
2.12. Prognosis
Meskipun bulimia nervosa lebih umum dari anoreksia nervosa, angka
kematian lebih rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa.
Kematian dari bulimia nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat
dianggap remeh karena beberapa jangka panjang tindak lanjut penelitian yang
melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari pasien bebas dari seluruh gejala bulemia
5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian pada bulemia nervosa adalah
jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan bahwa angka kematian
dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini dan treatment.
Pasien yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia menunjukkan fitur lebih
sulit mencapai berat badan normal dan cenderung berada pada berat badan rendah,
bahkan setelah treatment. Anoreksia juga rentan terhadap mengembangkan pesta
makan setelah pengobatan untuk anoreksia nervosa. Sebuah penelitian di tahun 1997
melaporkan bahwa 30% dari penderita anoreksia diobati dengan perilaku pestamakan sampai dengan 5 tahun post-hospitalization. Ketika menilai pasien normal atau
kelebihan berat badan dengan bulimia nervosa, penting untuk mengumpulkan
informasi sejarah tentang keberadaan dan anoreksia nervosa akhir-akhir ini.
Anoreksia nervosa dengan gejala bulemia dikaitkan dengan tingkat kematian lebih
tinggi daripada bulemia nervosa itu sendiri. Namun, tingkat kematian dan tingkat
komorbiditas untuk semua gangguan makan mungkin berlebihan karena kebanyakan
studi berlangsung dalam pengaturan penelitian akademik atau khusus. Pasien-pasien
ini sering lebih sakit parah dibandingkan pasien di rawat jalan. Tingkat pemulihan
yang sebenarnya untuk gangguan makan mungkin lebih besar, dan gambar hasil
secara keseluruhan tidak begitu baik. Namun, penting bagi dokter dalam perawatan
primer untuk tahu dengan gejala yang ada dari bulemia nervosa ataupun anoreksia
BAB III
KESIMPULAN
Bulimia adalah penyakit yang akan sering kita jumpai dalam dunia klinis dan
bulimia adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan baik. Bulimia biasanya
ditandai dengan memakan makanan yang jauh lebih banyak dari porsi biasanya.
Pasien dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki berat badan yang naik turun
dalam batas normal berat badan manusia.
Perangsangan muntah yang biasa dilakukan oleh penderita bulimia biasanya
dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Pasien dengan bulimia biasanya juga
mengalami abnormalitas pada keseimbangan cairan dan asam basa tubuhnya. Bulimia
biasanya
dikaitkan
juga
dengan
keadaan
depresi,
gangguan
personality,
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rushing, Jona M., et all. Bulimia Nervosa: A Primary Care Review.Primary Care
2.
3.
Sidenfeld, M.K. and Ricket. 2001. Impact of Anorexia, bulimia and obesity on the
4.
5.
6.
175.
Goldman H. H. Review of General Psychiatry, 4 thEdition, Prentice Hall International
7.
8.
9.
Bulimia
Nervosa.
2008.
http