KELUARGA
: Sumarni
ALAMAT
DISUSUN OLEH :
NAMA
: Rahayu Mentari
NPM
: 1008260031
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
: Rahayu Mentari
Alamat
: 1008260031
Blok
Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
( Rahayu Mentari )
BAGIAN 1
BAGIAN UTAMA
Dalam
Keluarga
Sumarni
Bahri
Efendi
M. Amirul
1.1.2
Jenis
Kelamin
ibu
perempuan
anak
Laki-laki
cucu
Laki-laki
Usia
60
tahun
40
tahun
12
tahun
Pendidikan
Pekerjaan
Ket.
SD
IRT
Penderita
SD
tukang
SD
Siswa
BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga
besar (Extended family). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa keluarga besar merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap
paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,
tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu
rumah tangga.
1.1.3
GENOGRAM KELUARGA
Ibu penderita
Ayah penderita
60
38
40
50
35
Keterangan :
= Laki-laki sehat
= Perempuan sehat
,
= Perempuan sakit
= Laki-laki sakit
47
al
33
30
28
1.2.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Suku/Bangsa
Alamat
Status
: Sumarni
: 60 tahun
: perempuan
: islam
: IRT
: minang
: jalan denai gang III no 18
: janda
BAGIAN 2
HOME VISIT
Ya
Tidak
Ya
Tidak
- Gangguan keseimbangan
Ya
Tidak
- Gangguan sensoris
Ya
Tidak
2. Nutrisi
Makanan:
Variasi dan kualitas makanan
Dapur
Kulkas
: bersih
o
o
o
o
Ikan
Daging
Sayur
Buah
: ada
: tidak ada
: ada
: ada
Status nutrisi:
Berat Badan
Tinggi Badan
Kesan
Konsumsi alkohol
:
:
:
Ya
Tidak
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar
: Baik
Eksterior rumah
o
o
o
o
o
o
Atap
Pintu rumah
Dinding Rumah
Jendela
Ventilasi
Halaman
Interior rumah
o
o
o
o
o
o
Kepadatan
Kebersihan
Kenyamanan
Hewan peliharaan
Buku-buku
Televisi
: padat
: bersih
: nyaman
: tidak ada
: tidak ada
: ada
4. Orang Lain
Dukungan sosial
Ya
Tidak
Semangat hidup
Ya
Tidak
Sumber penghasilan
5. Medikasi
Obat resep
Ya
Obat non-resep
Ya
Tidak
Suplemen diet
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
: Kg
Tekanan darah
Tinggi Badan
: cm
a. Anamnesis Penyakit
Keluhan utama
: sakit kepala
Telaah
: pasien merasakan sakit kepala 3 hari yang lalu
yang disertai dengan tengkuk terasa sakit dan mual. Sebulan lalu pasien
pernah berobat ke praktek dokter terdekat karena merasa benar-benar sakit
kepala, dan tengkuknya sakit. Pasien diberi obat dan merasa membaik.
Sebelumnya pasien juga pernah berobat ke puskesmas dan saat itu tekanan
darah pasien adalah 160/110 pasien diberi obat untuk darah tinggi. Pasien
mengakui minum obat yang diberi setiap kali berobat sesuai anjuran.
Tekanan darah yang paling tinggi 180/120 sekitar 3 tahun yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
: hipertensi sudah 4 tahun
c. Anamnesis Riwayat Pemakaian Obat : captopril
d. Riwayat Penyakit Keluarga : ayah dan abang pasien menderita
hipertensi.
e. Riwayat Pribadi
Anamnesis Riwayat Kelahiran
beranak
: Pasien makan 3x/hari, dengan lauk
pauk berupa ikan dan sayur konsumsi
buah jarang.
Sikap
: Pasien cukup aktif
f. Riwayat social ekonomi : Pasien tinggal dengan seorang anak laki-lakinya
Anamnesis Makanan
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas: Atas
Bawah
Genitalia
Diagnosa
Terapi
: Cukup bersih
Dapur
Lantai
: keramik
Pencahayaan
: Cukup
Listrik
: Ada
Tangga
: tidak ada
Perabotan
Sumber air
: sumur bor
AC/Kipas angin
: kipas angin
Kesehatan Spiritual
: Beribadah ke Mesjid
: Tidak ada
2. Interior rumah
Ruang tamu
Ruang keluarga
Dapur
Kamar mandi
Kamar tidur
3. Ekterior
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi
berkaitan dengan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara
terus menerus.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai
usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun,
secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
Kategori
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
3.
Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
utama dalam perawatan tekanan darah tinggi adalah pengurangan berat badan
sampai ke tingkat normal.
Pada penderita obesitas banyak diketahui terjadi resistensi insulin. Akibat dari
resistensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh sel beta
pankreas, sehingga insulin di dalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia).
Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran
natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma norepinerphrin.
Kegemukan merupakan ciri khas pada populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian
hari. Belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan antara
obesitas dengan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan
bahwa, curah jantung dan sirkulasi volume darah, penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat
badan normal.
Pengamatan Framingham study selama 18 tahun menunjukkan bahwa obesitas
merupakan salah satu faktor yang penting dalam kejadian penyakit kardiovaskuler,
terutama kejadian hipertensi. Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa
prevalensi adalah 10 kali lebih besar pada kelompok obesitas. Pada penelitian
Framingham terhadap orang dengan penurunan 15% berat badannya, tekanan
sistole akan menurun 10% sedangkan bila beratnya meningkat 15% terjadi
peningkatan tekanan sistolik sebesar 18%.
Sejak permulaan 1920, telah diketahui bahwa berat badan berhubungan dengan
tekanan darah arteri. Levy, dkk melaporkan pada tahun 1994, bahwa hipertensi 2,5
kali lebih banyak pada tentara Amerika yang kegemukan. Dari data-data tersebut
dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor penting hipertensi.
Pada obesitas atau kelebihan berat badan >20% diatas berat badan normal, akan
mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan
obesitas. Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam meningkatkan tekanan
a.
darah adalah:
Peningkatan intake kalori, protein dan karbohidrat akan meningkatkan
katekolamin plasma dan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Faktor ini
akan meningkatkan retensi natrium pada
b.
Intake kalori yang tinggi pada obesitas biasanya disertai dengan konsumsi natrium
c.
yang tinggi.
Terjadinya hypervolemia dan peningkatan curah jantung tanpa penurunan dari
resistensi perifer.
d. Peningkatan intake kalori akan meningkatkan plasma insulin yang merupakan
suatu natriuretic yang kuat yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi natrium
oleh ginjal dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Kaplan, NM 1982).
Rokok dan kopi juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun mekanisme secara
pasti belum diketahui. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan
yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga
bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.
Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon
pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan kaltat,
menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan
DLD (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai
penyebab peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya
menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner maupun kematioan otot jantung (Sani A. 1994).
Dr. Logan Clending, dalam bukunya, The Human Body, menulis: Tembakau
mempunyai efek yang cukup besar. Pada prinsipnya efek tersebut merupakan
penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot pembuluh itu dan kenaikan
tekanan darah.
Dr Emil Bogen, profesor Kesehatan Masyarakat , University of Cincinnati, dan
pengarang banyak kajian ilmiah dan biokimia sehubungan dengan tembakau
mengungkapkan pendapat bahwa sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan
penyempitan pembuluh darah yang diikuti dengan kenaikan tekanan darah.
Bermacam peralatan yang digunakan untuk merekam tekanan darah menunjukkan
perubahan pada catatan sistolik setelah seseorang merokok beberapa batang. Juga
ada bukti positif bahwa merokok menyebabkan sekresi kelenjar adrenalin yang
pada gilirannya menaikkan tekanan darah.
Jose Roesma, dari subbagian ginjal dan hipertensi bagian ilmu penyakit dalam
FKUI/RSCM dalam bahasanya mengenai rokok dan hipertensi menyatakan bahwa
asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4000 jenis bahan kimia yang
merugikan kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasive, dimana jika
seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%
setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%. Secara
kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian
epidemiologi
diketahui
bahwa
kalangan
perokok
menderita
komplikasi
kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan
perokok.
Selain rokok, kopi juga berakibat bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung
kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian
kafein 150 mengajar atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah ini
bertahan sampai 2 jam. Diduga kafein mempunyai efek langsung pada mendula
adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung
meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole.
Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yabg
menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya.
Alkohol
Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Organ-organ yang minum
alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinngi
daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit (Hull A. 1993)
Menurut Hendra Budiman, dari FK-UNIKA Atmajaya. pada penelitian
epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat
bila intake alkohol diatas 3 gelas perhari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi
alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi
alkohol. Puddey, salah satu pusat penelitian kesehatan di Australia, menemukan
penurunan tekanan darah yang bermakna pada peminum alkohol jenis standard
beer (5% alkohol) dan menggantinya dengan swan spesial light (0,9 alkohol).
Beberapa peneliti melaporkan terjadinya defisiensi vitamin B6 pada peminum
alkohol kronik, defisiensi vitamin B6 pada tikus percobaab menyebabkan
hipertensi (Budiman H 1993).
Alkohol menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat
meningkatkan tensi dan mengacu pada timbulnya trombosis, serta menigkatkan
sistensi katekolamin yang dalam jumlah besar akan mengakibatkan kanaikan
menjadi berkepanjangan, akibatnya tekanan darah akan menetap tinggi. Hal ini
secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan bahwa
pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Pada
survei hipertensi, didapatkan angka prevalensi pada masyarakat kota lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal tersebut mungkin dikaitkan
dengan pengaruh stress psikososial yang lebih banyak dialami oleh kelompok
masyarakat yang tinggal di kota, dibandingakan dengan masyarakat pedesaan
(Sidabutar R.P dan Wigono, 1990).
Kurang Olahraga
Dari studi epidemiologi diharapkan bahwa latihan fisik yang teratur mempunyai
keuntungan dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Baik pada studi observasi
maupun pada studi eksperimental terdapat bukti penurunan tekanan darah dengan
melakukan exercise dan meningkatnya kesegaran jasmani pada orang dewasa.
Pada kebanyakan studi longitudinal terbukti adanya efek antihipertensi dari
exercise pada penderita hipertensi sekitar 6-15 mmHg (Andang J.Hm 1994).
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurangnya olahraga, kemungkinan timbulnya obesitas akan
4.
meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
Gejala Klinis Hipertensi
Gejala yang timbul pada hipertensi pada umumnya tergantung pada tinggi
rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Sedangkan pada
hipertensi essensial sering berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi para organ target seperti: ginjal, otak, mata dan jantung.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi
sebagai berikut:
Sakit kepala
Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
Berdebar atau debar jantung terasa cepat
Telinga berdengung
Diagnosa
Diagnosis hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau
lebih dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80% lengan atas pada
pasien dengan posisi duduk dan setelah beristirahat 5 menit. Pada 70-80 kasus
hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga, walaupun hal
ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat
hipertensi didapatkan pada kedua organ tua, maka dengan hipertensi esensial lebih
besar. Mengenai usia penderia hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia
25-45 tahun dan hanya 20% pada usia dibawah 20 tahun dan di atas 50
tahun.Keterangan mengenai obat yang sedang dimakan penderita yang mungkin
dapat menimbulkan hipertensi sangat diperlukan seperti: golongan kortikosteroid,
golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan simptomimetik. Dalam
mendiagnosa hipertensi perlu dipertimbangkan kemungkinan hipertensi sekunder
apabila dijumpai pada penderita usia muda dengan hipertensi berat, atau dijumpai
kelainan pada pemeriksaan urin yang menyokong kemungkinan kelainan ginjal .
6.
Penatalaksanaan Hipertensi
Non farmakologi
Penatalaksanaan Secara Non Farmakologis
yang
mampu
mengerjakan
segala-galanya.
Berilah
Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Target penurunan tekanan
darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur 30 59 tahun, rekomendasi
kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 29 tahun, opini ahli,
tingkat rekomendasi E).
Rekomendasi 3
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai
ketika tekanan darah sistoliknya 140 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini ahli,
rekomendasi E).
Rekomendasi 4
Rekomendasi 5
Pada populasi berumur 18 tahun yang menderita diabetes, terapi
farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya 140 mmHg atau
diatoliknya 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah
sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli,
tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 6
Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk
diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim
ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang,
tingkat rekomendasi B).
Rekomendasi 7
Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita
diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe
tiazida atau penghambat saluran kalsium. (Untuk populasi kulit hitam
secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B) (Untuk ras
kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi C)
Rekomendasi 8
Pada populasi berumur tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal atau tambahan hendaknya temasuk penghambat enzim
ACE atau penghambat reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi
ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita penyakit ginjal kronik
tanpa melihat ras atau status diabetes. (Rekomendasi sedang, tingkat
rekomendasi B).
Rekomendasi 9
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga
target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu
sebulan terapi, naikkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari
kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida,
penghambat saluran kalsium, penghambat enzim ACE, dan penghambat
reseptor angiotensin). Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya tetap
dilakukan, sesuaikan regimen terapi sampai target tekanan darah tercapai.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2 jenis obat,
tambahkan obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor
angiotensin bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat antihipertensi
yang tersedia pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau
kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat, maka obat
antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan. Pertimbangkan
untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler J,
dkk, 2014, 2014 evidence based guideline for the management of high
blodd pressure in adults: report from the panel member appointed to the
eight joint national committee (JNC 8), JAMA, 311 (5): 507-520) Diakses
dari http://www.farmakoterapi.com/tatalaksana-hipertensi-menurut-jnc-8/
2. Sudoyo, Aru dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi
IV.Jakarta : FKUI
3. Sigarlaki H.dkk.karakteristik dan faktor yang berhubungan dengan
hipertensi.
2006.
Diakses
dari:Vol
2.
jurnal
kesehatan.www.jurnalkeshatanmakara.com
4. Mansjoer A, kapita selecta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1.FK UI. Media
Aesculapius. Jakarta. 2001
5. Corwin E.J. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.2001
6. Price S.A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.edisi 6. Vol
1. EGC. Jakarta. 2002
7. Soeparman,dkk, ilmu
Jakarta.FKUI.2000
penyakit
dalam
jilid
II.edisi
kedua.